20 HALAMAN
NOMOR 44 TAHUN KE 70
Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id
terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000
balipost (158rb Like) http://facebook.com/balipost
Pengemban Pengamal Pancasila
Senin Kliwon, 2 Oktober 2017
Rp 820.000 Rp 500.000 60 pcs margarine 200 gr 36 pcs sabun mandi
Jumlah diterima kemarin Rp 1.320.000 Jumlah sebelumnya Rp 192.059.500 Jumlah seluruhnya Rp 193.379.500
Bali Post/nik
SIAP MINUM - Bupati Gianyar Anak Agung Bharata dan anggota DPR Supadma Rudana langsung meminum air dari tandon sumbangan pembaca Bali Post, pemirsa Bali TV dan alumni SLUA 1 Saraswati Denpasar angkatan 1981. Tandon air yang ditempatkan di sejumlah posko pengungsian di Gianyar, Karangasem dan Klungkung ini diisi air minum berstandar air kemasan.
Jajak Pendapat
Jangan Bangkitkan Dendam Sejarah GERAKAN Tiga Puluh September (G-30-S/PKI) kini menjadi isu politik lagi. Tudingan ini disuarakan sejumlah kalangan. Ada yang menyerang figur dan organisasi politik. Kuat dugaan tudingan ini berbau politis pragmatis yang arahnya untuk mendegradasi pemerintah. Bahkan, kini di tengah menguatnya isu nasionalisme dan penguatan NKRI, pemutaran film G-30-S/PKI kembali dilakukan. Hal ini pun memancing polemik, antara pro dan kontra. Tudingan film ini sarat kekerasan dan mengandung penyimpangan sejarah juga terdengar. Selain itu, film ini juga dituding bisa membangkitkan dendam sejarah. Pandangan lainnya, film ini bisa menumbuhkan dan membangkitkan kewaspadaan untuk mengawal bangsa dari ancaman para pihak yang ingin mengubah ideologi bangsa. Hal. 19 Bangkit Kembali
Yakinkah Anda, gerakan G-30-S/PKI bangkit kembali di era teknologi informasi ini? 78, 45% Tidak Yakin
19,23% Yakin
2,32% Tidak Tahu Responden : 640 grafis: tomik cahya
@balipostcom http://instagram.com/balipostcom
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 233801, 225764 Faksimile: 227418
Pengungsi di Luar KRB Dipulangkan
Pengungsi akan Dijatah Uang Lauk-pauk
Ginyar (Bali Post) -
JUMLAH desa terdampak erupsi Gunung Agung kini telah ditetapkan menjadi 28 desa. Artinya, hanya warga di 28 desa itu yang diharuskan mengungsi. Sementara warga desa di luar KRB tersebut diharapkan pulang ke rumah masing-masing. Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat rapat di Pos Komando Siaga Darurat Erupsi Gunung Agung di Pelabuhan Tanah Ampo, Kecamatan Manggis, Minggu (1/10) siang kemarin, mengatakan warga zona awas di 28 desa ini hanya sekitar 70 ribu. Ini jelas jauh lebih rendah dari total pengungsi saat ini yang mencapai 144 ribu orang. Daftar desa terdampak ini, ditegaskannya, bukan dibuat Pemerintah Provinsi Bali. Tetapi dibuat Badan Vulkanologi yang dihitung secara ilmiah yang ahli di bidang itu. ‘’Tidak ada yang ngarang-ngarang. Jangan bilang ini perintah gubernur, warga harus pulang, jangan. Saya tidak pernah bilang harus, tapi di televisi warga bilang mengungsi atas perintah gubernur. Tidak benar itu,’’ katanya. Bila ada 28 desa yang terdampak, berarti ada 50 desa di zona aman. Ia meminta aparat desa di 50 desa ini bisa menampung warga yang mengungsi dari 28 desa itu. Gubernur ingin masyarakat di zona aman menunjukkan sikap manyama braya, yang sudah menjadi indentitas masyarakat Bali sejak dulu. Tetapi pemerintah daerah, dikatakan, tidak akan tinggal diam. Ia ingin seluruh pengungsi bisa tertampung semua di Karangasem. Sehingga tidak ada lagi pengungsi yang tinggal di kabupaten/kota lainnya di Bali. ‘’Malu kita jauh-jauh mengungsi. Padahal, di Karangasem banyak daerah aman,’’ ujar Gubernur Pastika. Ia kembali memastikan, kalau warga pengungsi di luar dari 28 desa itu, kalau ikut mengungsi, tidak akan mendapat kartu pengungsi. Artinya, dia juga tak berhak mendapatkan bantuan logistik dari pemerintah. Di lokasi pengungsian nantinya akan dikoordinir oleh masing-masing klian banjar dinas bersama para perbekel setempat. Hal. 19 Sudah Tertib
Dihantui Rasa Takut Eriawan & Herman Dra. Ni Made Sumerthi,A Komang Agus Sugiantara
@balipostcom (4.812 Follower) http://twitter.com/balipostcom
Sejumlah pengungsi di Posko Lapangan Sutasoma, Sukawati kembali ke kampung mereka di Karangasem. Ada 36 pengungsi yang berasal dari luar desa Kawasan Rawan Bencana (KRB). Mereka dipulangkan oleh petugas BPBD Gianyar, Minggu (1/10) kemarin. Namun, sebagian dari mereka yang dikembalikan mengaku masih resah karena gempa yang tak kunjung berhenti. Seperti disampaikan pengungsi Komang Arga. Ia bersama 19 pengungsi lainnya harus dikembalikan ke rumah mereka di Banjar Telaga, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem. ‘’Katanya instruksi pemerintah kami harus kembali, ya… kami tidak bisa menolak,’’ ucapnya. Komang Arga mengaku awalnya berinisiatif mengungsi sekitar seminggu lalu, karena resah dengan guncangan gempa yang terasa di kampungnya. Kini saat diminta kembali, ia pun mengaku masih khawatir, namun tak bisa berbuat banyak lantaran sudah diinstruksikan pemerintah. ‘’Kami masih takut juga karena kemarin gempanya masih terasa. Sekarang saya sekeluarga dan barang-barang harus diangkut untuk pulang,’’ katanya. Sementara warga lainnya, Hairu Saleh, beserta 11 anggota keluarganya juga dikembalikan ke kampung mereka di Desa Kecicang Islam, Kecamatan Bebandem. ‘’Kemarin kami mengungsi karena panik, setelah statusnya naik menjadi awas. Ya… mudah-mudahan bencana ini tidak sampai terjadi,’’ harapnya. Kepala BPBD Gianyar A.A. Gde Oka Digjaya mengaku sudah mengerahkan armada untuk mengantar para pengungsi yang berasal dari desa di luar KRB. Pemulangan ini dilakukan sesuai instruksi Pemprov Bali, agar pengungsi yang berasal dari daerah di luar KRB kembali ke daerah asal dan mulai beraktivitas seperti biasa. ‘’Total ada 36 pengungsi yang kami kembalikan, mereka dominan dari Banjar Telaga,’’ ucapnya. Berdasarkan data BPBD Gianyar per Minggu 1 Oktober kemarin, total pengungsi di Kabupaten Gianyar sudah mencapai 13.102 jiwa. Pengungsi masih memilih tinggal di Kecamatan Sukawati dengan jumlah 2.093, diikuti Kota Gianyar dengan jumlah 1.922 jiwa, Blahbatuh 1.803 jiwa, Ubud 1.055 jiwa, Tegallalang 604 jiwa, Payangan 461 jiwa dan Kecaamtan Tampaksiring 413 jiwa. Ditambah pengungsi yang tinggal di posko Lapangan Sutasoma sebanyak 751 jiwa. Hal. 19 Posko Kesehatan
Bali Post/nik
KE KAMPUNG - Sejumlah pengungsi bersiap kembali ke kampung halamannya di Karangasem, Minggu (1/10) kemarin. Mereka yang tak masuk KRB diharapkan pulang ke rumah.
Data Pemprov, BPBD dan BNPB Berbeda Data desa rawan bencana yang dijadikan rujukan Pemprov Bali, masih ada perbedaan dengan data BPBD maupun BNPB. Salah satu yang menjadi catatan adalah dimasukkannya daerah di Kecamatan Karangasem (Kelurahan Subagan, Padangkerta dan Karangasem) sebagai daerah rawan bencana oleh Pemprov Bali. Data yang diperoleh dari Pos Komando Siaga Darurat Bencana Erupsi Gunung Agung, Minggu (1/10) sore, memperlihatkan data desa rawan bencana yang dimasukkan oleh Pemprov Bali adalah Kecamatan Kubu: Desa Tulamben, Kubu, Dukuh, Baturinggit, Sukadana, Ban dan Tianyar. Kecamatan Abang: Desa Pidpid, Nawakerti, Kesimpar, Datah dan Ababi. Kecamatan Karangasem: Kelurahan Padangkerta, Subagan dan Karangasem. Kecamatan Bebandem: Desa Buana Giri, Budakeling, Bebandem, Jungutan dan Bungaya Kangin. Kecamatan Selat: Desa Duda Utara, Amerta Bhuana, Sebudi dan Muncan. Kecamatan Rendang: Desa Besakih, Menanga dan Pempatan. Total semuanya berjumlah 28 desa. Namun dari data Pemprov
Bali ini, Desa Selat Kecamatan Selat tidak masuk sebagai desa rawan bencana. Padahal, desa ini kalau merujuk pada peta, masuk zona awas, karena berwarna merah muda. Sementara data BPBD juga ada beberapa hal yang berbeda. Data BPBD tak mencantumkan Desa Tianyar Kecamatan Kubu, Kelurahan Padangkerta, Subagan dan Karangasem serta Desa Bungaya Kangin sebagai desa rawan bencana erupsi Gunung Agung. Tetapi, BPBD mencantumkan Desa Sibetan Kecamatan Bebandem dan Desa Duda, Selat dan Duda Timur Kecamatan Selat sebagai desa rawan bencana. Sehingga total data desa rawan bencana versi BPBD berjumlah 27 desa. Sementara data desa rawan bencana versi BNPB hampir sama dengan BPBD.
Perbedaannya dengan BPBD, hanya BNPB mencatumkan Desa Tianyar Kecamatan Kubu dan Desa Macang Kecamatan Bebandem sebagai desa rawan bencana, sehingga total desa rawan bencana versi BNPB berjumlah 28 desa. Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat dimintai konfirmasi perihal desa rawan bencana ini, mengakui adanya perbedaan itu. Tetapi, dia enggan menjelaskan lebih jauh. ‘’Memang ada perbedaan jumlah desa dan nama desa di daerah berbahaya. BNPB akan membicarakan ini lebih lanjut dengan Gubernur Bali,’’ jawab Sutopo saat ditanya melalui pesan Whatsapp. Sementara itu, Komandan Satgas Siaga Bencana Erupsi Gunung Agung Letkol Inf. Fierman Sjafirial Agustus saat disinggung soal data desa rawan bencana hanya menegaskan, untuk memperoleh gambaran detail KRB (Kawasan Rawan Bencana) yang lebih akurat, pihaknya sedang mencocokkan gambar KRB yang ada saat ini dengan citra satelit. Hal. 19 Citra Satelit
Desa 27 DESAYANG YANG DITETAPKAN DITETAPKAN SEBAGAI DAERAH SEBAGAI DAERAHTERDAMPAK TERDAMPAK Kecamatan Kubu Desa Tulamben Kubu Dukuh Baturinggit Sukadana Ban Tianyar (kecuali Desa Tianyar Tengah dan Barat)
Kecamatan Bebandem Desa Bhuana Giri Budakeling (dekat sungai Embah Api) Desa Bebandem bagian atas (Tihing Sekaa, Tihingan) Desa Jungutan dan Bunaya Kangin Desa Bungaya Timur
Kecamatan Abang Desa Pidpid bagian atas Desa Nawa Kerti Kesimpar bagian atas (perbatasan dengan Wates Datah) Desa Datah bagian atas (Kedampal) Desa Ababi bagian atas (Umanyar, Besang dan sekitarnya)
Kecamatan Selat Desa Duda Utara Amertha Bhuana Sebudi Muncan bagian atas (Pejeng dan sekitarnya) Kecamatan Rendang Desa Besakih Menanga bagian atas (Batusesa, Tegenan dan sekitarnya) Desa Pempatan bagian atas (Pemuteran, Gunung Lebah, Keladian dan Puragae). Kecamatan Karangasem Kelurahan Padangkerta (kecuali Desa Adat Peladung dan Temega), Kelurahan Subagan (kecuali Desa Adat Jasri) Kelurahan Karangasem yang dekat dengan Tukad Janga
Sumber : Provinsi Bali
Jangan Beri Ruang Ideologi PKI
Bali Post/ant
KERABAT JENDERAL - Presiden Joko Widodo (kiri) bersalaman dengan kerabat para jenderal korban peristiwa G-30-S/PKI seusai upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Minggu (1/10) kemarin. Presiden Joko Widodo berharap sejarah kelam pemberontakan Gerakan 30 September tidak terulang, serta tetap setia berpegang teguh kepada Pancasila.
Jakarta (Bali Post) – Presiden Joko Widodo menegaskan, jangan sampai sejarah kelam kekejaman PKI terulang kembali di Indonesia. Hal ini diungkapkan Presiden usai memimpin upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Kompleks Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Minggu (1/10) kemarin. Untuk itu, kata Jokowi, semua elemen bangsa harus memegang teguh Pancasila dan menjaga kesatuan serta tidak memberi ruang ideologi-ideologi yang bertentangan dengan dasar negara Indonesia. ‘’Jangan beri ruang ideologi-ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila. Apalagi memberi ruang terhadap PKI,’’ tegas Presiden. Jokowi juga menegaskan bahwa posisi pemerintah sangat jelas, yakni memegang
teguh Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966. ‘’Artinya komitmen kita, menurut saya, jelas karena di Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966 bahwa PKI itu dilarang. Jelas sekali. Tidak perlu diulang-ulang,’’ katanya. Dalam kesempatan itu, Presiden mengajak seluruh elemen bangsa dan memerintahkan TNI-Polri serta seluruh lembaga pemerintah untuk bersama-sama bersinergi membangun bangsa, membuat rakyat tenang dan tenteram serta bersatu padu menghadapi persaingan global. Dalam peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Presiden Jokowi menjadi inspektur upacara yang dilaksanakan di Kompleks Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta. Upacara peringatkan Hari Kebangkitan Pancasila ini dimulai pada pukul 08.00 WIB.
Selain Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mendampingi Jokowi, hadir sejumlah pejabat negara di antaranya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Pandjaitan, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki. Sementara jajaran TNIPolri lengkap hadir Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kasad Jenderal TNI Muljono, Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, Kasau Marsekal TNI Hadi Tjakjanto dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul
Ulama M Kholid Syeirazi menegaskan, isu kebangkitan PKI hanyalah dagangan politik. Pasalnya, jika mau jujur, ideologi komunisme sudah tidak laku, tidak ada peminatnya, apalagi generasi milenial. Dalam tulisannya yang berjudul ‘’Tentang Isu Kebangkitan PKI’’, menyatakan tidak percaya PKI akan bangkit. Ia bertanya, apakah gampang jadi komunis. Prinsip komunisme, katanya, from each according to his ability, to each according to his needs atau aslinya dalam bahasa Jerman, jeder nach seinen Fehigkeiten, jedem nach seinen Bederfnissen. Dalam bahasa Indonesia, ‘’setiap orang memberi sesuai kemampuannya, setiap orang mendapat sesuai dengan kebutuhannya’’. Hal. 19 Pamer Ijazah