Edisi 06 Mei 2018 | Bali Post.com

Page 1

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

Minggu umanis, 6 mei 2018

u g g n Mi Pengemban Pengamal Pancasila

Mencintai Tanaman

Makin Disayang, Makin Bermakna

T

umbuhan adalah sumber kehidupan dan sangat vital bagi kehidupan manusia. Tumbuhan dapat menghasilkan oksigen untuk manusia bernapas. Selain itu, tumbuhan juga bisa dikonsumsi untuk keberlangsungan hidup manusia. Tanpa padi, manusia tidak bisa makan nasi yang merupakan sumber karbohidrat. Tak hanya manusia, makhluk lainnya seperti hewan juga membutuhkan tumbuhan untuk dimakan dan memberi oksigen.

BPM/wan

CINTA TANAMAN- Cinta tanaman dimulai sejak dini.

Tak heran, tanaman/tumbuhan sangat dihormati oleh umat Hindu dengan merayakan hari khusus tumbuhan yang disebut Tumpek Wariga. Seperti yang dilakukan umat Hindu, Sabtu (5/5) kemarin. Tumpek Wariga atau dikenal sebagai Tumpek Bubuh dan Pengatag tak akan pernah sirna selama manusia memerlukan tanaman untuk hidup. Perayaan Tumpek Wariga merupakan wujud syukur umat Hindu atas berkah yang dilimpahkan oleh Tuhan dalam manifestasinya sebagai penguasa tumbuhan. Dosen Prodi Agroteknologi Universitas Warmadewa A.A. Ngurah Mayun Wirajaya mengatakan, tumbuhan sama seperti manusia. Semakin disayang akan semakin memberikan makna bagi manusia. “Kalau dia dirawat, disayang, dia akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Sehingga tumbuhan kita sayangi maka akan memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi manusia juga,” ujarnya Sabtu (5/5) kemarin. Manusia diharapkan selalu menghormati tumbuhan dengan cara menjaga alam dan lingkungan. “Saat Tumpek Bubuh, kita menghaturkan upakara sekecil apa pun, kita menjadi eling kepada Tuhan sebagai penguasa tumbuhan. Kita harus memberikan kontribusi yang bagus untuk pertumbuhan tanaman,” ujarnya. Yang terjadi saat ini, manusia cenderung mengeksploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan hidup jangka pendek. Tanpa memikirkan kebutuhan jangka panjang, untuk anak cucunya. Teknologi untuk tanaman tetap bisa tumbuh memenuhi kebutuhan manusia pun bermunculan. Salah satunya teknik vertikultur. “Kita berupaya untuk memanfaatkan lahan sekecil apa pun untuk menanam tanaman yang memberikan kontribusi pada kehidupan,” ujarnya. Meski teknologi tersebut mampu memberikan solusi agar tumbuhan tetap memiliki ruang untuk tumbuh, namun ia berpesan untuk tidak merusak alam. “Kalau mengurangi jumlah tanaman harus reboisasi kembali,” ujarnya. Alih fungsi lahan untuk perumahan juga menyebabkan berkurangnya areal atau space untuk menanam tanaman. Bahkan, alih fungsi lahan yang terjadi menyebabkan kawasan hutan berkurang, tidak lagi 30 persen. Padahal, syarat untuk keseimbangan alam adalah adanya kawasan hutan minimal 30 persen dari total lahan yang ada. Hal ini untuk menjaga keseimbangan alam, untuk menyerap dan menyimpan air. “Saya kira ini perlu penanganan yang khusus,” tandasnya. (may)

Lestarikan Alam Tak Cukup dengan Ritual DUA puluh lima hari sebelum hari suci Galungan, diawali ritual Tumpek Wariga. Ada beberapa nama untuk menyebutkan tumpek yang satu ini. Tumpek Wariga, sebab jatuh pada Wuku Wariga. Seberapa pun banyaknya nama tumpek ini, hakikatnya tetap sama sebagai simbolisasi tatanan tattwa yang dimaterialisasi ke dalam tataran upacara (ritual), dengan satu tuntutan agar tuntunan susila (etika) yang dikandung dalam konsep tumpek bubuh dapat diimplementasikan melalui perbuatan atau tindakan yang merefleksikan usaha pelestarian alam beserta sumber daya hayatinya. Jika masih berkutat pada tataran ritual, dengan segala bentuk dan jenis material upakara (bebanten), seberapa besar pun tingkatan upacara yadnya, konsep luhur pelestarian alam tidak akan pernah berhasil dicapai dalam konteks kekinian. Mengingat kondisi alam lingkungan saat ini, termasuk Bali sudah dirasakan semakin krisis, yang apabila tidak disikapi dengan bijak bisa saja menjadi kritis, hingga akhirnya berujung habis. Secara paradogma, ajaran Hindu memberikan jalan pelestarian alam antara lain melalui ritual yadnya, seperti halnya Tumpek Bubuh. Persoalannya, secara paradigma, bentuk ritual tidak cu-

Oleh I Gusti Ketut Widana kup untuk bisa mempertahankan keharmonisan atau kelestarian alam, jika tidak disertai upaya nyata dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu yang dipadukan dengan kemajuan teknologi. Diperlukan sinergi antara iman (agama) dan ilmu (pengetahuanteknologi) untuk mengamalkan ajaran pelestarian alam. Bagaimanapun juga, bentuk ritual tetaplah bermain di tataran doa permohonan, yang tidak selalu atau serta merta berujung pada terpenuhinya harapan. Kata orang bijak, doa tanpa usaha itu bohong, usaha tanpa doa sama dengan sombong, lebih fatal lagi sudah tidak pernah berdoa, tanpa ada usaha lagi, tentu hasilnya kosong belaka. Intinya, pernyataan bernada pertanyaan seperti di atas, sejatinya lebih dimaksudkan untuk menginspirasi dan memotivasi segenap umat Hindu untuk terus menguatkan dan meningkakan kesadaran

bhakti yang hakiki. Caranya dengan merevitalisasi sekaligus mengaktualisasi konsep yadnya, agar tidak berkutat dalam bentuk ritual yang masih berada di level aparabhakti (mudah, rendah, alamiah, jasmaniah, dan sarat pamrih), belum meningkat dan mencapai tingkatan parabhakti (murni, suci, spirituality, dan tanpa pamrih). Dalam kitab suci Bhagawadgita, III. 14, dengan jelas ditegaskan : “adanya makhluk hidup karena makanan, adanya makanan karena hujan, adanya hujan karena yadnya, dan adanya yadnya karena karma”. Jadi, apa yang disebut karma, sepatutnya menjadi bentuk yadnya yang utama, karena merupakan perbuatan atau tindakan nyata yang secara langsung menjadi penentu apakah permohonan lewat doadoa ritual akan terwujud atau tetap hanya tinggal harapan. Inilah bentuk konkret ritual tumpek zaman now, tidak cukup hanya dengan ritual tetapi wajib menumbuhkan sekaligus mengukuhkan kesadaran enviromental, melestarikan alam lingkungan sebagai bentuk bhakti ke hadapan Hyang Widhi demi tetap harmoninya kehidupan segenap makhluk di muka bumi, hingga akhir nanti. (*)

BPM/dok

12 HALAMAN

NOMOR 246 TAHUN KE 70

Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id balipost (166 rb Like) http://facebook.com/balipost

@balipostcom (5.495 Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764 ,233801Faksimile: 227418


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.