Edisi Selasa, 11 Maret 2018 | Balipost.com

Page 6

Refleksi

6

Mencari Makna Sepi Melalui Nyepi

Om atma va idam eka evagra asit. Nanyat-kincana misat. Sa iksata lokannu srja iti. (Aitareyopanisad 1.1.1.)

Redaktur Khusus weda

WAKYA “Sebelum ciptaan alam semesta, satu-satunya yang ada hanyalah Paramatma. Selain Paramatma sama sekali tidak ada yang bergerak. Tuhan Yang Maha Kuasa, Paramatma berkehendak, ‘Aku akan menciptakan alam semesta.’ Demikian Tuhan berkeinginan. ” “Duk tan hana paran-paran..” merupakan istilah yang banyak dikutip oleh para Dalang atau pemain Topeng, Arja dan lain-lain untuk menunjukkan keadaan Sunya (kosong) sebelum terjadi ciptaan alam semesta. Lontar Bhuwana KoSa menjelaskan keadaan kekosongan teramat sepi “ati parama Sunya” dengan sinar “kosong” yang terang benderang (Sunya melilang tejanira). Tradisi “spiritual” Bali meyakini keberadaan alam Sunya, alam kosong atau Nirvana. Alam Sunya adalah alam pembebasan atau Moksa (ya sinanguh kamoksan), dan ia merupakan harapan setiap orang agar leluhurnya kembali ke alam Sunya memperoleh pembebasan (mulih pitara ring Sunya loka). Istilah-istilah Sunya, Sunyata, “puyung maisi”, “Sang Hyang Embang” dan lain-lain menunjukkan penerimaan keberadaan Sunya (kosong). Rg Veda sendiri yang merupakan pustaka Veda terawal menyebutkan Sunya dengan istilah Sune dan Sunam. Keadaan “sepi” memang mendapat perhatian dari pustakapustaka suci Veda dan lontar-lontar. Atharva Veda mempergunakan istilah Sunya untuk menyebut kekosongan. Sedangkan Sukla Yajur Veda dan Brhad Upanisad menyebutkan keadaan “maha sepi” tersebut dengan “kham brahma” (Tuhan adalah Kosong). Demikian pula Pinggala Chanda Sastra menyebut pula dengan “rupe Sunye”. “Atma va idam eka evagra asit” – pada awalnya, sebelum ciptaan alam semesta terjadi, yang ada hanyalah “sepi” Sunya, kosong yang terisi, “puyung maisi”. Isi kosong sepi adalah Paramatma yang kekal abadi. Pada masa Sunya tersebut hanya Tuhan yang eksis. Selainnya “tan hana paran paran” – tidak ada keberadaan “yang tidak ada”. Hanya kosong, hening. Tidak ada wujud, yang ada hanya “bahan wujud” yaitu benih Panca

Redaktur Khusus MIMBAR

HINDU I Gusti Ketut Widana Dikisahkan, ada seekor Katak yang karena merasa diri paling besar, maklum lebih sering berada dalam tempurung, tidak terima ketika dikabari ada binatang, yaitu Sapi yang jauh lebih besar dari dirinya. Karena baru mendengar, sang Katak berusaha menggambarkan kebesaran Sapi dengan cara membesarbesarkan tubuhnya hendak mengukur seberapa besar wujud sapi itu bisa menyamai dirinya. Si Katak pun berulangkali memeragakan gerakan menggelembungkan badannya agar tampak lebih besar. Demikian dilakukan berulang kali meski sang Katak tetap tidak mampu membesar. Jangankan melebihi atau menyamai, mendekati ukuran kuku kaki Sapi saja tak kuasa dilakukan. Lantaran terus dipompa semangat tidak ingin disamai, tatkala jurus terakhir membesarkan badan dilakukan sekuat tenaga, meledaklah tubuh Katak berkeping-keping, hancur berantakan. Karena hanya tidak ingin disamai atau disaingi kebesaran dirinya, Katak telah menjadi korban kesombongannya, merasa diri paling besar, paling hebat, paling bisa, hingga akhirnya memang benar Katak “paling” (linglung), tak menyadari bahwa “diatas langit ada langit”. Selain menunjukkan kesombongan, Katak sekaligus meremehkan bahkan merendahkan Sapi yang memang kodratnya bertubuh besar. Lagipula belum tahu sosok Sapi yang sebenarnya, si Katak terusik dengan kabar kebesaran Sapi. Kalau saja si Katak memahami sesanti eda ngaden awak bisa, tentu ia tidak akan membangga-banggakan kebesaran tubuhnya yang sebenarnya terlalu kecil untuk disepadankan dengan Sapi. Pelajaran yang dapat dipetik, setiap makhluk apalagi manusia memang telah dianugrahi kelebihan atau keunggulan, selain kelemahan dan kekurangan. Menyadari hal itu, bagi yang merasa mempunyai atau mendapat kelebihan atau keunggulan dalam hal apapun hendaknya tidak menyombongkan diri. Seba-

Darmayasa Maha Bhuta; air, api, angin, tanah dan angkasa. Tanpa bentuk, tanpa gerak (nanyat kincana misat). Keseluruhan ada dalam kosong Sunya. Ada tetapi tidak ada. Kosong tetapi penuh isi. “Nanyat-kincana misat” – sama sekali tidak ada yang lain selain yang sepi. Selain keberadaan yang Ada, semua hanya sepi, kosong, Sunya. Hana tan hana, ada tidak ada. Itulah keadaan sebelum terjadi ciptaan alam semesta. Keadaan “Sepi” yang sama juga akan terjadi pada Maha Pralaya nanti. Dari Sunya kembali ke Sunya. Dari Kosong kembali kepada Kosong. Dari Sepi, melalui Nyepi, kembali kepada Sepi. Beberapa hari lagi, tepatnya tanggal 17 Maret 2018 kita akan merayakan Nyepi. Dalam siklus Nyepi kali ini, ia merupakan Nyepi yang sangat istimewa, langka dan penuh makna serta kemuliaan. Nyepi kali ini juga bertemu dengan hari raya Saraswati. Dulu pernah terjadi pertemuan hari Nyepi dengan Pagerwesi. Kali ini, Nyepi jatuhnya bersamaan dengan hari Saraswati. Tentu ia merupakan kejadian yang tidak dalam putaran satu dua tahun melainkan “campuhan hari suci” seperti ini kejadiannya bisa dalam ratusan tahun sekali. Permasalah dihadapkan pada umat, antara Nyepi dan perayaan. Hari suci Nyepi harus dirayakan dengan “brata penyepian”, sepi dalam segala hal, sedangkan hari suci Saraswati harus dirayakan dengan aktivitas persembahyangan serta pertunjukan seni budaya agama spiritual. Terkait dengan pelaksanaan Hari Nyepi yang bertemu dengan Hari Saraswati yang sempat membuat umat “kebingungan”, melalui Pesamuhan Madya para Sulinggih yang diselenggarakan pada tanggal 2 Desember 2017, PHDI Prov Bali mengeluarkan tiga butir keputusan, antara lain: Pertama, Perayaan Hari Suci Saraswati dan upakara-yadnya lainnya dilakukan dan harus sudah selesai pada Pkl. 06.00 waktu setempat pada tanggal 17 Maret 2018. Kedua, Perayaan Hari Suci Nyepi Dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2018, mulai Pkl. 06.00 waktu setempat sampai pukul 06.00 waktu

setempat sebelum tanggal 18 Maret 2018, dan butir Ketiga, bahwa karena pesamuhan dihadiri oleh MUDP serta MMDP Kabupaten/Kota seBali dan Desa Pakraman merupakan pelaksana serta penjaga kelancaran Hari Suci Nyepi maka keputusan ini ditindaklanjuti oleh Desa Pakraman se-Bali atas arahan MUDP, MMDP serta MADP se-Bali. Perayaan Hari Nyepi di Indonesia diperingati oleh umat Hindu Dharma setiap tahun (±360 hari sekali). Bali menjadi satu-satunya tempat di dunia yang menutup pintu hiruk-pikuk dunia dalam seharian, setahun sekali, pada hari Nyepi. Tidak ada perayaan seperti ini di pelosok dunia mana pun. Tentu saja ia bukan hanya merupakan kebanggaan Bali melainkan kebanggaan bangsa Indonesia, bahwa dari sekian banyak “harta karun” warisan leluhur bangsa, Indonesia mempunyai “the Only One” peristiwa besar dan maha penting yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia. Memang sulit dipahami jika ada orang Indonesia, apalagi yang hidup di Bali mempermasalahkan hal ini dengan alasan “terganggu kenyamanan”. Jika dari 360 hari, selama 359 hari kita membuat bising dan hirup pikuk, disadari atau tidak, lalu jika hanya sehari kita hening, memberikan “kesempatan” kepada alam untuk “beristirahat tenang tanpa kebisingan” demi kebalikannya memberikan segala karunia kepada kita, lalu masuk akalkah kita mengeluh “tidak nyaman?” Nyepi merupakan praktik leluhur untuk menyambut Tahun Baru. Ia merupakan suatu praktik kecil yang menawarkan pahala maha besar. Melalui pelaksanaan Catur Brata Panyepian orang-orang berjiwa besar mengangankan pencapaian besar untuk menyambut Tahun Baru Saka. Jika orang-orang pada umumnya menyambut Tahun Baru dengan beriang-gembira sambil menari, mabuk, membakar petasan mahal-mahal, maka mereka yang mencari kesejatian hidup akan mencari pencapaian besar. Untuk itu, mereka memberikan perhatian sungguh-sungguh pada pelaksanaan Catur Brata Penyepian. Mereka menyambut kehadiran tahun baru Saka melalui introspeksi diri melalui meditasi atau Samadhi. “Ambek sang paramartha pandita huwus limpad sakeng Sunyata” - orang-orang suci bijaksana seperti para Maharesi, Yogi daln lain-lain, pencapaian alam sunyi merupakan pencapaian tingkat tinggi yang dituju. Hanya orang-orang bijak sekelas beliaulah yang berhasil memasuki alam sepi (Sunyata), baik alam-alam Sunyata makro (bhuwana agung) maupun alam mikro (bhuwana alit).

Barangkali timbul pertanyaan, “Mengapa orang perlu melakukan tapa-brata-yoga-samadhi untuk menyambut Tahun Baru?”Bagi umat Sanatana Dharma, Tahun Baru adalah hari suci yang mempunyai kekuatan suci untuk membentuk orang menjadi “manusia di dalam badan manusia”. Tanggal 18 Maret 2018 merupakan hari suci “maha Shakti” karena pada hari Caitra Sukla Pratipada, Brahma menciptakan alam semesta pertama kalinya. Hari penting tersebut dari waktu ke waktu juga dipergunakan oleh para penguasa zaman dahulu untuk memperingati kemenangannya dalam peperangan dengan memulai Tahun Baru. Raja Vikramaditya memilih hari penuh kekuatan dan karunia ini untuk memulai Tahun Barunya yang dikenal sebagai Vikram Samvat, sekitar 57 tahun Sebelum Masehi (sedangkan Saka Samvat 78 tahun Sesudah Masehi). Sri Rama dinobatkan menjadi Raja Ayodhya juga pada hari Brahma menciptakan alam semesta ini. Demikian pula halnya dengan Maharaja Yudhisthira, abhiSeka Ratu-nya juga diselenggarakan pada hari suci ini. Perayaan Nyepi kali ini datangnya bersamaan dengan hari Saraswati. Sesuai petunjuk PHDI Bali, pemujaan Saraswati dilakukan di pagi hari dan harus sudah selesai pada pkl. 6 pagi. Nyepi, diawali dengan pemujaan sastra, setelah itu dilanjutkan dengan pengamalan sastra berupa pelaksanaan Catur Brata Penyepian. Melalui Catur Brata Penyepian, orang “mengalami” sastra (ajaranajaran suci Veda). Dapat diumpamakan bahwa pemujaan Saraswati adalah memasak makanan, sedangkan Nyepi melalui Catur Vrata Penyepian adalah memakan makanan. Hari Saraswati adalah membaca sastra melalui tulisan, sedangkan Nyepi adalah membaca sastra tanpa tulisan alias “sastra tanpa tulis” Demi mendapatkan sinar suci penerangan orang perlu memasuki sepi melalui Nyepi. Kata Nyepi menunjukkan niat dan tekad aktif memasuki sepi. Pada hari Nyepi orang memasuki kegelapan nan sepi melalui sinar suci ilmu pengetahuan dalam bentuk pemujan Dewi Ilmu Pengetahuan, Dewi Saraswati. Tanpa memasuki sepi melalui Nyepi orang tidak mungkin berhasil “mengupas rahasia hidup”. Orang suci menempa diri pada hari Nyepi, demi kelayakan menerima sinar suci spiritual dengan mana hidupnya akan terarah dengan baik di jalan material, agama, dan terlebih lagi di jalan spiritual. Demikian. tanggal 18 Maret 2018 merupakan hari penuh karunia untuk memulai sesuatu yang bermakna demi kemuliaan semua makhluk.

MIMBAR AGAMA

Belajar dari Kesombongan Katak

liknya bagi yang merasa ada bahkan sarat kekurangan, kelemahan, bahkan kecacatan, tetap harus mensyukuri anugrah-Nya, yang diyakini memiliki maksud dan hikmah di balik semua itu. Tidak rendah diri (rendah hati wajib), kehilangan rasa percaya diri, mudah mengeluh dan menyesali keadaan, atau malah menyalahkan kodrat-Nya, yang merasa ditimpakan padanya. Kesadaran tentang ini penting d i b a ng ki t ka n d i t e ng a h f e no mena perilaku sebagian masyarakat yang cenderung membanggakan kemampuan, kepintaran, kehe batan, kesaktian, kekayaan, atau kekuasaan. Apalagi jika proses ke arah itu diupayakan dengan tidak semestinya, bertambah sombong jadinya. Istilah Balinya ngedig tangkah, nyapa kadi aku (menepuk dada merasa diri paling bisa segalanya). Gaya hidup kekinian yang cenderung materialistik konsumtif plus hedonistik menjadi perangsang kuat hasrat menampilkan kemasan materi lewat display tubuh fisik, mulai dari akseoris (busana, perhiasan) hingga propetis (handphone, mobil, rumah) yang bisa dilihat dan dinilai orang sebagai tanda kemampuan, kelebihan, atau kekayaan. Tubuh fisik kini telah menjadi instrumen advertising, ruang pamer kelebihan kepemilikan, menyiratkan tanda berpunya (the have), atau tidak punya (have not). Tubuh materi menjadi objek eksploitasi diri dengan memajang apapun untuk dinilai sebagai isyarat hidup berkeungguan, yang pastinya berujung kesombongan. Mengikuti hasrat pamer kesombongan tak bedanya seperti kisah Katak yang hancur tubuhnya lantaran tidak terima disaingi. Dasar kesombongan itu sendiri tumbuh dari rasa ego (ahamkara) yang karena tidak dikendalikan geraknya berkembang liar. Semakin dituruti ego kesombongan menjadi jalan cepat kehancuran sang diri. Ibarat api disiram bensin, cepat menyambar dan berkobar, membuat jalan kebaikan buyar, tidak lagi berada di jalur yang benar. Segala cara dengan mudah ditempuh mewujudkan keinginan yang telah dirasuki kelobaan, dan tetap merasa tidak puas terhadap apa yang telah dicapai. Kitab Slokantara – 44 (62) menggambarkan

beberapa jenis ketidakpuasan, mulai dari yang tidak benar, bersifat alamiah, merupakan kewajiban, dan masuk katagori wajar, berturutturut dinyatakan : “Seorang raja itu tidak puas pada harta bendanya yang telah menggunung; samudra itu tidak puas dengan air sungai-sungai yang membanjirinya; seorang yang bijaksana tidak akan puas dengan ilmu yang dimilikinya; dan mata itu tidak akan puas-puasnya melihat yang dikasihinya”. Di antara ketidakpuasan di atas, pendorong tumbuh kembangnya kesombongan yang bisa berujung kehancuran adalah seseorang, siapapun dia, entah itu raja atau rakyat biasa, jika sudah dikuasai sifat ego, selalu berhasrat memenuhi keinginan atau kepuasan. Kalau hendak memuaskan dahaga keilmuan, baik duniawi maupun rohani amatlah baik, dapat mendorong seseorang

tidak hanya pintar atau pandai, bahkan dapat menjadikannya sebagai sosok bijaksana. Sebaliknya, menuruti terus menerus hasrat kepuasan materi duniawi, justru akan membakar nafsu menghalalkan segala cara, termasuk menerapkan kesombongan “ilmu Katak” : keatas sembah sungkem seolah tunduk bhakti, tetapi ke samping mendepak teman perintang, sementara ke bawah menendang kawan demi memuluskan hasrat pemuasan diri. Ternyata, banyak pelajaran didapat dari kisah Katak, setidaknya memberi amanat agar dalam memenuhi hasrat apapun tetaplah menjunjung tinggi hakikat umat sebagai makhluk terhormat yang punya harkat, derajat dan martabat sebagai insan Tuhan yang taat. Tidak membiasakan berkhianat lalu main sikat demi kepentingan sesaat yang akhirnya menggiring pikiran dan perilaku sesat.

Untuk pembaca Bali Post Mingguan (BPM), kami membuka rubrik baru ‘’Permata Hati”. Rubrik ini mengangkat si buah hati yang baru lahir, yang berulang tahun atau akan berulang tahun. Juga pasangan yang menikah di minggu tersebut atau yang merayakan ulang tahun pernikahan. Kirim foto menarik dan tulis data lengkap identitas diri, orang tua serta komentar singkat. Semua data dikirim lewat email redaksibalipost@yahoo.com dengan kode Permata Hati. Bisa juga naskah dan foto dikirim ke Sekretariat Redaksi Bali Post. Jl. Kepundung 67 A Denpasar telp. (0361) 225764. (Redaksi)

OTONAN - Naima tersenyum manis dan bahagia saat akan diajak menuju ke pantai bersama ibunya di sela upacara otonan, Vindra, sepekan lalu. Mereka siap berangkat ke Pantai Klotok Klungkung serangkaian upacara malukat setelah lahir dan besar di Wamena, Jaya Wijaya, Jayapura.

Minggu Kliwon, 11 Maret 2018

Capricorn Tak ada gunanya mementingkan kepentingan diri sendiri sehingga kepentingan orang lain menjadi terabaikan, cobalah lebih bisa bersosialisasi dengan lingkungan Anda agar dalam kehidupan bermasyarakat bisa berjalan lebih harmonis lagi. Saat ini Anda lagi disorot oleh atasan, sehingga cobalah dibenahi kinerja Anda agar bisa lebih baik di kemudian hari. Asmara: Jangan main-main, pihak ketiga tampak mulai bergerak, untuk itu cobalah kekompakan mulai dijaga dengan lebih menaruh perhatian padanya. Aquarius Tak ada gunanya keras kepala, apalagi jika dirasa Anda di pihak yang salah ada baiknya segera melakukan perubahan, jangan biarkan pembenaran dalam bertindak kesalahan karena hanya akan menghancurkan apa yang telah Anda bangun dengan begitu susah payah. Asmara: Rasa memiliki yang terlalu berlebihan itu sangatlah tidak baik, ingatlah bahwa si dia juga punya hak untuk bisa menemukan kebahagiaan. Pisces Cobalah lakukan perimbangan agar segalanya bisa berjalan dengan lebih panjang dan awet. Terhadap berbagai kemauan pasar yangmulai aneh-aneh itu ada baiknya disikapi dengan penuh optimisme. Karena itu bukanlah beban justru itu merupakan kesempatan untuk bisa meraih hasil yang lebih baik lagi. Kondisi badan tampak mampu mensupport kinerja Anda di minggu ini sehingga Anda bisa lebih tenang dan enjoy dalam beraktivitas. Asmara: Jangan berpikiran negatif karena hal itu hanya akan menjadi beban pikiran Anda saja. Aries Jangan biarkan rasa malas menghancurkan mimpi-mimpi indah itu, karena tanpa kerja keras hal itu hanya akan menjadi bayangan semu saja. Bila ada tawaran yang menguntungkan cobalah segera ditindaklanjuti dengan sepenuh hati, tak perlu bertindak bila ada perasaan ragu dan bimbang. Mengenai kesehatan Anda perlu mewaspadai bagian perut karena mudah terganggu untuk itu hindari makanan terlalu pedas dan kurangilah jajan makanan di luar. Asmara: Hilangkan perasaan tertekan hanya karena alasan tak pasti. Taurus Jangan mengedepankan perasaan di dalam menghadapi segala macam persoalan, terutama dalam menentukan sikap dari setiap permasalahan yang ada, agar terhindar dari kesalahan dalam pengambilan keputusan. Omongan orang anggap saja sebagai bahan pertimbangan tetapi pengambilan keputusan yang utama tetap di tangan Anda. Asmara: Usahakan untuk positive thinking agar suasana hati tetap selalu happy dan tak gelisah. Gemini Di minggu ini seharusnya Anda bisa lebih berani maju dengan terobosan-terobosan penting dan cemerlang. Terhadap berbagai perubahan yang terjadi akhir-akhir ini sebaiknya bisa ditanggapi dengan positif tidak perlu berpikiran yang bukanbukan dulu. Terhadap kondisi badan jika tiba-tiba tetap jatuh sakit, sebaiknya Anda tetap bersyukur dan tidak lupa untuk selalu menjaga kondisi badan agar kesehatan Anda cepat kembali pulih dan bisa beraktivitas sebagaimana mestinya. Asmara: Jangan terus-terusan ngomel yang selalu menyakiti hatinya itu. Cancer Buat apa dimasukkan hati segala macam sikap mereka yang jelas-jelas menyinggung hati Anda, biarkan saja tak perlu dihadapi dengan emosi. Ada baiknya nikmati saja minggu ini dengan hati yang tenang dan penuh kedamaian. Asmara: Jujur saja, buat apa menutup-nutupi kesalahan karena bagaimanapun juga yang namanya busuk pasti akan tercium juga. Leo Biarkan mereka bertindak semaunya, yang terpenting kewaspadaan tetap selalu dijaga. Di minggu ini suasana hati Anda cukup senang sehingga terkadang kewaspadaan menjadi terabaikan, cobalah untuk tetap waspada terutama terhadap pujian-pujian karena semua itu pasti ada maunya. Asmara: Cinta yang hakiki tidak memandang materi ataupun harta untuk itu jangan selalu melihati dirinya selalu dari sisi pandang materi. Virgo Jangan terbayang-bayang dengan persoalan yang menjengkelkan hati, biarkan yang lalu biarlah berlalu agar hati bisa selalu tenang dan tidak merasa galau. Ide dan rencana yang akan dilaksanakan esok hari sebaiknya mulai dipersiapkan sekarang, apalagi di minggu ini suasana hati tampak tenang dan mampu menciptakan inspirasi baru. Asmara: Sadarlah bahwa si dia tampak cemburu berat dengan Anda minggu ini sehingga usahakan untuk bisa membuktikan kesetiaan Anda pada dirinya. Libra Situasi dan kondisi di minggu ini cukup tenang dan hampir tidak ada masalah yang mengganggu, sehingga bisa lebih santai dan rileks. Bila ada rencana untuk bepergian juga tidak ada masalah, yang terpenting semua dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Asmara: Teruslah mengalah, tidak ada gunanya berselisih pendapat hanya karena persoalan yang tidak terlalu prinsip. Scorpio Jangan keburu negative thinking dengan bantuan dari orang lain, apalagi di saat ini Anda memang membutuhkan semua itu. Tak perlu terlalu mempertahankan gengsi kalau akhirnya Anda menjadi pusing sendiri. Mengenai karier tampaknya banyak tuntutan yang harus Anda penuhi, untuk itu cobalah Anda lebih bisa mengatur waktu agar semua pekerjaan dapat terselesaikan semua. Asmara: Saat ini si dia lagi membutuhkan support, untuk itu beri dorongan positif jangan malah menakut-nakuti. Sagitarius Memang dalam teori dan praktiknya belum tentu sama, untuk itu cobalah untuk bisa memikirkan kemungkinan terburuk dari semua rencana Anda. Anggaplah ini semua sebagai batu loncatan untuk dapat meraih semua apa yang Anda impikan. Asmara: Nafsu amarah hanya akan bikin si dia menjadi jauh dengan diri Anda.

Diasuh Oleh Putri Wong Kam Fu Berlaku : 11 Maret - 17 Maret 2018


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.