Edisi 23 Juli 2017 | Balipost.com

Page 4

4

Minggu Wage, 23 Juli 2017

SIGUG - Nyama atau apapun sebutannya secara umum menyatakan ikatan bersaudara satu garis keturunan. Ikatan ini terbentuk akibat orang tua atau leluhur terdahulu menurunkan putra kemudian menjadi sentana-generasi penerus. Seiring perkembangan zaman, tanpa disadari terjadi berbagai pergeseran dalam tatanan kehidupan masyarakat Bali, baik itu moral, etika, perilaku, pola pikir, dan sebagainya. Dulu konsep tat twam asi itulah kamu, sekarang menjadi itulah satru (musuhmu). Semuanya terjadi akibat pergeseran papineh menjadi sigug yang terus dikembangkan sehingga menjadi suatu tradisi berupa tradisi sigug.

Memahami Watak Orang Bali

“Sigug” merupakan ungkapan orang Bali yang menyatakan sifat, watak serta karakter yang buruk. Artinya secara umum orang itu sulit diajak manyama braya. Makanya tidak salah kalau Kanduk Supatra menyatakan bahwa sigug itu karakter yang kaku, singkuh, kukuh, dan pengkung. Orang-orang zaman dahulu sigug mungkin karena tidak semuanya berpendidikan, berpengetahuan yang tentu pula tidak berpengalaman. Jadi adanya suatu “kewajaran” bila ia sigug. Namun sesigug-sigug-nya orang zaman dahulu jarang melebihi batas kemanusiaan. Artinya di balik itu semua masih ada perasaan, pikiran, dan hati manyama braya. Anehnya zaman globalisasi yang modern lengkap berpendidikan, berpengetahuan yang tentu pula berpengalaman masih saja adanya sigug, baik itu sifat, watak, maupun karakter. Bahkan kesigug-annya semakin menjadi-jadi melebihi ambang batas kemanusiaan. Artinya tidak memikirkan itu nyama, braya apalagi pisaga. Kalau tidak cocok, “sikat”. Kalau tidak sepaham, “bantai”. Tentu ini menjadi sesuatu yang aneh di balik modern dan berpendidikannya. “Sigug Manyama” Nyama atau apapun sebutannya secara umum menyatakan ikatan bersaudara satu garis keturunan.

Ikatan ini terbentuk akibat orang tua atau leluhur terdahulu menurunkan putra kemudian menjadi sentana-generasi penerus. Leluhur merupakan orang tua yang disebut dengan ayah dan ibu ke atas seperti kakek nenek, kumpi, buyut, telempek, piratan, pirate, dan sebagainya. Semuanya yang telah meninggal dan disucikan berstana di Sanggah, Kamulan, Merajan, maupun palinggih lainnya untuk dipuja dan dimuliakan oleh sentana-nya. Seiring perkembangan zaman. Pulina menjadi globalisasi. Kuno pun telah modern. Tanpa disadari terjadi berbagai pergeseran dalam tatanan kehidupan masyarakat Bali, baik itu moral, etika, perilaku, pola pikir, dan sebagainya. Dulu konsep tat twam asi itulah kamu, sekarang menjadi itulah satru (musuhmu). Semuanya terjadi akibat pergeseran papineh menjadi sigug yang terus dikembangkan sehingga menjadi suatu tradisi berupa tradisi sigug. Akibat tradisi sigug bukan rahasia umum lagi dalam keluarga pasti ada saja yang tidak cocok dengan tugelan, misan, mindon, ipah, matua dan sebagainya. Dalam sekup pangempon Kemulan / Merajan pasti ada saja saling puikin. Apalagi masalah warisan pasti ada saja yang tidak amun kenehne (tidak sesuai keinginan) dengan istilah kerennya “magarangan warisan”. Akhirnya semua ini merembet

ke Sanggah, Kemulan, maupun Merajan baik pada saat piodalan maupun perawatannya yang ujungujungnya ribut atas dasar itungitungan (tidak iklas). Parahnya lagi akibat pembagian warisan sampai Kemulan / Mrajan pun “dibagi”. Artinya tanggung jawab setiap palinggih dibagi per KK (per kepala keluarga / per kaki) mulai dari perawatan, wastra dan upakaranya. Begitu pula akibat pembagian warisan Kemulan / Merajan ikut “dibagi” dengan mendirikan Merajan baru dalam satu keluarga besar. Itukah arti manyama? Semestinya keberadaan sanggah dan sebagainya selain untuk memuja dan memuliakan leluhur, juga digunakan sebagai tempat nyikiang raga magetih abumbung (satu keturunan) untuk pakedekpakenyung. Bukan sebaliknya akibat pembagian warisan yang tidak amun kenehne (tidak sesuai keinginan) merembet ke piodalan sanggah menjadi itung-itungan. Pada akhirnya dan tidak dapat dipungkiri pasti saling singguk atau sikut ngajak nyama, tugelan, misan, mindon, matua, mantu, ipah, maupun iwa. Setelah itu apa untungnya mapuikan ngajak nyama? Uniknya lagi, saat adanya kematian pasti ada saja yang menangis, kalau tidak panak, tugelan, ya: ipah, mantu, misan, mindon, dan sebagainya. Tetapi selama sakit

MATA - Konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis infeksi dan non-infeksi. Pada konjungtivitis infeksi, penyebab tersering adalah virus dan bakteri, sedangkan pada kelompok non-infeksi disebabkan oleh alergi, reaksi toksik, dan berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya. Penyebaran virus umumnya terjadi melalui tangan, peralatan mandi, bantal kepala yang digunakan bersama atau kontak dengan alat pemeriksaan mata yang terkontaminasi.

Hati-hati Mata Merah

Tidak Selalu Perlu Antibiotik

MATA merah atau biasa disebut konjuntivitis adalah peradangan ataupun infeksi pada selaput transparan (konjungtiva) pada bagian putih bola mata. Konjungtiva adalah membran mukosa tipis transparan yang melapisi bagian depan sklera (bagian putih bola mata) dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva berfungsi sebagai salah satu komponen sistem perlindungan mata dari peradangan dan infeksi. Ketika pembuluh darah kecil di bagian putih bola mata menjadi meradang maka hal ini menyebabkan bagian putih mata muncul kemerahan atau merah muda. Mata merah tidak mempengaruhi penglihatan namun terkadang membuat tidak nyaman. Berdasarkan American academy of ophthalmology journal (19 Juni 2017), ada suatu penelitian terbaru yang membahas tentang sebagian besar pasien dengan konjungtivitis akut (mata merah) mendapatkan pengobatan yang tidak tepat. Sekitar 60% pasien diresepkan tetes mata antibiotik meskipun antibiotik jarang diperlukan untuk mengobati peradangan atau infeksi mata pada umumya. Sekitar 20% pasien yang mendapat pengobatan tetes mata steroid-antibiotik dapat memperlambat atau memperberat infeksinya. Pengobatan antibiotik yang tidak tepat dapat memicu resistensi antibiotik. Berdasarkan penyebabnya, konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis infeksi dan noninfeksi. Pada konjungtivitis infeksi, penyebab tersering adalah virus dan bakteri, sedangkan pada kelompok non-infeksi disebabkan oleh alergi, reaksi toksik, dan berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya. Penyebaran virus umumnya terjadi melalui tangan, peralatan mandi yang digunakan bersama, bantal kepala yang digunakan bersama atau kontak dengan alat pemeriksaan mata yang terkontaminasi. Mata Merah Konjungtivitis virus merupakan penyakit mata merah yang paling sering dijumpai di masyarakat dan praktik dokter sehari-hari. Pada populasi dewasa, 80% kasus konjungtivitis akut disebabkan oleh virus. Virus yang dapat menyebabkan konjungtivitis di antaranya adalah adenovirus, herpes simpleks, herpes zoster, pox virus, myxovirus, paramyxovirus, dan arbovirus. Konjungtivitis sering terjadi bersama atau sesudah infeksi saluran napas dan umumnya terdapat riwayat kontak dengan pasien konjungtivitis virus. Gejalanya berupa mata merah, sekret/cairan mata berair dan dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening. Gejalanya biasanya ringan dan tidak disertai penurunan tajam penglihatan, tapi juga terdapat kasus-kasus yang bersifat mengancam penglihatan sehingga perlu segera

dirujuk mendapat penanganan oleh dokter spesialis mata. Konjungtivitis viral sangat menular sehingga pasien perlu mendapat penjelasan untuk mengurangi kontak langsung maupun tidak langsung agar tidak menjadi sumber infeksi bagi lingkungannya. Sembuh Konjungtivitis viral dapat sembuh sendiri, namun pemberian air mata buatan, antihistamin topikal, atau kompres dingin berguna untuk meredakan gejala. Terapi antiviral tidak diperlukan untuk konjungtivitis virus, kecuali untuk konjungtivitis herpetik. Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan karena tidak mencegah infeksi sekunder dan dapat memperburuk gejala klinis akibat reaksi alergi dan reaksi toksik serta tertundanya kemungkinan diagnosis penyakit mata lain. Antibiotik dapat dipertimbangkan jika konjungtivitis tidak sembuh setelah 10 hari dan diduga terdapat superinfeksi bakteri yg berpotensi mengganggu penglihatan. Pada konjungtivitis bakteri didapatkan sekret mata kental berwarna kuning kehijauan. Pada konjungtivitis alergi gejalaya berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan, keluhan utama adalah gatal, kemerahan, berair mata, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus di konjungtiva tarsalis. Cairan Sumber penularan konjungtivitis secara umum adalah cairan yang keluar dari mata yang sakit yang mengandung bakteri atau virus. Salah satu media penularannya yaitu tangan yang terkontaminasi cairan infeksi, misalnya melalui jabatan tangan. Bisa pula melalui cara tidak langsung, misalnya tangan yang terkontaminasi memegang benda yang kemudian terpegang oleh orang lain, penggunaan handuk secara bersama-sama, penggunaan sapu tangan atau tisu secara bergantian, dan penggunaan bantal atau sarung bantal secara bersama-sama. Konjungtivitis dapat dicegah yaitu dengan tidak menyentuh mata yang sehat sesudah mengenai mata yang sakit, menghindari penggunaan bantal, handuk dan sapu tangan bersama, menghindari mengucek-ngucek mata, dan pada pasien yang menderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissu atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata. l dr. Ayuningtyas Anatika Santosa

saat membutuhkan bantuan dan pertolongan jarang bahkan hampir tidak ada sanak saudara datang menangis sebagai bentuk manyama, apalagi orang lain. Walaupun ada, kebanyakan datang dalam keadaan terpaksa. Mungkin malu (lek) dengan nyama braya menyebabkan ia terpaksa nelokin. Itupun hanya sebatas “absen muka” dalam bahasa Balinya “kualan genah”. Begitu pula dalam melaksanakan kegiatan, seperti ngaben, seharusnya dilaksanakan secara “manyama braya” satu Kemulan/Merajan walaupun penanggungjawabnya sentana marep. Keberadaan misan, mindon, ipah, iwa, dan sebagainya setidaknya ikut melaksanakan sebatas membantu dengan kaki-tangan. Bukan sebaliknya menjadi penonton dengan alasan, “rage sing oraine, rage sing ajakine, rage sing tedunine, rage sing pendakine, dan sebagainya”. Fenomena ini, di mana letak manyama, arti manyama, nulungin nyama, jele melah manyama, dan mapitungan ngajak nyama? Perlu disadari, dipahami, dimengerti, dihayati, bahkan dipikirkan matangmatang bahwa apapun yang terjadi, bagaimanapun keadaannya, separah atau semewah apapun itu, yang namanya nyama itu tetap nyama. Tidak ada istilah mantan nyama, bekas nyama, suud manyama, apa buin pegat manyama. Karena yang namanya nyama itu

tetap nyama. Sampai kapanpun itu. Walaupun tidak mengakui, orang lain yang menyatakan kita manyama.

Sigug Manyama Braya Manyama braya menjadi dasar kekeluargaan atau kebersamaan hidup bermasyarakat dalam satu banjar, desa, dan sebagainya. Atas dasar ini sering dijumpai suatu pelang nama berisi slogan suka duka banjar anu. Itu menandakan dalam wilayah itu adanya suatu kebersamaan masyarakat dalam keadaan suka maupun duka sebagai bentuk kesadarannya yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Semuanya itu menyarankan untuk saling asah asih asuh baik dengan pisaga (tetangga) maupun krama lainnya agar tidak memusuh. Sekarang zaman yang serba canggih tidak dapat dipungkiri segenap jiwa dan raga diselimuti sigug, baik itu sifat, watak, maupun karakter yang sering menimbulkan duka atau mendukai. Akibatnya semua asas kebersamaan itu berubah makna dan arti. Dulu asas hidup “suka duka” bermakna baik buruk bersama berubah menjadi suka membuat orang berduka atau duka melihat orang bersuka. Buktinya tidak sendikit orang yang senang bahkan menertawai temannya yang sedang berduka (bahagia di atas penderitaan orang lain). Sebaliknya mendukai bahkan

tidak segan mencidrai temannya yang sedang bersuka akibat ketidaksenangnya melihat temannya senang atau bahagia. Semangat kekeluargaan yang disebut dengan manyama braya tidak dapat dipungkiri sekarang menjadi manyama breye yaitu sikap saling bermusuhan terutama dengan pisaga (tetangga) selat tembok. Kenyataannya tidak sendikit yang puik dengan tetangga selat tembok yang ujung-ujungnya serba kikuk dan kimud. Masalah kecil pun menjadi besar. Padahal bisa diselesaikan secara kekeluargaan dengan sistem manyama braya tanpa harus menempuh jalur hukum. Akibatnya ketika mempunyai kegiatan (upacara) semua teman, sahabat, rekan bisnis bahkan pejabat diundang tetapi pisaga dajan-delod rumahnya tidak diundang. Sungguh hal ini suatu keanehan dalam manyama braya satu banjar. Sesungguhnya lahir menjadi makhluk hidup bernama manusia di panggung kehidupan yang amat luas ini membutuhkan banyak tetangga (pisaga), nyama, maupun braya sebagai sahabat (timpal) yang akan menjadi harta utama. Semakin banyak sahabat (timpal) semakin banyak yang dapat dimintai bantuan saat kesusahan. l I Gede Pariadnya Penyuluh Agama Hindu Non PNS Ds. Sakti, Nusa Penida-Klungkung

Tetaplah Tenang Jika Anak Kejang Demam Kejang demam adalah salah satu kondisi yang selalu ditakuti oleh semua orangtua bila anaknya sedang demam. Perubahan kondisi saat si buah hati mengalami demam pastinya akan membuat orang tua merasa khawatir dan cemas. Walaupun demam pada anak umum pasti terjadi, tetapi apabila disertai dengan gejala tambahan yang muncul yaitu kejang disertai mata mendelik, kaku-kelojotan, dan lidah tergigit, maka orangtua harus waspada untuk memberikan pertolongan pertama dengan tepat. Situasi ini sering dihubungkan dengan epilepsi dan risiko keterbelakangan mental, sehingga membuat orangtua menjadi panik. Namun benarkah kejang demam berbahaya? Kejang Demam dan Penyebabnya Istilah umum yang lebih dikenal masyarakat untuk keadaan ini dikenal dengan nama stuip atau stip. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh 38°C atau lebih yang disebabkan oleh suatu proses di luar otak. Jadi tidak semua anak yang demam lalu mengalami kejang kita sebut kejang demam. Kejang demam dapat terjadi pada 2–4 persen populasi anak, yaitu pada semua anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Umumnya penyebab kejang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sangat mendadak. Kejang demam dapat juga disebabkan karena infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi saluran napas atas, infeksi saluran kemih, amandel, radang telinga, atau penyakit lain yang dapat pemicu kejang demam. Faktor genetik juga diduga berperan memengaruhi kejang demam pada anak, karena kejang demam pada anak akan beresiko berulang ketika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kejang demam. Apabila seorang anak sebelumnya

pernah mengalami kejang namun tidak diawali demam kemudian mengalami kejang kembali, tapi saat itu disertai demam maka anak tersebut tidak mengalami yang disebut kejang demam. Atau apabila seorang anak mengalami kejang yang disertai dengan demam namun usianya kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun maka anak tersebut juga tidak dapat dikatakan mengalami kejang demam dan mungkin yang menyebabkan anak tersebut kejang disertai demam tersebut adalah adanya infeksi di tempat lain seperti infeksi di sistem saraf pusat, serangan epilepsi yang terjadi bersamaan saat anak demam ataupun penyebab yang lainnya. Ciri khas kejang demam adalah demamnya mendahului kejang. Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk kejang umum ditandai dengan gejala yang beragam, mulai dari mata mendelik atau terkadang berkedipkedip, kedua tangan dan kaki kaku, terkadang diikuti kelojotan, pada saat kejang anak masih demam dan tidak sadar tidak memberi respons apabila dipanggil atau diperintah. Setelah kejang anak sadar kembali. Kejang perlu diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. * Kejang Demam Sederhana (KDS), yaitu kejang demam yang menyeluruh, berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti, tidak berulang dalam 24 jam. * Kejang Demam Kompleks (KDK), yaitu kejang pada salah satu lengan/ tungkai saja yang berlangsung 15 menit, dan berulang dalam 1 hari atau selama demam berlangsung. Penanganan Penting untuk tetap tenang saat menangani kejang demam pada anak. Pada umumnya kejang terjadi di awal

masa demam anak. Pencegahan kejang demam yang pertama tentu dengan usaha menurunkan suhu tubuh apabila anak demam. Sehingga memberikan obat penurun panas kepadanya, seperti parasetamol atau ibuprofen hanya bermanfaat membuat anak lebih nyaman dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi, tapi tidak mencegah timbulnya kejang demam itu sendiri. Pemberian kompres air hangat (bukan dingin) pada dahi, ketiak, dan lipatan siku juga dapat membantu. Sebaiknya orangtua memiliki termometer di rumah untuk mengukur suhu anak saat sedang demam. Pengukuran suhu berguna untuk menentukan apakah anak benar mengalami demam dan untuk mengetahui pada suhu berapa kejang demam timbul. Jika sudah telanjur kejang maka lakukan hal utama ini: jangan berusaha menahan gerakan anak atau menghentikan kejang dengan paksa, letakkan anak di tempat yang aman, jauhkan dari bendabenda yang berbahaya, baringkan anak dengan posisi terlentang miring agar makanan, minuman, muntahan, atau benda lain yang ada dalam mulut akan keluar, jangan memberi makanan/minuman atau obat sekalipun saat si kecil mengalami kejang, agar anak terhindar dari bahaya tersedak, jangan berikan sendok, jari tangan, kain, atau apapun ke dalam mulut si kecil, agar jalan napas tidak tersumbat, longgarkan pakaian si kecil agar ia bisa bernapas lebih lega dan tidak mengganggu gerakan kejangnya. Meskipun orangtua panik, namun sebisa mungkin tetap amati dengan cermat apa saja yang terjadi saat anak kejang. Hitung pula durasi kejang. Hal tersebut dapat menjadi informasi berguna untuk dilaporkan ke dokter. Tunggu sampai kejang berhenti, kemudian segera bawa ke UGD rumah sakit terdekat untuk diperiksa dan ditangani lebih lanjut. l dr. I Gede Ardi Pratama

KEJANG - Jika sudah terlanjur kejang, jangan berusaha menahan gerakan anak atau menghentikan kejang dengan paksa, letakkan anak di tempat yang aman, jauhkan dari benda-benda yang berbahaya, baringkan anak dengan posisi terlentang miring agar makanan, minuman, muntahan, atau benda lain yang ada dalam mulut akan keluar, jangan memberi makanan/minuman atau obat sekalipun saat si kecil mengalami kejang, agar anak terhindar dari bahaya tersedak, jangan berikan sendok, jari tangan, kain, atau apapun ke dalam mulut si kecil, agar jalan napas tidak tersumbat, longgarkan pakaian si kecil agar ia bisa bernapas lebih lega dan tidak mengganggu gerakan kejangnya. Sebisa mungkin tetap amati dengan cermat apa saja yang terjadi saat anak kejang, hitung durasi kejang sebagai informasi berguna untuk dilaporkan ke dokter.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 23 Juli 2017 | Balipost.com by e-Paper KMB - Issuu