Edisi Senin 05 November 2018 | balipost.com

Page 6

OPINI

6

Senin Wage, 5 November 2018

Harian untuk Umum

Bali Post

Pengemban Pengamal Pancasila

Terbit Sejak 16 Agustus 1948

Tajuk Rencana

Kualitas dan Pemerataan Pendidikan Harus Imbang PENDIDIKAN di negeri ini masih berkutat pada sistem perekrutan. Terakhir memadukan antara NEM dengan zonasi. Sebelumnya ada sistem tes, utamanya SMP dan SMA favorit. Tahun depan belum jelas seperti apa sistem yang diterapkan pemerintah. Karena berkutat pada sistem, maka mutu pendidikan masih menjadi nomor dua. Apalagi kurikulum setiap saat berganti. Istilahnya, ganti menteri ganti kurikulum. Pendidikan di negeri ini sepertinya tidak punya blue print. Tidak ada batasan-batasan, terutama soal biaya pendidikan sehingga banyak kalangan menjerit karenanya. Kini masyarakat mulai skeptis dengan jargon pendidikan gratis. Sudah tidak mempan lagi. Karena secara objektif, hal itu tak pernah ada. Karena itulah masyarakat sudah semakin sadar bahwa untuk pendidikan yang baik serta bermutu sangat berbanding lurus dengan berapa besar uang yang harus dikeluarkan. Jadi, pendidikan ini bukan semata-mata soal penerimaan siswa baru, UN, NEM ataukan NUN, tetapi bagaimana sikap pemerintah dalam komitmennya membangun sebuah sistem pendidikan nasional yang baik. Sudah terlalu lama kita belum menemukan pola yang pas agar anak-anak bangsa ini bisa mengenyam pendidikan secara layak. Tidak usah gratis, tetapi biaya yang dikeluarkan itu haruslah masuk akal dan terjangkau. Perlu juga diingatkan bahwa anggaran pendidikan yang minimal 20 persen itu jangan hanya diambil oleh keperluankeperluan rutin. Harus ada dana di luar itu untuk kepentingan lain. Gaji guru, misalnya. Kalau tidak demikian, maka permasalahan pendidikan di negeri ini tidak akan selesai-selesai. Dalam konteks pendidikan, PPDB ini hanya sebuah masalah kecil dalam sebuah sistem pendidikan nasional yang formatnya sampai saat ini belum ketemu-ketemu juga. Terkait dengan besarnya dana sektor pendidikan, ada banyak hal yang bisa dipertanyakan untuk menguji efektivitas penggunaannya. Dengan anggaran besar, sudahkah pendidikan yang berkualitas terwujud? Dengan anggaran besar untuk sertifikasi, adakah korelasinya dengan peningkatan mutu pengajaran yang ditandai dengan kualitas lulusan? Deretan pertanyaan ini tentu akan terjawab jika publik memiliki pengakuan bahwa pendidikan di negeri ini membanggakan. Tetapi faktanya, publik masih meragukan. Pemerintah harus memiliki tolok ukur yang jelas bagi guru-guru yang tersertifikasi. Jangan semata mengukur dari jumlah jam mereka mengajar, juga dari kecakapan profesi dan etos kerjanya dalam membangun dunia pendidikan. Cobalah evaluasi sampai saat ini, apakah dunia pendidikan ini sudah lebih berkualitas dengan banyaknya guru yang sudah bersertifikasi. Pemerintah harus mengingatkan guru, bahwa sertifikasi atau PLPG bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan, tetapi ada tanggung jawab moral yang menyertainya. Selain peningkatan mutu, pemerataan pendidikan juga penting diejawantahkan. Yang pertama harus dilakukan adalah pemerataan fasilitas pendidikan. Jika fasilitas pendidikan di tiap daerah telah merata, sistem zonasi akan mudah dilakukan. Saat ini kondisi fasilitas pendidikan yang ada di daerah satu dengan lainnya sangat timpang. Termasuk sarana transportasinya, komunikasi seperti jaringan internet yang belum memadai. Berbibacara fasilitas, sistem anggaran maupun kemampuan anggaran tiap daerah berbeda-beda. Pemerataan mutu pendidikan akan cepat tercapai jika fasilitas pendidikan telah merata. Dibarengi pemerataan tenaga guru maupun penerapan sistem zonasi dalam PPDB. Tantangan lain dunia pendidikan saat ini, selain terkait dana adalah adanya stigma bahwa dunia pendidikan kini juga menjadi kekuatan politis. Banyaknya guru dan aparatur yang terkait dengan dunia pendidikan membuat mereka jadi sasaran strategis untuk menjadi penggerak dukungan politik. Itulah makanya seringkali birokrat dan politisi sangat jarang melakukan koreksi terhadap etos kerja guru dalam membangun kualitas pendidikan. Walaupun ada banyak komponen yang memengaruhi mutu pendidikan, namun guru yang berkualitas dan memahami hakikat pendidikan tetap menjadi faktor utama penentu keberhasilan pendidikan. Untuk itu, haruslah ada tolok ukur yang jelas dalam menilai etos kerja guru dalam mengelola pendidikan nasional.

S URAT PEMBACA Pembaca Bali Post bisa mengirimkan surat pembaca berupa; ide, keluhan dan saran terhadap pelayanan publik, infrastruktur maupun hal lain yang menyangkut kepentingan publik melalui WA di nomor 0816581142. Sertakan foto KTP atau ID lain yang masih berlaku.

Perioritaskan Keselamatan Penumpang Kecelakaan memang tak bisa diprediksi kapan akan terjadi. Kecelakaan berisiko fatal bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, termasuk di udara, laut dan darat. Namun, bercermin dari kejadian Lion Air, tampaknya negeri ini harus melakukan evaluasi terhadap angkutan massal dengan ikon biaya murah. Kalau hanya membidik penumpang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan keselamatan penumpang, tampaknya sangat tidak layak diterapkan. Saya setuju dengan arahan Presiden bahwa dalam urusan transportasi manajemen keselamatan penumpang harus diperioritaskan. Jangan urusan keselamatan dijadikan alternatif demi keuantungan. Harus ada perioritas menjaga keselamatan penumpang. Untuk itu, ke depan jangan lagi ada kompromi kepada maskapai atau pengusaha transportasi yang mengabaikan keselamatan penumpang dengan tidak memperhatikan kelayakan armada angkutannya. Harus ada tindakan tegas dalam hal ini. I Kadek Suwitana Denpasar, Bali

Bagaimana Teknis Memilih Pemilihan calon legislator, DPD, dan presiden serta wakilnya tahun depan terkesan hanya ribut dari segi wacana dan debat soal hoax. Sampai saat ini belum ada sosialisasi soal teknis memilih yang intensif. Padahal teknis memilih ini penting disampaikan kepada masyarakat untuk menghindari kerusakan surat suara akibat salah coblos. Kira-kira seorang pemilih perlu berapa menit di TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Ini saya tanyakan, karena saya dengar form surat suaranya banyak. Mohon KPU melakukan hal-hal yang membuat publik lebih paham teknis memilih saat Pileg dan Pilpres 2019. I Made Suana Badung, Bali

Peran Guru pada Era Disrupsi Bermula teknologi komputer yang begitu mengagumkan dan menjadi barang elite, mampu mengangkat gengsi sebuah sekolah dan menjadi satu kursus atau mata pelajaran yang sangat menggiurkan siswa. Lalu internet membayangbayangi dunia sekolah, sebagai sumber baru. Juga mampu menjadi daya tarik dan seperti menawarkan hal baru dalam belajar yang terasa amat modern.

Oleh Dr. I Wayan Artika, S.Pd., M.Hum.

P

amor Google nyaris menggusur wibawa guru karena siswa dapat banyak pengetahuan dari mesin pencari ini. Google pula pemicu kematian perpustakaan sekolah. Lewat Google siswa merasa belajar sangat mudah, karena tugas-tugas sekolah dari guru tersedia di berbagai laman internet. Ada satu fase ketika siswa larut secara masif menjadi para plagiator karena tugas-tugas guru mereka kopi dari internet. Guru memang tidak tahu, sebaliknya kagum karena tugas-tugas siswa sangat bagus. Padahal semua itu hasil mencuri. Revolusi 4.0 mengubah cara hidup, termasuk peran komputer dan Google karena tidak lagi sebatas alat tetapi dunia baru dalam belajar yang terkenal dengan istilah daring. Revolusi ini menghadirkan era baru, yakni disrupsi. Disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi adalah sedang terjadi perubahan fundamental atau mendasar. Yaitu evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia. Disrupsi kini terjadi hampir di semua bidang kehidupan. Pendidikan yang sudah sejak lama mengenal konsep belajar jarak jauh (distance learning), pendidikan tanpa tatap muka antara guru/dosen dan siswa/ mahasiswa berfasilitas modul dan menggunakan jasa pos untuk mengirim tugas-tugas dan menerima materi dari kantor sekolah/universitas; rasanya berbalik ke masa jaya-jayanya UT (Universitas Terbuka) di masa silam. Belajar jarak jauh ala UT tidak didukung oleh teknologi

internet seperti sekarang. Ketika itu belajar jarak jauh untuk melayani masyarakat yang ingin melanjutkan ke universitas namun tidak bisa mengikuti jalur regular karena kesibukan bekerja, keterbatasan biaya, dan usia. Dengan metode belajar seperti itu, UT pun telah mencetak banyak sarjana yang memiliki kelebihan, yakni mereka ratarata sudah bekerja sehingga UT tidak menambah daftar panjang pengangguran intelektual. Kini pola pikir metode belajar jarak jauh UT dilirik dalam kaitan dengan teknologi internet dengan mulai diselenggarakan kelas-kelas daring. Hal ini belum total menggantikan kelas konvensional, karena itu digunakan sistem blended atau hibrida. Namun demikian, pergerakan dunia pendidikan di era disrupsi ini akan dengan sangat kuat mengarah kepada moda daring. Era disrupsi ini juga akan banyak mengubah peran konvensional guru. Peran konvensional guru sepanjang sejarah dapat dipahami dari segi akses informasi. Pada masa lalu, siswa tidak dapat mengakses secara langsung sumber informasi karena struktur atau sistem pengajaran memposisikan guru sebagai perantara siswa dan sumber materi pelajaran. Struktur ini memberi peran penting bagi guru sebagai pusat bertanya atau sumber ilmu pengetahuan. Dalam transformasi sosial kemudian, ketika dekadensi moral guru terjadi sebagai akibat dari instanisme sosial atau cara-cara baru dalam hidup praktis, guru tidak mampu lagi menjadi sumber pengetahuan karena mereka tidak lagi suka membaca buku, seperti guru generasi terdahulu dan menulis sendiri materi-materi pelajaran untuk para siswa, tetapi cukup mengandalkan buku yang pal-

ing buruk dalam pendidikan, yakni LKS. Lalu muncul internet dan Google. Guru-guru generasi LKS kini juga berhadapan dengan Google. Maka guru berperan sebagai pemberi tugas untuk mencari jawaban tugas-tugas sekolah di internet. Namun demikian, guru generasi LKS tidak tertarik menemukan sumber-sumber belajar di internet. Guru menyikapi materi pelajaran di internet secara instan, barang siap digunakan. Jadi, sama dengan pola pikir mereka menggunakan LKS: serba praktis. Era disrupsi yang dalam dunia pendidikan mengambil bentuk nyata dalam blended learning atau pelajaran hibrida dalam kelas-kelas daring atau virtual, yang juga ditandai dengan masuknya guru-guru GenZ, ketika LKS sama sekali telah menjadi masa lalu, menuntut peran guru yang sejalan dengan era disrupsi. Walaupun internet memberi banyak kemudahan dan menyediakan sumber belajar yang sangat melimpah dan tiada habis digunakan, selalu diperbarui, sebagai implementasi dari konsep keterbukaan informasi dan kemerdekaan setiap manusia untuk mengaksesnya, guru tidak bisa membiarkan siswa mengarungi dunia informasi tersebut seorang diri. Guru harus menjadi subjek yang merdeka berdasar pada kurikulum. Kurikulum

adalah filter dengan sejumlah kriteria mendasar materi apa yang harus dipelajari untuk mencapai keterampilan, sikap, dan nalar. Maka pemahaman terhadap kurikulum suatu mata pelajaran terintegrasi atau terinternalisasi dalam diri guru yang menjadi perspektif atau paradigma dalam memilih sumber-sumber materi pelajaran digital. Dengan demikian, guru harus kritis dan memiliki daya takar terhadap suatu sumber materi pelajaran, apakah sulit, terlalu mudah, relevan, atau tidak sama sekali. Bahkan peran yang lebih terperinci adalah guru ibarat tukang masak yang dapat menyiapkan masakan kepada sejumlah orang yang berbeda selera atau minat. Artinya, materi tertentu cocok untuk siswa ini dengan sejumlah alasan yang guru amat paham dan bisa dipertanggungjawabkan. Sementara itu, materi yang sama tidak cocok untuk siswa lain. Pandangan ini mengindikasikan bahwa dalam menjalankan peran baru era disrupsi, sangat berat jika dibandingkan dengan peran konvensional, apalagi peran ketika guru LKS berjaya, namun segi berat ini adalah tantangan zaman yang harus ditaklukkan. Sehubungan dengan peran tersebut, paradigma atau seting pemikiran baru juga harus dibangun. Pertama, menyangkut ketersediaan kelimpahan materi pelajaran digital daring yang mana materi cetak tidak lagi sumber pelajaran yang utama dan satu-satunya seperti dalam pendidikan konvensional. Guru harus bisa dengan cepat menyesuaikan diri dengan segala kelimpahan materi di internet dan dapat mengarunginya secara maksimal untuk menemukan materi-materi

Oleh Bambang Gede Kiswardi ulang yang mempunyai nilai tambah yang cukup tinggi dengan tingkat kualitas yang baik. Di samping itu, barang industri daur ulang sampah mampu masuk ke pasar lokal, sedangkan untuk pasar global sampai sekarang masih belum mampu. Berarti barang industri daur ulang sampah dapat diterima oleh masyarakat lokal (konsumen lokal). Dengan demikian volume sampah di masyarakat semakin berkurang, karena sampah non-organik sudah menjadi bahan baku barang industri daur ulang sampah. 2). Usaha produksi pupuk sampah. Adapun sampah organik merupakan bahan baku yang diolah menjadi pupuk organik. Dalam hal ini sampah organik yang paling banyak volumenya dibandingkan dengan sampah lainnya. Dengan demikian hasil produksi pupuk organik sangat disenangi oleh masyarakat termasuk petani, karena tidak mengandung zat kimia dan juga tidak merusak struktur tanah, sehingga hasil produksinya juga tidak mengandung zat kimia. 3). Usaha ekonomi kreatif sampah. Dalam hal ini sampah merupakan bahan baku yang

Penulis, Dosen Undiksha Singaraja

’’Guru harus bisa dengan cepat menyesuaikan diri dengan segala kelimpahan materi di internet, dan dapat mengarunginya secara maksimal untuk menemukan materi-materi pelajaran yang cocok dengan tuntutan kurikulum yang telah terintegrasi dalam pemahaman dirinya yang merdeka secara profesional.’’

Sampah sebagai Komoditi Bisnis

SAMPAH merupakan bagian dari kehidupan manusia di dunia ini, karena manusia itu sendiri sebagai salah satu yang memproduksi sampah. Keberadaan sampah di tengah-tengah kehidupan manusia sangat mengkhawatirkan. Padahal sampah dapat dijadikan komoditi bisnis yang berpeluang menghasilkan uang (pendapatan atau profit). Dalam pengelolaan sampah, peran pemulung sangat besar. Maka wajar pemulung diberikan tanda jasa sebagai pahlawan sampah. Dengan adanya perubahan kondisi kehidupan pemulung yang lebih baik dan sejahtera, dengan mengelola sampah. Berangkat dari sinilah banyak para pelaku usaha mikro, uasaha kecil, usaha menengah, dan koperasi menjadikan para pemulung sebagai objek dan subjek untuk merebut rezeki dari sampah. Strategi dan keinginan untuk merubah sampah menjadi komoditi bisnis yang menjanjikan diperlukan adanya kajian konstruktif. Terkait dengan hal itu, diperlukan strategi usaha yang relevan dengan bahan baku sampah, seperti; (1). Usaha Daur Ulang Sampah, dalam hal ini sampah merupakan bahan baku yang dapat diolah dengan teknik daur ulang, sehingga dapat menghasilkan barang industri daur

pelajaran yang cocok dengan tuntutan kurikulum yang telah terintegrasi dalam pemahaman dirinya yang merdeka secara profesional. Kedua, menyangkut hubungan sosial guru dan siswa, yang secara konvensional hubungan ini terjadi secara langsung, formal, terjadwal, dan dalam suatu periode yang lama. Peran konvensional guru dalam bentuk mengajar secara temu muka tidak bisa lagi dipertahankan sebagai satusatunya aktivitas mengajar. Karena itu guru harus terbiasa menggunakan berbagai aplikasi ruang kelas atau pembelajaran dalam rangka mengajar mode daring. Guru membaca tugastugas siswa lewat komputer yang terkoneksi secara daring. Guru memberi komentar, memberi tugas, memberi kritik dan pujian, menyunting materi, dll., juga secara daring. Kesadaran ini harus mulai ditumbuhkan jika tidak ingin digilas zaman. Tidak ada pilihan lain, karena arus besar peradaban global mengarah kepada perubahan hidup manusia, terutama yang menyakut pada hubungan sosial horizontal yang merdeka, mandiri, dan individual. Manusia tengah tergiring pada terakomodasinya mereka dalam hubunganhubungan sosial baru, dengan berbagai wujud komunitas digital, seperti aneka grup, yang telah tampak nyata mulai mereduksi hubungan fisik sosial konvensional, yang mana hal ini telah ditegaskan oleh Stillman dan Stillman (2018) melalui perumusan salah satu ciri Gen-Z, yakni figital, generasi yang hidup secara shifting antara dunia fisik dan digital, karena bagi mereka keduanya dunia yang sama.

dapat diolah menjadi hasil produk kerajinan yang mempunyai nilai tambah yang sangat tinggi dan mampu mendapatkan pasar di kalangan masyarakat lokal, bahkan mampu menjangkau pasar lokal dan pasar global. Untuk itu diperlukan orang-orang yang memiliki ide, gagasan, daya kreatif, daya cipta, dan daya inovatif dalam mengelola sampah. 4) Bank Sampah. Perkembangan bank sampah akhirakhir ini cukup semarak, karena ada korelasinya dengan para pengepul sampah non-organik itu sendiri. Dalam pembentukan bank sampah yang pada umumnya diprakarsai oleh para tokoh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempunyai kepentingan yang sama terhadap sampah sebagai komoditi bisnis, bahkan sampah juga dijadikan harta yang tidak pernah habis. Di samping itu, juga merupakan salah satu solusi mengatasi masalah sampah, khususnya sampah non organik yang paling banyak di kumpulkan oleh masyarakat. 5). Terkait dengan koperasi pemulung. Koperasi pemulung dibangun oleh para pemulung, karena mempunyai kepentin-

gan ekonomi yang sama dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraan pemulung (anggota koperasi pemulung). Dengan demikian, kemandirian ekonomi bagi para pemulung semakin jelas dan menjanjikan untuk masa-masa yang akan datang. Memperhatikan kajian tersebut, bahwa kenyataannya, apabila sampah dikelola dan dikemas dengan manajemen usaha profesional dengan teknologi modern, dipastikan akan menjadi harta yang tidak pernah habis, bahkan bisa menjadi komoditi bisnis yang menjanjikan di masa depan. Artinya, apa pun bentuk atau wujud sampah yang ada di masyarakat, tidak lagi menakutkan dan mengkhawatirkan, karena baik sampah organik maupun sampah non-organik sudah dikelola, mulai dari sampah rumah tangga sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), ini berarti pengelolaan sampah sudah berbasis masyarakat. Maka dari itu, pemerintah semestinya sudah tidak pantas lagi memungut biaya retribusi sampah. Karena sampah sudah dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Justru peran pemerintah ke depan membantu sarana dan prasarana untuk pengelolaan sampah, juga termasuk kebijakan-kebijakan

yang memberikan kemudahan dan perlindungan baik secara institusi maupun konstitusi. Penulis, akademisi, pemerhati ekonomi kerakyatan

POJOK Kebun kopi seluas 40 ha di Tabanan peroleh sertifikat organik. - Dijaga tetap organik. *** Jokowi ajak masyarakat hijrah dari hal tidak baik menjadi baik. - Ayo tinggalkan tidak baik. *** Untuk melayani masyarakat, BPJS jangan tentukan jalan sendiri. - Kesehatan rakyat tanggung jawab negara.

 Perintis : K.Nadha,  Pemimpin Umum: ABG Satria Naradha Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Dira Arsana Redaktur Pelaksana : Made Sueca Sekretaris Redaksi: Sugiartha Redaktur Eksekutif: Parwata Redaksi: Daniel Fajry, Mawa, Subrata, Diah Dewi, Giriana Saputra, Wayan Sumatika, Wirata Anggota Redaksi Denpasar: Asmara Putra, Dedy Sumarthana, Yudi Karnaedi, Pramana Wijaya, Eka Adhiyasa, Rindra, Agustoni, Ngurah Kertanegara, Komang Suryawan, Made Miasa, Agung Dharmada, Oka Rusmini, Umbu Landu Paranggi, Maya. Bangli: IA Swasrina, Eka Prananda, Buleleng: Mudiarta. Gianyar: Manik Astajaya. Karangasem: Bagiarta, Klungkung: Sosiawan, Negara: IB Surya Dharma, Tabanan: Dewi Puspawati,Wira Sanjiwani. Jakarta: Nikson, Hardianto, Ade Irawan. NTB: Agus Talino, Izzul Khairi, Raka Akriyani. Surabaya: Bambang Wiliarto. Banyuwangi: Budi Wiriyanto Kantor Redaksi: Jalan Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon (0361)225764, Facsimile: 227418, Alamat Surat: P.O.Box:3010 Denpasar 80001. Perwakilan Bali Post Jakarta, Bag.Iklan/Redaksi: Jl.Palmerah Barat 21F. Telp 021-5357602, Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Manajer Sirkulasi: Budiarta, Manajer Percetakan: Tri Iriana, Marketing/Pengaduan Pelanggan: K. Budiarta. Ombudsman: Jimmy Silalahi. Alamat Bagian Iklan: Jl.Kepundung 67A, Denpasar 80232 Telp.: 225764, Facsimile : 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00, Sabtu 08.00-13.00, Minggu 08.00-19.00. Tarif Iklan : Iklan Mini: minimal 2 baris maksimal 10 baris, Minggu s.d. Jumat Rp 49.500,- per baris, Sabtu Rp 64.350,- per baris Iklan Umum: < 100 mmk Rp 50.000 per mmk, >100 mmk Rp 55.000 per mmk. Iklan Keluarga/Duka Cita: Rp 40.000 per mmk. Advertorial Rp 25.000 per mmk. Iklan Warna: 2 warna Rp 55.000, 4 warna Rp 75.000 per mmk. Pembayaran di muka, iklan mendesak untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 18.00. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jl.Kepundung 67A Denpasar 80232 Tel: 225764, Facsimile: 227418. Harga Langganan: Rp 90.000 sebulan, Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 4.000. Terbit 7 kali seminggu. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 Tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515. Anggota SPS-SGP, Penerbit: PT Bali Post. Rek. BCA KCU Hasanudin Denpasar AC: 040-3070618 a/n PT. Bali Post. Rek. BRI Jl. Gajahmada Denpasar A/C: 00170 1000320 300 an Pt.Bali Post.  WARTAWAN BALI POST SELALU MEMBAWA TANDA PENGENAL, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARA SUMBER


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi Senin 05 November 2018 | balipost.com by e-Paper KMB - Issuu