Edisi 29 Januari 2016 | Balipost.com

Page 1

Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

jumat pon, 29 januari 2016

20 HALAMAN

NOMOR 161 TAHUN KE 68

balipost (102 rb Like) http://facebook.com/balipost

Pengemban Pengamal Pancasila

@balipostcom (3,8rb Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipostcom http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764 Faksimile: 227418

Bali Post/eka

WARGA SESETAN - Ribuan krama Desa Pakraman Sesetan berjalan dari Lapangan Arga Soka Sesetan hingga perbatasan Desa Serangan, Denpasar, Kamis (28/1) kemarin. Mereka menyerukan penolakan reklamasi Teluk Benoa.

Ditolak 11 Desa Adat

Uji Amdal Mestinya Batal Denpasar (Bali Post) Sebelas desa adat di pesisir bentangan Teluk Benoa (Denpasar dan Badung) telah menolak rencana reklamasi Teluk Benoa. Demikian pula komponen pariwisata Bali juga menolak. Atas penolakan yang masif tersebut, semestinya sudah tak perlu lagi dilakukan uji amdal.

Ida Pedanda Gunung

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika

‘’Kami bersuara atas putusan parum desa adat. Putusan ini mengandung spirit kekuatan sekala-niskala. Sikap kami juga sudah jelas, yakni menolak reklamasi. Untuk apa lagi ada uji amdal,’’ ujar Penyarikan Desa Pakraman

Sesetan I Wayan Dudik Mahendra, sebelum aksi krama adat Sesetan menolak reklamasi Teluk Benoa, Kamis (28/1) kemarin. Dudik Mahendra menegaskan, uji amdal terlebih hanya diarahkan untuk memberikan saran dan masukan,

sudah sangat tidak strategis dilakukan. Pihak investor dan Pemerintah Provinsi Bali mestinya mendengar isyarat dan aspirasi krama Bali. Hal. 19 Tanah Bali

Unud dan Pedanda Gunung Tak Diundang

I Wayan Dudik Mahendra Penyarikan Desa Pakraman Sesetan

Jangan Rakus Kelola Bali

Hanya Lima Pakar Diundang Denpasar (Bali Post) – Universitas Udayana (Unud) dan Ida Pedanda Gunung selama ini kenceng mengkritisi reklamasi Teluk Benoa. Bahkan, Unud telah mengeluarkan kajian bahwa reklamasi Teluk Benoa tak layak. Sementara Ida Pedanda Gunung pada berbagai kesempatan menyatakan menolak rencana peng-urugan laut di Teluk Benoa. Bahkan, Ida Pedanda menyatakan, ‘’Jika semua umat Hindu mendukung KSPN termasuk reklamasi, saya akan tetap berjuang sendiri menentang program ini.’’ Apakah karena sikap tersebut, keduanya tak diundang dalam uji amdal yang digelar hari ini di Gedung Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali? Seperti dalam lampiran undangan amdal, hanya lima orang yang disebut pakar yang diundang. Mereka adalah: Prof. Dr. Ir. Nyoman Merit, M.Agr. selaku Ketua Forum DAS Provinsi Bali, Dr. Ketut Gede Dharma Putra, M.Sc. (pakar lingkungan), Dr. Ir. Wayan Parwata (pakar tata ruang dan budaya), I Gusti Ngurah Bagus Muditha (undagi Bali) dan Dr. Ir. IBG Wirawibawa, M.MT. selaku pakar budaya. Lalu apa tanggapan Rektor Unud Prof. Dr. dr. Ketut Suastika terkait institusinya tak diundang dalam pertemuan itu. “Saya tidak diundang,” katanya singkat. Ditanya tanggapannya mengenai reklamasi, ia mengatakan, tergantung masyarakat, karena tugas dari pihak Udayana sudah dulu selesai. “Pihak Udayana sudah tidak lagi terlibat dalam proses tersebut,” imbuhnya. Sementara itu, Ida Pedanda Made Gunung juga menyatakan tidak mendapat undangan. “Pedanda belum mendapat pemberitahuan apa pun, Pedanda baru tahu akan ada kegiatan itu (rapat uji amdal) dari berita di media saja,’’ ucapnya, Kamis (28/1) siang kemarin. Hal. 19 Merasakan Dampak

’’Jika merasa sebagai orang Bali, mestinya jangan mengorbankan nurani hanya untuk kepentingan uang dan kekayaan. Bali jangan dijadikan objek investasi yang realisasinya mengabaikan hak-hak mendasar umat Hindu.’’

Kerobokan dan Bualu Tolak Reklamasi

Kebenaran Jangan Dikalahkan Uang Mangupura (Bali Post) – Bola panas penolakan reklamasi Teluk Benoa terus bergulir. Setelah Desa Adat Jimbaran dan Kedonganan yang menyatakan menolak proyek prestisius tersebut, kini giliran masyarakat di Desa Adat Kerobokan dan Bualu yang menegaskan agar rencana pengurukan 800 hektar dibatalkan. Bahkan, Bendesa Adat Kerobokan A.A.

Putu Sutarja menegaskan, masyarakatnya telah menyerukan penolakan sejak Desember 2013, mengingat dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut berdampak fatal terhadap lingkungan. Penolakan ini disepakati oleh 50 banjar adat, dengan wilayah mencakup tiga kecamatan. Hal. 19 Lima Sungai

INVESTASI di Bali Selatan sudah berulang kali dinyatakan berlebih. Beban investasi di Bali Selatan bahkan dinilai overdosis dan mengancam keseimbangan ekosistem. Namun hal ini tak pernah menjadi dasar pertimbangan pemimpin Bali menolak investasi di Bali Selatan. Fakta ini bisa menjadi salah satu logika yang menguatkan mengapa reklamasi Teluk Benoa ditolak oleh 11 desa adat di wilayah pesisir Bali Selatan. Dari sisi kajian ilmiah, Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Unud Dr. I Made Sudarma, M.S., Kamis (28/1) kemarin juga mengemukakan pandangannya terkait dengan pengelolaan reklamasi Teluk Benoa. Ia mengatakan pendekatan ekonomis berbasis pariwisata selama ini memang dijadikan ikon untuk pembangunan Bali. Namun, sering kali pemimpin Bali lupa bahwa dampak dari laju pertumbuhan ekonomi ini menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah bagi Bali. Kerusakan lingkungan ini justru berpotensi menjadi bencana lingkungan, jika kita tak arif mengelola Bali. ‘’Jangan pernah mengabaikan kerusakan lingkungan hanya untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi. Ini sangat riskan,’’ ujarnya lagi.

’’…sering kali pemimpin Bali lupa bahwa dampak dari laju pertumbuhan ekonomi menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah bagi Bali. Kerusakan lingkungan ini justru berpotensi menjadi bencana lingkungan, jika kita tak arif mengelola Bali.’’ Dr. I Made Sudarma, M.S. Kepala PPLH Unud Ia mengingatkan pengelolaan Bali berbasis lingkungan mestinya menjadi komitmen pemimpin Bali ke depan. Jangan hanya merujuk dampak-dampak ekonomi lalu melakukan perjuangan total membela investasi yang mestinya bisa diarahkan ke tempat lain. Hal. 19 Kajian Ilmiah

Tanjung Benoa dan Sesetan Demo Tolak Reklamasi

Bali Post/wan

TANJUNG BENOA - Ratusan teruna-teruna Desa Tanjung Benoa, Kamis (28/1) kemarin menggelar aksi tolak reklamasi. Mereka mengusung baliho yang selanjutnya dipasang di catus pata desa setempat.

Denpasar (Bali Post) – Ribuan warga Desa Adat Sesetan, Denpasar Selatan, menggelar aksi damai menolak rencana reklamasi Teluk Benoa, Kamis (28/1) kemarin. Warga berkumpul di Lapangan Pegok, lalu berjalan kaki sejauh kurang lebih 3 km ke arah selatan. Tepatnya ke daerah perbatasan antara Sesetan dan Serangan. Mereka juga membawa spanduk dan baliho berukuran besar. Spanduk dan baliho bertuliskan “Desa Pakraman Sesetan dengan Tegas Menyatakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Batal-

kan Perpres No.51 Tahun 2014”. Baliho kemudian dipasang di sebelah barat jembatan yang menjadi perbatasan kedua desa. Sedangkan spanduk, setelah aksi digelar dipasang di masing-masing banjar. Bendesa Pakraman Sesetan I Ketut Suparjaya membacakan pernyataan sikap Desa Pakraman Sesetan di hadapan ribuan warga. Selain menolak reklamasi juga meminta Presiden untuk mencabut Perpres No.51 Tahun 2014. Hal. 19 Sangat Dekat


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.