Edisi 08 Oktober 2017 | Balipost.com

Page 1

terbit sejak 16 agustus 1948

u g g n Mi

perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

minggu umanis, 8 oktober 2017

Pengemban Pengamal Pancasila

Dr. Putu Dyatmikawati, S.H., M.Hum.

’’Nguber Nganten Pada Gelahang’’ S osok wanita yang satu ini memang dikenal pekerja keras dan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Di Universitas Dwijendra Denpasar Dr. Putu Dyatmikawati, S.H., M.Hum. dikenal sebagai wanita rektor PTS satu-satunya di Bali, sementara di rumah dia seorang istri yang menjadi pedamping suami dan pengasuh anakanak yang baik. Wanita yang dilahirkan 27 Juli 1958 dari pasangan I Made Anom (veteran pejuang dan pendiri Yayasan Dwijendra) dengan Luh Putu Karti (alm) sejak duduk di SLUA Saraswati bakat menelitinya sudah menonjol. I Made Anom (alm) juga dikenal penulis di Suluh Marhaen (Bali Post, red). Sementara gelar doktor diraih di Universitas 17 Agustus 1945 dengan predikat cumlaude. Disertasinya juga dikenal sangat unik dan berani. Dikatakan unik karena dia meneliti soal perkawinan pada gelahang, di Bali disebut nganten pada gelahang, termasuk model perkawinan baru di Bali. Yang disebut perkawinan pada gelahang di mana suami dan istri menjadi purusa di rumahnya masing-masing. Dikatakan berani karena kajian hukum adatnya mampu memperjuangkan harkat para kaum wanita. Makanya istri tercinta dari Dr. Drs. M.S.

Chandra Jaya, M.Hum., ini sekarang tampak sibuk nguber alias keliling desa menemui pasangan nganten pada gelahang. Dari Denpasar, Tabanan, ke Penarungan, Badung hingga ke Karangasem. Maklum, nenek lima cucu ini kembali menyusun data manfaat perkawinan pada gelahang serangkaian cetak buku edisi keduanya soal perkawinan pada gelahang. Ibu tercinta dari Agung Satrya Wibawa Taira, S.H.MKn., Krishna Satrya Nugraha Taira, S.H., dan Aditya Satrya Iswara Wisna, S.H., getol memperjuangkan perkawinan pada gelahang agar diterima oleh masyarakat. Bahkan, dia sampai menongkrongi persidangan sebuah kasus perkawinan pada gelahang di pengadilan. Semua pengalaman itu dia jadikan bukti dan fakta bahwa perkawinan pada gelahang selain diakui oleh adat juga secara hukum nasional. Dia menegaskan UU No. 1 tahun 1974 soal Perkawinan, bentuk perkawinan pada gelahang dalam masyarakt adat Bali (suami dan istri sama-sama berkedudukan sebagai purusa di rumahnya masing-masing) memiliki kedudukan hukum yang sama dengan bentuk perkawinan jenis lainnya. Bahkan, perkawinan ini diperkuat oleh Putusan Mahkamah Agung RI No. 1331, 30 September

2010. Apalagi dilandasi filosofi yang jelas dan kuat dalam Weda dan Manawa darmasastra. Bagi dia, nganten pada gelahang adalah bentuk perjuangan bagi kaum wanita Bali. Sejak dulu, kedududkan wanita Bali selalu dipinggirkan baik dalam hal waris dan kesempatan menempuh pendidikan. Wanita Bali selalu ‘’dikalahkan’’ dalam perkawinan, sehingga keluarga yang tak memiliki anak laki-laki dan anak tunggal wanita, tak memiliki kesempatan melanjutkan keturunan di rumahnya sendiri. Apalagi dewasa ini, kawin nyentana dinilai memberatkan. Makanya nganten pada gelahang sebagai solusi mempertahankan keutuhan keluarga dan bakti kepada leluhur. Sebab, teteganan dan waris bagi keduanya melekat juga bagi keturuannya. Termasuk urusan swadharma sekala dan niskala. Hanya, kata dia, segala detail kesepakatan nganten pada gelahang sebaiknya dituangkan dalam akta notaris guna menghindari perselisihan di masa depan. Sejumlah pelaku perkawinan pada gelahang di Bali mengaku jenis perkawinan ini sangat menguntungkan karena kita tetap menghormati leluhur dan mampu menjaga keutuhan keluarga alias tak sampai putung. (***)

’’Natab Pulu’’ dan HUT Perkawinan DI Bali mengenal budaya dan upacara natab pulu. Upakara ini diperuntukkan bagi pasangan perkawinan yang sudah menginjak 25 tahun yang dikenal dengan HUT perak pernikahan. Namun kini, krama Bali juga marak menggelar acara HUT perkawinan. Hal ini sah-sah saja digelar untuk menambah keutuhan keluarga. Kedua ritual ini juga dilakoni pasangan Dr. Putu Dyatmikawati, S.H., M.Hum., dengan Dr. Drs. M.S. Chandra Jaya, M.Hum. Minggu ini (8/10), kedua pasangan ini merayakan HUT ke-33 perkawinannya. Patut dicontoh dalam usai 33 tahun perkawinan, keduanya tampak masih mesra dan akur. Putu Dyatmikawati muda jatuh cinta sejak awal punya tekad kuliah dulu baru menikah. Keteguhan hati wanita cantik dari Kayumas Kaja ini hanya bisa diluluhkan seorang pemuda ‘’Jepang‘’ yang kini menjadi suaminya, M.S. Chandra

BPM/ist

MENIKAH- M.S. Chandra Jaya saat menikahi Putu Dyatmikawati 33 tahun lalu.

Jaya. Dikatakan pemuda Jepang karena M.S. Chandra Jaya adalah putra kedua pejuang Jepang yang menjadi WNI yakni Nyoman Buleleng Taira (alm) asal Miyako, Okinawa dan Gusti Putu Mertha (alm). Yang perlu ditiru dari ibu cerdas ini yakni menikah di saat matang yakni umur 27 tahun dan setelah meraih sarjana hukum. Makanya, dia berpesan wanita Bali sekarang selain diberi bekal ilmu setinggi-tingginya juga diberi bekal warisan hak guna kaya. Sebab anak wanita, kata dia, lebih setia dan sayang kepada orangtuanya. Kini, sudah menjadi tren orangtua di Bali yang mampu dan berpendidikan kini bersikap makin demokratis. Selain menyekolahkan anak wanitanya dengan ilmu setinggi-tingginya juga membagikan hak waris gunakaya (hasil usaha bersama) kepada anak wanitanya. Dalam adat Bali dikenal dengan sebutan ategen asuun. Bagi keluarga yang memiliki anak tunggal putri atau tak memiliki anak laki-laki secara tulus menerapkan jalan nganten pada gelahang. (ad488)

20 HALAMAN

NOMOR 50 TAHUN KE 70 Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

balipost (158 rb Like) http://facebook.com/balipost

@balipostcom (4.812 Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipostcom http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 233801, 225764 Faksimile: 227418


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 08 Oktober 2017 | Balipost.com by e-Paper KMB - Issuu