terbit sejak 16 agustus 1948 perintis k. nadha
HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000
12 HALAMAN
NOMOR 200 TAHUN KE 72
Online:http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418
Pengemban Pengamal Pancasila
Senin wage, 9 Maret 2020
balipost http://facebook.com/balipost
@balipostcom http://twitter.com/balipostcom
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
Kaca Mobil Dilempari
Jatuh ke Jurang di Gunung Batur
‘’Demam’’ Budi Daya Vanili
Pelaku kejahatan jalanan semakin beringas. Empat anak baru gede (ABG) melempari kaca mobil milik Ketut Budi Aryawan (30) dengan batu di Jalan By-pass Ngurah Rai, depan Gang Kerta Pura, Denpasar Timur, Sabtu (7/3) lalu. Kejadiannya pukul 23.00 Wita.
Ida Bagus Andyka Eka Arcana Manuaba (23) tewas terjatuh saat mendaki Gunung Batur, Kintamani, Minggu (8/3) dini hari. Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 04.00 Wita. Korban bersama delapan temannya mendaki dari jalur Pura Jati. BANGLI | HAL. 9
Warga Jembrana mulai ‘’demam’’ budi daya tanaman vanili. Warga pun memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam tanaman merambat yang dikenal ‘’manja’’ ini.
DENPASAR | HAL. 2
JEMBRANA | HAL. 11
Harmonisasi Pertanian dan Pariwisata
Pariwisata dan pertanian di Bali, dua sektor yang hampir selalu dibenturkan. Pariwisata dituding membawa dampak besar bagi alih fungsi lahan dan membuat generasi petani nyaris punah. Padahal jika pertanian lenyap, pariwisata Bali akan kehilangan taksu. Pemikiran bijak diperlukan agar wacana membenturkan dihentikan, diganti dengan wacana dan langkah nyata melakukan harmonisasi pariwisata dengan pertanian.
A
pa yang terjadi pada Bali sejak booming pariwisata adalah hilangnya harmonisasi di antara dua sektor penggerak ekonomi yakni pariwisata dan pertanian. Ketika pariwisata memberi hasil cepat dan berlipat, pertanian kemudian dianaktirikan. Pertanian ditepikan dalam kebijakan, namun diagungagungkan saat bicara tentang tingginya peradaban kebudayaan Bali. Pertanian sejak lama telah diperlakukan secara tidak adil. ‘’Ketika pariwisata mengalami guncangan seperti saat ini akibat virus Corona, pemerintah langsung memberi banyak insentif dan kemudahan-kemudahan,’’ kata Guru Besar Fakultas Pertanian Unud Prof. I Wayan Windia. Sementara nasib pertanian, lanjut Windia, ketika harga beras akan naik sedikit saja, pemerintah segera melakukan impor agar harga tak jadi naik. Ketidakadilan terhadap pertanian merupakan wujud nyata dari hilangnya harmonisasi di Bali. ‘’Persentase jumlah petani di Bali itu masih di angka 35 persen.
Ini berarti seharusnya kontribusi pertani an terhadap PDRB Bali berada di angka sekitar 35 persen,’’ kata Windia. Tetapi kenyataannya, kini pertanian hanya menyumbang sekitar 14 hingga 15 persen untuk PDRB Bali. Sementara pariwisata diperkirakan menjadi penyumbang 70 persen untuk PDRB. ‘’Sudah saatnya harmonisasi yakni keseimbangan antara pertanian dan pariwisata di Bali dilakukan dengan serius,’’ tegas Windia. Kondisi pariwisata Bali yang kembali mengalami guncangan akibat virus Corona, bisa dimaknai sebagai pertanda dari alam kepada Bali agar tidak menganakemaskan pariwisata. Karena ketidakseimbangan antara pariwisata dan pertanian mengakibatkan ekonomi memiliki risiko besar. ‘’Pariwisata itu sektor yang sangat renyah dalam arti peka terhadap gangguan,’’ kata Windia. Ketua Ikatakan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Wilayah Bali Dr. Drs. I Putu Anom sepakat bahwa antara pariwisata dan pertanian mestinya diharmoniskan. Pariwisata dan pertanian dapat saling melengkapi. ‘’Misalnya keuntungan dari pajak hotel dan restoran (PHR), gunakanlah untuk membantu sektor pertanian,’’ kata Anom. Selama ini, Anom yang juga mantan Dekan Fakultas Pariwisata Unud ini melihat alokasi penggunaan PHR banyak digunakan untuk hal lain di luar pertanian.Pemerintah daerah yang memungut maupun menerima manfaat dari PHR ke depannya perlu mengalokasikan penggunaannya untuk menguatkan pertanian Bali. (ata)
OPINI
Oleh: Dr. I Wayan Artika, S.Pd., M.Hum.
Dua Lagi Positif Corona Jakarta (Bali Post) – Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto mengumumkan kasus positif Covid-19 bertambah dua orang, hingga menjadi enam kasus. ‘’Hari ini dari hasil pemeriksaan laboratorium kita menambah lagi dua kasus positif,’’ kata Yurianto, Minggu (8/3) kemarin. Dengan adanya tambahan dua kasus positif, maka jumlah orang positif Covid-19 di Tanah Air menjadi enam orang. Dua orang tambahan yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu diklasifikasi sebagai kasus 05 dan 06. Yurianto
menjelaskan kasus 05 merupakan seorang pria berusia 55 tahun, diketahui positif Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan dari penelusuran klaster Jakarta. Sementara kasus 06 merupakan pria 36 tahun, imported case dari Jepang. Yang bersangkutan terkena Covid-19 pada saat bekerja sebagai anak buah kapal Diamond Princess. ‘’Kondisi keduanya stabil, tidak butuh oksigen, tidak diinfus, sadar penuh, tidak demam, tidak batuk dan tidak pilek. Jadi kondisi dalam keadaan baik,’’ ujar Yurianto. Kedua orang itu diisolasi di RSPI Sulianti Saroso dan RS Persahabatan. (ant)
Prof. Windia Guru Besar Unud
Hari Suram Pekerja Pariwisata Menjelang
Drama Itu pun Tutup Layar
CERITA, kisah dramatis haru biru, yang sudah berlangsung sejak lama di seputar ujian akhir sekolah akan dikubur tahun ini oleh Pak Menteri Nadiem Makarim. Ujian ibarat monster hitam yang membayangi semua pihak, dari gubernur, kepala dinas, bupati, pengawas, kepala sekolah, guru, dan tentu saja siswa dan orangtuanya. Ketakutan yang ditimbulkan dari gerakan monsterisasi UN itu terus dibangun dan diwariskan dari tahun ke tahun, sehingga semakin menjadi-jadi. Pun tak bisa dimungkiri ujian kognitif hafalan menjelma menjadi tujuan satu-satunya, target, ukuran keberhasilan, status prestasi, prestise sosial bagi siswa penghafal teori, teorema, dalil, peta buta, tahun dan nama sejarah, ukuran lapangan bola, dan lain-lain, dari keseluruhan proses pendidikan. Tahun-tahun keenam bagi siswa SD dan ketiga bagi siswa SMP dan SMA/SMK adalah puncak persiapan menghadapi ujian. Seluruh kekuatan sekolah dikerahkan. Uji coba (try out) menjawab tes pilihan ganda berkali-kali terjadi. Semua kegiatan belajar seperti membuat proyek botani di herbarium sekolah, pembedahan katak di laboratorium biologi, atau menyusun esai, diabaikan. Sekolah tak mau tinggal diam, bahkan mengembangkan strategi suskes UN dengan cara curang. Anak-anak pintar yang dikumpulkan di kelas unggul dapat kehormatan jadi joki nan perkasa UN yang akan disebar di seluruh kelas peserta. Para joki ini memberi tahu jawaban kepada seluruh siswa di suatu kelas. Para pengawas sepakat untuk tidak mengusik keadaan ini walaupun mereka datang dari sekolah lain. Mereka tutup mata tutup telinga. Hal. 11 Guru Memberi
’’Sudah saatnya harmonisasi yakni keseimbangan antara pertanian dan pariwisata di Bali dilakukan dengan serius.’’
Bali Post/dok
MEMBAJAK - Wisatawan asing ikut membajak sawah.
Ekonomi Beberapa Negara Terkoreksi
Ekspor Barang dari Bali Diprediksi Terpengaruh
Pasca Covid-19 outbreak, perekonomian dunia diperkirakan melambat. Negara-negara utama merevisi proyeksi pertumbuhannya di tahun 2020, seperti Tiongkok dari 6 persen menjadi 5,6 persen, India dari 6,6 persen menjadi 5,5 persen, Jepang dari 0,5 persen menjadi 0,4 persen. Sementara Indonesia juga merevisi pertumbuhan ekonominya sebesar 0,1 persen dari 5,1 - 5,5 persen menjadi 5,0 - 5,4 persen. Demikian
disampaikan Kepala BI KPw Bali Trisno Nugroho, Jumat (6/3) lalu. Outlook perekonomian Bali juga terkoreksi ke bawah, dari 5,6 - 6 persen menjadi 4,6 – 5 persen. Hal ini berdasarkan simulasi dampak Covid-19 ini jika penerbangan ke Tiongkok ditutup selama dua bulan dan kunjungan wisman turun 6,26 persen. Trisno juga menyebut akan terjadi koreksi pertumbuhan
kredit dan DPK karena kinerja ekspor barang juga terpengaruh. Namun, dampak terhadap perekonomian Bali diperkirakan kecil. Hal ini mengingat share ekspor barang tercatat hanya 10 persen dari total ekspor Bali atau 3,89 persen terhadap PDRB Bali. Ekspor ke Tiongkok juga relatif kecil, yakni 5,39 persen dari total ekspor (ranking ke-5). Hal. 11 Optimisme Pengusaha
WAYAN hari itu nampak hanya diam di rumah. Tidak seperti biasanya pagi-pagi sudah berangkat ke tempatnya bekerja di sarana pariwisata di Sanur. ‘’Mulai minggu lalu, hanya bekerja dua kali seminggu, bli. Soalnya tamu sudah mulai sepi,’’ katanya pasrah saat ditanya mengapa tak berangkat kerja. Virus Corona memang telah mulai memakan korban. Tidak hanya mengancam kesehatan fisik, juga ekonomi mereka yang bekerja di sektor pariwisata. Terpuruknya pariwisata selalu memakan korban. Yang paling pertama jadi korban atau dikorbankan biasanya pekerja. Kebijakan merumahkan, bahkan pemutusan hubungan kerja akan dilakukan jika kondisi pariwisata terus memburuk. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Bali diingatkan untuk memberi perhatian dengan tidak membiarkan pengusaha pariwisata memutuskan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan nasib pekerja pariwisata. ‘’Jangan biarkan pengusaha mengambil kebijakan sendiri-sendiri dengan hanya mementingkan aspek bisnis semata. Pemerintah harus ikut memantau dan wajib melibatkan pekerja saat memutuskan nasib pekerja pariwisata,’’ tegas Putu Satyawira Marhaendra, Ketua Pengurus Daerah Federasi
Serikat Pekerja Pariwisata (PD FSP Par) Bali, beberapa waktu lalu. Pemerintah Bali dengan visi ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ memiliki kewajiban melindungi kepentingan pekerja sebagai bagian dari salah satu aspek penting. Pekerja, kata Satyawira, termasuk aspek manusia atau Jana Kertih. Pernyataan yang mengingatkan pemerintah disampaikan karena dalam kesempatan rapat membahas tentang kondisi pariwisata Bali beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi Bali tidak mengundang FSP Par. ‘’Seharusnya Serikat Pekerja Pariwisata diikutkan dalam pembicaraan,’’ tegasnya lagi. Kondisi pariwisata yang terpuruk memang akan merugikan pengusaha. Namun jika pekerja dilibatkan dalam langkah-langkah antisipasi, ada sejumlah solusi yang bisa diajukan. Intinya adalah bagaimana pekerja dan pengusaha pariwisata dapat bersama-sama berjalan menghadapi krisis. ‘’Pengusaha telah banyak mengambil untung saat pariwisata dalam kondisi baik. Jangan kemudian di saat sulit, pekerja yang paling pertama dikorbankan,’’ tegas Satyawira lagi. Selama ini ada kesan, di saat pengusaha untung, pekerja diperas dan saat pariwisata lesu pekerja malah paling pertama dibunuh. (ata)
Penumpang Viking Sun Akhirnya Bisa Nikmati Bali Denpasar (Bali Post) – Kapal pesiar Viking Sun akhirnya lego jangkar di zona karantina yang berjarak sekitar dua mil dari Pelabuhan Benoa sejak Sabtu (7/3). Setelah dilakukan beberapa tahap pemeriksaan akhirnya kapal berbendera Norwegia itu diizinkan menurunkan seluruh penumpang dan kru kapal, Minggu (8/3) pagi. Sebelumnya (BP, 7/3) diputuskan untuk menunda berlabuhnya Viking Sun di Benoa. Langkah antisipasi di Pelabuhan Benoa juga telah dilakukan sesuai SOP serta pemeriksaan oleh petugas KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) sesuai dengan prosedur dan kesiapan sarana serta alat yang ada ke-
pada seluruh awak kapal dan penumpang. Sementara itu, Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan hasil dari pemeriksaan wisatawan di kapal cruise Viking Sun sudah clear. ‘’Hasilnya clear. Tidak ada terdeteksi penumpang yang terindikasi Covid-19,’’ kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya, MPPM., Minggu kemarin. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Benoa, Agustinus Maun, mengatakan penumpang kapal Viking Sun diizinkan turun setelah dilakukan pemeriksaan pemenuhan protokol kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) oleh
tim Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar yang dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan tim medis yang telah dilakukan Sabtu (7/3) sebanyak dua kali, pada pukul 08.30 sampai 10.00 Wita, kemudian dilanjutkan malam hari pada pukul 20.00 sampai 23.00 Wita,’’ ujarnya, Minggu kemarin. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara detail di atas kapal yang mengangkut 738 orang penumpang dan 452 kru itu, tidak ada ditemukan penumpang ataupun kru yang terindikasi terinfeksi Covid-19 atau virus Corona. Hal. 11 Tak Ada Alasan
Bali Post/ant
ALAT PEMINDAI - Petugas memantau suhu tubuh penumpang menggunakan alat pemindai suhu tubuh yang dipasang di Terminal Penumpang Kapal Pesiar Pelabuhan Benoa, Bali, Minggu (8/3) kemarin.