Edisi Selasa 21 Januari 2020 | balipost.com

Page 1

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha

HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

12 HALAMAN

NOMOR 155 TAHUN KE 72

Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418

Pengemban Pengamal Pancasila

Selasa umanis, 21 januari 2020

balipost http://facebook.com/balipost

@balipostcom http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

Pencarian WN Inggris

Upacara Melasti Pangurip Gumi

Truk Mengular di Kusamba

Ryan asal Inggris diduga jatuh dari tebing di kawasan Pura Selonding, Pecatu, Kuta Selatan, Senin (20/1) kemarin. Selain ditemukan barangnya di ujung tebing, juga di kamar tamu tersebut ditemukan tulisan wasiat yang ditujukan kepada pacarnya.

Setiap hari umat ngaturang ayah serangkaian Karya Agung Pangurip Gumi di Pura Luhur Batukau. Banyak krama pangayah datang dari lembaga perbankan, universitas serta krama Hindu lainnya. Saat ini juga sedang dipersiapkan upacara melasti pada 29 Januari 2020. TABANAN | HAL. 5

Kerusakan Dermaga II Pelabuhan Padangbai, Karangasem, mengakibatkan antrean panjang sampai By-pass Kusamba, Dawan. Sudah tiga hari situasi seperti ini terjadi. Para sopir pun mulai resah terutama yang mengangkut hasil bumi.

BADUNG | HAL. 3

Bali, Bencana dan Keseimbangan Alam

KLUNGKUNG | HAL. 7

Krematorium Bukan Masalah tetapi Solusi

Beberapa tahun belakangan ini keberadaan krematorium di wilayah Bali semakin marak. Pasalnya, krematorium bernapaskan Hindu yang bernaung di bawah yayasan ini mulai menjadi pilihan alternatif masyarakat Bali sekaligus solusi ketika krama mendapatkan persoalan. Meski demikian, keberadaan krematorium diharapkan jangan sampai merusak tatanan masyarakat adat di Bali. Mereka yang tidak menghadapi persoalan adat tetap menggunakan setra setempat melaksanakan pengabenan.

K

Oleh: IGK Manila KALAU merujuk pada pantauan BMKG, rentang waktu hujan lebat yang berpotensi besar menimbulkan bencana adalah kira-kira sampai akhir Januari 2020. Namun, jika berbicara bencana, perkiraan ilmiah memang membantu kita, akan tetapi itu cuma satu hal. Sebagai salah satu pusat pariwisata dunia, di mana keamanan dan kenyamanan menjadi prasyarat wajib, Bali tidak hanya harus waspada, tetapi harus benar-benar membenahi diri secara riil. Apalagi, ungkapan ‘’waspada’’, terutama di kalangan birokrat dan politisi kini cenderung retoris. Hal ini bukan tanpa preseden. Di sepanjang 2019 saja, berdasarkan catatan BPBD Provinsi Bali, terjadi 1.094 kali bencana. Sebagian besar bencana tersebut berbentuk hidrometeorologis, seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan. Meskipun tercatat hanya menelan dua korban jiwa, kerugian material mencapai miliaran rupiah. Menghadapi 2020, ketika pada Januari ini banjir menjadi momok, BPBD Bali juga telah mengingatkan agar waspada dengan bencana kekeringan serta berbagai dampak dari cuaca ekstrem. Di samping itu, Bali harus waspada dengan bencana vulkanologis seperti erupsi dan gempa bumi. Sebagai catatan awal, dari waktu ke waktu, meskipun kita menyebutnya sebagai ‘’bencana alam’’, kontribusi manusia dalam bencana hidrometeorologis yang menelan korban dan menyebabkan kerugian besar bisa dikatakan semakin membesar. Dalam kasus banjir dan kekeringan, deforestisasi dan eksploitasi yang mengubah struktur alamiah suatu wilayah adalah sebab utama. Hanya, entah kenapa, seperti terdapat kecenderungan untuk tetap ‘’menyalahkan’’ alam. Selain ungkapan ‘’bencana alam’’, sebagai contoh, ada frase seperti ‘’fenomena alam’’, ‘’hujan ekstrem’’ dan ‘’musim pancaroba’’. Faktor manusia tidak bergema kuat dalam ungkapan-ungkapan tersebut. Tradisi Bali Secara tradisi, dalam konteks pencegahan bencana hidrometeorologis, Bali dan orang Bali pada dasarnya sangat beruntung. Ajaran agama dan praktik sosio-kultural-ekonomi yang berdasar pada pembacaan terhadap alam, meskipun kini tergerus, masih tersisa. Tradisi ini bisa menjadi fondasi sekaligus instrumen yang kuat yang membuat Bali dan orang Bali, di mana pun mereka berada, mampu mengatasinya. Tradisi ini, jika semua stakeholders bersedia memakai kacamata yang sama, tidak hanya akan bersifat preventif, tetapi juga kuratif. Secara preventif, Bali bisa terhindar atau lebih siap menghadapi bencana-bencana hidrometeorologis secara efektif, dan secara kuratif, Bali mencicil memperbaiki kondisi alam yang sudah tidak seimbang atau rusak. Berdasar proporsi ideal dalam pengelolaan alam Bali, 60 persen lahan seharusnya menjadi ruang terbuka hijau dan ‘’hanya’’ 40 persen yang berupa bangunan. Namun kenyataannya, saat ini sudah sekitar 80 persen yang berupa lahan berbangunan dan hanya sekitar 20 persen yang belum terbangun. Disproporsionalitas kemudian ditambah dengan pengelolaan lahan berbangunan yang buruk, seperti terkait sanitasi, penghijauan dan sebagainya. Konsekuensi dari disproporsionalitas ini tentu saja bencana demi bencana. Di Denpasar, sebagai contoh, pada era 1990-an hanya terdapat sekitar 16 genangan air yang berdampak bencana ketika terjadi hujan ekstrem. Namun, pada Januari 2018, tercatat sudah terdapat 30 titik. Artinya, dalam rentang satu dasawarsa terjadi peningkatan potensi bencana banjir sebanyak dua kali lipat. Hal. 11 Aspek Kultural

etua PHDI Provinsi Bali Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si. mengatakan keberadaan krematorium di sejumlah wilayah di Bali bukanlah masalah bagi masyarakat Hindu di Bali. Namun, merupakan solusi bagi masyarakat adat Bali dalam melaksanakan upacara pitra yadnya (ngaben). Terutama bagi mereka yang mendapat penolakan dari desa adat kelahirannya karena berbagai masalah, dan bagi mereka yang tinggal di luar dari desa adat kelahirannya. Tahun 2008 PHDI Provinsi Bali bersama Semeton Pasek membangun Krematorium Santha Yana atau yang dikenal dengan Cekomaria

di Peguyangan, Denpasar. Meskipun pada awalnya Krematorium Cekomaria menuai pro dan kontra, namun setelah dilakukan mediasi kepada bendesa adat seluruh Kota Denpasar, kehadiran krematorium akhirnya diterima dan di-

Layani Warga Lokal hingga WNA KREMATORIUM di Desa Adat Punduk Dawa Kecamatan Dawan tidak hanya melayani umat Hindu di Bali, juga warga asing yang ingin diupacarai secara Hindu. Krematorium Punduk Dawa sudah ada sejak 2014. Sejak saat itu hingga awal tahun 2020 sudah memproses sebanyak 350 sawa. Lokasi ini diinisiasi oleh Yayasan Dharma Kusuma. Pengurus Yayasan Ketut Gede Yuda PITRA YADNYA Salah satu sulinggih saat muput karya pitra yadnya di krematorium Desa Punduk Dawa Kecamatan Dawan.

Antara, Senin (20/1) kemarin mengatakan, adanya program krematorium ini setelah melihat perkembangan umat yang kerap mengalami banyak masalah saat hendak melaksanakan upacara ngaben. Bahkan, ada yang sampai tidak dapat setra. Disinggung mengenai biaya, Yuda Antara mengatakan proses krematorium biayanya cukup terjangkau. Ini pula yang membuat umat memilih cara ini sebagai alternatif. Kalau hanya ngaben saja biayanya Rp14 juta per sawa. Ngeroras Rp14 juta, kalau sampai nuntun langsung ngalinggihang maka biayanya nambah lagi Rp 6 juta. Sehingga kalau diambil total, semua biayanya mencapai Rp 34 juta. Sedangkan khusus untuk ngelungah hanya Rp 2,5 juta dan upacara makingsan di gni Rp 9,5 juta. Dana itu digunakan untuk biaya banten dan kelengkapan upacara lainnya hingga sewa kompor krematorium. Selain melayani umat di sekitarnya, keberadaan krematorium ini juga menjadi pilihan umat Hindu dari daerah-daerah yang cukup jauh. Seperti dari Singaraja dan kota Negara. Bahkan, warga negara asing (WNA) juga kerap diminta diproses secara Hindu di lokasi ini. Hal. 11 Ngaben Massal

manfaatkan oleh sejumlah masyarakat Hindu di Bali. Bahkan, keberadaannya terus menyebar di sejumlah wilayah di Bali dan secara perlahan mulai diterima oleh kebanyakan masyarakat Bali. Krematorium sudah dianggap sebagai solusi terbaik karena upacaranya tidak jauh

berbeda dan hanya boleh didirikan di areal setra. Bahkan, paket tingkatan upacaranya pun disesuaikan dengan kemampuan masyarakat yang bersangkutan. Pengabenan di krematorium tidak mengganggu tatanan sosial masyarakat Bali, sebab pada saat kremasi warga desa adat juga dilibatkan untuk mendoakan almarhum. Hal. 11 Desa Adat

Minat Umat Terus Meningkat Denpasar (Bali Post) – Jumlah krematorium bernapaskan Hindu terus bertambah. Hal ini menunjukkan minat umat Hindu di Bali untuk menggelar ngaben atau palebon di krematorium terus meningkat. Waktu, tenaga, dan biaya yang lebih efisien dibandingkan ngaben biasa, menjadi alasan utama umat melirik layanan krematorium. Di Krematorium Santha Yana yang berlokasi di Desa Adat Kedua, Desa Peguyangan Kangin Kecamatan Denpasar Utara, misalnya. Ketika awal berdiri sekitar 15 tahun lalu, menurut penanggung jawab krematorium Jro Mangku Dalem Babakan, dalam sebulan menyelenggarakan ngaben untuk 35 sawa atau jenazah. Sekarang jumlahnya

meningkat rata-rata 100 sawa per bulan. Pria yang akrab disapa Mangku Alit ini menyebutkan, bukan pekerjaan mudah mendirikan dan mengelola krematorium. Sebab, di awal pendirian Krematorium Santha Yana, konsep krematorium yang langsung melayani upacara ngaben, terbilang hal baru. Krama Bali masih terpaku pada upacara ngaben sesuai dresta desa adat masing-masing. Ditambah belum semua umat Hindu memahami tentang esensi ngaben, sehingga banyak hal yang perlu dijelaskan ke masyarakat. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat untuk melayani umat yang membutuhkan bantuan. Hal. 11 Sesuai Sastra

Kasus Korupsi

Harian Bisnis Bali Jangan Timbulkan ’’Panic Buying’’ Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik Sofyano Zakaria menyatakan, adanya rencana distribusi elpiji secara tertutup harus direncanakan secermat mungkin. Jangan sampai menimbulkan panic buying. www.bisnisbali.com

Harian DENPOST Fenomena Buang Orok Marak Psikolog Hari Imam Wahyudi, S.Psi. menilai kasus pembuangan orok di antaranya akibat ketidaksiapan pasangan menerima bayi karena lemahnya kemampuan ekonomi. www.denpostnews.com

Rommy Divonis Dua Tahun Jakarta (Bali Post) – Mantan Ketua Umum PPP yang juga anggota DPR-RI 2014-2019 Romahurmuziy alias Rommy divonis dua tahun penjara dan denda Rp100 juta karena terbukti menerima suap sebesar Rp255 juta dari Kepala Kantor Kemenag Provinsi Jawa Timur Haris Hasanuddin dan Rp91,4 juta dari Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Gresik Muhammad Muafaq Wirahadi. ‘’Mengadili, menyatakan terdakwa Romahurmuziy terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dakwaan kesatu alternatif kedua, dan

dakwaan kedua alternatif kedua,’’ ujar ketua majelis hakim Fashal Hendri di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin (20/1) kemarin. Dalam amar putusan itu, hakim menyatakan ada beberapa pertimbangan yang memberatkan Rommy, seperti perbuatannya tidak mendukung program pemerintah memberantas tindak pidana korupsi. Selain itu, juga hakim melihat hal yang meringankan seperti terdakwa mengakui perbuatannya dan tidak pernah dihukum sebelumnya, berlaku sopan, memiliki tanggungan keluarga, mengemba-

likan uang yang diterima, dan tidak menikmati uang yang diterima. Vonis tersebut lebih rendah dibanding tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) KPK yang meminta Rommy dihukum empat tahun penjara ditambah denda Rp250 juta subsider lima bulan kurungan, ditambah pembayaran kewajiban sebesar Rp46,4 juta subsider satu tahun penjara dan pencabutan hak dipilih dalam jabatan publik selama lima tahun. Atas putusan itu, Rommy menyatakan pikir-pikir. Demikian pula JPU juga menyatakan pikir-pikir. (ant)

Romahurmuziy


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.