Edisi 13 Desember 2015 | Balipost.com

Page 19

19

Minggu Umanis, 13 Desember 2015

Pura Pedarman Dari Hal. 1 Menurut Wayan Nastra, keberadaan pura-pura tersebut memiliki umur sangat tua. Hal ini terlihat dari ditemukannya sarkofagus di Pura Bukit Tengah yang menjadi pura ibu atau paibon. Tidak seperti masyarakat Bali lainnya, warga Tutuan ini tidak memiliki Pura Pedarman di Pura Besakih karena pusat dari warga Tutuan berasal dari Desa Gunaksa itu sendiri. “Pusat dari kawitan warga Tutuan berada di Gunaksa. Namun, dari Ida Dalem Klungkung kami dipersilakan untuk bersembahyang di Pedarman Sri Aji Kresna Kepakisan,” tuturnya saat ditemui di rumahnya. Sejarah Pura Bukit Buluh tidak terlepas dari sejarah keberadaan Pratisentana Sira Dalem Mangori di Desa Gunaksa. Diceritakan berdasarkan Prasasti Tutuan yang tersimpan di Pura Bukit Buluh tentang perjalanan sejarah Dalem Mangori. Dalam perjalanan hidup, Dalem Mangori adalah seorang penguasa wilayah Keling di Jawa Dwipa. Dalem Mangori dikenal sebagai seorang Dalem yang suka berburu ke tengah hutan Keling. Suatu hari dalam perburuannya, beliau bertemu seorang gadis kecil di bawah sebuah pohon pisang yang berparas sangat cantik. Gadis itu dipungut dan dibawa ke kerajaan dan diberi nama Brit Kuning. Brit Kuning kemudian diketahui adalah seorang putri Kerajaan Airlangga dan setelah menginjak dewasa Brit Kuning dinikahi Dalem sebagai istri penawing di kerajaan dan berputra laki-laki yang diberi nama Mantri Anom. Mantri Anom kemudian diangkat putra oleh Dyah Mpu Wati bergelar Satrya Wangsa. Berselangnya waktu, Brit Kuning pun melahirkan putranya yang kedua. Entah karena salah paham, Brit Kuning membunuh putranya untuk dijadikan santa-

pan Dalem Mangori. Mengetahui keadaan demikian, betapa marahnya Dalem terhadap Brit Kuning, serta mengusirnya dari kerajaan dan diasingkan ke tengah hutan Keling. Dalam keadaan yang sedang marah begitulah runtuh sabda Dalem Mangori terhadap putranya. “Wahai Anakku, semoga engkau cepat manumitis dan menjelmalah engkau sebagai manusia yang bisa menghilang, lahirlah sebagai seorang gembala dengan nama Rare Angon. Waktu terus berlalu Satria Wangsa pun kini memasuki usia dewasa. Bertanyalah dia tentang keberadaan ibu kandung yang melahirkannya. Dalem tak kuasa untuk menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Dikatakanlah bahwa ibu kandungnya telah diusir dan diasingkan ke tengah hutan Keling karena kesalahannya telah membunuh adik kandung Satria Wangsa ketika masih bayi. Seketika itu muncul di dalam keinginan Satria Wangsa untuk bertemu ibunya seraya minta izin dari Dalem Mangori. Dalem mengabulkan niat Satria Wangsa untuk bertemu ibu kandungnya dengan suatu pesan yang tidak boleh dilanggar oleh Satria Wangsa yakni tak boleh menyembah ibunya. Karena secara status ibunya telah dikeluarkan dari status kerajaan akibat kesalahannya telah membunuh putranya sendiri. Satria Wangsa segera beranjak menuju hutan Keling dengan diiringi oleh pasukan kerajaan dan pengawal. Ketika berada di tengah hutan dan bertemu ibunya, Satria Wangsa merasa tidak tega untuk tidak menyembah sang ibu yang melahirkannya, kendatipun telah diperingatkan ayahandanya. Brit Kuning pun menolak untuk disembah karena telah mengetahui posisi dirinya dan status anaknya sebagai seorang putra Dalem. Brit Kuning berlari dan

Di Tabanan

Dari Hal. 1 Bali saat ini tidak hanya menghadapi persaingan global tetapi juga harus bertahan dengan masuknya budaya luar serta perusakan alam dan lingkungan dengan semakin banyaknya penduduk. Untuk itu, perlu seorang pemimpin sehingga budaya yang menjadi ciri khas Bali bisa dipertahankan begitu juga alam dan lingkungannya. Tabanan sebagai salah satu daerah di Bali tidak lepas dari hal tersebut. Dalam mempertahankan budaya, alam dan lingkungan Bali hal yang diutamakan adalah membangun kekuatan desa sesuai kearifan lokal Hal ini dipaparkan calon Wakil Bupati, Komang Gede Sanjaya. Dalam perhelatan Pilkada 2015, Rabu (9/11) lalu, Sanjaya bersama Calon Bupati, Ni Putu Eka Wiryastuti, memenangkan penghitungan data sementara dari berbagai sumber termasuk quick count PDI Perjuangan. Lebih lanjut, Sanjaya memaparkan dalam mempertahankan budaya, alam dan lingkungan Bali khususnya Tabanan, sesuai dengan komitmen pasangan Eka Jaya untuk mewujudkan Tabanan Serasi (sejahtera aman dan berprestasi). Ini juga sesuai juga dengan visi misi Eka Jaya dalam rangka menjalankan roda pemerintahan lima tahun ke depan, maka untuk penyelamatan budaya adalah bekerja sama dengan tokohtokoh adat, bendesa adat dan parisadha. ‘’Dalam menjalank-

an kegiatan adat dan budaya, peran serta Pemda adalah ikut membantu dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan secara massal dan kolektif sehingga biaya-biaya besar yang biasanya dikeluarkan seperti ngaben hingga matatah massal bisa menjadi lebih ringan,’’ ujarnya. Dengan mendukung kegiatan keagamaan maupun adat istiadat yang dilakukan secara bahu-membahu selain meringankan beban masyarakat juga sekaligus melestarikan budaya tersebut. Sanjaya melanjutkan, pihak Eka Jaya juga berkomitmen untuk mempertahankan budaya Tabanan terutama yang hampir punah dengan memperbanyak anggaran di Dinas Kebudayaan untuk merekonstruksi keseniankesenian langka yang hampir punah untuk ditampilkan lagi sehingga bisa hidup lagi. ‘’Budaya-budaya ini akan lebih sering dipentaskan sehingga diketahui oleh masyarakat,’’ ujarnya. Menghidupkan kembali sekaa-sekaa seni budaya dan sanggar-sanggar di setiap desa dirasakan penting sehingga kebudayaan akan berkembang sesuai dengan kearifan lokal desa itu sendiri. Tabanan yang memiliki pemandangan alam yang indah tentu menjadi sasaran pengembangan pariwisata. Untuk bisa melestrarikan alam tersebut, konsep pariwisata yang dikembangkan adalah konsep ecotourism serta mengembangkan desa wisata yang tetap menjaga

bersembunyi di balik tembok biliknya. Satria Wangsa tetap menyembahnya, sehingga keanehan terjadi dan terbelahlah bangunan bilik itu menjadi dua sehingga ada cerita tentang bale pegat di Bali. Brit Kuning tak henti berlari menghindari untuk disembah putranya hingga akhirnya dia terperosot ke dalam sebuah sumur di belakang rumahnya dan terjatuh. Dari dalam sumur seketika tumbuh pohon timbul dan di puncak hinggap seekor burung tuu-tuu. Ketika itulah, Satria Wangsa bersumpah untuk tidak memakan buah timbul dan tidak menyakiti burung tuu-tuu hingga keturunannya. Bahkan tidak juga boleh meminum air sumur. Setelah semuanya terjadi, kini Satria Wangsa bertolak ke istana dan bertemu ayahandanya serta menceritrakan kejadian di tengah hutan itu kepada ayahnya Dalem Mangori. Mendengar cerita Satria Wangsa, Dalem Mangori marah dan serta merta mengusir Satria Wangsa dari istana Kalingga serta mencopot gelar yang disandangnya sebagai seorang putra kerajaan. Satria Wangsa pun pergi dan menuju Kerajaan Airlangga untuk bertemu kakeknya Prabu Airlanga. Di kerajaan itu, Satria Wangsa menceritrakan hal yang terjadi kepada Sang Prabu Airlangga dan akhirnya menyarankan Satria Wangsa datang ke Bali untuk bertemu Dalem Tegal Belesung, dengan menyandang gelar baru yaitu Mantri Tutuan. Mantri Tutuan diterima Dalem Tegal Belesung, dan menetap di Bukit Buluh Gunaksa, Klungkung, Bali, yang selanjutnya menjadi pusat dari keturunan Ki Mantri Tutuan. Kehidupan Ki Mantri Tutuan tersuratkan pula di dalam piagam yang dianugerahkan oleh Dalem Tegal Belesung kepada Ki Mantri Tutuan yang berisikan tentang kewenangan Ki Mantri Tutuan dan keturunannya. (dwa)

alam dan lingkungannya. ‘’Desa wisata ini sendiri telah dibentuk dan beberapa sudah berjalan,’’ tutur calon wakil bupati incumbent ini. Selain itu, cara lain untuk menjaga alam adalah menggalakkan kembali penghijauan di daerah pesisir pantai. Dalam persiapan menuju era globalisasi, hal yang dilakukan untuk mempertahankan budaya serta mempersiapkan SDM Bali adalah dengan cara memperkuat adat di banjar-banjar dengan membuat pararem dan awig-awig yang berlandaskan ajaran Tri Hita Karana. Untuk SDM dan perekonomian lokal adalah dengan membangun Badan Usaha Milik Desa yang pro terhadap ekonomi kerakyatan yang berbasis potensi desa. ‘’Kita jadikan desa kekuatan ekonomi sehingga desa menjadi kuat,’’ ujarnya. Menurutnya, persaingan global jangan dijadikan momok tetapi justru dijadikan potensi untuk memberikan pelayanan dan wahana promosi. ‘’Bahwa desa kita sangat kompetitif dalam era globalisasi. Tinggal kita perbaikan SDM di masing-masing desa. Apalagi sekarang di Tabanan semua perangkat desa ada komputer dan IT, saya yakin akan tumbuh masyarakat yang kuat dalam persaingan apa pun karena konsep kita membangun Tabanan berbasis desa,” paparnya. Intinya adalah dalam menghadapi persaingan global, kita perlu menjaga alam dan budaya Bali serta membangun kekuatan desa. (olo/san)

Sadarkan Penambang Dari Hal. 1 Selain memperjelas regulasi, Gianyar yang diwawancarai belum lama ini juga mengatakan akan berupaya membangun kesadaran masyarakat penambang. Ini harus dilakukannya mengingat kawasan itu tidak bisa terus-menerus digali. Suatu saat material pasir akan habis. Masyarakat yang selama ini berkecimpung dalam aktivitas galian C menurutnya perlu diberikan pelatihanpelatihan sehingga bisa menjadi kreatif. Dengan potensi bebatuan

Dari Hal. 1 Ia pun mengulang pernyataan Partahi Sihombing pengacara yang mendampinginya setelah dirinya tersangkut kasus ini. Niki mengungkapkan ia tak mengenal mucikari F dan O, dua muncikari yang kini sudah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus tersebut. “Pokoknya Niki mau men-

yang ada, masyarakat setempat harus dilatih untuk menjadikan batu yang ada sebagai suvenir yang bernilai jual tinggi. Sehingga tidak lagi menjual batu per truk. “Kalau seandainya dalam regulasi nanti tidak semua kawasan diizinkan untuk digali, tentunya masyarakat yang sudah diberi pelatihan ini akan bisa beralih pekerjaan ke pekerjaan selain menambang pasir,” ujarnya belum lama ini. Di samping membangun kesadaran masyarakat, yang terpenting menurut Gianyar adalah perlu adanya dukun-

Tak Kenal F

egaskan yang namany F dan O tidak kenal dan berkomunikasi tidak pernah,” tambahnya. Tak banyak lagi yang diungkapkan bintang film ‘‘Lihat Boleh, Pegang Jangan’’ (2010) itu. Jumpa pers yang digelarnya berlangsung singkat. Ia pun berlalu meski wartawan memberikan pertanyaan tambahan. Ia hanya mengeluarkan

gan Gubernur Bali untuk membatasi pembangunan hotel di Bali Selatan dalam bentuk moratorium. Sebab tanpa adanya pembatasan, maka akan sangat mustahil aktivitas pengerukan pasir di Kintamani bisa dihentikan. Sementara itu, terhadap kerusakan lingkungan yang ada saat ini, Gianyar memandang perlu dilakukan revitalisasi. Agar bisa bermanfaat maka lahan-lahan bekas galian bisa ditanami dengan bambu. Selain menjadikan kawasan itu hijau kembali, juga bermanfaat baik bagi air danau. (ina)

pernyataan dan membantah keterlibatan dirinya dalam kasus prostitusi artis. Mantan istri Sajad Ukra tersebut bahkan mengatakan tidak pernah menerima uang bayaran atas booking dengan cowok lain. Seperti diberitakan, Nikita dikabarkan mendapatkan bayaran Rp 65 juta untuk melayani pria hidung belang selama tiga jam. (kmb)

Pesisir Sempurna Dari Hal. 1 Saat Presiden menyampaikan pidato, kata dia, kawasan perairan Teluk Benoa, Bali sedang menghadapi ancaman dari rencana reklamasi seluas 700 hektar. Teluk Benoa sendiri merupakan kawasan perairan dengan ekosistem pesisir yang sempurna yakni terdapat mangrove, padang lamun dan di sisi luar teluknya terdapat terumbu karang. Di dalam jejaring konservasi perairan di Bali, ekosistem pesisir Teluk Benoa dan kawasan sekitarnya seperti Sanur, Serangan, Nusa Dua memiliki keterkaitan yang erat dengan kantong-kantong keanekaragaman hayati perairan pesisir Kawasan Candidasa dan Kawasan Nusa Penida. Konservasi ekosistem pesisir Teluk Benoa dan kawasan sekitarnya akan semakin memperkuat ketahanan dan kelentingan (resistance and resilience) ekosistem pesisir Pulau Bali secara keseluruhan. Kawasan perairan pasang surut Teluk Benoa juga merupakan wilayah penting bagi burung-burung lintas benua yang melintas di sepanjang timur Asia dan Australia serta Pasific (EAAF) karena Teluk Benoa merupakan tempat untuk beristirahat dan makan bagi burung-burung tersebut. Masih kata Gendo, berdasarkan data IUCN (International Union for Conservation of Nature), burung dan habitat dari EAAF adalah warisan alam bersama bagi 22 negara, dan masing-masing negara memiliki hak untuk berbagi tanggung jawab dalam upaya pelestarian atau menerima kerugian apabila populasi burung migran menjadi hilang sebagai akibat dari kerusakan permanen situs EAAF ini di Teluk Benoa, Bali. “Fakta-fakta tersebut menunjukkan secara jelas bahwa Teluk Benoa kaya dengan keanekaragaman hayati. Hal tersebut harus diketahui oleh masyarakat dan juga pemerintah karena selama ini investor selalu menyatakan Teluk Benoa tidak memiliki keanekaragaman hayati. Jika reklamasi Teluk Benoa dipaksakan maka negara akan mengalami kerugian besar karena harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan dan tentu saja

komitmen Indonesia untuk melindungi keanekaragaman hayati gagal terwujud jika mendukung praktik pembangunan yang merusak seperti rencana reklamasi Teluk Benoa,” ujarnya. Dengan situasi tersebut, Presiden Joko Widodo, menurut Wayan Gendo Suardana, harus segera mencabut Peraturan Presiden No. 51 tahun 2014 yang dijadikan dasar untuk mereklamasi Teluk Benoa, karena Perpres tersebut bertentangan dengan komitmen Indonesia dalam upaya perlindungan kawasan lautnya. “Pencabutan Perpres nomor 51 tahun 2014 adalah langkah cepat menghentikan reklamasi Teluk Benoa untuk menghindarkan penghancuran keanekaragaman hayati ekosistem pesisir Teluk Benoa,” desak Gendo. Pada acara itu, Suriadi Darmoko, Direktur Eksekutif Walhi Bali, menyatakan kebijakan reklamasi Teluk Benoa yang dipaksakan dengan mengubah status Teluk Benoa dari kawasan konservasi menjadi non-konservasi. Hasil penelitian Walhi menunjukkan kebijakan reklamasi Teluk Benoa tersebut berpotensi menghambat komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon. “Rencana reklamasi Teluk Benoa juga akan menghambat pencapaian Indonesia untuk menurunkan emisi sebesar 29% di bawah business as usual pada tahun 2030, atau 41% dengan bantuan internasional, harapan tersebut pasti gagal tercapai jika reklamasi di Teluk Benoa dipaksakan. Salah satu solusi untuk mencapai komitmen Indonesia tersebut adalah membatalkan rencana reklamasi Teluk Benoa,” ujar Suriadi Darmoko. Climate Art dengan tema “Dari Indonesia untuk Dunia” memiliki perhatian dalam penyelamatan hutan dan iklim global tersebut, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gerakan sosial yang disuarakan oleh seluruh masyarakat internasional yang memperjuangkan keadilan iklim demi generasi hari ini dan generasi yang akan datang. Ini merupakan bagian dari peran yang diambil oleh masyarakat sipil di Indonesia dalam penyelamatan hutan dan iklim global, tambah Suriadi Darmoko. (kmb)

Diarak ke Pantai Dari Hal. 1 “Nantinya patung ini akan diarak ratusan orang menuju bibir pantai, kemudian dibakar sebagai pertanda api perlawanan rakyat Bali terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa tak akan pernah padam dan kian kuat,” jelas arsitek kawakan, sekaligus penggagas event ini, Yoka Sara. Terkait dengan tema Sanga Bhuana dipaparkan Yoka Sara, merupakan gambaran 9 (sembilan) penjuru mata angin dalam filosofi Hindu, dan ini menjadi simbol perjuangan rakyat Bali melawan investor rakus dengan berbagai cara. Kesembilan penjuru mata angin ini atau sikap perlawanan disatukan dalam event akbar ini. “Di event inilah, rakyat Bali bersatu dengan berbagai bentuk media seni dari sejumlah komunitas kreatif di Bali, dan event ini adalah bentuk kecil dari besarnya penolakan rakyat Bali terhadap reklamasi Teluk Benoa,” ujarnya. Agung Anom yang juga salah satu penggagas dalam event ini menyatakan, secara keseluruhan dibuatnya acara ini untuk terus menggelorakan semangat perlawanan penolakan reklamasi bagi warga Bali yang tanah kelahirannya dirampok investor berse-

kutu dengan penguasa. “Seni adalah media kami untuk melawan ketidakadilan dan event ini salah satu cara kami untuk terus mengumandangkan suara penolakan. Di event ini, setiap penampil atau sia pun yang terlibat dalam event ini tidak ada satu pun yang dibayar,” tegasnya. Dikatakan Candra dari divisi kampanye ForBALI, bahwa dana acara ini datang dari masyarakat yang secara sukarela menyumbang tanpa ikatan dan bisa dipertanggungjawabkan. Tidak hanya materi, pun beberapa masyarakat turut menyumbangkan tenaga, pikiran, serta peralatan. “Acara besar dengan prinsip gotong royong menjadi lebih ringan dan bisa dijangkau. Hal ini penting kami sampaikan karena acara kami tahun lalu difitnah oleh antek-antek reklamasi, kalau acara kami dibiayai kelompok tertentu. Ini acara seni perlawanan dari rakyat untuk semesta,” tandasnya. Sama seperti tahun sebelumnya, event ini terbuka untuk umum, dan pengunjung hanya dikenakan donasi secara sukarela. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membiayai kegiatan penolakan reklamasi Teluk Benoa selanjutnya dan bisa dipertanggungjawabkan. (rin)

Jl. Diponegoro No. 46 (Suci) Denpasar Telp. 0361 223787 C.0003515-bd

Jl. Diponegoro No. 46 (Suci) Denpasar Telp. 0361 223787 C.0003517-bd


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.