Edisi Minggu 23 Pebruari 2020 | balipost.com

Page 1

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha

HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

12 HALAMAN

NOMOR 185 TAHUN KE 72

Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418

Pengemban Pengamal Pancasila

Minggu Wage, 23 Februari 2020

balipost http://facebook.com/balipost

@balipostcom http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

Babi Mati

Melestarikan Bahasa Bali

Pesona Tetesan Air

Jumlah babi mati mendadak di Bali kembali bertambah. Masyarakat diberi ruang untuk berpartisipasi terhadap kejadian wabah dengan cara melaporkan kepada petugas terdekat.

Pada Bulan Bahasa ini perlu diketahui bagaimana pelaksanaannya serta apa yang dilakukan untuk melestarikan bahasa, aksara dan sastra Bali.

Kreativitas seorang fotografer memang tidak mengenal istilah stagnan. Selalu saja ada teknik dan ide-ide bernas untuk “menyulap” objek yang sejatinya sangat sederhana menjadi karya fotografi yang memesona dan sangat layak untuk diapresiasi.

Bali Orti | HAL. 6

Daerah | HAL. 2

Fotografi | HAL. 8

Evakuasi WNI dari Yokohama Dikoordinir Dua Menko Jakarta (Bali Post) Juru Bicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman, menyatakan pemerintah akan segera melakukan evakuasi kemanusiaan tahap dua dari Yokohama, Jepang, dalam waktu dekat. Evakuasi WNI dilakukan setelah pemerintah menggelar rapat teknis dengan Kementerian/lembaga terkait di dalam negeri, dan dengan Pemerintah Jepang khususnya di luar negeri, kata Fadjroel melalui pernyataan resmi di Jakarta, Sabtu (22/2) kemarin. Sesuai Instruksi Presiden (Inpers) No.4/2019, evakuasi kemanusiaan dan gotong r o y o n g kemanusiaan akan

dikoordinasikan oleh dua Menteri Koordinator (Menko), yakni Menko Politik Hukum dan Keamanan, serta Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Presiden Jokowi, ucap Fadjroel, terus menerima laporan terakhir tentang keadaan WNI di Yokohama Jepang dan memerintahkan semua pihak di dalam negeri untuk mempersiapkan evakuasi kemanusiaan tahap dua dari Yokohama (Jepang) ini sebaik mungkin. Hal. 11 Memantau

KRI - Kapal Rumah Sakit KRI dr. Soeharso akan menjadi salah satu opsi yang disiapkan untuk menjemput 74 WNI yang menjadi kru Kapal Pesiar Diamond Princess di Jepang.

OPINI

Waspada Demam Babi Afrika Oleh GN Mahardika

rupiah. Di samping nilai ekonomi, peternakan babi bernilai sosial tinggi. Banyak peternak sebenarnya lebih sering merugi tetapi tetap beternak babi karena sudah menjadi kegiatan warisan. Kaul atau ‘sesangi’ babi guling jika lulus ujian, selamat, atau sembuh dari sakit tak bisa diganti kambing guling. Ternak babi juga jejaring pengaman sosial, social safety net, yang jika paceklik atau ada kebutuhan mendadak atau kerja adat bisa dijual sebagai sumber dana segar. BALI harus waspada Penyakit Demam Babi Afrika (DBA), istilah Inggris Africa Swine Fever (ASF). Penyakit itu sudah ada di depan pintu Indonesia, termasuk Bali. Penyakit ini meletup besar di banyak negara Asia seperti Tiongkok, Vietnam, Korea, Kamboja, Laos, Myanmar, Philipina, dan Timor Timur. Lima jutaan ekor babi sudah mati karena sakit atau dimatikan untuk mencegah penularan lebih luas. Bali harus waspada. Daerah lain demikian halnya. Jika masuk Bali, maka seluruh populasi berisiko. Di provinsi ini, populasi babi diperkirakan 800 ribu setiap tahun. Jika harganya rata-rata 2 juta saja, kerugian mencapai bisa 1.600.000.000.000

Bukan Zoonosis Walau tak bisa menginfeksi orang, atau bukan zoonosis, DBA mematikan peternak karena kerugian besar. Penyakit ini disebabkan oleh virus DBA. Virus ini dulunya hanya ada pada babi domestik dan babi liar di Afrika. Pada babi liar, virus bersembunyi pada caplak babi jenis Ornithodoros. Apakah caplak ini ada di Bali atau Indonesia, kita tak tahu. Tahun 2007 virus mendarat di Eropa. Puluhan negara Eropa tertular. Sebelas tahun kemudian, tepatnya 2018, virus DBA sampai di Tiongkok. Dari Tiongkok, delapan negara Asia sudah tertular dalam waktu hanya satu tahun. Hal. 11 Pernyataan Resmi

BPM/ant

Pura Taman Pacampuhan Sala

Punya Sembilan Pancoran dari Sumber Mata Air Berbeda

BANGLI memiliki banyak tempat wisata spiritual. Salah satunya Pura Taman Pacampuhan Sala. Pura yang berlokasi di Banjar Sala, Desa Abuan, Susut itu punya beberapa sumber mata air yang dialirkan melalui pancoran-pancoran. Oleh masyarakat keberadaan sumber mata air itu diyakini sangat baik dipakai untuk membersihkan diri atau malukat.

MALUKAT - Pamedek sedang malukat di Pura Pacampuhan Sala.

BPM/kmb40

Tidak Wajib ”Malukat” pada Umanis Galungan

Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita

SEHARI setelah hari raya Galungan, yaitu Umanis Galungan umat Hindu di Bali biasanya melakukan berbagai aktivitas. Tidak hanya berkunjung ke rumah sanak saudara (simakrama) dan berwisata ke tempat-tempat wisata, namun juga melakukan ritual malukat. Umat Hindu biasanya berbondongbondong bersama keluarga ke tempat-tempat yang ada sumber air suci. Bahkan, ada juga yang malukat ke pantai.

Menurut Sulinggih Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita dari Griya Agung Sukawati, malukat di hari Umanis Galungan kemungkinan hanya kebiasaan saja. Sebab, belum ada sastra yang menyatakan secara jelas bahwa pada Umanis Galungan umat Hindu wajib malukat. Bahkan, dikatakan fenomena tersebut agak terbalik atau nungkalik. Hal. 11 Bukan Sembarangan

Pura Taman Pacampuhan Sala merupakan pura kuno. Pura tersebut mulai dikenal dan ramai didatangi pamedek, sejak selesai ditata 2017 lalu. Pamedek yang datang untuk malukat dan bersembahyang tidak hanya berasal dari seputaran Bangli, banyak juga berasal dari luar Bali seperti Lombok, Semarang hingga ada yang dari mancanegara. Saat rahinan atau hari suci seperti Banyupinaruh, pamedek yang datang bisa mencapai ribuan orang. Bahkan sampai malam hari. Menurut Bendesa Adat Sala, Ketut Kayana, ada beberapa hal yang menjadi daya tarik Pura Taman Pacampuhan Sala. Dari sisi arsitektur, pura tersebut terbilang unik. Terdapat banyak tempat indah dan alami di sana yang juga punya nilai mistis. Yang istimewa, dari Pura Taman Pacampuhan Sala, masing-masing pancoran berasal dari sumber mata air yang berbeda. “Ada sembilan pancoran di sana, di utara ada 4, di timur ada 5, jumlahnya sesuai urip pangider bhuana,” terangnya. Kayana mengatakan, saat ini keberadaan tempat patirtan/panglukatan di Bangli terus bermunculan dan berkembang. Ada yang baru, ada juga yang hasil direnovasi. Menurutnya banyaknya kehadiran wisata spiritual malukat saat ini, kemungkinan karena secara niskala, di Zaman Kali ini sudah banyak kekotoran pada diri manusia maupun jagat. Karena itu secara alami, Ida Sang Hyang Widhi Wasa mendorong dan mengarahkan pikiran umat untuk membangkitkan kembali patirtaan yang ada. “Sehingga banyak krama sekarang membangkitkan yang sudah ada,” terangnya. Selain untuk fungsi spiritual, keberadaan tempat patirtaan/ palukatan juga punya fungsi rekreatif. (kmb40)

”Panglukatan Pancoran Solas” Jadi Daya Tarik Wisata SELAMA kurun waktu setahun ini, banyak objek wisata spiritual baru yang bermunculan di Kabupaten Badung. Salah satunya Taman Beji Paluh yang terletak di Desa Penarungan. Panglukatan pancoran solas di kawasan Banjar Dauh Peken, Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Badung ini menyajikan keindahan alam serta dekat dengan atraksi wisata tubing di desa tersebut. Adapun Pancoran Lima terdiri dari Pancoran Brahma, Wisnu, Siwa, Rudra dan

Sambu. Sedangkan Pancoran Solas di antaranya terdiri dari Toya Ning, Tirta Gangga, Toya Panglukatan, Toya Pembersihan, Toya Pamrastita, Toya Pangleburan, Toya Pangening-ening, Toya Panyejer, Toya Sudamala, dan Toya Pangentas. Banyak masyarakat yang ingin melakukan pembersihan secara spiritual dengan cara malukat di Pura Taman Beji tersebut. Sesuai cerita turun-temurun, konon pada zaman dahulu, air yang mengucur di Taman Beji Paluh adalah sungai yang

mengaliri Tukad Yeh Penet dan Bebengan. Kepala Dusun Dauh Peken, I Gede Made Artanegara, mengatakan subak Desa Kapal memerlukan aliran air untuk mengairi persawahan warga. Masyarakat pun mencoba mengarahkan aliran mata air dari Desa Penarungan ini ke Desa Kapal. Dimulai dari Banjar Abing yang saat ini dikenal sebagai Banjar Dauh Peken. “Caranya, dibuatkan urukan sebagai pembatas untuk mengarahkan aliran air,” terangnya.

Upaya masyarakat tak mudah. Berkali-kali urukan tanah tersebut jebol. “Nah, konon akibat hal tersebut, ada salah satu anggota masyarakat secara tidak sengaja berikhtiar. Ia memohon kepada penguasa alam. Barang siapa yang datang paling akhir, akan dipakai pakelem atau tumbal agar usaha yang dilakukan berhasil,” ujarnya. Ternyata hal itu benarbenar terjadi. Suatu ketika, ada seseorang yang datang paling akhir. Ia adalah seorang pangliman yang

bertugas mengatur air. Tibatiba ia jatuh dan meninggal saat berjalan di pinggir urukan sungai. “Sejak itu, akhirnya urukan yang dibuat tidak pernah lagi mengalami masalah hingga saat ini,” katanya. Bekas jebolan urukan sungai tersebut membuat tanah tidak rata atau disebut dengan istilah ‘mapaluh-paluh’. “Hingga kemudian tempat bekas urukan tersebut dikenal sebagai Taman Beji Paluh hingga kini,” ujarnya. Hal. 11 Memiliki Khasiat

BPM/ist

BEJI PALUH - Taman Beji Paluh banyak dikunjungi masyarakat yang menyukai wisata spiritual.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.