Bali Post
balipost (170 rb Like) http://facebook.com/balipost
SEJAK 1948
@balipostcom (6.000 Follower) http://twitter.com/balipostcom
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
Pertahankan Prestasi sebagai Kota Kecil Bersih dan Teduh Se-Indonesia
Karangasem Kembali Raih Penghargaan Adipura
PEMERINTAH Kabupaten Karangasem kembali menorehkan prestasi gemilang di kancah nasional. Kabupaten Karangsem kembali sukses mempertahankan penghargaan Adipura. Penghargaan diberikan atas kinerja kabupaten dan kota dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan selama periode 2017-2018. Bersama 146 kabupaten/ kota se-Indonesia, Kabupaten Karangasem sudah dua belas kali sejak tahun 2007-2014 dilanjutkan tahun 2016-2018 meraih penghargaan Trofi Adipura untuk kategori kota kecil bersih se-Indonesia, sedangkan tahun 2015 lalu Karangasem
hanya bisa meraih Sertifikat Adipura. Akan tetapi Pemkab Karangasem terus berbenah sampai mempertahankan Trofi Adipura di tahun 2019 ini. Penerimaan Anugerah Adipura periode 2017-2018 ini diserahkan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla diterima langsung oleh Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri didampingi Kadis LH I Nyoman Tari, Kadis Perkim I Made Suama, Kadis PUPR I Ketut Sedana Merta serta Kabag Humas dan Protokol I Gede Waskita Suta Dewa. Pada acara Penganugerahan Adipura dan Green Leadership dihadiri pula oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Ke-
Pergantian Nama LPD Kurang Tepat
hutanan RI serta para bupati dan wali kota penerima Piala Adipura, Sertifikat Adipura, Plakat Adipura dan penghargaan Green Leadership dari seluruh Indonesia, di Auditorium Soedjarwo Manggala Wanabakti, Senin (14/1) kemarin. Bupati Karangasem Mas Sumatri mengatakan, penghargaan Adipura diperoleh Kabupaten Karangasem atas usaha mempertahankan prestasinya menggabungkan unsur sosial dengan lingkungan untuk membentuk kota yang layak huni yang tercermin dari masyarakat kota yang peduli lingkungan. Bupati sangat mengapresiasi dan tetap
bersyukur apa pun bentuk penghargaan yang diberikan pusat pada pemerintah daerah. ‘’Kabupaten Karangasem sebelumnya juga berhasil memperoleh Trofi Adipura Buana dan sekali mendapatkan Sertifikat Adipura pada tahun 2015 lalu karena perubahan kriteria penilaian. Adipura ini diperoleh berkat partisipasi seluruh lapisan masyarakat Karangasem yang ikut berperan menjaga kebersihan lingkungan. Kita harap pretasi ini ke depannya bisa terus dipertahankan,’’ ujar Mas Sumatri. Hal. 15 Trofi Adipura
RAIH ADIPURA - Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri saat menerima penghargaan Trofi Adipura dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Ranperda Desa Adat Hilangkan Majelis Alit
Dewan Nilai Lemahkan Desa Adat
FRAKSI di DPRD Bali mempertanyakan soal hilangnya Majelis Alit Desa Pakraman (MADP) dalam Ranperda tentang Desa Adat. Selain itu ada pula usulan agar ranperda ini mengatur larangan bagi prajuru untuk masuk partai politik. Demikian terungkap dalam Rapat Paripurna DPRD Bali dengan agenda pandangan umum fraksi terhadap Ranperda tentang Desa Adat dan Ranperda tentang Kontribusi Wisatawan untuk Pelestarian Lingkungan Alam dan Budaya Bali, Senin (14/1) kemarin.
Bali Post/ara
I Wayan Gatha RENCANA perubahan nama Lembaga Perkreditan Desa (LPD) menjadi Labda Pacingkreman Desa masih menimbulkan reaksi pro dan kontra. Perubahan nama itu dinilai tidak signifikan, dan dikhawatirkan akan mengganggu aspek historis, yuridis dan ekonomis. Seharusnya yang dilakukan saat ini adalah melakukan penguatan secara aspek peraturan perundangundangan, sehingga keberadaan LPD bisa lebih kuat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini ditegaskan salah satu praktisi perbankan Bali I Wayan Gatha, Senin (14/1) kemarin. Pria yang juga salah seorang penggagas munculnya nama LPD untuk lembaga keuangan milik desa pakraman di Bali ini menilai kurang tepat bila nama LPD yang sudah mengakar di masyarakat diganti lagi. ‘’Saya selaku pribadi kurang setuju dengan pergantian nama LPD itu,’’ ujarnya. Komisaris BPR Sri Partha ini menambahkan, secara historis pembentukan nama LPD itu dilakukan Gubernur Bali kala itu berdasarkan kajian yang matang. Ide itu dikeluarkan Gubernur Bali I.B. Mantra usai melakukan peresmian Gedung Kantor Bank Sri Partha di Jalan WR Supratman pada tanggal 19 Agustus 1980. Saat itu, usai peresmian gedung, Gubernur bersama undangan VIP lainnya seperti Pimpinan BI Sugiono, Dirut BRI Permadi, Ketua Umum Perhimpunan Bank Swasta Surono, dan Nyoman Moena duduk satu meja bersama dirinya. Waktu itu Gubernur Mantra mengemukakan satu ide untuk memberi nama lembaga keuangan milik desa yang diharapkan mampu membantu desa adat dalam melakukan penguatan ekomoni desa adat. ‘’Saat itulah muncul nama LPD,’’ katanya. Ia mengatakan, nama LPD saat ini sudah terpatri di lubuk hati masing-masing krama desa adat. Karena itu, yang perlu dilakukan sekarang yakni memperkuat perlindungan hukum LPD. Penguatan hukum ini dilakukan agar LPD tidak keluar dari aturan yang ada. ‘’Kalau memang ada kelemahan, itulah yang sekarang dicari, kemudian diperkuat dan bukan sematamata soal nama,’’ katanya. Menurutnya, terkait rencana perubahan nama ini harus dilakukan pertemuan dengan pihak-pihak terkait. Termasuk pengurus LPD maupun prajuru desa adat untuk duduk bersama dalam mencari solusi yang tepat. Apakah perlu nama itu diubah atau tetap saja seperti ini. (ara)
Karya Padudusan Agung, Tawur Balik Sumpah Agung lan Mupuk Padagingan digelar di Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk, Sukawati, Gianyar. Puncak upacara akan berlangsung Buda Kliwon Pahang, 30 Januari 2019. Serangkaian upacara tersebut Bali Post membuka dompet punia pura. Punia bisa langsung dibawa ke Bali Post Jalan Kepundung 67 A Denpasar atau ditransfer melalui Dompet Punia Bali Post BCA CABANG DPS NO:040-3966000. Bukti transfer mohon difax ke 0361-227418.
Keluarga dari Wayan Getar Wirawan Jl.Gadung Gg III/5 dps
Rp
200.000
Jumlah penerimaan hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya
Rp Rp Rp
200.000 200.000 400.000
Fraksi PDI Perjuangan menyoroti soal hilangnya Majelis Alit Desa Pakraman yang sekarang disebut Majelis Alit Desa Adat (MADA). ‘’Susunan organisasi Majelis Desa Adat terdiri atas MUDA (Majelis Utama Desa Adat) dan MMDA (Majelis Madya Desa Adat). Kami bertanya, mengapa MADA (Majelis Alit Desa Adat) yang berada di jenjang kecamatan tidak ada dimuat?’’ tanya anggota Fraksi PDI-P I Wayan Sutena. Sutena menambahkan, upaya mediasi, fasilitasi, pembinaan dan pertimbangan lebih jauh atas konflik kepentingan yang timbul, atau kebijakan baru yang muncul di satu desa adat se-
lama ini diselesaikan secara berjenjang. Mulai dari kecamatan, kabupaten hingga provinsi, sehingga dulu lahir MADP, MMDP, dan MUDP. ‘’Semestinya pasal-pasal mengenai perlindungan atau proteksi terhadap kebijakan desa adat yang harus diperbanyak dan diperjelas lagi, agar kasus-kasus semacam OTT atau yang sejenis seperti yang dulu pernah terjadi dapat dihindari,’’ jelasnya. Anggota Fraksi Partai Demokrat Ngakan Made Samudra mengatakan, Majelis Alit yang dieliminir dalam ranperda justru melemahkan keberadaan desa adat itu sendiri. Hal. 15 Perangkat Daerah
PEMBAHASAN mengenai Ranperda tentang Kontribusi Wisatawan untuk Pelestarian Lingkungan Alam dan Budaya Bali digelar Selasa (15/1) hari ini. Ada banyak hal yang bakal dipertanyakan Pansus di DPRD Bali kepada pihak eksekutif mengenai ranperda tersebut. ‘’Besok (hari ini - red) pasti muncul banyak pertanyaan. Salah satunya masalah payung hukum dengan kegagalan rencana retribusi yang dulu,’’ ujar
Ketua Pansus Ranperda Kontribusi Wisatawan I Ketut Suwandhi, Senin (14/1) kemarin. Pertanyaan berikutnya, lanjut Suwandhi, menyangkut identifikasi wisatawan yang dikenai kontribusi. Mengingat, kontribusi ini memang hanya dikenakan kepada wisatawan yakni wisatawan mancanegara akan dikenai 10 dolar atau sekitar Rp 150 ribu dan wisatawan domestik akan dikenai Rp 25 ribu. ‘’Walaupun nilainya ber-
Bali Post/ist
RANPERDA - Rapat paripurna DPRD Bali dengan agenda pandangan umum fraksi terhadap Ranperda tentang Desa Adat dan Ranperda tentang Kontribusi Wisatawan untuk Pelestarian Lingkungan Alam dan Budaya Bali, Senin (14/1) kemarin.
Kontribusi 10 Dolar Per Wisman Disatukan dengan Tiket Pesawat beda, tapi bagaimana membedakan bahwa dia itu wisatawan atau pulang kampung, atau bisnis, tugas kantor, dan sebagainya,’’ jelas politisi Golkar ini. Suwandhi menambahkan, cara memungut kontribusi itu pun memerlukan kejelasan. Kalau hanya bekerja sama dengan maskapai penerbangan, bagaimana dengan wisatawan yang datang ke Bali lewat jalur darat dan laut. Ini pun akan menjadi tanda tanya. Ditambah lagi pertanyaan lain yang muncul dalam Rapat Paripurna DPRD Bali, Senin kemarin. ‘’Mudah-mudahan ini bisa lancar, disetujui oleh Kementerian dan juga oleh maskapai penerbangan itu sendiri untuk sistem pemungutannya. Sebab, ini penting juga untuk menambah pendapatan daerah menunjang pembangunan Bali,’’ tegasnya. Dalam rapat paripurna kemarin, seluruh fraksi di DPRD Bali memberikan pandangan umum terkait ranperda terse-
but. Fraksi Partai Golkar salah satunya mengusulkan agar eksekutif mengoptimalkan OPD dalam pengenaan kontribusi wisatawan ketimbang dilakukan oleh Badan Pengelola Dana Kontribusi Wisatawan (BPKW). Fraksi PDI-P mengusulkan agar penggunaan hasil kontribusi juga dipergunakan untuk program pemberdayaan subak, serta sistem penguatan daerah dalam rencana mitigasi dan kontijensi khusus untuk wisatawan. Fraksi Panca Bayu meminta agar Gubernur Bali memberikan penjelasan kepada wisatawan bahwa pengenaan kontribusi terkait dengan upaya untuk merestorasi, konservasi, dan revitalisasi lingkungan alam dan budaya Bali. Fraksi Partai Demokrat dan Gerindra sama-sama memberi masukan agar ranperda juga mengatur tentang sanksi bagi pihak ketiga jika terbukti tidak mengikuti dan melaksanakan peraturan yang sudah ditetap-
kan. Selain itu, Fraksi Gerindra khususnya meminta ada pengaturan yang jelas bahwa alokasi PAD dari penerapan ranperda ini hasilnya benarbenar digunakan untuk tujuan ranperda ini dibuat. Sementara Fraksi Partai Demokrat menyarankan agar kontribusi wisatawan domestik ditunda atau dipertimbangkan kembali. Diwawancarai terpisah, Gubernur Bali Wayan Koster tak menampik bila di negara lain, kontribusi semacam ini hanya berlaku bagi wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, masukan dewan akan dipertimbangkan dalam penyusunan ranperda. Nantinya, besaran kontribusi akan disatukan dengan tiket pesawat. Pemprov Bali bekerja sama dengan maskapai penerbangan. ‘’Yang lewat udara saja dulu. Berikutnya diperluas, kan sebagian besar lewat udara kalau yang dari luar negeri. Itu menjadi PAD (Pendapatan Asli Daerah),’’ ujarnya. (kmb32)
Kemensos Resmikan ’’Kampung Kesetiakawanan Sosial’’ di Karangasem
DESAKU MENANTI - Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos RI Edi Suharto saat meresmikan Program ‘’Desaku Menanti’’ di Desa Garassikang Kecamatan Bangkala Barat, Jeneponto, Sulsel, 16 April 2018.
KEMENTERIAN Sosial RI meresmikan ‘’Kampung Kesetiakawanan Sosial Giri Winangun Setiadharma’’ di Desa Tianyar Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Provinsi Bali, Selasa (15/1) hari ini. Peresmian ‘’Kampung Kesetiakawanan Sosial Giri Winangun Setiadharma’ yang dihuni sebanyak 195 jiwa (50 KK) ini merupakan bagian dari Program ‘’Desaku Menanti’’. ‘’Mereka yang menghuni ‘Kampung Kesetiakawanan Sosial Giri Winangun Setiadharma’ ini sebelumnya hidup dengan mengemis dan menggelandang di sejumlah kota, yakni Denpasar, Kuta dan Surabaya (Jatim). Kini
mereka mendapat tempat tinggal sekaligus bantuan dan bimbingan (asistensi) dari berbagai unsur pemerintah,’’ kata Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI Edi Suharto, di Jakarta, Senin (14/1) kemarin. Pengembangan Kampung Kesetiakawanan Sosial ini merupakan salah satu upaya pemerintah melalui Kementerian Sosial RI untuk mengembalikan keberfungsian sosial salah satu Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yakni gelandangan dan pengemis melalui program yang dikenal sebagai ‘’Desaku Menanti’’. ‘’Program ini hakikatnya untuk mengatasi kemiskinan dengan
memberantas akar masalahnya. Pemerintah pusat dan daerah bersinergi memberdayakan gelandangan dan pengemis dengan mengembalikan mereka ke desa,’’ kata Edi Suharto. Pemilihan lokasi di Kabupaten Karangasem, katanya, tidak lepas dari studi kelayakan yang sudah dilakukan yang memang menyatakan Karangasem memiliki syarat sebagai pelaksanaan program ‘’Desaku Menanti’’. Selain juga dari potensi daerah Karangasem itu sendiri yang kondusif. ‘’Dalam arti, dukungan dan komitmen dari internal Pemerintah Kabupaten Karangasem memang sangat terasa. Setelah kita pergi
ke beberapa tempat ternyata Karangasem memiliki komitmen luar biasa. Dukungan juga datang dari pemerintah provinsi,’’ kata Edi. Makna filosofis dari program ‘’Desaku Menanti’’ adalah mengembalikan mereka yang memilih menggelandang dan mengemis di kota-kota besar agar kembali ke kampung halamannya, dengan memberikan dukungan terhadap apa yang menjadi kebutuhan mereka setelah kembali ke desa, seperti penyiapan rumah layak huni, pemberian bimbingan keterampilan dan pemberian stimulan modal usaha. Hal. 15 Persoalan Kemiskinan