12 HALAMAN
NOMOR 125 TAHUN KE 71
Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id
terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha
Bali Post
HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000
balipost (166 rb Like) http://facebook.com/balipost
SEJAK 1948
@balipostcom (5.495 Follower) http://twitter.com/balipostcom
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
Pengemban Pengamal Pancasila
Tolak Keinginan Menteri Susi
Perda RTRWP Bali Tak Perlu Direvisi
Denpasar (Bali Post) Pascaketahuan menerbitkan lagi izin lokasi amdal reklamasi Teluk Benoa, Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti kini malah mempersilakan Gubernur Bali untuk mengubah tata ruang peruntukan Teluk Benoa. Padahal, dalam Perda No.16 Tahun 2009 tentang RTRWP Bali, Teluk Benoa justru sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Sekalipun saat ini tengah ada pembahasan mengenai revisi Perda RTRWP, Pansus di DPRD Bali memastikan status konservasi tidak akan diubah pada Teluk Benoa. ‘’Di dalam tata ruang, Teluk Benoa itu sudah jelas kawasan konservasi. Itu tidak kita utak-atik, malah kita perkuat lagi dalam perubahan tata ruang,’’ ujar Ketua Pansus Revisi Perda RTRWP Bali I Ketut Kariyasa Adnyana, Sabtu (22/12) kemarin. Dengan kata lain, lanjut Kariyasa, Pansus akan mengabaikan Perpres No.51 Tahun 2014 yang mengubah peruntukan Teluk Benoa dari kawasan konservasi dalam Perpres No.45 Tahun 2011 menjadi kawasan budi daya. Terlebih, DPRD Bali juga sudah mengeluarkan rekomendasi dan keputusan dewan terkait penolakan reklamasi Teluk Benoa. Ditambah lagi, Teluk Benoa memang ditetapkan menjadi kawasan konservasi dalam regulasi yang dibuat dewan seperti Perda RTRWP Bali dan turunannya. ‘’Kalau Perpres 51 tidak bisa dicabut, apakah ada sesuatu atau deal-deal sebelumnya, pemerintah pusat dituntut karena mungkin sudah dapat sesuatu ataupun apa pun, investor sudah bayar pajak dan sebagainya, sehingga perpres itu bisa diabaikan. Walaupun ini menjadi perdebatan,’’ jelas Sekretaris Komisi III DPRD Bali ini. Kariyasa sendiri menyayangkan izin lokasi yang kembali diterbitkan
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI tanpa meminta rekomendasi dari Gubernur. Sementara masyarakat Bali, termasuk eksekutif dan legislatif, sudah menyatakan tidak setuju. Pihaknya juga mendukung Gubernur untuk bersurat kepada Presiden atau bahkan bertemu langsung guna menyampaikan sikap Bali terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa. ‘’Sekarang kalau memang diperlukan itu, apa sih susahnya. Gubernur tinggal buat (surat pernyataan - red) atau datang langsung ke Presiden,’’ jelasnya. Hal.11 Berbau Politik
Jerinx Tuding Menteri Susi Kaburkan Masalah Jakarta (Bali Post) Ternyata perjuangan rakyat Bali membatalkan reklamasi Teluk Benoa belum akan berakhir. Masih ada modus-modus baru untuk kembali menggolkan proyek tersebut. Namun, keuntungan masyarakat Bali kini memiliki Gubernur
Wayan Koster yang secara tegas menolak reklamasi. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti beradu pendapat dengan musisi asal Bali Gede Ari Astina alias Jerinx di Twitter saat membahas masalah reklamasi. Awal-
nya Jerinx memposting tentang akunnya yang diblok oleh Susi pada 20 Desember 2018. Dia merasa Susi tidak suka dengan dirinya yang lantang menyuarakan tolak reklamasi Teluk Benoa, Bali. ‘’Sejak diblok saya sudah curiga sama @susipudjiastuti. Beliau seperti selalu tidak mau ada band saya di tiap acara bertema lingkungan yang beliau ikuti di Bali. Ya… samalah polanya seperti kampanye kelola sampah kaum ningrat. Suka main aman, jadi fokusnya ke hal yang tak fatal. Its all make up,’’ kata Jerinx. Di cuitan lainnya, Jerinx mengomentari sebuah berita tentang penjelasan Susi yang telah menerbitkan izin baru reklamasi di Teluk Benoa, Bali. Jerinx mengajak Susi untuk berdebat di Twitter secara terbuka tentang reklamasi Teluk Benoa. Susi pun sudah tak lagi mem-block akun Jerinx, dan Jerinx ajak debat setelah makan siang. Hal. 11 Tak Bawa Politik
Upacara Tak Perlu Mewah
Usahakan Buat Sendiri
Setiap aktivitas keagamaan selalu diikuti dengan berbagai keperluan bahan upakara, masyarakat Bali menyebutnya banten. Bahan keperluan upakara ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama Hindu di Bali. Dalam dua pekan ini umat Hindu disibukkan dengan hari raya mulai Sugihan Jawa, Sugihan Bali, lanjut Purnama, Panyekaban, Panampahan Galungan, Galungan dan aed Kuningan. Dipastikan pengeluaran akan meningkat. BANTEN dalam fungsinya sebagai sarana upacara hampir selalu menggunakan buahbuahan yang dilengkapi juga dengan jajanan dari yang tradisional sampai yang modern, umbi-umbian, bunga, daging dan bahan lainnya. Kebutuhan akan adanya bahanbahan keperluan upakara tersebut dalam setiap upacara keagamaan lama-lama menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat Bali. Jika dahulu kebutuhan tersebut masih mampu dipenuhi oleh para petani Bali, maka sekarang kebutuhan tersebut sudah tidak mampu lagi dipenuhi. Bahkan, setiap mendekati hari raya Hindu di Bali, seperti Galungan dan Kuningan harga-harga keperluan upakara meroket naik karena jumlah bahan yang lebih sedikit dari permintaan. Hal inilah yang menyebab-
kan banyak bahan keperluan upakara yang di impor dari luar Bali. Mulai dari janur, slepan (daun kelapa tua), ron (daun enau tua), ambu (daun enau muda), kelapa, pisang, apel, jeruk, dan buah-buahan lainnya. ‘’Bahan-bahan upakara yang seharusnya kita mampu menyediakan untuk memenuhi beperluan sehari-hari ternyata harus kita datangkan dari luar Bali. Bahkan kalau hari raya kita harus menunggu datangnya buah dari Jawa. Hal ini sudah tidak dapat dimungkiri lagi,’’ tandas Ketua PSN Korda Denpasar Pinandita Putu Gede Suranata pada Talkshow Merah Putih ‘’Bali Masih Impor Keperluan Upakara’’ di Wantilan Gedung Pers Ketut Nadha (Bali TV), Selasa (18/12). Pinandita Putu Gede Suranata mengatakan, tren umat Hindu saat ini sedang marak
Belum Impor Daging Babi KEBUTUHAN bahanbahan upakara tidak hanya berupa janur, bunga, buahbuahan, tetapi hewan seperti babi juga merupakan sarana upakara yang sangat vital dalam upacara di Bali. Bahkan, rentetan hari raya Galungan dan Kuningan ada namanya penampahan Galungan dan penampahan Kuningan yang jatuh sehari sebelum hari raya tersebut. Pada hari itu umat Hindu biasanya melakukan pemotongan babi untuk dipersembahkan, sekaligus untuk dimakan dengan berbagai olahan, seperti lawar, sate, dan lain sebagainya. ‘’Sampai saat ini syukur Bali belum mengimpor daging babi untuk keperluan upakara, namun kita mengekspornya
ke luar daerah, seperti Pulau Jawa,’’ tandas Ketua GUPBI I Ketut Hari Suyasa. Hal. 11 Lebih Murah
di mana segala kegiatan upacara yang digelar harus tampil mewah dan meriah. Padahal, upakara yang kaitannya dengan banten pada dasarnya cukup terbuat dari bahan-bahan yang ada di pohon kelapa. Namun, seiring perkembangannya variasi bebantenan semakin beragam. Hal inilah yang menyebabkan keperluan akan bahan-bahan upa-
kara semakin banyak. ‘’Kalau kita tahu tattwa, sebenarnya upacara tidaklah harus mewah, sehingga memunculkan bahwa upacara itu mahal. Kembali pada prinsip yadnya, di mana prinsip yadnya adalah tidak memberatkan, namun disesuaikan dengan kemampuan,’’ tukasnya. Hal. 11 Lahan Sempit
BEGITU besarnya potensi yang diakibatkan oleh adanya kegiatan upacara keagamaan, memerlukan suatu manajemen tersendiri untuk mengaktualisasikannya. Sehingga hal ini menjadi kekuatan ekonomi yang dapat menguntungkan masyarakat lokal dan memperkuat sendisendi kehidupan yang berbasis pada aktivitas masyarakat itu sendiri. Bahkan, bukan mustahil kegiatan ekonomi kerakyatan ini akan sangat kuat dan dapat bertahan lama. Dinas Koperasi & UKM Provinsi Bali Nyoman Widiarti mengatakan umat Hindu di Bali tidak hanya meng-
gelar upacara pada hari raya tertentu saja, namun hampir setiap hari sebagian besar umat Hindu menggelar upacara keagamaan. Tentu konsekuensinya umat Hindu memerlukan bahan-bahan upakara. Tentu hal ini oleh sebagian umat Hindu di Bali dimanfaatkan untuk mengais rezeki dengan menjual bahanbahan upakara tersebut. Dinas Koperasi Provinsi Bali mendorong umat Hindu, khususnya UMKM agar berusaha untuk mendukung pemenuhan keperluan umat Hindu akan bahan dasar upakara. Hal. 11 Pelatihan Entrepreneur
Berdayakan Umat Hindu untuk Mandiri
BPM/dok
MEMBUAT - Membuat sarana upakara jauh lebih hemat daripada membeli.
Dari Talkshow Merah Putih ’’Bali Masih Impor Keperluan Upakara’’
Rugikan Petani, Bali Harus Produksi Sendiri Ketergantungan Bali akan bahan upakara impor harus segera dihentikan. Sebab, yang akan paling banyak dirugikan adalah petani Bali. Situasi saat ini seperti masyarakat Bali sedang memperkaya para petani luar Bali. JUTAAN bahkan miliaran uang terus mengalir ke masyarakat luar Bali, padahal dengan adanya pariwisata Bali yang berbasis budaya seharusnya yang diuntungkan adalah para petani Bali itu sendiri. Kadis Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan Made Arya Putra men-
gatakan harus ada upaya untuk memproduksi sendiri bahan-bahan upakara di Bali. Di Kabupaten Tabanan, tahun 2018 ini telah memproduksi sebanyak 920.543 kuintal keperluan upakara. Bahkan, hasil produksi tersebut telah dijamin kesegaran dan kesehatannya oleh Dinas Ketahanan Pangan. Namun karena banyaknya permintaan, hasil produksi tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di Bali, sehingga harus impor dari luar daerah Bali. Untuk meminimalisir impor, pihaknya meningkatkan peran kelompok tani wanita di Kabupaten Tabanan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dengan mengoptimalisasi lahan-lahan
pekarangan untuk ditanami bahan-bahan pokok upakara, seperti pisang dan bunga. Selain itu, pihaknya juga telah memberikan sertifikasi buah lokal kepada petani, dengan tujuan agar buah lokal bisa bersaing di pasaran dan memiliki nilai jual. Seperti sertifikasi buah salak gula pasir dan nanas madu, sehingga petani giat dalam memproduksi buah lokal. Kadis Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKPP) Kabupaten Bangli Wayan Sukartana mengakui menjelang hari raya hampir semua keperluan pokok bahan-bahan upakara mengalami kenaikan harga. Hal. 11 Kenaikan Harga
Made Arya Putra
Wayan Sukartana