Bali Post
balipost (166 rb Like) http://facebook.com/balipost
SEJAK 1948
@balipostcom (5.495 Follower) http://twitter.com/balipostcom
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
EVAKUASI - Petugas gabungan melakukan evakuasi terhadap korban longsor di Banjar Sasih, Sukawati, Gianyar.
Satu Keluarga Tertimbun di Banjar Sasih
Ayah Kritis, Ibu dan 3 Anaknya Meninggal Gianyar (Bali Post) Hujan lebat yang terjadi pada Sabtu (8/12) dini hari kemarin, membuat rumah milik Made Oktara Dwi Paguna di Gang Taman Beji IV, Banjar Sasih, Desa Batubulan, Sukawati, Gianyar longsor. Satu keluarga tertimbun bangunan di sungai. Sang ayah Made Oktara Dwi Palguna (30) alias Ade masih kritis, sedangkan sang ibu Ni Made Lintang Ayu Widi Merti (31) bersama tiga anaknya, Ni Putu Deta Vania Larasati (6), Made Dian Aditya Palguna (4), dan Nyoman Adi Anggaran Palguna (2), ditemukan sudah meninggal. Longsor pertama kali diketahui oleh warga setempat Nyoman Martani pada Sabtu pagi sekitar pukul 06.00 Wita. Kala itu ia hendak mengaturkan sesajen di tempat suci, tanpa diduga mendapat rumah tetangganya amblas ke ping-
gir sungai di lokasi tersebut. Kejadian ini pun lantas disampaikan ke warga lainnya. Selanjutnya, petugas gabungan meluncur ke lokasi melakukan evakuasi. Hal. 11 Cukup Lama
Nenek Selamat karena ’’Mabanten’’
BANYAK cerita yang muncul tentang tertimbunnya keluarga I Made Oktora Dwi Palguna (Ade) di Banjar Sasih, Batubulan. Selama tiga jam tertimbun longsoran bangunan, empat jenazah yakni ibu dan ketiga anaknya ditemukan petugas Basarnas di bawah spring bed. Semuanya tertimbun material bangunan dalam keadaan sudah meninggal. Anak di atas dan sang ibu
ditemukan di bawah. Kakek sepupu dari Ade, Komang Sumiarna, sempat melakukan pertolongan penyelamatan terhadap cucunya. “Waktu saya lihat tertimbun tanah, saya perkirakan tidak ada harapan cucu saya selamat,” kata Sumiarna. Dia pun sempat membawa korban ke RSAD. Hal. 11 Bersikukuh
NI Nyoman Martani hanya bisa menangis mengenang tiga orang cucu, anak, dan menantunya terperangkap di reruntuhan rumah yang amblas tergerus longsor, Sabtu (8/12) pagi kemarin. Nenek 53 tahun ini pun menjadi saksi mata, saat rumahnya yang berlokasi di Gang Taman Beji IV Banjar Sasih, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati longsor ke jurang di tepi sungai dengan kedalaman sekitar 20 meter. Ditemui Sabtu siang kemarin, Ni Nyoman Martani hanya bisa menangis, sembari menyebut nama cucunya yang terperangkap di material longsor. “Cucu saya masih kecil semua,” ucap nenek 53 tahun ini dengan Isak tangis. Dikatakan pada Jumat malam, saat hujan lebat, salah satu cucunya, I Made Adin Radita Palguna, memang tidak mau tidur. Bocah tiga tahun itu hanya menangis, bahkan beberapa kali meronta-ronta di lantai. Hal. 11 Sempat Rewel
MUSIBAH rumah longsor di Banjar Sasih, Batubulan hingga menelan korban jiwa sangat menyentuh hati kita bersama. Bukan salahnya hujan deras, Jumat malam hingga Sabtu pagi, namun karena salahnya manusia. Pengamat tata ruang Bali yang juga Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) Ir. I Wayan Mahardika geleng-geleng kepala dengan kejadian ini. Bahkan, bencana serupa akan mengancam warga Bali lainnya yang bermukim di pinggiran
sungai. Ini semua akibat keserakahan manusia, sampaisampai lahan untuk resapan air semakin hilang. Bahkan jelas-jelas lahan sempadan sungai kini dibangun untuk permukiman. Wayan Mahardika menilai perlunya kehadiran pemerintah guna menata semua kawasan di Bali. Jangan berpikir asal tanah laku dijual, urusan selesai dan pemerintah mendapatkan pajak dari situ. Pengurus Kadin Bali ini menilai selama ini tidak adanya sinkronisasi antara Pemkab dan BPN terhadap
bantaran sungai. Bahkan, Balai Wilayah Air Bali mengaku sudah lelah bersurat kepada pihak terkait, namun tak ada yang menggubris. Bagi Mahardika, mesti ada ketegasan semua komponen. Pihak BPN mesti melihat kondisi di lapangan bahwa tanah warga tersebut sudah menjadi bantaran sungai (walaupun dahulu milik pribadi). Sementara pemda harus tegas IMB tidak bisa diterbitkan jika melanggar ketentuan sempadan sungai. Hal. 11 Tindakan Tegas
Sudah Diingatkan Segera Jual Rumah Itu
MENANGIS – Nyoman Martani hanya bisa menangis.
Hilangnya Resapan Air, Sempadan Sungai Jadi Bangunan
BPM/desak made asri
BERSAMA - Made Oktara Dwi Palguna ketika bersama istri dan anak-anaknya.
I Wayan Mahardika
Priyanto Priyo Hutomo
Karies Gigi pada Anak-anak Kerusakan Gigi-geligi dan HIV Para orangtua mesti mengawasi jenis makanan anakanaknya. Anak-anak yang sering makan dan minum banyak mengandung gula dan cokelat, makin cepat munculnya karies pada gigi. MAKANAN anak-anak kini banyak mengandung gula. Gula tersembunyi di sekitar gigi ini yang menyebabkan penyakit karies alias gigi berlubang. Dekan FKG Unmas Dr. drg. Dewa Made Wedagama, Sp.KG. menjelaskan gula ini diperoleh dari minum dan makanan dan snack yang banyak mengandung gula. Hal ini membuat keasaman gigi meningkat dan membuat gigi berlubang. Untuk pencegahan dini, dia mengingatkan biasakan anak menyikat gigi tiap pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Kedua, periksakan gigi setiap enam bulan sekali. Di Badung juga banyak anak mengalami karies gigi. Padahal, kondisi gigi saat anak-anak berupa gigi susu menentukan kondisi gigi permanen saat dewasa. Maka dari itu, perawatan gigi susu penting
dilakukan. Salah satunya dengan menjaga kebersihan gigi dan makan makanan yang bergizi. Ketua Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Badung Drg. I Agus Sundia Atmaja, M.Erg. mengatakan, karies gigi adalah kerusakan jaringan keras pada gigi bisa mengenai anak-anak dan juga orang dewasa. Anak-anak kerap mengalami karies gigi terutama pada gigi depan yaitu pada bagian servikal (leher gigi). Lama-kelamaan leher gigi patah sehingga tinggal akar gigi. “Pada orang dewasa jarang terjadi seperti ini karena orang dewasa sudah bisa membersihkan sendiri giginya,” tandasnya. Penyebabnya adalah kurangnya kebersihan dalam rongga mulut akibat sisa makanan. Hal. 11 Sisa Makanan
DALAM dunia kedokteran gigi, dokter gigi menjalankan praktik untuk melayani masyarakat akan kesehatan gigi secara umum. Namun, kesehatan mulut secara umum dapat kita cermati adanya berbagai macam kelainan sistemik yang memberikan gejala sedini mungkin. Hal ini tidak terkecuali adanya penyakit HIV/AIDS yang akhirakhir ini sangat hebat penyebarannya hingga ke pelosok desa. Khusus di bidang pelayanan kesehatan gigi yang mengkhwatirkan untuk terjadinya penularan itu melalui jarum suntik, tindakan invasive seperti cabut gigi, scaling atau pembersihan karang gigi, penambalan, yang dapat membuat virus menempel pada alat. Tidak hanya HIV saja namun virus-virus lain seperti hepatitis juga akan dapat tertular, di mana virus hepatitis juga tidak kalah bahayanya dan lebih
bandel. Hal ini agar tidak terjadi infeksi silang antara pasien dengan dokter, mahasiswa (kedokteran dan kedokteran gigi) maka dipandang perlu tenaga medis (dokter dan dokter gigi) dan mahasiswa untuk imunisasi kedua virus tersebut. Menurut penelitian Dr. drg. Irna S, Sp.PM., banyak kelainan di rongga mulut yang dapat mengindikasikan pasien tersebut terinfeksi virus berbahaya ini. Beberapa di antaranya adalah ditandai dengan munculnya infeksi jamur yang disebut oral candidiasis atau oral hairy leukoplakia yaitu bercak putih di pinggir lidah yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr. Hal. 11 Peradangan Gusi