Bali Post
balipost (170 rb Like) http://facebook.com/balipost
SEJAK 1948
@balipostcom (6.000 Follower) http://twitter.com/balipostcom
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
Pengemban Pengamal Pancasila
Gubernur Koster Larang Penggunaan Kantong Plastik dan Sedotan Plastik
Denpasar (Bali Post) Gubernur Bali kembali mengeluarkan kebijakan strategis berupa Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Ini merupakan pergub ketiga yang dikeluarkan Gubernur Bali dan telah disetujui Kementerian Dalam Negeri pascadilantik 5 September lalu. Sebelumnya telah terbit dua pergub yakni Pergub Nomor 79 Tahun 2018 tentang Penggunaan Busana Adat Bali serta Pergub Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa.
’’…Pemprov Bali akan memberikan penghargaan bagi yang taat melaksanakan pergub ini dengan baik. Sebaliknya, sanksi akan diberikan bagi pihak-pihak yang tidak mematuhi ketentuan ini.’’ Wayan Koster Gubernur Bali
Konjen Klarifikasi Soal Uighur Kantor Konsulat Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Denpasar turut menjadi sasaran aksi demo terkait kaum muslim Uighur, Minggu (23/12) lalu. Konjen Tiongkok di Denpasar Mr. Gou Haodong menegaskan, segala isu mengenai kaum muslim Uighur yang memicu kemarahan umat muslim tanah air termasuk di Bali adalah tidak benar. Halaman 2 Objek Wisata Sangeh Ramai Dikunjungi
Halaman 3
Dalam Pergub Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai ini, ada tiga bahan yang terbuat dari atau mengandung bahan dasar plastik yang dilarang yaitu kantong plastik, polysterina (styrofoam), dan sedotan plastik. Pergub yang terdiri dari 12 bab dan 26 pasal ini juga mewajibkan setiap produsen, distributor, pemasok dan setiap pelaku usaha untuk memproduksi, mendistribusikan, memasok, dan menyediakan pengganti plastik sekali pakai. Sekaligus melarang untuk memproduksi, mendistribusikan, memasok dan menyediakan plastik sekali pakai. ‘’Setiap produsen, pemasok, pelaku usaha dan penyedia plastik sekali pakai diberi waktu menyesuaikan usahanya selama enam bulan, terhitung sejak pergub ini diundangkan,’’ ujar Gubernur Bali Wayan Koster saat memberikan keterangan
pers bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati dan Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra di Wiswasabha Utama Kantor Gubernur Bali, Senin (24/12) lalu. Koster menambahkan, larangan menggunakan plastik sekali pakai juga berlaku untuk instansi pemerintah, BUMD, swasta, lembaga keagamaan, desa adat/ pakraman, masyarakat dan perseorangan. ‘’Pemprov Bali akan melakukan rencana aksi daerah pembatasan timbulan sampah plastik,’’ imbuhnya. Koster memaparkan, sedikitnya ada 15 rencana aksi tersebut. Mulai dari identifikasi dan pendataan produk plastik sekali pakai (PSP), kampanye, dialog publik, edukasi dan kegiatan ilmiah, kegiatan pelarangan penggunaan PSP, hingga penegakan hukum. Hal. 15 Sampah Plastik
Darmin Nasution
Jokowi Perintahkan Sesuaikan Harga Beras
Rumah Korban Penuh Lumpur Pascabanjir bandang di Biluk Poh, Tegalcangkring, Kamis (27/12) kemarin warga yang terdampak belum bisa beraktivitas normal. Bahkan sebagian besar rumah warga masih penuh dengan lumpur dan porak-poranda. Para korban bersusah payah membersihkan lumpur yang sangat tebal dan licin. Halaman 10 Bangkitkan Ancaman Pertambangan di NTB KNTI menilai izin lokasi baru Teluk Benoa yang diberikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membuka peluang baru bagi pelaksanaan reklamasi Teluk Benoa termasuk membangkitkan ancaman tambang di perairan NTB yang disebutsebut menjadi tempat material untuk pengurukan rencana reklamasi. Halaman 15
Menjaga Sungai, Merawat Peradaban SUNGAI dan sejarah peradaban manusia tak bisa dipisahkan. Di Asia dan Afrika, peradaban tertua di dunia berkembang di lembah-lembah sungai. Misalnya, lembah Sungai Indus dengan peradaban India kunonya dan Sungai Nil yang merupakan tempat berkembangnya peradaban Mesir kuno. Di Bali, banyaknya peninggalan berupa pura, artefak dan prasasti di kawasan Tukad Pakerisan menjadi bukti tingginya peradaban Bali masa lampau. Awalnya, manusia hanya memanfaatkan sumber daya sungai dan daerah aliran sungai (DAS) yang subur. Lambat laun manusia belajar mengatasi bencana yang kerap terjadi di sekitar sungai seperti banjir dan longsor. Melimpahnya sumber daya alam berikut tantangan pengelolaannya, lantas memicu perkembangan kebudayaan dan peradaban. Namun perlahan teknologi mengubah sudut pandang dan pola pengelolaan lingkungan. DAS tidak lagi dianggap tempat paling strategis untuk menunjang kehidupan manusia. Dengan teknologi, kawasan strategis bisa di mana saja. Pertanian yang awalnya sektor utama pun perlahan-lahan ditinggalkan. Ketergantungan manusia akan sungai makin berkurang. Sebagian besar generasi milenial di Bali mungkin tidak tahu fungsi dan arti penting sungai. Era 80-an, sebagian besar sungai di Bali masih alami. Bahkan di Denpasar, tidaklah sulit mencari sungai yang airnya jernih dan dimanfaatkan untuk mandi. Sumber daya di dalamnya juga tersedia dalam jumlah cukup banyak. Contohnya, ikan dan udang. Berkurangnya ketergantungan langsung terhadap sungai membuat manusia makin abai dengan sungai dan DAS. Bahkan sungai dijadikan tempat pembuangan sampah dan limbah. Akibatnya, kualitas air sungai menurun drastis yang diikuti anjloknya populasi beberapa jenis ikan. DAS sebagai penyangga sungai, dicaplok perumahan termasuk tempat usaha. Di beberapa tempat, sungai bahkan diuruk. Pendangkalan pun makin parah. Jadi, jangan salahkan alam ketika terjadi banjir atau longsor, sebab alam hanya mencari keseimbangan. Hal. 15 Kawasan Hilir
Bali Post/ant
BERAS - Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Serang, Banten. Kini di sejumlah daerah menggelar operasi pasar untuk mencegah naiknya harga beras.
Jakarta (Bali Post) – Presiden Joko Widodo memanggil sejumlah menteri dan pejabat untuk membahas upaya penyesuaian harga beras. ‘’Presiden memerintahkan operasi pasar bisa lebih besar lagi. Nanti saya akan lihat tanggal 2 (Januari 2019) di Bulog seperti apa,’’ kata Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution usai menemui Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/12) sore. Menurut Darmin, tujuan operasi pasar diprioritaskan di wilayah pusat, serta daerahdaerah. Darmin mengatakan Bulog pada Desember 2018 telah melakukan operasi pasar sebesar 64 ribu ton beras. Dia menjelaskan, Presiden mengarahkan kementerian dan lembaga terkait persediaan beras untuk dapat menyesuaikan harganya. ‘’Artinya Presiden minta ya yang naik itu tu-
runkan lagi. Itu berarti operasi pasarnya harus naik,’’ ujar Darmin menjelaskan operasi pasar beras yang dilakukan Bulog. Sejumlah pejabat yang turut dalam pertemuan tersebut yakni Menteri BUMN Rini Soemarno dan Dirut Bulog Budi Waseso. Sementara itu, Budi Waseso menjelaskan, pemerintah terus menjaga stabilisasi harga beras. Menurutnya, periode Januari hingga Maret 2019 belum akan terjadi panen raya. ‘’April, Mei, Juni baru panen raya. Nah sebelum itu kita mengantisipasi supaya tidak ada lonjakan harga. Maka kita operasi pasar selama tiga bulan yang masif,’’ ujar Budi. Ia menambahkan, stok beras Bulog hingga hari ini berjumlah sekitar 2,2 juta ton. Jumlah tersebut cukup untuk operasi pasar selama 4 bulan kedepan. (ant)
Eksploitasi DAS di Bali Masif, Program ’’Recovery’’ Tak Kuat Jumlah Sungai di Bali Sungai lintas kota Sungai berair sepanjang tahun Sungai mati/berair jika hujan Total
: 22 : 162 : 217 : 401 sumber : BPS Provinsi Bali
Wilayah Administratif DAS Unda Anyar Kabupaten/ Kota
Luas (Ha)
Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Jumlah
84.180 83.933 41.852 36.800 31.500 52.081 83.954 136.588 12.778 563.666
Persentase thd Luas Provinsi
14,93 14,89 7,42 6,53 5,59 9,24 14,89 24,23 2,27 100,00 sumber : website BPDAS Unda Anyar
SUNGAI, sumber air permukaan, di samping danau. Penggunaannya pun multifungsi. Mulai dari pengairan lahan pertanian, pemenuhan kebutuhan rumah tangga, hingga sebagai tempat yang disucikan. Seiring perkembangan zaman, sungai termasuk daerah aliran sungai (DAS) tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, melainkan lebih masif lagi, untuk industri khususnya pariwisata. Eksploitasi sungai dan DAS sudah terlalu besar. Hal ini membuat fungsi sungai terganggu. Sementara di sisi lain, program recovery tak sebanding dengan kerusakan yang telah terjadi. Menurut Ketua Puslit PPLH Unud Dr. Made Sudarma, M.S., biasanya DAS memiliki view yang bagus. Para pemilik modal akan tertarik membangun tempat wisata di kawasan tersebut. Atraksi wisata yang ditawarkan berupa rafting dan swing, sedangkan akomodasi wisatanya berupa hotel dan restoran. Pemanfaatan atau lebih condong ke eksploitasi terhadap sungai dan DAS inilah yang mempercepat laju kerusakan lingkungan. Padahal DAS adalah ciptaan Tuhan yang
seharusnya dijaga. ‘’Tugas kita adalah merawatnya, menjaganya. Itu beda sekali dengan buatan manusia. Tentu ada pengembalian investasi di samping juga perawatan. Sementara yang ciptaan Tuhan, sering kita tidak syukuri, hanya eksploitasi saja. Sesekali ada bagian tertentu untuk pengembalian. Tapi recovery itu tidak cukup kuat, tidak cukup mampu untuk memelihara DAS,’’ ungkapnya. Bukti tak kuat recovery, di musim hujan air sungai keruh. Sungai keruh karena ada tanah masuk. Tanah masuk karena ada longsor atau erosi. Ini bukti tanah tidak lagi dipegang akar pohon. Akar pohon tak mampu memegang tanah karena tanamannya sudah ditebang dan diganti tanaman musiman yang tidak kuat memegang tanah. Misalnya daerah hulu yang semula ditanami pohon kopi, diganti tanaman musiman seperti jeruk. Padahal jeruk bukan tanaman yang bagus untuk memegang tanah. Persoalan lain, terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim memang tidak bisa dihindari. Yang bisa dilakukan adalah mitigasi dan adaptasi.
Contoh perubahan iklim adalah frekuensi hujan berkurang namun intensitasnya tinggi. Sekali hujan, besar dan menyebabkan banjir lantaran air meluncur begitu saja di atas permukaan, tidak terserap oleh akar pohon. Dalam hal ini, Sudarma menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi konservasi. Pengembalian fungsi hutan dan daerah resapan dengan teknologi konservasi perlu lebih gencar dilakukan. ‘’DAS merupakan suatu ekosistem sehingga sangat berkaitan dengan daerah hulu dan hilir. Jika fungsi hulu berupa hutan terganggu, maka DAS-nya juga akan terkoyak. Kawasan hutan di Bali kurang dari 30 persen yaitu 22,8 persen. Lebih dari itu, jika dihitung berdasarkan tutupan hutan, maka akan jauh lebih rendah lagi. Tutupan hutan adalah kawasan hutan yang ada tegakan pohonnya. Tutupan hutan ini yang berfungsi pada proteksi air dan tanah,’’ ungkapnya. Untuk menjaga sungai dan DAS, teknologi saja tidak cukup. Penegakan aturan tata ruang harus diperkuat. Hal. 15 Jangan Permisif