HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000 Online :http://www.suarantb.com
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 107 TAHUN KE 13
E-mail: hariansuarantb@gmail.com
RABU, 19 JULI 2017
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Analisa Tim Saber Pungli
Pelaku Diduga Masih Bergentayangan dan Bermain ’’Cantik’’ Mataram (Suara NTB) Penindakan tim Saber Pungli memberi beberapa efek terhadap kasus pungli. Tidak saja memberi efek jera, tetapi ada kecenderungan pelaku pungli di sektor pelayanan publik diduga bermain lebih ‘’cantik’’. Hal itu diungkapkan Ketua Tim Saber Pungli Provinsi NTB, Kombes Pol Ismail Bafadal, Selasa (18/7) ditemui di Mapolda NTB. “Aktivitas pungli diduga masih ada. Modus yang ada itu sekarang berkembang. Pelaku lebih pandai menyembunyikan atau lebih hati-hati melakukan pungli,’’ ungkapnya. Ia menyebutkan, sejak dibentuk November 2016 dan serangkaian pengungkapan kasus, tren kasus pungli menurun. Dua bulan belakangan malah nihil.
Tetapi Ismail mengklaim, pihaknya terus menerima laporan masyarakat terkait dugaan pungli di berbagai sektor. ‘’Kami terus melakukan penyelidikan. Kesadaran masyarakat melapor sudah meningkat. Informasi yang disampaikan juga meningkat,’’ jelas Irwasda NTB itu. Tim Saber Pungli di NTB, dalam catatannya, menangani sejumlah kasus. Tim saber pungli Provinsi NTB empat kasus, dua diantaranya sudah tuntas. Yakni pungli penanganan sampah di Gili Trawan-
gan, dan pungli persiapan UNBK 2017 di SMPN 6 Mataram. Satu kasus diserahkan ke kelompok kerja (Pokja) yustisi, yaitu kasus pungli parkir
”
di Ampenan, Mataram. Saber Pungli Lobar menangani dua kasus, Lotim empat kasus tiga diantaranya masih penyelidikan, KLU dua kasus, Sumbawa dua kasus, KSB tiga kasus, sementara Loteng, Dompu, Kabupaten Bima, dan Kota Bima nihil. Bersambung ke hal 15
Sejauh ini biaya dari Pemda sebatas uang jalan, uang bensin-lah. Jelas itu masih kurang. Penanganan kasus bukan hanya bergerak ke lapangan itu saja
Ismail Bafadal (Suara NTB/dok)
MANGKRAK – Salah satu proyek dermaga rakyat di Pantai Kuranji Kecamatan Labuapi Lombok Barat yang tidak bisa dimanfaatkan dan kondisinya mangkrak. Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan efektivitas dan pemanfaatan sebelum membangun proyek. Proyek ini kondisinya sama dengan beberapa proyek penting lainnya, salah satunya Dermaga Telong Elong Lombok Timur yang hingga kini tak berfungsi.
TO K O H PEMPROV NTB menepis anggapan bahwa program unggulan yang dirintis sejak 2008 silam saat ini gaungnya mulai meredup. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) NTB menyatakan, program unggulan sapi, jagung dan rumput laut (Pijar), Buang Air Besar Sembarangan Nol (Basno), Angka Drop Out Nol (Adono), Angka Kematian Ibu Nol (Akino) dan lainnya masih tetap berlanjut hingga saat ini. ‘’Program itu tetap berlanjut dan itu ada di dalam indikator RPJMD. Cuma kalau beda penekanan mungkin (Suara NTB/dok) iya,” kata Kepala Bappeda H. Ridwan Syah NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M.Sc, M.TP ketika dikonfirmasi Suara NTB, Selasa (18/7) siang kemarin. Bersambung ke hal 15
KO M E N TTAA R Tempuh Jalur Hukum PERSOALAN sengketa lahan yang menjadi lokasi pembangunan Kampus Poltekpar Lombok terus berlanjut. Senin (17/7), puluhan warga merusak plang pembangunan Kampus Poltekpar Lombok yang berada di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Lombok Tengah. Menyikapi persoalan ini, Pemprov NTB mempersilakan warga untuk menempuh jalur hukum. “Pada prinsipnya Pemprov NTB tidak keberatan dengan adanya keinginan masyarakat setempat untuk menempuh jalur hukum. Artinya jalur yang ditempuh tersebut memang dibenarkan secara konstitusi,” kata Juru Bicara Pemprov NTB, H. Irnadi Kusuma, S.STP, ME di Mataram, Selasa (18/ 7) siang kemarin. Bersambung ke hal 15 H. Irnadi Kusuma (Suara NTB/dok)
(Suara NTB/ars)
Hanya Beda Penekanan
Soal Anggaran Rp 1,3 Triliun
Daya Ungkit Dipertanyakan
Semua Program SKPD untuk Pengentasan Kemiskinan
Pemda Perlu Selektif dan Buat ”Roadmap” Detail Investasi
Mataram (Suara NTB) Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) NTB menyatakan bahwa seluruh program/kegiatan SKPD yang ada dalam APBD 2017 tujuannya untuk pengentasan kemiskinan. Pasalnya, kemiskinan tersebut masuk di semua sektor. “Sesungguhnya kalau dijumlah, seluruh APBD kita itu untuk pengentasan kemiskinan. Seluruh porgram SKPD ujungnya untuk pengentasan kemiskinan. Makanya saya bingung kalau orang mengatakan Rp 1,3 triliun,” kata Kepala Bappeda NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M.Sc, M.TP ketika dikonfirmasi Suara NTB, Selasa (18/7) siang kemarin. Total APBD NTB 2017 mencapai Rp
5,008 triliun. Dari jumlah itu, kata memang dipilah-pilah mana program-program SKPD yang indikatornya terkiat langsung dengan pengentasan kemiskinan. Mislanya, sektor kesehatan seperti penyediaan air bersih, jamban dan lainnya. Bahkan, kata Ridwan, alokasi anggaran untuk percepatan jalan provinsi yang dialokasikan sebesar Rp 600 miliar juga masuk dalam pengentasan kemiskinan. Ia menjelaskan, salah satu faktor yang menyebabkan orang menjadi miskin akibat keterbatasan aksesibilitas. Ia mengatakan, saat ini sedang dilakukan evaluasi terhadap program-program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan SKPD. Bersambung ke hal 15
BPKP Rampungkan Hasil Cek Fisik Proyek Pusuk Sembalun Mataram (Suara NTB) Salah satu kasus dugaan korupsi yang sedang dalam proses audit kerugian negara, pada objek taman wisata di Pusuk, Sembalun , Lombok Timur (Lotim). Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebelumnya sudah turun cek fisik proyek senilai Rp 1,6 miliar tersebut dan kini sedang merampungkan proses audit untuk merumuskan kerugian negara. Cek fisik proyek sudah dilakukan beberapa waktu lalu, bersama penyidik Unit Tipikor Sat Reskrim Polres Lotim. Menurut Korwas Investigasi BPKP NTB, Ngatno, SE, hasil cek fisik itu sedang dijadikan referensi untuk menghitung nilai kerugian negara. Fokus cek fisik sebelumnya, dijelaskan, terkait indikasi mark up pengadaan barang
dan jasa, dibandingkan dengan kondisi realisasi fisik. ‘’Sudah dilakukan cek fisik. Nah hasilnya itu sekarang kita sedang rampungkan untuk perhitungan kerugian negara,” Ngatno kepada Suara
NTB Selasa (18/7). Tim BPKP Perwakilan NTB sebelumnya turun cek lapangan, Juni 2017 lalu koordinasi dengan Satreskrim Polres Lotim. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/yon)
DIUSUT - Lanskap proyek taman Pusuk Sembalun yang diusut Polres Lombok Timur.
Mataram (Suara NTB) Daya ungkit investasi bernilai triliunan rupiah yang masuk ke NTB dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat masih dipertanyakan. Untuk itu, Pemprov dan Pemda kabupaten/kota perlu selektif menerima investasi yang masuk ke daerah ini. Selain itu, Pemda juga perlu membuat roadmap detail investasi. ‘’Roadmap itu harus detail menurut saya. Dari hal kecil sampai hal besar. Roadmap itu berbicara masalah peluang, kapasitas yang kitapunya,”kataPengamatEkonomi dari Universitas Mataram, Dr. Firmansyah, M.Si ketika diminta tanggapannya, Selasa (18/7) siang kemarin. Dalam roadmap itu dipetakan banyak hal. Seperti transportasi, aksesibilitas, listrik dan lainnya. Menurutnya, roadmap ini pelru dibuat oleh pemerintah daerah. Firmansyah Bersambung ke hal 15 (Suara NTB/dok)
Pemprov Terima SK CPNS Guru SMA/SMK Daerah Terpencil Mataram (Suara NTB) Pemprov NTB menerima alokasi 28 guru SMA/SMK yang akan ditempatkan di daerah terpencil. Surat Keputusan Calon Pegawai Negeri Sipil (SK CPNS) bagi 28 guru SMA/SMK daerah terpencil itu telah diterima Sekda NTB, Ir. H. Rosiady H. Sayuti, M.Sc, Ph.D dari pemerintah pusat, Senin (17/7) malam di Jakarta. “Jadi kemarin malam Pak Sekda menerima secara resmi SK CPNS untuk guru SMA/SMK 28 orang. Itu sudah alokasi untuk NTB, pengadaannya tahun kemar-
in dari pusat,” kata Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) NTB, Drs. H. Fathurahman, M.Si ketika dikonfirmasi Suara NTB, Selasa (18/7) siang kemarin. Fathurahman menjelaskan 28 guru SMA/SMK yang ditempatkan di NTB ini merupakan pengadaan untuk guru garis depan atau daerah terpencil. Mereka akan ditempatkan pada 8 kabupaten yang ada di NTB. “Mereka di tempatkan di SMA/SMK yang menjadi kewenangan kita, provinsi,” terangnya. Bersambung ke hal 15