Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id
terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000
16 HALAMAN
NOMOR 182 TAHUN KE 71
Bali Post
balipost http://facebook.com/balipost
SEJAK 1948
@balipostcom http://twitter.com/balipostcom
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
Pengemban Pengamal Pancasila
Bali Post/eka
TOKOH - Para penerima Anugerah Pers K.Nadha Nugraha foto bersama dengan Sekda Provinsi Bali Dewa Indra dan Satria Naradha. Ada 11 tokoh adat dan seniman yang menerima anugerah tersebut. Mereka adalah: A.A. Ngurah Rai Sudarma (Bendesa Adat Denpasar), Wayan Wasista (Bendesa Adat Kuta), I Made Budiarta (Bendesa Adat Jimbaran), Wayan Mertha (Bendesa Adat Kedonganan), I Gusti Ngurah Windia (Seniman Topeng Tugek Carangsari), Ni Putu Putri Suastini (Seniman Sastra), Nyoman Subrata/Petruk (Seniman Drama Gong), I Made Suarta (Seniman Arja), I Made Gandra (Bendesa Adat Padangtegal), I Nengah Suarya (Bendesa Adat Dukuh Penaban) dan Jro Mangku Widiartha (Bendesa Adat Besakih).
Anugerah Pers K.Nadha Nugraha 2019
Perlu Langkah Cepat Perkokoh Kekuatan Bali Bali telah memasuki era baru dan sejak tahun lalu Bali juga memiliki gubernur baru. Karenanya, perlu ada langkah cepat untuk melakukan perbaikan dalam segala bidang untuk memperkokoh kekuatan Bali. Demikian penegasan Pimpinan Kelompok Media Bali Post Satria Naradha pada penganugerahan Anugerah Pers K. Nadha Nugraha, Jumat (22/2) kemarin, di Gedung Pers Bali Ketut Nadha. Anugerah Pers K. Nadha Nugraha diberikan kepada 11 tokoh Bali yang mengabdi di bidang adat dan seni. Satria Naradha mengatakan, penganugerahan yang berlangsung pada 22 Februari juga masih dalam suasana Hari Pers Nasional. Ini menjadi momentum bagi Bali Post untuk menunjuk-
kan komitmen berbangsa dan bernegara sebagai bagian dari NKRI di tengah tantangan. Pada 16 Agustus 1948, Bali Post diterbitkan oleh Ketut Nadha dengan misinya menjaga dan mempertahankan Neg-
Kembali pada Jati Diri
Putri Suastini Koster
Pengepruk Kaca Mobil Ditembak Hanya dalam waktu tiga jam, Tim Resmob Polresta Denpasar meringkus komplotan pengepruk kaca mobil nasabah bank. Komplotan asal Palembang ini yaitu Hendra Majid (50) dan M. Amin (29). Mereka ditangkap di tempat kosnya di Jalan Pulau Galang, Denpasar Selatan, Kamis (21/2) lalu. Karena melakukan perlawanan saat pengembangan kasus, kedua kaki pelaku terpaksa ditembak petugas. Halaman 2 Gagal, Pembentukan BPR
PUTRI Suastini Koster didapuk menjadi keynote speaker pada diskusi ‘’Mengawal Budaya Bali’’ di Gedung Pers Bali Ketut Nadha, Jumat (22/2) kemarin. Dalam pemaparannya tanpa teks, Putri Suastini Koster lebih banyak menyoroti penggunaan bahasa Bali di lingkungan keluarga. Ia mengatakan, visi Gubernur yakni ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ mengandung banyak hal tentang kembali pada jati diri sebagai orang Bali. Yakni dengan cara menjaga apa yang menjadi warisan dari leluhur. Hal. 15 Terkena Abrasi
KUR Dominan Sektor Produksi KUR di Tabanan tahun 2018 plafond-nya mencapai Rp 1,1 triliun lebih. Kebanyakan dana KUR dengan bunga 7 persen ini dialokasikan ke sektor perdagangan. Rencananya tahun ini, KUR dominan dialokasikan ke sektor produksi seperti pertanian, perkebunan dan perikanan. Diharapkan dengan dominannya penyerapan ke sektor produksi ini akan lebih meningkatkan perekonomian desa, sehingga terjadi kestabilan harga barang di tingkat perdesaan. Halaman 7 Puting Beliung
Gedung bertingkat yang rencananya untuk BPR Jembrana belum maksimal dimanfaatkan. Gedung berlantai dua itu baru dipergunakan untuk Kantor Perusda saja. Kini rencananya di gedung itu juga akan digunakan untuk PDAM Jembrana. Halaman 10
Halaman 15
ara Kesatuan RI, menjalankan swadharma perjuangan pena. ‘’Inilah bentuk perjuangan seorang jurnalis. Bali Post berkomitmen sebagai pengemban dan pengamal Pancasila,’’ ujarnya.
Bali telah memasuki era baru dan sejak tahun lalu Bali juga memiliki Gubernur baru Wayan Koster. Wayan Koster sejak beberapa bulan ini sudah melakukan langkah yang sinergis. ‘’Pers khususnya Bali
Post menilai apa yang telah dilakukan dan apa yang menjadi komitmen Pak Gubernur juga menjadi komitmen semua masyarakat Bali,’’ ujarnya. Hal. 15 Langkah Cepat
Diskusi ’’Mengawal Budaya Bali’’
Bahasa Bali Belum Bisa Menjadi Bahasa Ibu Penganugerahan Aungerah Pers K. Nadha Nugraha 2019 juga diisi dengan diskusi ‘’Mengawal Budaya Bali’’ di Wantilan Gedung Pers Bali Ketut Nadha, Denpasar, Jumat (22/2) kemarin. Diskusi menghadirkan lima narasumber yakni Kadek Wahyudita (Klian Penggak Men Mersi), I Gde Nala Antara (Akademisi Universitas Udayana/ Kelompok Ahli Pemprov Bali), I Made Suarta (Rektor IKIP PGRI Bali), I Made Buda Astika (Kepala SMKN 5 Denpasar), dan I Gede Arya Sugiartha (Rektor ISI Denpasar).
I Gede Arya Sugiartha
Akademisi I Gde Nala Antara mengatakan, budaya Bali yang selama ini lebih banyak dikenal adalah seni. Padahal sesungguhnya akar dari semua objek pemajuan kebudayaan termasuk seni adalah bahasa. Bisa dikatakan, bahasa adalah inti dari sebuah kebudayaan. Kebudayaan Bali akan hilang jika bahasa Bali tidak ada lagi. ‘’Baru saja Bapak Gubernur tanggal 1 Februari membuka Bulan Bahasa Bali, yang sesungguhnya bahasa ibu internasional itu jatuh pada tanggal 21 kemarin. Jadi seperti itulah dunia menghargai bahasa,’’ ujarnya. Hal. 15 Mulai Tergerus
I Gde Nala Antara
I Made Suarta
I Made Buda Astika
Kadek Wahyudita
Antisipasi ’’Chaos’’, Dahulukan Hitung Pileg daripada Pilpres Jakarta (Bali Post) Tahapan penghitungan suara dinilai menjadi tahapan paling krusial dari seluruh tahapan Pemilu 2019 yang diselenggarakan secara serentak untuk pertama kalinya. Untuk mencegah keruwetan pada tahapan ini, KPU diminta mendahulukan penghitungan suara untuk pemilu legislatif dibanding pilpres. Pertimbangannya, tensi dan euforia pilpres lebih besar dan lebih panas dibanding pileg. ‘’Apakah KPU sudah mengantisipasi kalau peng-
hitungan suara pilpres dulu, dan pihak yang kalah akan membuat kerusuhan atau chaos? Apalagi ada yang menyebut pilpres ini jihad, apa tidak menakutkan itu?’’ sebut politisi dari PDI Perjuangan Effendi Simbolon, Jumat (22/2) kemarin. Wakil rakyat dari daerah pemilihan DKI Jakarta III itu meminta KPU mengantisipasi suasana pascapenghitungan suara pilpres tersebut. Sebab, kalau sudah ada yang menang dan chaos, petugas di TPS bisa meninggalkan TPS, se-
hingga suara caleg tak lagi dihitung. ‘’Kalau demikian, maka akan terjadi kekosongan konstitusional di mana seluruh kursi DPR, DPD, DPRD I dan DPRD II itu akan kosong. Karenanya, saya mengusulkan penghitungan suara pileg dulu dibanding pilpres,’’ ujarnya. Pengamat politik Adi Prayitno sepakat perlunya penghitungan suara pileg dulu dibanding pilpres. ‘’Dengan menghitung pileg, maka euforia capres bisa dilakukan pasca-pileg. Sehingga tak ada kekhawati-
ran suara pileg diabaikan petugas di TPS,’’ ujarnya. Sementara itu, Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferry Mursyidan Baldan, menekankan pentingnya pemilu berlangsung secara fair, adil, dan demokratis, agar menghasilkan pemilu yang berkualitas, tidak menghalalkan segala cara, dan tidak mencederai demokrasi. ‘’Karena pemilu itu simbol peradaban bangsa dan akan berdampak pada kehidupan negara ke depan, maka pemilu harus jujur, fair dan adil itu di-
jaga bersama. Jangan sampai ada kecurangan. Kalau curang bisa menurunkan citra Indonesia di mata dunia,’’ kata mantan Menteri Tata Ruang dan Agraria/ Kepala Bapenas ini. Ferry mengakui jika pemilu kali ini sebagai konsekuensi dari pemilu serentak yang disepakati DPR sendiri. ‘’Yang terpenting semua harus mengawal proses penghitungan. Soal chaos atau tidak, kadang orang yang kuat di dapil tapi kalah di pemilu juga bisa ngamuk,’’ ungkapnya. (kmb4)