Edisi Minggu 21 Oktober 2018 | balipost.com

Page 1

12 HALAMAN

NOMOR 64 TAHUN KE 71 Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha

Bali Post

HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

balipost (166 rb Like) http://facebook.com/balipost

SEJAK 1948

@balipostcom (5.495 Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

Pengemban Pengamal Pancasila

Bali Selatan Mulai Diguyur Hujan

36 Desa di Buleleng Rawan Krisis Air Bersih Singaraja (Bali Post) – Untuk kali pertama, wilayah Bali Selatan, Sabtu (20/10) kemarin, mulai diguyur hujan pertanda akan berakhirnya musim kemarau. Namun, tak demikian halnya dengan Buleleng. Daerah ini belum diguyur hujan sehingga masih mengalami permasalahan ketersediaan air bersih. Dari sembilan kecamatan, 36 desa di tujuh kecamatan masuk daerah rawan mengalami kiris air bersih. Kondisi ini disebabkan topografi wilayah Buleleng yang dikenal dengan istilah nyegara gunung (berbukit dan memiliki batas pantai -red). Ketika musim kemarau, debit air sumber mata air baku turun dan bahkan mati total. Selain itu, manajemen pengelolaan air bersih di wilayah ini masih mengalami permasalahan teknis. Data yang dikumpulkan di Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Buleleng menyebutkan tujuh kecamatan yang masuk kat-

Kecamatan Gerokgak Desa Sumberkima Desa Penyabangan Desa Patas Desa Gerokgak Desa Celukan Bawang Desa Sumberkelampok

egori rawan krisis air bersih di antaranya Kecamatan Gerokgak meliputi Desa Sumberkima, Penyabangan, Patas, Gerokgak, Celukan Bawang, dan Desa Sumberkelampok. Kecamatan Busungbiu di antaranya Desa Sepang, Sepang Kelod, Tista, dan Desa Pucaksari. Hal. 11 Desa Munduk

Kecamatan Seririt Desa Munduk Desa Bestala Desa Ularan Desa Lokapaksa Desa Kalisada Desa Pangkungparuk

Kecamatan Busungbiu Desa Sepang Desa Sepang Kelod Desa Tista Desa Pucaksar

Kecamatan Sukasada Desa Wanagiri Desa Pegayaman Desa Silangjana Desa Kayuputih Desa Selat Desa Tegallinggah

Kecamatan Banjar Desa Pedawa Desa Tigawasa Desa Sidatapa Desa Cempaga

Desa di Buleleng Rawan Krisis Air Bersih Kecamatan Tejakula Desa Sembiran Desa Julah Desa Tembok Desa Sambirenteng

Kecamatan Kubutambahan Desa Tambakan Desa Bukti Desa Mengening Desa Tunjung Desa Depaha Desa Pakisan

Empat Tahun Pemerintahan Jokowi-JK

Dipuji Pembangunan Infrastruktur, Dikritik Uno Soal Ekonomi

Jakarta (Bali Post) Sabtu (20/10) kemarin, tepat empat tahun lalu, Joko Widodo dan Jusuf Kalla resmi dilantik menjadi presiden dan wakil presiden. Banyak janji kampanye yang sudah dan belum tercapai. Kinerjanya banyak dipuji parpol koalisi, namun juga dikritik soal eknomi oleh oposisi. Menteri Koordinator Ke-

maritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, selama empat tahun kepemimpinan Joko Widodo tak ada satu proyek yang memiliki potensi tak selesai. “Saya ingin katakan kepada Anda selama empat tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo belum ada satu proyek pun yang berpotensi mangkrak,” kata Luhut di Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu

(20/10) kemarain. Dia menambahkan, hal tersebut karena selama ini pemerintah melakukan perencanaan pembangunan proyek dengan baik dan matang. Selain itu, eksekusi juga dilakukan dengan hati-hati dan memperhitungkan konsekuensi yang akan dialami ke depannya. Luhut memuji dalam kepe-

mimpinan Jokowi pembenahan pelabuhan, tol laut, hingga infrastruktur lain memiliki perubahan yang signifikan. Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartanto, menyebut ekonomi kian stabil sehingga kemiskinan berkurang. Hal. 11 Kemiskinan Berkurang

Perlunya Regenerasi Seni DIAWALI dengan Festival Ulun Danu Beratan pada bulan Juni 2018 bertema ‘’Danu Kertih, Menyatukan Beragam Adat Budaya Nusantara’’. Festival yang telah digelar ke-4 kalinya itu melibatkan 2.500 seniman. Jauh lebih besar dari tahun sebelumnya yang melibatkan hanya 1.200 seniman. Bahkan, acara tersebut sukses memadukan wisata alam, budaya, dan religi.

Selanjutnya, pada bulan Agustus 2018, digelar Tanah Lot Art and Food Festival II. Selain memperkenalkan potensi kopi Kabupaten Tabanan dan produk BUMDes lewat stan UKM, Festival Tanah Lot tahun ini juga dikemas dengan peluncuran tarian kolosal Rejang Sandat Ratu Segara yang diikuti 1.800 penari wanita muda, yang akhirnya meraih penghargaan dari Muri.

September, festival juga digelar di Jatiluwih, bertema ‘‘Matha Subak’’. Badan Pengelola DTW Jatiluwih pun berhasil mengemas seni tradisional dan modern dengan sangat baik. Tak hanya objek wisata, festival pun mulai difungsikan untuk menampilkan potensi kecamatan. Seperti yang dilakukan Kecamatan Kerambitan. Tahun ini sudah memasuki festival IV. Selama empat hari, banyak kesenian kolosal yang ditampilkan dan ditarikan oleh komponen masyarakat dari lima belas desa yang ada di Kecamatan Kerambitan mengambil tema ‘‘Yowana Masikian, Harmoni di Tanah Penuh Berkah’’. Selain sebagai ajang pro-

menjadi salah satu kecamatan bersifat progresif. Camat Kerambitan, I Gede Sukanada, menjelaska n , t e ro b o sa n p ro g r a m Umaurip ini fokus utamanya yakni pengembangan burung hantu (tyto alba). “Lewat pengembangan tyto alba ini, kami ingin mengubah paradigma petani dalam pembasmian hama tikus yang sering menggunakan zat kimia (racun tikus),” jelasnya. Program ini mengambil lokasi di Desa Timpag se-

bagai lokasi awal, yang diharapkan ke depan seluruh desa yang ada di Kecamatan Kerambitan akan terkoneksi dalam pengembangan pertanian dan kepariwisataan bersifat utuh. Dia menegaskan program ini bersifat holistik, tidak hanya fokus pada sektor pertanian, melainkan juga menjangkau berbagai aspek, baik itu pelestarian lingkungan, pariwisata, pendidikan, kuliner, seni budaya, dan olahraga. Hal. 11 Pertanian Organik

BURUNG - Peluncuran program Umaurip di Desa Timpag ditandai pelepasan burung hantu.

Sepanjang tahun 2018, Tabanan tercatat paling banyak menggelar festival budaya. Sejumlah objek wisata ternama di Kabupaten Tabanan menggelar ajang festival seni dan budaya sesuai dengan potensi wisata yang dimiliki. Bahkan kini, festival budaya sudah terkonsentrasi di kecamatan.

KOLOSAL - Cak kolosal mewarnai Festival Kerambitan.

Wujudkan Pertanian Ramah Lingkungan

Ibarat Pesta Seninya Warga Kerambitan SALAH satu daya tarik dari Festival Kerambitan adalah melibatkan 15 desa yang mempertunjukkan seni dan budayanya masing-masing. Pertunjukan seni dan budaya ini berhasil menyedot ribuan penonton tidak hanya warga Kerambitan tetapi luar Kerambitan. Seperti pertunjukan gong kebyar dan tarian kreasi yang dibawakan oleh perwakilan dari delapan desa yang ada di Kerambitan, Jumat (19/10) malam. Ribuan penonton tampak tertib memadati depan

BPM/bit

panggung dan dengan sabar menunggu pertunjukan gong kebyar dan tarian kreasi yang dibawakan masing-masing perwakilan desa. Salah satu pengunjung, Sayu Oktariani (24), mengaku mendengar informasi Festival Kerambitan ini dari temantemannya. “Saya asal Negara tapi kerja di Tabanan. Dapat info ada festival jadi coba untuk datang dan ternyata bagus,” ujarnya. Hal. 11 Budaya Desa

TAK hanya menampilkan seni dan budaya khas Kecamatan Kerambitan, ajang Festival Kerambitan juga dimanfaatkan untuk terus mengembangkan inovasi yang berkaitan dengan potensi yang dimiliki suatu daerah. Seperti di Kerambitan yang terkenal dengan potensi pertaniannya. Serangkaian Festival Kerambitan diluncurkan program “Umaurip, Utamaning Uma lan Urip” di Desa Timpag. Hal ini sejalan dengan upaya Kecamatan Kerambitan agar terus tumbuh

mosi dengan memadukan unsur kesenian, kebudayaan serta kuliner, kegiatan ini juga upaya meregenerasi seniman di Tabanan. Tiap tahunnya, badan pengelola objek wisata selalu mencari ide-ide baru dalam mengemas gelaran festival agar dapat menarik perhatian masyarakat setempat maupun wisatawan. Apalagi kegiatan ini juga melibatkan para seniman lokal di wilayah masing-masing. Camat Kerambitan, I Gede Sukanada, menjelaskan Festival Kerambitan kali ini mengangkat nilainilai dan kesadaran akan rasa kebersamaan sebagai kesatuan masyarakat yang utuh (masikian). Hal. 11 Potensi Seni

BPM/bit

Bazar Babi Guling

Berbahan Baku Babi Hitam, Kuliner Khas Kerambitan

BPM/san

PENONTON - Ribuan penonton tampak memadati panggung pertunjukan seni dan budaya Festival Kerambitan.

Seiring perkembangan zaman, babi hitam yang merupakan babi lokal di Bali semakin jarang ditemukan dan diternakkan oleh masyarakat Bali. Padahal, memelihara babi hitam menjadi sebuah harga diri untuk orangtua zaman dulu. Istilahnya tidak keren jika tidak memelihara babi hitam

SAYANGNYA karena tuntutan pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari, babi hitam ini mulai ditinggalkan dan beralih ke babi jenis landrace yang lebih cepat panennya. Untuk mengangkat kembali populasi babi hitam sekaligus menjadikannya ikon kuliner lokal, Festival Kerambitan mulai memperkenalkan babi guling berbahan dasar babi hitam. Salah satu perkenalan kuliner lokal khas Kerambitan ini dengan mengadakan bazar babi guling berbahan dasar babi hitam di Festival Kerambitan IV

pada Kamis (18/10) hingga Minggu (21/10). Camat Kerambitan, I Gede Sukanada, mengatakan promosi babi hitam dijadikan babi guling sebagai kuliner lokal khas Kerambitan sudah dimulai sejak tahun 2018. Pihaknya mendatangkan bibit babi hitam dari Singaraja kemudian membagikannya kepada warga kurang mampu lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Satu warga kurang mampu mendapatkan bantuan satu bibit babi hitam. Hal. 11 Diternakkan Sendiri

BPM/san

DIMINATI - Bazar babi guling berbahan babi hitam banyak diminati pengunjung Festival Kerambitan.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.