Edisi Minggu 04 November 2018 | balipost.com

Page 8

8

Minggu Pon, 4 November 2018

lW.S. Rendra

Dongeng Pahlawan

Pahlawan telah berperang dengan panji-panji Berkuda terbang dan menangkan putri Pahlawan kita adalah lembu jantan Melindungi kaum perempuan Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra

Indonesia Tidak Belajar pada Yogyakarta lWedang Uwuh dari KMKadi(wani)piro

Beruk mengemukakan bahwa orang sekarang cenderung merasa lebih hebat dari orang dulu. Masyarakat sekarang merasa lebih maju dari masyarakat dulu. Peradaban manusia sekarang diam-diam memastikan di dalam dirinya bahwa mereka lebih pandai dari manusia zaman dulu. Kepada Beruk, Gendhon, dan Penceng saya berkisah puluhan tahun silam di sebelah barat perempatan Wirobrajan selatan jalan ada warung wedangan Mbah Wongso. Saya coba mempertegas apa yang sebenarnya mau dilaporkan oleh Beruk. “Begini saja, Ruk”, saya coba menengahi, “ daripada teman-temanmu ribut, saya akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan saja, supaya alur informasinya lebih tertata”. ‘Siap, Mbah”, kata Beruk. Parameter yang menjadi landasan rasa lebih hebat itu terutama Sekolahan, Teknologi dan gebyar hedonism materialis-

tik mereka. Ini suatu tema luas dan pembicaraan sangat panjang rentangnya, serta komplikated mosaik konteksnya. Beruk bilang tidak ingin berdebat soal ini, terutama karena setiap orang yang berdebat di dunia modern hampir selalu hadir dengan paramater subjektifnya masing-masing. Orang zaman sekarang tidak merasa perlu belajar kecuali hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan nafsu dan kemewahan hidup mereka. Tidak punya kemampuan untuk berdialog dengan kerendahan hati dan kesadaran bahwa kebenaran pada setiap manusia itu bersifat relatif. Mereka tidak siap untuk “sinau bareng”. Kalau bertemu, niatnya adalah mempertahankan kebenaran yang dipahaminya, kemudian diam-diam memaksakannya kepada orang lain. M e r e k a tida k pun y a k e biasaan untuk bersama-sama mencari

Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi Karna pahlawan telah berkunjung disetiap hati kebenaran. Tidak cenderung datang dengan “biso rumongso”. Malahan menantang siapa saja di luar dirinya dengan sikap mental “rumongso biso”, merasa unggul, merasa paling benar, merasa pasti masuk sorga dan semua yang akan ditemuinya adalah para penghuni neraka. Itu pun sibuk dan selalu ribut dengan menyimpulkan “siapa yang benar”, dan “siapa yang salah”. Siapasiapa yang dianggap benar, sehingga dia “pro”. Maka disimpulkan orang itu adalah benar 100%. Sedangkan yang salah pasti salah 100%. Lebih parah lagi karena pada

setiap persimpangan, yang menang disimpulkan sebagai yang benar. Yang benar pasti berkuasa. Yang berkuasa ppasti baik. Yang baik pasti tidak sedikit pun ada buruknya. Bahkan variabelnya berkembang-kembang : yang kaya itulah yang menang, benar, baik, sukses, ditambah diridhoi Allah dan masuk sorga. Sampai-sampai almarhum Asmuni dalam sebuah episode Srimulat berkata lantang : “ Saya kan kaya, maka saya Lurah. Lurah yang kaya tidak mungkin salah, tidak mungkin buruk, tidak mungkin kalah....” Bahkan Mahapatih (Perdana Menteri) Gadjah Mada setiap kali berkunjung ke Yogya, diam-diam berguman: “Dimana letak saya di Universitas kebanggaan cucuku Yogya ini? Saya tidak menemukan diri saya di prinsip berpikir mereka. Saya tidak berdetak bersama jantung mereka. Saya tidak mengalir di darah mereka. Saya tidak merupakan tiang utama peta berpikir mereka. Kenapa sekolahan ini di-

runalong deepSMSoliloquy ... in the longrun longsilent..., run, sail

Coming on Age in Balidwipamandala...

16 Agustus 2018

16 Agustus 2020

l Tigabaris Puisi Sumpah Pemuda mengantar TITIK(Gecek) LEDAK 17 tahun kemudian...

beri nama menggunakan nama saya? Tapi untunglah namanya bukan Ratu Shima atau Pangeran Padma, sehingga tidak lebih runyam lagi harkat rohani Nenek dan Kakek saya itu”. Kata Beruk, memang sungguh mengherankan manusia zaman sekarang. Bodoh kalau Gadjah Mada menuntut Lembaga Gadjah Mada beserta para kaum terpelajarnya belajar kepadanya. Sedangkan Indonesia didirikan dengan “didukuni” oleh Yogyakarta, ditraktir menggaji pemerintahannya di tahun-tahun awal, dipinjai tanah, gedung dan fasilitas-fasilitas_tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa Indonesia belajar kepada Yogyakarta. Entah anak siapa Indonesia itu. Tiba-tiba lahir sebagai Republik, sebagai Negara, bersifat Kesatuan dengan tata aturan yang tidak terkait dengan asal-usul sejarah yang melahirkannya. Tanpa pernah bertanya atau belajar kepada para leluhurnya. NKRI ini lahir dari Ibu pettiwi, tetapi seakan-akan Bapaknya bukanlah Bangsa Indonesia, yang kandungan nilai sejarahnya hampir tiga Milenium sedemikian dahsyatnya. lEmha Ainun Nadjib

l Spirit Ruh Bangsa, Tes Ke-Indonesiaan Raya Kita

CAKRA Yadnya EDUKASI (H) Cinta Nusantara 2018 l

JKPemerdekaan-109, Pijakan Start Ke-rasadiri-an

November-Rememberance 27 in 73…, 73 in 27

l Sangkan Paraning Dumadi, yang Terpanggil Sepenanggungan Road to Homecoming 230 Years Old Denpasart! Langsung Aktif menghubungi Wajengki Sunarta dkk via Facebook dua(2) Minggu sebelum KOMUNITAS ANDA wentenplay di JKP-109 Redaksi Mingguan mengundang Anda untuk berpartisipasi dalam rubrik “Kartun” ini. Tulis nama dan alamat lengkap dibalik gambar kartun. Kirim ke Redaksi Bali Post Jalan Kepundung 67a Denpasar.

Fotografi

”Pet Photography”

Serunya Memotret Hewan Peliharaan foto hewan piaraan yang menarik.

Afrizal

Erianto Sulistyono

Umi Lestari

dr. Ketut Ngurah

’’Saling Sapa’’ karya I Wayan Sumatika. DUNIA fotografi memang terus berkembang. Begitu juga dengan objek yang dijadikan sasaran bidik lensa kamera para fotografer makin variatif. Di genre animal photography (fotografi satwa), misalnya, kini sedang ngetrend pet photography yang secara khusus “merekam” karakter dan perilaku hewan-hewan peliharaan sebagai objek pemotretan. Hewan peliharaan yang dijadikan “model” juga tidak sebatas anjing dan kucing yang selama ini paling favorit di kalangan pet lovers, namun sudah merambah satwa-satwa eksotis lainnya seperti berbagai jenis reptil, amfibi, ikan, burung hingga serangga. Perilaku hewan peliharaan yang seringkali tak terduga tersebut memang menjadi objek yang seru dan menantang bagi seorang fotografer untuk menghasilkan foto-foto satwa yang menarik. Sejumlah fotografer yang menekuni pet photography ini bahkan harus rela meluangkan waktunya untuk memelihara dan merawat sendiri hewan yang akan menjadi “model” andalannya kelak. Dengan memelihara sendiri, mereka akan bisa mengetahui secara pasti karakter, perilaku dan kebiasaan hewan peliharaannya, termasuk bisa memprediksi waktu yang pas kapan hewan tersebut menunjukkan perilaku yang fotogenik. Keuntungan lainnya, kehadiran sang fotografer tidak akan dianggap sebagai ancaman dan gangguan oleh sang “calon model” karena sebelumnya sudah terbiasa berinteraksi. Namun, Anda yang tidak memiliki hewan peliharaan tetap punya peluang untuk mendapatkan foto-foto hewan peliharaan yang menarik dengan memanfaatkan koleksi hewan yang dipelihara oleh teman, sahabat atau kenalan Anda. Selama pemotretan, ada baiknya melibatkan pemilik hewan tersebut untuk membantu menenangkan dan mengarahkan hewan tersebut agar mau “berpose” dengan fotogenik. Berikut beberapa tips yang bisa dijadikan panduan untuk mendapatkan foto-

’’Basking Time’’ karya I Wayan Sumatika.

Bersikap Tenang Selama pemotretan, mencobalah untuk selalu bersikap tenang. Jangan melakukan gerakan-gerakan berlebihan karena hal itu justru membuat anda terlihat seperti stres dan cemas. Hal ini akan membuat hewan peliharaan yang dijadikan model ikut-ikutan stres dan cemas. Hewan yang stres akan menunjukkan ekspresi yang cenderung datar sehingga foto yang dihasilkanpun akan terlihat biasa-biasa saja. Sebelum memulai pemotretan, jangan lupa mengecek lokasi pemotretan. Singkirkan benda-benda yang mengganggu terlebih dahulu. Jika elemen di latar belakang objek tidak berfungsi untuk meningkatkan kualitas foto, pindahkan ke lokasi yang tidak akan masuk dalam frame foto. Ingat, lingkungan yang rapi akan menghasilkan lebih banyak gambar yang menye-

’’Cute Sugar Glider’’ karya I Wayan Sumatika. nangkan secara estetika, dan mengurangi pekerjaan pada saat fase editing. Sebagai contoh, tidak ada penikmat foto yang akan tertarik melihat foto anak kucing yang anda jepret dengan sampah yang berserakan di latar belakangnya. Pencahayaan Alami Carilah lokasi dengan cahaya yang bagus karena cahaya yang bagus adalah segalanya dalam fotografi, terutama dalam fotografi hewan peliharaan. Memotret hewan peliharaan sebaiknya dilakukan dengan pencahayaan alami. Hindari pemakaian flash (lampu kilat) berlebihan karena bisa membuat hewan terkejut kemudian lari menghindar dari lokasi pemotretan. Kondisi cuaca berawan dan mendung juga baik untuk memotretnya. Pencahayaan yang tepat akan menghasilkan foto dengan cahaya lembut.

’’Sepasang Musang’Leucistic’’ karya I Wayan Sumatika. Apabila Anda melakukan pemotretan di luar ruangan (outdoor), sebaiknya pemotrean dilakukan sekitar pukul 06.00-08.00 saat sinar matahari tidak terlalu terik. Sedangkan sore hari waktu terbaik sekitar pukul 16.00-17.00. Level ISO kamera saat pemotretan pagi dan sore hari hampir sama, berkisar 200. Sedangkan pengaturan shutter speed atau kecepatan kamera sangat tergantung dengan jenis hewan yang dipotret. Apabila objeknya cenderung lincah dan bergerak aktif seperti anjing dan kucing, shutter speed diatur di angka 1/250 hingga 1/500. Sementara hewan yang cenderung pasif seperti ular dan jenis reptilian lainnya, shutter speed bisa diatur di angka 1/100. Apabila anda ingin “bermain” aman, atur kamera ke mode Aperture Priority (AP) atau mode Sports, sehingga kecepatan akan langsung mengikuti gerakan si objek yang dipotret. Saat memotret hewan peliharaan, pastikan untuk memfokuskan kamera pada mata dan ekspresi wajahnya. Mata adalah bagian yang paling ekspresif dari wajah binatang. Jika kamu ingin membuat potret binatang yang benar-benar menarik, tetaplah fokus pada mata dan ekspresi wajahnya. Foto hewan yang paling menarik adalah foto yang memiliki konsep dan menunjukkan konteks yang sesuai dengan citra hewan. Misalnya, sekawanan bearded dragon yang sedang berjemur karena jenis reptil ini mengawali aktivitas hariannya dengan berjemur sebelum melakukan aktivitas utamanya seperti berburu mangsa mangsa dan sebagainya. Saat berjemur, reptil biasanya sangat mudah diabadikan karena cenderung tenang/diam dan tidak bergerak aktif. Kendati begitu, Anda tetap harus bersikap tenang dan tidak melakukan gerakan-gerakan yang berlebihan sehingga hewan tidak merasa terganggu. (ian)

’’Threatening’’ karya I Wayan Sumatika.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi Minggu 04 November 2018 | balipost.com by e-Paper KMB - Issuu