Edisi 16 Agustus 2016 | Balipost.com

Page 1

20 HALAMAN

NOMOR 349 TAHUN KE 68

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha

selasa Pon, 16 agustus 2016

Prof. Wayan Ramantha Membangkitkan kejayaan pertanian Bali dengan menjadikan pertanian sebagai agrobisnis. Sebagai sebuah bisnis, pertanian Bali harus dikelola oleh SDM yang baik, permodalan yang cukup, teknologi yang memadai dan pemasaran yang tak menekan petani. Dr. I Wayan Koster Bali harus memiliki kebijakan yang betul-betul berpihak pada sektor pertanian dari hulu, tengah, sampai hilir. Kebijakan di sektor hulu saja, hanya akan menguntungkan mafia dan pada akhirnya mengorbankan kaum marhaenis seperti petani. Selama ini pemerintah sibuk dengan kebijakan di sektor hulu, tetapi lalai di sektor hilir. I Ketut Sudikerta Sektor pertanian ke depan harus didorong agar maju seperti yang sudah tertuang dalam Program Bali Mandara. Di antaranya dengan meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian Bali, mengembangkan komoditas andalan dan unggulan, serta meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian. I Putu Gede Ary Suta Harus ada kesepakatan terlebih dahulu untuk menjadikan Bali seperti apa. Apakah pariwisata, pertanian atau yang lain. Strategi harus sinkron dengan apa yang ingin dicapai, di posisi mana membangun Bali, dan seperti apa. Harus ada sesuatu yang tidak bisa berubah. Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati Perlu dibangun kembali masyarakat Bali khususnya pemuda agar bangga menjadi petani. Perlu ditekankan bahwa profesi petani adalah profesi yang sangat mulia. Pertanian jangan hanya dilihat dari segi memproduksi beras dan sebagainya. Namun, pertanian juga harus dipandang sebagai sebuah atraksi.

Rp 90.000 Rp 4.000

HARGA LANGGANAN ECERAN

Pengemban Pengamal Pancasila

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764 Faksimile: 227418

’’Kulkul Bulus’’ Pertanian Bali

Ketika desa pakraman di Bali dalam bahaya, masyarat akan memukul kentongan (kulkul) bertalu-talu. Masyarakat di Bali mengenalnya dengan istilah kulkul bulus. Kini, ketika pertanian Bali dalam situasi yang krisis, itu berarti kulkul bulus bagi sektor pertanian. Ada tiga hal yang menguatkan indikasi itu. Pertama, masifnya alih fungsi lahan. Kedua, rendahnya minat generasi muda untuk menggeluti sektor pertanian. Ketiga, politik anggaran yang tertuang dalam APBD belum memihak sektor yang digeluti sebagian besar masyarakat Bali. Pendangan ini mengemuka saat Sarasehan ‘’Strategi Membangkitkan Kejayaan Pertanian Bali’’ di Gedung Pers Bali Ketut Nadha, Senin (15/8) kemarin. Sarasehan yang dihadiri anggota DPR, Wakil Gubernur, Bupati, akademisi dan praktisi ini dirangkaikan dengan HUT ke-68 Bali Post. KETUA DPD PDI Perjuangan Bali I Wayan Koster melihat sektor pertanian Bali dalam perkembangannya secara alamiah maupun regulatif justru mengalami penurunan yang sangat drastis. Ditandai dengan menurunnya jumlah lahan pertanian akibat alih fungsi lahan, yang setiap tahunnya menyusut sekitar 800 hektar. Selain itu, ditandai pula dengan menurunnya minat masyarakat untuk menggeluti sektor pertanian. Terutama generasi muda, yang setiap tahunnya diperkirakan turun 1%. ‘’Indikator terakhir, kontribusi dari pertanian terhadap PDRB itu juga terus menurun dan saat ini tinggal 15%,’’ ujar Dr. Wayan Koster yang juga anggota Komisi

X DPR-RI ini. Ia menjelaskan, alih fungsi lahan terjadi akibat desakan dari berbagai sektor terutama pariwisata, permukiman, dan juga properti. Hal ini berdampak pada penurunan kapasitas pertanian Bali, yang berkaitan pula dengan upaya kedaulatan pangan. Khususnya upaya untuk memenuhi kebutuhan beras. ‘’Kondisi ini juga diperparah dengan adanya beban pajak yang harus ditanggung oleh masyarakat yang setiap tahunnya meningkat. Hal itu sangat membebani para petani,’’ jelasnya. Hal. 19 Sisi Ekonomi

A.A.Ngurah Alit Wiraputra Diperlukan supporting dari APBD. Selain itu, pengusaha juga harus dilibatkan dalam rangka membangun pertanian. Ke depan, Bali harus membentuk Bali Incorporated yang membela kepentingan petani. Demikian pula BUMN yang ada di Bali harus peduli pada petani. Jangan hanya cari untung tetapi ikut memberdayakan petani Bali. Wayan Supadno Bali jangan sampai keluar dari ikon pertanian. Petani Bali hanya butuh satu, yaitu bukti nyata, bukan kepura-puraan membangun pertanian. Kalau terus pura-pura, maka hasilnya juga akan pura-pura. Mau begini terus? Tak perlu dengan bahasa yang setinggi langit bicara pertanian. Negara ini rusak karena pejabatnya tidak mau jujur.

I Ketut Sudikerta

Wayan Koster

Stop

Ketergantungan Pangan

POLA Pembangunan Nasional Semesta Berencana di bidang pertanian salah satunya mulai diterapkan di Kabupaten Badung. Bupati Badung Nyoman Giri Prasta mengatakan, ia berkomitmen untuk menjadikan masyarakat petani bangga menjadi petani. Mereka diproteksi dengan pertanian kontemporer, dalam hal ini petani diwajibkan untuk menghasilkan produksi pertanian yang berkualitas. Melalui smart city, Dinas Pertanian membuat aplikasi terkait harga dasar produk pertanian. Tujuannya, agar petani mengetahui harga dasar itu untuk menghindari adanya spekulan atau tengkulak. Dengan konsep ini, lanjut Giri Prasta, di bagian hulu petani dibantu dengan pembibitan dan pemupukan. Di bagian tengah, dibantu dengan teknologi serta di bagian hilir petani diproteksi agar tidak sampai rugi. Salah satunya dengan menyubsidi gabah petani yang harganya di bawah harga pasar. Kemudian memberikan subsidi dan asuransi saat gagal panen, serta membebaskan pajak hingga 0% di lahan produktif. ‘’Untuk Bali, kami di Badung telah melakukan MoU, kerja sama berkenaan dengan pertanian dan perkebunan dengan Kabupaten Buleleng, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Bangli. Saya contohkan kebutuhan beras di Kabupaten Badung kalau subak kami tidak bisa memenuhi, seluruh kebutuhan kami minta di Tabanan. Mangga misalkan, itu kami minta di Buleleng, jeruk di Bangli,’’ terangnya. Hal. 19 Teken MoU

Ida Bagus Agung Gunartawa Perlu gerakan mengembangkan pengusaha muda pertanian di Bali. Salah satunya mengembangkan produkproduk pertanian yang dibutuhkan di Bali dan Indonesia pada umumnya. Masyarakat Bali harus bisa lepas dari ketergantungan dunia pariwisata dan kembali kepada jati dirinya, setidaknya mampu menjadi penghasil makanan sendiri, di atas tanah yang subur seperti di Bali. Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta Tidak ada yang bisa dibanggakan dari pariwisata, bila pariwisata justru menistakan pertanian yang sudah menjadi local genius Bali. Kemajuan pariwisata seharusnya bisa menjadi angin segar bagi petani. Tetapi, itu belum pernah terjadi. I Wayan Artha Dipa Terpuruknya pertanian di Bali selama bertahun-tahun, memperlihatkan ada yang salah urus oleh pemimpinpemimpin di Bali. Belum melihat peran serius pemerintah daerah dalam membangun pertanian ini, agar petani punya daya saing yang lebih baik.

PRODUKSI PERTANIAN DI BALI (dalam ton) 882.092 857.944 861.321*

PADI

2013

2014

2015

43.144

40.613

38.082*

2013

2014

2015

8.187

7.571*

2014

2015 (*)proyeksi

JAGUNG

7.433

Jangan Pura-pura Urus Pertanian

PERTANIAN Bali kini tak berdaya. Ada dua hal yang menguatkan indikasi tersebut. Pertama, rendahnya minat generasi muda untuk menekuni sektor pertanian. Alasannya sederhana. Pertanian tak memberi harapan untuk hidup lebih baik. Kedua, masifnya alih fungsi lahan. Petani memilih menjual lahannya karena pertanian tak lagi memberi harapan. Berdasarkan data statistik, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Bali pada 2013 mencapai 408.233. Jumlah ini menurun 17,09 persen dibandingkan 2003. Hal. 19 Sektor Peternakan

KEDELAI

2013

Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian dan Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum Rumah Tangga Usaha Pertanian

Bali Post/Dewandra Djelantik Kamera/ Fujifilm X-series

Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum diolah dari PusDat BP

491,73 ribu 408,23 ribu

63 ribu 2003

71 ribu 2013

grafis:asd/BaliPost


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 16 Agustus 2016 | Balipost.com by e-Paper KMB - Issuu