Edisi 16 Juli 2017 | Balipost.com

Page 1

20 HALAMAN

NOMOR 314 TAHUN KE 69

Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

balipost (158 rb Like) http://facebook.com/balipost

Pengemban Pengamal Pancasila

minggu paing, 16 juli 2017

@balipostcom (4.812 Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipostcom http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 233801, 225764 Faksimile: 227418

18 Kapal Terbakar Pati (Bali Post) Kebakaran hebat terjadi di alur Sungai Silugonggo, Desa Bakaran, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu (15/7) kemarin. Sebanyak 18 kapal nelayan terbakar. Hingga pukul 16.40 WIB, api belum berhasil dipadamkan. Upaya pemadaman terus dilakukan petugas agar tidak merembet ke kapal lain yang bersandar di tempat itu. Jumlah kapal yang ikut terbakar hingga kini mencapai 18 unit kapal. Tiga orang nelayan mengalami luka bakar serius sehingga dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Budi Agung Juwana. Hal. 19 Masih Dievakuasi

BPM/ant

TERBAKAR - Sebanyak 18 kapal hangus terbakar di Sungai Silugonggo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu (15/7) kemarin. Kebakaran diduga akibat proses pengelasan di area kapal tersebut.

Sembilan Persen Pelajar Anti-Pancasila

Surabaya (Bali Post) Menteri Sosial yang juga Ketua Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah Surabaya, Khofifah Indar Parawansa mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Dia mengungkapkan saat ini 9 persen pelajar Indonesia ternyata sudah masuk kelompok anti-Pancasila. Kondisi ini menurut Khofifah adalah tantangan yang tidak ringan. ‘’Ini PR kita. Saya ketemu yang dideportasi dari Turki, yang anak-anak dan ibu-ibu dikirim Densus ke Kemensos. PR kita adalah tidak mudah kafirkan. Kita bersyukur ada NU yang ajarkan tawassuth, tawazun, iktidal, dan mabadi khoiro ummah. Itu PR agar orang tidak mudah berguru kepada gadget yang tidak jelas sanad atau perawi. Karena kalau soal agama bisa berbahaya,” tuturnya ketika

berkunjung di Surabaya, Sabtu (15/7) kemarin. Khofifah menguatkan para guru, memastikan para guru, untuk membangun sinergi antara programprogram yang mempunyai penguatan keagamaan dengan program yang terkait dengan bidang studi. “Untuk itu, guru yang mengajar gravitasi, juga mengajarkan proses gravitasi itu dari Tuhan,” katanya. Dia menegaskan, saat ini penguatan agama di Khadijah sudah

Aksi Kriminalitas Remaja Cenderung Berkelompok “NEGARA sangat sibuk membentuk lembaga yang katanya bergerak untuk melindungi anak, tapi tak punya acuan yang jelas dalam penerapannya”. Itulah ungkapan seorang pemerhati sekaligus wanita yang sangat concern dalam membela kaum anak-anak. Sosok yang khawatir itu adalah Siti Sapurah. Apa yang dikhawatirkan terhadap perilaku anak tersebut memang cukup beralasan. Setiap hari, pekerjaannya hanya ngurus anak. Itu dapat dilihat dari aktivitasnya di pengadilan. Apalagi saat ini, Pengadilan Negeri (PN) Denpasar, sudah mempunyai sidang khusus anak. Hampir setiap Minggu, ada saja anak-anak menjelang remaja yang menjalani proses persidangan. Mereka ada sebagai pelaku dan banyak pula sebagai korban. Namun dari data yang ada, anak-anak dan remaja justru lebih banyak sebagai pelakunya. Aksi kriminalitasnya cenderung dilakukan secara berkelompok. Misalnya melakukan penjambretan berkelompok, pencurian sepeda motor, pencurian rumah kosong hingga menjadi pelaku penganiayaan atau pengeroyokan. Hal. 19 Berurusan dengan Hukum

BPM/dok

VIDEO - Video games kekerasan merangsang anak berbuat serupa.

Tak Bisa Hanya Serahkan kepada Guru

AKSI kriminal yang dilakukan oleh anak di bawah umur kembali terjadi. Terhangat mengenai anak anggota DPRD Bali yang menjadi salah satu pelaku penusukan Prajurit TNI Prada Yanuar Setiawan (20) hingga tewas. Padahal usianya baru menginjak 16 tahun. “Pertama secara hukum, ini harus diproses. Apa pun yang menimbulkan korban nyawa harus diproses secara hukum. Soal bagaimana prosesnya kan silakan penegak hukum dalam hal ini pihak kepolisian yang sudah menangani,” ujar Ketua DPD PDI-P Bali, Wayan Koster, yang dikonfirmasi Sabtu (15/7) kemarin. Koster memang turut menaruh perhatian pada kasus ini. Terlebih, anggota DPRD Bali yang merupakan ayah pelaku merupakan kader PDI-P. Hal. 19 Proses Hukum

berjalan sehingga tidak perlu lagi mendiskusikan Full Day School. Sementara itu, Habib Abdurrahman Al-Attas dalam ceramah halalbihalal menyampaikan, nabi sudah menggambarkan orang yang tahu agama tetapi mudah mengkafirkan orang lain sebagai orang yang belajar agama tanpa guru. “Nabi Muhammad yang dibangun yang pertama adalah masjid, bukan rumah. Artinya, ilmu agama itu penting,” kata dia. Dia mewanti-wanti untuk was-

pada terhadap ilmu agama yang berasal dari gadget karena rujukan ilmiahnya tidak jelas. Oleh karena itu, pendidikan agama adalah penting. “Yang juga penting doakan umat untuk kawal akhlak umat agar mereka belajar Alquran tapi isi Alquran bisa masuk ke hatinya sehingga tidak hanya paham Alquran tapi tetap mudah mengkafirkan,” ujar Habib Abdurrahman. Hal. 19 Blokir Telegram

BPM/dok

PANCASILA - Pelajar ini patut dicontoh mengampanyekan Pancasila.

Remaja Bali Kian beringas

DUNIA pendidikan di Bali tercoreng akibat ulah oknum siswa SMA menganiaya prajurit TNI hingga tewas. Kejadian ini jelas membuat kita prihatin dan tidak percaya bila remaja usia 16 tahun bisa melakukan aksi sadis tersebut. Kasus ini terjadi di Jalan By-pass Ngurah Rai, Kuta Selatan, depan SPBU Taman Griya, Jimbaran, Kuta Selatan, Minggu (9/7) lalu. Siswa salah satu SMA swasta di Denpasar berinisial DKDA (16) menusuk dada TNI AD Prada

Yanuar Setiawan (20). Teman-teman DKDA juga mengeroyok rekan Yanuar, Johari hingga kondisinya kritis. DKDA sendiri merupakan anak anggota DPRD Bali. Terkait kasus ini, penyidik Satuan Reskrim Polresta Denpasar menahan enam orang yaitu berinisial CI, RA, DKDA, KCA, KTS, dan FH. Terkait kasus tersebut, pemerhati masalah sosial, Prof. Dr. Rai Setiabudhi, S.H., M.H., Sabtu (15/7) kemarin, mengatakan, kenakalan remaja di era modern

ini sudah melebihi batas kewajaran. Banyak anak-anak di bawah umur sudah mengenal rokok, narkoba, seks disertai perilaku brutal. Bahkan sampai melakukan perbuatan yang sangat mengerikan yaitu menghilangkan nyawa orang lain. Dalam kriminologi, Prof. Rai melanjutkan, biasanya dibedakan menjadi dua kategori pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan remaja. Pertama, pelanggaran status misalnya kabur dari rumah, bolos sekolah, minum minuman

keras, seks, membangkang di sekolah maupun terhadap orangtua. Sementara yang kedua, pelanggaran indeks yaitu sudah termasuk perilaku kriminal karena sudah sangat membahayakan dan merugikan orang lain. Pelanggaran indeks ini misalnya mencuri, menyerang, memperkosa, menganiaya, bahkan sampai membunuh. Dengan kata lain, aksi kekerasan remaja Bali kian beringas. Hal. 19 Kenakalan Remaja

Didampingi Bapas PENYIDIKAN kasus pembunuhan Prada Yanuar Setiawan mesti hati-hati dan menggandeng instansi terkait. Selain Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), petugas harus berpedoman pada Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Sampai saat ini, penyidik tinggal melengkapi berkas berita acara pemeriksaan (BAP) dan selanjutkan akan dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Denpasar. “Tinggal pemberkasan saja. Semua sudah ada, alat bukti dan rekonstruksi juga sudah,” kata Kasat Reskrim Polresta Denpasar Kompol Aris Purwanto Sabtu (15/7) kemarin. Selama menjalani proses pemeriksaan, kata Kompol Aris, sesuai aturan tersangka di bawah umur didampingi petugas Balai Pemasyarakatan (Bapas). Hal itu dilakukan selain prosedurnya demikian, juga menjaga psikis anak tersebut. “Bagaimanapun mereka masih di bawah umur,” kata mantan Kapolsek Denpasar Selatan ini. Bagaimana dengan tempat penahanannya? Manta Kapolsek Denpasar Selatan ini menegaskan mereka ditempatkan di sel Siaga Reskrim sehingga tidak bergabung dengan tahanan dewasa di Rutan Mapolresta. “Kami berharap kasus ini secepatnya bisa dilimpahkan ke kejaksaan. Selama proses penyidikan berlangsung tidak ada kendala dan semua berjalan lancar,” tegasnya. (rah)

BPM/dok

REKONSTRUKSI - Pelaku pembunuhan oknum TNI saat menjalani rekonstruksi belum lama ini.

Mengapa Remaja Gampang Berbuat Kekerasan?

Akibat Games Kekerasan atau Di-’’backing’’ Orang Lain Kasus kekerasan yang dilakukan geng motor yang dimotori oleh pelajar terus bermunculan di tengah masyarakat Bali. Tidak hanya menyasar masyarakat biasa, namun tindakan kekerasan sudah menyasar aparat TNI. Selain membuat keresahan di masyarakat, tentu hal tersebut mencoreng dunia pendidikan.

PENGAMAT pendidikan, Dr. I.B. Radendra Suastama, S.H., M.H., mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak muda, salah satunya adalah pengaruh perkembangan dan kecanggihan teknologi yang menyebabkan anak muda saat ini bebas mengakses apa saja dari genggaman tangannya melalui gadget. Padahal, anak muda sendiri sedang mencari sistem nilai (values) dalam dirinya, karena belum

mempunyai ketahanan nilai. Di sisi lain, orangtua juga terlalu cepat dan mudah menganggap anak remaja mereka sebagai pemilik “hak” seperti orang dewasa. “Perlu dikaji, mengapa anak muda gampang berbuat kekerasan. Apakah karena media yang mereka akses, game-game yang memuat kekerasan dan lainnya, sehingga mereka menjadi banal (tidak sensitif, merasa biasa) dengan kekerasan. Hal. 19 Antikekerasan

Radendra Suastama

Swardhana


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 16 Juli 2017 | Balipost.com by e-Paper KMB - Issuu