Edisi Jumat 12 April 2019 | balipost.com

Page 6

OPINI

6

Jumat Paing, 12 April 2019

Harian untuk Umum

Bali Post

Pengemban Pengamal Pancasila

Terbit Sejak 16 Agustus 1948

Tajuk Rencana

Produk Tembakau Alternatif dan Perlindungan Konsumen

KEPEDULIAAN terhadap lingkungan, budaya, dan tradisi kini menguat di mana-mana. Berbagai regulasi dan gerakan publik digulirkan dalam menjabarkan target penyelamatan bumi dan manusianya. Bali pun melakukan terobosan nyata pada Bali era baru di bawah Gubernur Wayan Koster. Respons publik terhadap berbagai kebijakan yang digulirkan Gubernur Wayan Koster sangat positif. Ini membuktikan adanya keberpihakan terhadap lingkungan, budaya, alam, serta manusia Bali. Pendekatan yang dikelola dengan berbagai pendekatan regulasi baik berupa pergub maupun perda ini diharapkan bermuara pada terciptanya harmonisasi kehidupan antarmanusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia termasuk manusia dengan alamnya. Dalam konteks inilah, kita perlu berpikir jernih bahwa perlindungan terhadap semua sektor menjadi strategis untuk dibicarakan dan dirumuskan rencana aksinya. Berbagai produk yang selama ini memiliki risiko terhadap kesehatan publik juga layak mendapat perhatian. Solusi haruslah dicari dan diwujudkan. Dalam bidang kesehatan, misalnya selama ini rokok konvensional menjadi produk kontroversial. Di satu sisi, pemerintah menekan peredarannya dengan berbagai regulasi dan pendekatan, namun di sisi lain, produk semacam ini masih sangat laris di lapangan. Dalam konteks ini, tentu pemerintah dan masyarakatnya harus mancari solusi. Kejelasan usaha para produsen juga harus terayomi. Sebutlah misalnya bahaya merokok. Selama ini, pemerintah menaruh atensi yang sangat besar terhadap hal ini. Produk olahan tembakau yang berupa rokok konvensional memang memiliki risiko kesehatan yang tinggi. Untuk itulah, pemerintah kita harapkan mencari solusi dengan menantang pihak produsen rokok melakukan inovasi dalam hal ini. Ruang ini harus dibuka untuk membangun transparansi pasar dan produksi. Solusinya, mungkin produk olahan tembakau yang lebih bersahabat dengan kesehatan manusia bisa didorong. Produk-produk alternatif tembakau seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, yang menghasilkan uap bukan asap karena tidak melalui proses pembakaran, membuktikan bahwa teknologi memiliki peranan penting dalam membantu mengurangi potensi risiko kesehatan dari rokok. Melihat animo dan respons pasar terhadap penggunaan produk-produk alternatif yang lebih ramah lingkungan ini, maka diharapkan menjadi solusi alternatif untuk berhenti merokok secara bertahap. Tentu, kita tetap harus merujuk kajian yang jelas dalam hal ini. Pendekatan ilmiah tentang minimnya risiko produk tembakau alternatif sudah banyak terpublikasikan. Pemerintah tentu bisa mencermati hal ini sebagai salah satu bahan atau pertimbangan awal untuk melegalnya. Produk tembakau alternatif dengan pendekatan kita pikir lebih familier dengan lingkungan manusia penggunanya termasuk dengan alam. Jika ini mendapat ruang dan dukungan regulasi, maka inovasi dalam pengolahan tembakau tidak menjadi rokok-rokok konvensional -- seperti yang banyak beredar di pasar saat ini -- mestinya bisa didorong. Media dan publik berdasarkan dinamika yang berkembang saat ini meyakini bahwa produk tembakau inovasi ini bisa menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam mengatasi masalah rokok. Jika mengutif salah satu jurnal di terbitan Inggris, ditegaskan bahwa penggunaan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, memiliki risiko kesehatan 95% lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional. Ini tentu bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan untuk membuat regulasi yang jelas untuk mengatur tata kelola produk tembakau alternatif. Jika para perokok di Indonesia yang mencapai 60 juta jiwa menyadari bahwa produk tembakau alternatif ini dapat mengurangi risiko kesehatan, maka dapat dibayangkan berapa besar manfaat produk tembakau alternatif ini bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Untuk itulah, pemerintah harus terus melakukan dialog, kajian, dan pendekatan dengan berbagai elemen sehingga pemerintah diharapkan tidak terlalu lama untuk mengeluarkan regulasi, sehingga mencegah produk ini digunakan anak di bawah umur.

S URAT PEMBACA Pembaca Bali Post bisa mengirimkan surat pembaca berupa; ide, keluhan dan saran terhadap pelayanan publik, infrastruktur maupun hal lain yang menyangkut kepentingan publik melalui WA di nomor 0816581142. Sertakan foto KTP atau ID lain yang masih berlaku.

Apakah Rokok Alternatif Aman? Sebagai masyarakat awam, ingin mengajukan pertanyaan kepada Dinas Kesehatan. Saya memiliki dua orang anak remaja laki-laki. Kecenderungannya, karena sering berinteraksi dengan teman-temannya di desa, saya memiliki kekhawatiran kalau anak-anak saya akan menjadi perokok. Terlebih rokok bagi generasi muda sudah menjadi semacam gaya hidup. Kekhawatiran saya terhadap bahaya rokok ini karena pemerintah berulang kali mengingatkan bahaya merokok. Bahkan, gambar rokok juga dibuat seram. Untuk itulah, saya momohon kepada pemerintah agar ada penjelasan yang lebih terbuka kepada warga negara tentang bahaya merokok, termasuk apa solusinya, jika kini masih banyak petani tembakau – bahan dasar rokok – di negeri ini. Belakangan, saya juga sering melihat anakanak mengisap rokok elektrik. Dengan sedikit cairan dengan mesin kecil dengan moncong isapnya, anak-anak muda saya lihat sangat menikmatinya. Asap mengepul dan tebal. Bahkan, asapnya lebih tebal dibandingkan rokok konvensional. Apakah rokok elektrik ini memang aman untuk penikmat tembakau? Apakah peredaran rokok semacam ini sudah mendapat pengawasan atau pengaturan? Saya berharap, pemerintah memberikan penjelasan terkait hal ini. Bagaimanapun juga pemerintah, khususnya di Bali tetap harus memerhatikan kesehatan warganya yang kebetulan sebagian besar senang merokok. Mudah-mudahan surat pembaca saya ini mendapat penjelasan dari Dinas Kesehatan, sehingga saya bisa memberikan penjelasan kepada anak-anak saya. I Wayan Arsana Gianyar, Bali

Mereduksi Prevalensi Perokok di Bali Gubernur Bali I Wayan Koster baru saja menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 104/2018 tentang Jaminan Kesehatan Nasional Krama Bali Sejahtera. Aturan ini diharapkan semakin memantapkan layanan kesehatan, sehingga pada 2020, seluruh masyarakat Bali dapat terlindungi.

Oleh

dr. Tri Budhi Baskara, S.Ked. ersoalan kesehatan di Bali menjadi sektor strategis yang menjadi fokus pemerintah. Salah satu yang menjadi perhatian adalah rata-rata jumlah (prevalensi) perokok dewasa di Bali saat ini mencapai 18 persen. Biaya kesehatan di Bali pun terus meningkat. Sampai-sampai, pada tahun 2019, pemerintah Bali mengalokasikan dana Rp 495 miliar untuk Program Jaminan Kesehatan Nasional Krama Bali Sejahtera. Perbincangan berkembang pada upaya mencari solusi mengurangi tingkat prevalensi perokok tersebut. Diskusi pun sampai pada pembahasan mengenai produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik. Ibarat magnet, keberadaan produk tembakau alternatif menarik perhatian masyarakat Bali dan daerah lain, bukan hanya terkait kandungan dan pengaruhnya pada kesehatan, tetapi juga dampak sosial dan ekonominya. Keberadaan produk tembakau alternatif di Bali yang merupakan destinasi utama wisatawan asing perlu mendapat perhatian serius. Sebab, selain menjadi kepentingan masyarakat Bali, kepentingan wisatawan asing, terutama dari berbagai negara maju juga patut diakomodasi. Menurut data Badan Pusat Statistik, kunjungan wisatawan asing ke Bali sepanjang tahun 2018 mencapai 6,07 juta orang atau setara 38,39 persen dari 15,81 juta wisatawan asing yang masuk ke Indonesia.

Berbagai pertanyaan kemudian muncul dan menggelitik untuk dicarikan jawabannya. Apa sesungguhnya produk tembakau alternatif itu? Apa saja jenisnya? Apa bedanya dengan rokok konvensional? Mampukah produk tembakau alternatif menjadi solusi menurunkan prevalensi perokok di Bali? Sesuai namanya, produk tembakau alternatif adalah sebuah hasil inovasi industri tembakau. Rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan adalah beberapa contoh produk tembakau alternatif. Selama ini, sebagian besar masyarakat baru mengenal rokok elektrik sebagai satu-satunya produk tembakau alternatif. Padahal, ada persamaan dan perbedaan mendasar antara rokok elektrik dengan produk tembakau dipanaskan (heat-not-burn) yang belum banyak diketahui. Di antara persamaan rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan antara lain keduanya memiliki risiko kesehatan lebih rendah daripada rokok konvensional dan memproduksi uap aerosol, bukan asap pembakaran seperti halnya rokok konvensional. Secara regulasi, keduanya juga sama-sama masuk kategori hasil pengolahan tembakau lainnya. Adapun perbedaannya adalah kandungan nikotin pada cairan rokok elektrik diperoleh dari ekstraksi daun tembakau secara sintetis dan produk ini digunakan dengan cara memanaskan dan menguapkan cairan likuid.

Komponen inti dari cairan likuid tersebut terdiri dari propylene glycol (PG), vegetable glycerin (VG), dan cairan perasa. PG merupakan zat cairan sintetis yang antara lain berfungsi menyerap air dan membuat senyawa polyester. PG juga sering dipakai industri kimia, makanan, dan farmasi untuk memberikan efek pelembab dan antibeku. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat mengklasifikasikan PG sebagai bahan aman yang dapat dipakai dalam perasa, obat-obatan, kosmetik, dan makanan. Zat ini akan rusak dalam tubuh dalam jangka waktu 48 jam. Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) menetapkan asupan yang dapat diterima adalah maksimal 25 miligram PG untuk setiap kilogram berat badan manusia. Sementara VG adalah carian bening dan tidak berbau yang dihasilkan dari minyak tumbuhan seperti minyak kelapa sawit, kedelai, atau minyak kelapa. Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa mengandung campuran trigliserida (lemak) alami. Setiap trigliserida terdiri dari tiga asam lemak yang diesterifikasi dengan gliserin. Gliserin nabati sendiri dapat dipakai pada produk kosmetik, makanan, serta pengganti alkohol dalam tincture (ekstrak) herbal dan botani. Sementara produk tembakau yang dipanaskan (heat-not-burn) mengandung komposisi daun

tembakau yang diolah sedemikian rupa agar sesuai dengan alat pemanas sebagai medium memanaskan batang tembakau, sehingga membuat produk ini cenderung lebih menyerupai rokok konvensional. Dengan kata lain, produk tembakau yang dipanaskan memakai tembakau sebagai komponen utamanya. Ikhwal risiko kesehatan yang lebih rendah sudah diungkapkan berbagai penelitian. Pada tahun 2017, Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik melakukan penelitian untuk mengetahui perubahan sel pada mulut kelompok perokok aktif, pengguna rokok elektrik, dan non-perokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok aktif memiliki jumlah inti sel kecil dalam kategori tinggi sebanyak 147,1. Sedangkan, pengguna rokok elektrik dan non-perokok masuk dalam kategori normal, yakni berkisar pada angka 70-80. Jumlah inti sel kecil yang semakin banyak menunjukkan ketidakstabilan sel yang merupakan indikator terjadinya kanker di rongga mulut. Risiko kesehatan yang dimiliki oleh produk tembakau alternatif dapat menjadi lebih rendah karena pada saat digunakan produk tersebut tidak menghasilkan karbon monoksida dan TAR dari hasil pembakaran. Selama ini, masyarakat masih menilai bahwa nikotin adalah zat yang berbahaya. Padahal, temuan dari Public Health England menunjukkan bahwa nikotin memang dapat mengakibatkan ketergantungan, namun bukan pemicu utama penyakit berbahaya. Nikotin adalah zat yang lumrah terkandung di berbagai tumbuhan dan sayuran seperti tomat, kentang, terung, dan lainnya, bukan cuma tembakau. Yang berbahaya sesungguhnya adalah TAR, zat kimia dalam gumpalan asap dari hasil pemba-

”Zero Waste’’ untuk Atasi Sampah Plastik Penduduk Indonesia yang jumlahnya ratusan juta jiwa hampir keseluruhan menggunakan plastik dalam aktivitas kesehariannya. Yang pada akhirnya, plastik menjadi sampah. Di negara kita ini sudah darurat sampah plastik. Maka perlu cara jitu untuk mengatasinya. Sebagaimana penelitian Jambeck JR dkk. dalam jurnalnya berjudul “Plastic Waste Inputs From Land Into the Ocean” tahun 2015, Indonesia merupakan negara kedua yang paling banyak menghasilkan sampah plastik setelah negara China. Fakta lain juga menunjukkan bahwa jumlah sampah plastik di negara kita menurut ScienceMag dari tahun 1950-2015 cenderung selalu mengalami peningkatan. Bahkan, berdasarkan data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik kita mencapai 64 juta ton per tahun. Kantong plastik yang terbuang ke lingkungan 10 miliar lembar per tahun atau 85.000 ton kantong plastik. Data ini hampir sama persis dengan yang dipunyai Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK) yang juga menyebutkan kurang lebih 9,8 miliar lembar kantong plastik digunakan masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, hampir 95% menjadi sampah. Banyaknya sampah plastik tersebut merupakan akumulasi sampah dari seluruh wilayah Indonesia yang memang sangat luas. Dari pemantauan Statistik Lingkungan Hidup pada 2010-2016, ditemukan bahwa kota-kota Indonesia pada umumnya mengalami kenaikan produksi sampah.

Oleh

Kurniawan Adi Santoso Menurut BPS, pada tahun 2016, urutan tertinggi produksi sampah berada di Pulau Jawa, khususnya Surabaya. Wilayah lain di luar Pulau Jawa yang produksinya tinggi adalah Kota Mamuju dan Kota Makassar. Sampai saat ini, kita belum bisa menghentikan peredaran sampah plastik. Sebab, munculnya sampah plastik merupakan persoalan gaya hidup. Hampir setiap aktivitas kehidupan manusia akan berpotensi untuk menghasilkan sampah plastik. Mulai kegiatan konsumsi di skala rumah tangga dan publik hingga aktivitas administrasi kerja di lembaga dan perusahaan. Namun, beberapa hal bisa kita lakukan untuk dijadikan solusi dalam mengatasi permasalahan sampah plastik di sekitar kita. Sebagaimana yang disarankan Bea Johnson dengan 5R, yaitu: refuse (menolak), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (daur ulang), rot (membusukkan). Kita usahakan terlebih refuse, menolak hal-hal yang berpotensi menghasilkan sampah. Upaya menolak bahan-bahan yang berpotensi untuk menjadi sampah inilah yang sekarang populer dengan gerakan zero waste. Ini mendorong orang-orang menekan sebanyak mungkin sampah dari rumah tangga dan memanfaatkan sumber daya yang ada agar tidak jadi sampah yang mengancam lingkungan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan

sesungguhnya mempunyai banyak komponen untuk memasifkan gerakan zero waste ini. Guru, siswa, orangtua, dan masyarakat adalah stakeholder yang mampu untuk menyebarkan virus zero waste. Guru bisa mendesain pembelajaran yang menekan penggunaan sampah plastik. Lalu, guru juga buat proyek yang melibatkan keluarga dengan tantangan mengurangi bahan yang akan menjadi sampah. Setiap keluarga diminta melaporkan kegiatan melalui media sosial yang memperlihatkan berapa kilogram berat sampah plastik yang bisa dikurangi setiap harinya. Melalui media sosial lebih memungkinkan informasi tentang zero waste itu mendapat energi persuasinya. Begitu juga merembet untuk kegiatan lainnya. Study tour, berkemah, eksperimen, semua didesain untuk mengurangi sampah. Sebagai peneguhan, sekolah bisa menguatkan gerakan sosial ini diikat dalam tata tertib atau aturan yang mengikat. Upaya lain dengan mereduksi jumlah sampah yang dihasilkan dengan cara membatasi penggunaan plastik dan atau menekankan pentingnya daur ulang. Solusi ini dapat dikatakan sudah mulai dilakukan dan direspons pemerintah dengan dikeluarkannya PP No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Yakni pengurangan sampah plastik 30% pada 2025.

karan saat merokok. TAR mengandung senyawa karsinogenik yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, impotensi, penyakit darah, enfisema, bronkitis kronik, dan gangguan kehamilan. Keberadaan produk tembakau alternatif adalah salah satu solusi untuk mengurangi risiko dari produk tembakau secara persuasif. Ini juga menjadi solusi bagi perokok yang selama ini sulit menghentikan kebiasaan merokoknya. Sudah terbukti, pengetatan aturan yang bersifat mengekang di berbagai daerah tidak berbanding lurus dengan penurunan tingkat prevalensi perokok masyarakat. Artinya, pendekatan yang dibuat selama ini masih belum efektif. Alih-alih membuat peraturan yang sangat ketat, namun sulit diterapkan dan terbukti tak efektif, pemerintah dan masyarakat dapat bergandengan tangan memberikan edukasi mengenai konsumsi produk-produk yang lebih rendah risiko. Dengan demikian, literasi kesehatan masyarakat khususnya Bali yang sangat heterogen akan meningkat. Tak hanya edukasi, berbagai penelitian ilmiah di bidang kesehatan tentang produk tembakau alternatif dalam skala lokal juga harus didorong. Terlebih lagi, tingkat kesehatan masyarakat di sebuah wilayah tak hanya dipengaruhi faktor internal manusianya, tetapi juga lingkungan sekitar. Jika seluruh proses ini dapat dijalankan dengan baik, tingkat prevalensi perokok di Bali dapat tereduksi. Penulis, Pemerhati Kesehatan

POJOK Bali semestinya membangun keseimbangan baru bidang ekonomi. - Jangan sampai yang kaya makin kaya. *** Pembangunan sektor pertanian mutlak diperlukan untuk kemajuan Bali. - Jangan hanya wacana. *** Surat suara tercoblos di Malaysia, rugikan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. - Jangan sampai ada fitnah.

Penulis adalah guru SDN Sidorejo, Kabupaten Sidoarjo, Jatim

 Perintis : K.Nadha,  Pemimpin Umum: ABG Satria Naradha Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Dira Arsana Redaktur Pelaksana : Made Sueca Sekretaris Redaksi: Sugiartha Redaktur Eksekutif: Parwata Redaksi: Daniel Fajry, Mawa, Subrata, Diah Dewi, Giriana Saputra, Wayan Sumatika, Wirata Anggota Redaksi Denpasar: Asmara Putra, Dedy Sumarthana, Yudi Karnaedi, Pramana Wijaya, Eka Adhiyasa, Rindra, Agustoni, Ngurah Kertanegara, Komang Suryawan, Made Miasa, Agung Dharmada, Oka Rusmini, Umbu Landu Paranggi, Maya. Bangli: IA Swasrina, Buleleng: Mudiarta. Gianyar: Manik Astajaya. Karangasem: Eka Parananda, Klungkung: Bagiarta, Negara: IB Surya Dharma, Tabanan: Dewi Puspawati,Wira Sanjiwani. Jakarta: Nikson, Hardianto, Ade Irawan. NTB: Agus Talino, Izzul Khairi, Raka Akriyani. Surabaya: Bambang Wiliarto. Banyuwangi: Budi Wiriyanto Kantor Redaksi: Jalan Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon (0361)225764, Facsimile: 227418, Alamat Surat: P.O.Box:3010 Denpasar 80001. Perwakilan Bali Post Jakarta, Bag.Iklan/Redaksi: Jl.Palmerah Barat 21F. Telp 021-5357602, Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Manajer Sirkulasi: I.B. Wirawan, Manajer Percetakan: Tri Iriana, Marketing/Pengaduan Pelanggan: K. Budiarta. Ombudsman: Jimmy Silalahi. Alamat Bagian Iklan: Jl.Kepundung 67A, Denpasar 80232 Telp.: 225764, Facsimile : 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00, Sabtu 08.00-13.00, Minggu 08.00-19.00. Tarif Iklan : Iklan Mini: minimal 2 baris maksimal 10 baris, Minggu s.d. Jumat Rp 49.500,- per baris, Sabtu Rp 64.350,- per baris Iklan Umum: < 100 mmk Rp 50.000 per mmk, >100 mmk Rp 55.000 per mmk. Iklan Keluarga/Duka Cita: Rp 40.000 per mmk. Advertorial Rp 25.000 per mmk. Iklan Warna: 2 warna Rp 55.000, 4 warna Rp 75.000 per mmk. Pembayaran di muka, iklan mendesak untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 18.00. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jl.Kepundung 67A Denpasar 80232 Tel: 225764, Facsimile: 227418. Harga Langganan: Rp 90.000 sebulan, Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 4.000. Terbit 7 kali seminggu. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 Tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515. Anggota SPS-SGP, Penerbit: PT Bali Post. Rek. BCA KCU Hasanudin Denpasar AC: 040-3070618 a/n PT. Bali Post. Rek. BRI Jl. Gajahmada Denpasar A/C: 00170 1000320 300 an Pt.Bali Post.  WARTAWAN BALI POST SELALU MEMBAWA TANDA PENGENAL, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARA SUMBER


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi Jumat 12 April 2019 | balipost.com by e-Paper KMB - Issuu