Edisi Minggu 13 Januari 2019 | balipost.com

Page 1

12 HALAMAN

NOMOR 142 TAHUN KE 71

Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

balipost (166 rb Like) http://facebook.com/balipost

Minggu Pon, 13 Januari 2019

@balipostcom (5.495 Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

Pengemban Pengamal Pancasila

Bali Hadapi Suhu Panas, Hujan Masih Sporadis Denpasar (Bali Post) Beberapa hari belakangan ini, suhu udara di wilayah Bali terasa lebih panas dari hari biasanya. Padahal, bulan Januari ini sudah memasuki musim penghujan. Puncaknya terjadi Jumat (11/1) lalu. Suhu udara terasa panas sejak siang hingga malam hari. Bahkan, stasiun BMKG di Sanglah mencatat suhu di Bali mencapai 35 C.

BALI PANAS Lintang utara

ulistiwa Garis Khat

Lintang selatan

BPM/wan

MANDI- Cuaca panas di Bali membuat warga tertarik untuk mandi di Pantai Sanur.

Sejumlah warga Denpasar menggunakan hari libur kerja, Sabtu (12/1) kemarin, dengan mandi di laut. Warga juga bingung di saat mestinya hujan lebat, justru suhu di Bali kian panas. ‘’Saya tak mengerti ada mendung namun tak kunjung hujan. Ini membuat suhu makin panas,’’ ujar Made Kondra. Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Drs. M. Taufik Gunawan, Dipl.,SEIS., saat dikonfirmasi Sabtu (12/1) kemarin, mengungkapkan keadaan tersebut ternyata dikarenakan adanya fenomena gerak semu matahari. Pada saat ini, Desember hingga Januari posisi matahari berada di lintang selatan khatulistiwa. Ini merupakan sesuatu hal yang normal terjadi setiap tahunnya, termasuk untuk wilayah Bali yang juga berada di selatan khatulistiwa. Hal. 11 Cuaca Cerah

BI Awasi Alat Pembayaran WeChat Tiongkok di Bali Denpasar (Bali Post) Setelah bermasalah dengan modus penjualan paket wisata murah ke Bali untuk wisatawan asal Tiongkok, kini santer beredar alat pembayaran WeChat asal Tiongkok. Alat pembayaran ini marak beredar di Bali dan sejumlah daerah di Indonesia. Bank Indonesia sedang serius mengawasi dan membahas penggunaan WeChat tersebut menyusul adanya kasus

”Celebration of the Future”

Tampilkan Isu Budaya Hingga Politik

SEBANYAK 47 seniman Indonesia menampilkan hasil karyanya melalui pameran seni rupa kontemporer “Celebration of the Future” yang digelar di kawasan ITDC Nusa Dua. Pameran menampilkan dialog yang berasal dari pemikiran dan ekspresi tentang nilai-nilai yang ditemukan di lingkungan sosial dan masa depan. Menurut Marketing Director AB•BC Building, kawasan ITDC Nusa Dua, Army Fahri F., pameran ini menguraikan peranan seni dalam menghasilkan jaringan pertukaran informasi yang tidak hanya membawa kesadaran atas masa lalu dan masa kini, tetapi juga memandu arah untuk masa depan. Hal itu kata Army, dituangkan melalui karya-karya media baru, instalasi, objek dan bentuk lainnya. Diungkapkannya, ini merupakan perhelatan seni rupa kedua yang berlangsung di bangunan baru ruang kreatif multifaset, AB•BC Building, di Nusa Dua. Melalui karya-karyanya, para seniman melukiskan bermacam peristiwa (informasi): menjelajahi yang luar biasa, dan menggali fitur-fitur tersembunyi yang saat bersamaan, sering kali, dilakukan dengan risiko keterasingan, penghinaan, dan tidak dipahami. Namun, sebagaimana diketahui, mereka telah memberikan berbagai aspirasi untuk budaya dan bangsa. “Celebration of the Future” adalah pameran seni rupa kolektif dengan 47 seniman

yang berasal dari tiga lokus gerakan seni di Indonesia: Bandung (10 seniman), Bali (20 seniman), dan Yogyakarta (17 seniman). Pameran ini menghadirkan karya-karya seni rupa dalam bentuk seni media baru, instalasi, patung, objek, dan lukisan yang menampilkan isu-isu menarik yang berkaitan dengan seni, budaya, masyarakat, dan politik. Pameran yang dikurasi oleh Rifky Eendy dan Ignatia Nilu, menjadi jangkar baru bagi para seniman dan generasi muda untuk menghasilkan generasi yang berkontribusi menggerakkan cakrawala masa depan bagi publik global. Dikatakan Army, Bali, Bandung, dan Yogyakarta memang merupakan tiga kota utama untuk pengembangan seni di Indonesia. Untuk di Bali diakuinya perkembangan seni memang terbantu dengan adanya pariwisata. Bahkan, hal itu tidak dialami oleh seniman yang ada di Yogyakarta dan di Bandung. Ke depan, pihaknya melihat untuk seni di Bali masih sangat potensial terus berkembang, namun perlu waktu dan perlu dukungan pemerintah dan juga kesadaran seniman sendiri untuk mencoba hal-hal yang baru. Tidak hanya sebagai pembeda, namun juga untuk lebih mengembangkan kesenian itu sendiri. “Bisa menawarkan hal yang baru, agar tidak ada kejenuhan. Sehingga orang melihat seni rupa di Bali itu ada hal baru yang lebih menarik,” ujarnya. (edi)

BPM/edi

KARYA - Sejumlah karya dari 47 seniman dipamerkan pada pameran ”Celebration of the Future” yang digelar di AB•BC Building, kawasan ITDC Nusa Dua.

penutupan toko Tiongkok ilegal di Bali. Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Bali, Causa Iman Karana, Sabtu (12/1) kemarin, mengatakan, peraturan tentang WeChat sedang digodok di Jakarta. Ia menyinggung salah satu yang sempat menyita perhatian adalah spending money kecil dari turis Tiongkok. Alasannya, mereka menggunakan transaksi pembayaran WeChat untuk aktivitas mereka selama berlibur. Tak hanya di Bali, hal serupa juga ditemui di daerah lain yang

memiliki destinasi wisata kelas dunia. “WeChat ini tak hanya di Bali, ada juga di Manado dan di mana-mana. Maka itu menjadi perhatian pemerintah pusat dan saat ini sedang digodok pembahasannya,” tuturnya. Iman melanjutkan, hal penting dari transaksi WeChat yang mesti diawasi lantaran berdampak pada pendapatan dari segi pajak. Hal. 11 Kebocoran Devisa

Seni Rupa Bali Masuki ’’Digital Art’’

Seni rupa khususnya seni lukis yang berkembang di tengah masyarakat Bali saat ini, tidak terlepas dari perjalanan seni lukis Indonesia yang dipengaruhi perkembangan seni lukis mancanegara. Namun, estetika seni lukis di Bali tetap berlandaskan Agama Hindu dan budaya Bali. Gaya seni lukis modern Bali tetap memerhatikan anatomi realistis untuk mengungkapkan kehidupan sehari-hari masyarakat tanpa meninggalkan ciri seni lukis tradisional Bali. Terlebih, Bali merupakan destinasi pariwisata berbasis budaya, sehingga menjaga taksu Bali harus dilakukan oleh para seniman di Bali, tak terkecuali para pelukis. Lalu, bagaimana perkembangan seni lukis di Bali pada era

revolusi industri 4.0 yang serbadigital ini? Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (FSRD ISI) Denpasar, Dr. A.A. Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si., mengatakan, seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat, seni rupa dan desain di Bali mengalami perkembangan yang begitu pesat. Pesatnya perkembangan seni rupa, khususnya seni lukis men-

gakibatkan giatnya para seniman untuk memamerkan dan mempromosikan hasil karya ciptanya di berbagai kesempatan atau event. Bahkan, hasil karya seni yang diciptakan sudah mengarah ke dalam bentuk digital (digital art), baik bahan-bahan yang digunakan maupun bentuk-bentuk dari hasil karya lukis yang dihasilkan. Hal. 11 Pasar Digital

Museum Lukis Tetap Eksis di Tengah Krisis LUKISAN-Lukisan karya Agus Eri Putra

BPM/ist

KABUPATEN Gianyar memiliki cukup banyak museum, khususnya yang mengoleksi berbagai barang seni lukis. Museum di kawasan seni ini ternyata akan tetap eksis meski di tengah krisis akibat kelesuan ekonomi global. Hal ini dibuktikan

dengan tingginya kunjungan wisatawan ke museum, khususnya yang berkebangsaan Eropa. Agung Rai mengakui sampai saat ini, kunjungan ke Agung Rai Museum Of Art (ARMA) masih tinggi. Menurutnya, hal ini terjadi lanta-

ran museum yang ia kelola mengusung konsep Holistik Integrated. “Jadi di sini ada lingkungan, pendidikan, kesenian macam-macam,” ucap Agung Rai yang dihubungi Sabtu (12/1) kemarin. Hal. 11 Krisis Global

Seni Rupa di Tahun Politik

Seniman Makin Bertumbuh, Perlunya Kolektor Muda Meskipun tahun ini memasuki tahun politik, perkembangan seni rupa Bali makin menggembirakan dan bergairah. Pameran karya seni rupa seperti lukisan dan patung kerap digelar, baik di galeri-galeri maupun museum seni. Ini mengindikasikan bahwa seni rupa di Bali mengalami perkembangan yang baik. Awal tahun 2019 ini misalnya, tepatnya Jumat (11/1), pameran bertajuk ‘’Visual Art Exhibition C5’’, digelar di Santrian Gallery Sanur, memamerkan karya sejumlah seniman. Pada hari yang sama juga digelar pameran seni rupa oleh Kelompok Perupa Desa Lodtunduh ’’Sari Lotus’’ di Mongkey Forest Gallery Ubud. Bagaimana pendapat dan harapan para perupa mengenai perkembangan seni rupa Bali?

MENURUT perupa I Ketut Putrayasa, perkembangan seni rupa di Bali cukup signifikan saat ini. Seni rupa masih diminati oleh publik karena seni merupakan kebutuhan jiwa. Pameran seni rupa di Bali hampir ada setiap minggunya. Itu menandakan bahwa seni rupa masih eksis. Karya-karya yang dihadirkan pun sangat spesifik, meskipun tahun ini tahun politik. Namun, kesadaran untuk menumbuhkan para pencinta seni di Bali untuk mengoleksi karya seni (artwork) masih minim. Barangkali ini perlu dilakukan sebuah kajian dan edukasi terhadap publik yang kurang paham seni rupa, supaya jumlah kolektor muda bisa bertumbuh. Dalam konteks ini, perlu ada campur tangan dari pemerintah. Demikian pula kalangan swasta perlu dilibatkan. Sebab, selama ini, dunia atau karya seni rupa sepertinya sangat eksklusif. Hanya orang-orang tertentu yang memahaminya. Hal. 11 Karya Patung

BPM/ist

ABSTRAK - Lukisan abstrak karya Agus ’’Dangap’’ Murdika


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.