Edisi Rabu 12 Pebruari 2020 | balipost.com

Page 1

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha

HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

12 HALAMAN

NOMOR 176 TAHUN KE 72

Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418

Pengemban Pengamal Pancasila

rabu Pon, 12 Februari 2020 Bertambah, Warga Tiongkok Ajukan Perpanjangan Izin Tinggal Sejak penerbangan dari Tiongkok ditutup sementara, warga negara Tiongkok yang masih ada di Bali terus berdatangan ke Kantor Imigrasi. Bahkan mereka terlihat antre untuk malakukan perpanjangan masa tinggal di Indonesia. BADUNG | HAL. 3

balipost http://facebook.com/balipost

@balipostcom http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

Jembatan Hanyut Terseret Arus Sungai

Puluhan Ekor Babi Mati

Jembatan bambu di Subak Yeh Tangga, Desa Subaya, Kintamani hanyut terseret arus sungai saat hujan deras melanda wilayah setempat, Selasa (11/2) siang kemarin. Akibatnya puluhan kepala keluarga (KK) di Subak Yeh Tangga kini terisolir. BANGLI | HAL. 9

Kematian babi peliharaan dalam jumlah banyak terjadi di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan. Sebanyak 29 ekor babi milik peternak di Dusun Dauh Munduk dan Dusun Punduh sejak satu minggu terakhir mati. BULELENG | HAL. 10

PKK ditantang IKUT Atasi Masalah Sampah TAHUN 2019 lalu, citra pariwisata Bali sempat turun karena masalah sampah menjadi berita dan isu besar di media sosial. Sampah utamanya disebut tidak terkelola dengan baik.

Lantaran sangat bersinggungan dengan citra pariwisata Bali, Gubernur Bali Wayan Koster mengajak semua pihak termasuk PKK untuk mulai mengelola sampah di sumbernya yakni rumah

tangga. Paling tidak, persoalan sampah bisa selesai di tingkat desa. ‘’Sampah ini menurut saya penting dikelola oleh ibu-ibu (PKK) secara bersama-sama. Bagaimana pengorganisasi-

’’Sehingga ke depan ketika kita merasa bertanggung jawab terhadap sampah, kita berpikir untuk tidak membuat sampah banyak-banyak. Terutama yang susah diolah lagi seperti plastik. Kalau yang organik, sudah langsung bisa menjadi pupuk.’’ Ny. Putri Suastini Koster Ketua TP PKK Provinsi Bali

OPINI

Pelajaran dari Wuhan Oleh: M. Setyawan Santoso KASUS Wuhan memang menyebabkan merosotnya jumlah wisatawan asal Tiongkok ke Bali, namun hal ini tidak harus kita sikapi secara pesimis. Fenomena ini justru memberi peluang positif apabila kita dapat memetik pelajaran berharga dari kasus itu. Virus Corona dari Wuhan sedang menjadi trending topik khususnya di dunia pariwisata Bali mengingat banyaknya wisatawan Tiongkok di Bali. Pada tahun 2019 jumlah wisatawan Tiongkok mencapai 1,01 juta orang atau sekitar 18% dari seluruh wisman yang datang ke pulau dewata ini. Kota Wuhan menjadi nama yang sering disebut-sebut karena merupakan tempat asal virus Corona. Posisi kota Wuhan ada di tengah wilayah Tiongkok, menjadi pusat antara tiga kota besar Beijing, Shanghai dan Hongkong. Posisi yang ‘’startegis’’ inilah yang menyebabkan virus Corona cepat menyebar ke kota lain di Tiongkok. Banyaknya penerbangan dari Tiongkok ke seluruh dunia menyebabkan hingga akhir Januari virus ini telah menyebar ke 25 negara termasuk ke Filipina, Kamboja, Vietnam, Thailand, Singapura dan Malaysia. Saya tidak akan membahas mengenai virus Corona, yang jelas virus ini sangat berbahaya, mudah menyebar dan mematikan. Saya lebih cenderung melihat dampak munculnya virus ini bagi perekonomian Bali khususnya sektor pariwisata. Sebagai fakta, dengan penyebaran yang begitu cepat, banyak wisatawan bukan saja yang berasal atau menuju ke Tiongkok tapi seluruh dunia yang menunda penerbangannya. Beberapa penerbangan oleh maskapai lokal telah dibatalkan bukan saja yang ke kota Wuhan, tetapi juga ke kota besar di Tiongkok seperti Shezhen, Namchang dan Changsa atau bahkan ke Hongkong. Hingga akhir Januari sudah lebih dari 15 ribu wisatawan batal berkunjung ke Bali. Hal. 11 Peluang Positif

annya di bawah, nanti kita buatkan formatnya, SOPnya supaya terpola dengan baik di desa,’’ ujar Koster saat membuka Rapat Konsultasi (Rakon) PKK Tingkat Provinsi Bali Tahun 2020 di Wiswasabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Selasa (11/2) kemarin. Koster meyakini, masalah sampah akan teratasi di tahun 2022 atau 2023 jika pengelolaan sampah dari sumber mulai dijalankan dengan baik tahun ini. Terlebih sudah ada pergub yang mengatur soal itu yakni Pergub No.47 Tahun 2019, selain Pergub No.97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Meskipun tidak menyelesaikan 100 persen, tetapi setidaknya 60 persen masalah sampah bisa terkelola dengan baik sehingga alur sampah ke TPA akan berkurang. Seperti halnya yang sudah dilakukan Desa Punggul, Abiansemal, Badung. Di desa itu, PKK-nya memiliki produk cairan untuk dimasukkan ke sampah supaya mempercepat proses pembusukan. Dari produk

tersebut, PKK setempat sudah bisa menghasilkan uang. ‘’Program ini akan saya polakan ke seluruh desa di Provinsi Bali. Kalau ini sudah berjalan, maka secara perlahan-lahan pengelolaan sampah kita itu akan berjalan dengan lebih sempurna secara bertingkat mulai dari hulunya, betul-betul di sumbernya, di rumah tangga,’’ paparnya. Koster menginginkan agar anggota PKK mulai menyadari tugas dan tanggung jawabnya serta semakin smart untuk bisa membantu pemerintah. Artinya, tidak hanya sekadar ‘’gebyar’’ di permukaan tetapi di bawah pun melaksanakan tanggung jawabnya. PKK bergandengan dan didanai oleh pemerintah sehingga secara moral wajib melaksanakan kegiatan yang mendukung visimisi pemerintah. Program yang dibuat oleh PKK juga harus sinergis dan harmonis antara PKK pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa. ‘’PKK itu sesungguhnya pemberdayaan kesejahteraan keluarga. Ketika keluarga itu sudah menjadi sehat, sejahtera, itu tujuan kita makanya fokus pada kerja,’’ ujarnya.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster mengatakan, masalah sampah merupakan tanggung jawab semua pihak. Jangan semuanya dibebankan kepada pemerintah. Sebab, yang membuat sampah adalah keluarga. Jika pemerintah yang kemudian mengambil dan menyelesaikan sampah, dikatakan tidak mendidik. ‘’Ini salah pola, salah menerapkan dan menyelesaikan masalahnya sehingga masalahnya tidak selesai. Hanya berpindah dia dan itu menjadi bom waktu,’’ ujarnya. Putri Suastini menambahkan, Tim Penggerak PKK di tingkat desa agar bersinergi dengan kepala desa untuk mencari pemecahan dan solusi masalah sampah di desa masing-masing secara kreatif. Dengan demikian, sampah di desa itu tidak sampai mengotori desa lain. Sampah bukan sekadar dipindah, tetapi dienyahkan atau dihilangkan di daerah munculnya sampah itu. ‘’Sehingga ke depan ketika kita merasa bertanggung jawab terhadap sampah, kita berpikir untuk membuat sampah banyak-banyak. Terutama yang susah diolah lagi seperti plastik. Kalau yang

organik, sudah langsung bisa menjadi pupuk,’’ jelasnya. Sementara itu, Ketua Panitia Rakon A.A. Sri Utari Naradha mengatakan, Rakon PKK Tingkat Provinsi Bali mengangkat tema ‘’Konsolidasi Gerakan PKK Menyongsong Rakernas PKK Tahun 2020’’. Acara ini bertujuan untuk mewujudkan sinergitas program TP PKK tahun 2020 baik lintas wilayah maupun sektoral. Selain itu, mengevaluasi kegiatan TP PKK sebagai pedoman pelaksanaan pada tahun berikutnya. Hasil yang diharapkan, para peserta rakon dapat mengetahui program kegiatan TP PKK Provinsi dan masing-masing kabupaten/ kota. ‘’Selain itu, agar dapat lebih memahami tugas pokok dan fungsinya baik sebagai pelaku aktif maupun pasif dalam pelaksanaan program kegiatan PKK yang lebih fokus, tulus dan lurus,’’ imbuhnya. Rakon antara lain diisi dengan pengarahan Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster serta materi dari Kepala Dinas PMD, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Bali, Kepala Bappeda Provinsi Bali, dan Sekretaris TP PKK Provinsi Bali. (kmb)

Jangan Panik Hadapi Paceklik Wisatawan

Terpuruk dan melakukan tindakan destruktif, seperti pemecatan karyawan (PHK) atau menjauh dari optimisme, saat paceklik kunjungan wisatawan mesti dihindari. Pelajaran dari Wuhan, Tiongkok mestinya menantang Bali untuk berbenah. Pada saat paceklik, Bali mesti bisa bangkit. Kelola momentum ini untuk berbenah dan optimis bahwa Bali mampu menjadi destinasi berkualitas.

O

ptimisme haruslah tetap menjadi identitas pengusaha. Menjadikan pekerja pariwisata sebagai korban atau pihak yang pertama terdampak paceklik adalah tindakan yang tak adil. Pandangan ini dirangkum dari perbincangan Bali Post dengan Wakil Gubernur Bali Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, M.Si. dan

Ketua STPBI Bali Dr. I Made Sudjana, S.E., M.M., Selasa (11/2) kemarin. Diakui atau tidak dampak sistemik virus Corona begitu kuat. Anjloknya kunjungan dan potensi dampak sosial ekonomi kita menguat. Bali tentu tak boleh diam dalam hal ini. Komunikasi dan evaluasi lalu melakukan revitalisasi produk pariwisata harus dilakukan. Wakil Gubernur Bali yang juga akrab disapa Cok Ace mengakui kini pandemi Corona telah membuat berbagai estimasi tersandera. Potensi krisis finansial bagi daerah-daerah yang bertumpu pada pariwisata bisa saja terjadi. Namun, Bali tentu tidak diam dalam

hal ini. Komunikasi d a n revitalisasi kebijakan telah dilakukan. ‘’Bali saya yakini tak akan terjebak pada situasi ini. Diplomasi, promosi dan mengajak komponen pariwisata mengelola momentum ini untuk meningkatkan kualitas produk terus disuarakan,’’ jelasnya. Hal. 11 Terus Berbenah

’’Paceklik kunjungan haruslah menjadi momentum menata diri menuju pariwisata berkualitas. Peningkatan kualitas SDM dan fasilitas bisa dilakukan saat ini. Pendekatan investasi saat peceklik juga bisa menjadi pilihan, jangan malah terjebak dan mati gaya.’’

KAJIAN Harian Bisnis Bali Harga Gabah Pecahkan Rekor Harga gabah di tingkat petani untuk kualitas gabah kering panen (GKP) terus naik. Terbaru harganya sudah tembus Rp 5.500 per kg, merupakan harga tertinggi. Apa yang penyebabnya? www.bisnisbali.com

Harian DENPOST Desa Awan Kelola Sampah Sejak akhir tahun 2016 Desa Awan, Kintamani, punya kelompok relawan peduli lingkungan yang beranggotakan warga setempat. Mereka mengelola sampah dengan dibentuknya bank sampah. www.denpost.id

Antara Quality dan Quantity Dalam Pariwisata Oleh I Gde Pitana Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana BELAKANGAN ini sangat marak wacana yang euforik tentang quality tourism (pariwisata berkualitas) dan ‘’meninggalkan’’ mass tourism. Sesungguhnya perdebatan yang mempertentangkan quality tourism (pariwisata berkualitas) dengan quantity tourism (mengutamakan jumlah wisatawan) sudah terjadi sejak lama. Untuk kasus Bali, paling tidak perdebatan ini dapat ditelusuri kembali ke tahun 1990-an awal, ketika mulai digaungkannya

pembangunan berkelanjutan (termasuk pembangunan pariwisata berkelanjutan). Di Bali sendiri ada dua program besar yang membahas masalah ini, yaitu BSDP (Bali Sustainable Development Project, 1991-1992) dan BTMP (Bali Tourism Management Project, 1992-1993). Maka, setiap berbicara pariwisata berkualitas dalam konteks Bali, saya teringat dengan perdebatan di atas, karena kebetulan saya secara pribadi terlibat dalam project

tersebut. Apai Itu Pariwisata Berkualitas? Pariwisata berkualitas diberikan batasan yang beraneka ragam sesuai dengan perspektif pembicaranya. Yang tidak mustahil, banyak orang berbicara tentang pariwisata berkualitas tanpa memahami apa yang dimaksud, serta apa ciri-ciri dan indikatornya. Paling sering terjadi, pariwisata berkualitas diperlawankan dengan pariwisata massal (mass tourism). Padahal dikotomi tersebut tidak selamanya benar.

Pada dasarnya pariwisata berkualitas adalah pariwisata yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat lokal dan kepuasan wisatawan secara berkelanjutan, bukan saja untuk generasi sekarang, melainkan juga untuk generasi-generasi yang akan datang. Hal. 11 Secara Akademis


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi Rabu 12 Pebruari 2020 | balipost.com by e-Paper KMB - Issuu