Edisi 04 September 2016 | Balipost.com

Page 1

20 HALAMAN

NOMOR 18 TAHUN KE 69 Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

balipost (148 rb Like) http://facebook.com/balipost

Pengemban Pengamal Pancasila

minggu paing, 4 september 2016

@balipostcom (4.295 Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipostcom http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764 Faksimile: 227418

Senjata Gatot dari Mantan Pejabat BPPN Jakarta (Bali Post) Brankas milik Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Gatot Brajamusti sudah dibuka. Ditemukan sejumlah senjata api dan amunisi. Mantan pejabat BPPN berinisial AS diduga terlibat dalam kepemilikan senjata api milik Gatot.

Reza Artamevia

Rehabilitasi Reza Ditolak

Mataram (Bali Post) Badan Narkotika Nasional Provinsi Nusa Tenggara Barat (BNNP NTB) menolak permintaan BNN Pusat yang menginginkan rehabilitasi Reza Artamevia dilakukan di Jakarta. ‘’BNN Pusat sebelumnya menelepon ke saya langsung dan meminta untuk proses rehabilitasinya di Jakarta. Tetapi sudah kita jelaskan, dan pusat menerimanya,’’ kata Kepala BNNP NTB Sriyanto di Mataram, Sabtu (3/9) kemarin. Hal. 19 Di Mataram

Polisi akan memanggil mantan pejabat BPPN berinisial AS. Kepolisian sudah melayangkan panggilan pemeriksaan kepada AS dan diterima oleh sekretarisnya. Diperkirakan pemeriksaan mantan pejabat BPPN ini dilakukan Senin (5/9) di Mapolda Metro Jaya. ‘’Kemungkinan Senin nanti jatuh tempo pemanggilan,’’ kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono di Mapolres Jakarta Selatan, Sabtu (3/9) kemarin. Terkait kepemilikan senjata api dan juga amunisi yang dimiliki Gatot, dikatakannya, akan ditangani oleh Polda Metro Jaya. Munculnya nama AS ini hasil pemeriksaan penyidik ke Polda NTB di mana tersangka menyampaikan senjata diperoleh dari AS. Dua senjata yang disita polisi yakni Walther kaliber 22 dan Glove 26. Awi belum mau mengungkap apa pekerjaan AS dan hubungannya dengan Gatot. Polisi memperkirakan dari keterangan Gatot, dua senjata yang dimilikinya itu didapatkan dari seseorang berinisial AS yang diduga mantan pejabat BPPN. Sebelumnya Gatot Brajamusti dan istrinya, Dewi Aminah, yang

telah ditetapkan sebagai tersangka penyalahgunaan narkotika golongan I (sabu-sabu), mengajukan permohonan rehabilitasi. Pengajuan permohonan untuk direhabilitasi itu sekaligus untuk mengajukan permohonan penangguhan penahanannya. ‘’Jadi kita ajukan juga besok Senin (5/9) bersamaan dengan penangguhan penahanannya,’’ ujar Irfan, pengacara Gatot. Kembali dijelaskan bahwa dasar kedua kliennya itu mengajukan rehabilitasi, karena berat barang bukti narkoba jenis sabu-sabu yang ditemukan pihak kepolisian saat penggerebekkan Minggu (28/8) malam di kamar 1100 Hotel Golden Tulips, Kota Mataram, kurang dari satu gram. Hal. 19 Dua Paket Narkoba DIBORGOL - Ketua Parfi Gatot Brajamusti dalam keadaan diborgol saat digiring ke rumahnya di Pondok Indah, Jakarta untuk membuka brankas yang ternyata berisi senjata api dan amunisi. BPM/ant

Bambu Penjor di Bali

Bangli Bersaing dengan Banyuwangi

Menjelang hari raya Galungan, sejumlah sarana perlengkapan upacara mulai diburu umat Hindu di Bali. Selain buah-buahan, perlengkapan upacara lainnya seperti bambu untuk penjor juga mulai ramai dibeli masyarakat, terutama oleh mereka yang tinggal di wilayah perkotaan. Selama ini kebutuhan masyarakat terhadap bambu penjor banyak dipenuhi dari Kabupaten Bangli, terutama bambu dari Desa Kayubihi. Seperti yang diungkapkan Perbekel Kayubihi I Ketut Widiana. Hal. 19 Kabupaten Lain

Hemat Berhari Raya

Membentuk Mental Produsen Fenomena naiknya harga bahan-bahan upakara menjelang hari raya Galungan harus disikapi secara benar oleh umat Hindu. Apalagi di tengah krisis ekonomi global, mau tak mau kita harus berhemat dalam berhari raya. Hemat, diartikan tanpa meninggalkan tatwa dan esensi ajaran agama.

KENAIKAN harga mungkin dianggap wajar oleh sebagian orang, khususnya jika dilihat dari teori ekonomi klasik, bahwa harga meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan (demand). Namun sesungguhnya ini juga merupakan sebuah problem, utamanya jika dilihat dari meningkatnya beban finansial orang Bali menjelang hari raya Galungan. ‘’Beban biaya yang meningkat tersebut, sedikit banyak akan menjadi persoalan tersendiri bagi umat Hindu di Bali. Apabila dilihat lebih dalam, yang tampaknya menjadi akar dari persoalan ini salah satunya adalah ketersediaan bahanbahan upakara saat terjadi peningkatan permintaan,’’

ungkap akademisi Dr. I.B. Radendra Suastama, S.H., M.H., Sabtu (3/9) kemarin. Persoalan ketersediaan ini, dikatakannya, selain mengandalkan mekanisme pasar, sesungguhnya juga dapat dikondisikan oleh pihak berwenang dengan cara mendorong dan merangsang produktivitas warga Bali menghasilkan bahan-bahan upakara ini untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. ‘’Jangan hanya bermental pembeli, tetapi juga bermental produsen, minimal untuk kepentingan upakara. Jika ini bisa dilakukan, maka fluktuasi harga bahan upakara terkait hari raya tampaknya akan lebih bisa dikendalikan,’’ lanjutnya. Hal. 19 Budidaya Tanaman

Penjor Galungan Tak Perlu Mewah

BPM/wawan

BAMBU - Pasokan bambu penjor dari Kabupaten Bangli.

Pisang Sumbawa Banjiri Karangasem

RASIO perbandingan pasokan buah lokal dengan buah luar Bali pada saat menjelang hari raya, seperti hari raya Galungan dan Kuningan sangat signifikan. Hal ini diakui oleh salah satu pedagang buah di Pasar Tapean, Jalan Katrangan, Denpasar, Sugiono. Ia mengakui dari pengalamannya selama berjualan buah di pasar, setiap menjelang hari raya pasokan buah lebih banyak didatangkan dari luar Bali, seperti Kalimantan dan Jawa Timur. Hal. 19 Pepaya dan Salak

BPM/wawan

PISANG - Keperluan pisang menjelang hari raya Galungan sangat tinggi. Harganya pun kian melangit.

BEBERAPA hari lagi umat Hindu akan merayakan hari raya Galungan. Mulai Minggu (4/9) ini atau Redite Pahing Dungulan, Kala-Tiganing Galungan dipercaya turun untuk menggoda manusia. Di sinilah manusia diuji untuk menahan diri dan mengendalikan emosi agar benar-benar menikmati kemenangan di hari raya Galungan, Rabu (7/9) mendatang. ‘’Ingatlah kita tetap mawas diri dengan mulat sarira. Kemudian bertobat, andaikan ada sesuatu yang membuat orang lain tidak baik, membuat orang tidak senang, bertobatlah kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati,’’ ujar Ida Rsi Hari Anom Palguna dari Geria Batur Tegalcangkring, Jembrana, Sabtu (3/9) kemarin. Menurut Ida Rsi, bertobat bisa dilakukan lewat doa-doa

sederhana seperti Tri Sandya. Manusia umumnya kerap lebih mengikat pada karma, namun kurang dalam berdoa. Doa-doa sederhana itu benarbenar harus dihayati dengan baik dan bijak. ‘’Setelah bertobat baru kita siap, tegar, terbuka untuk memberi dan meminta maaf, itu fungsi shanti. Kalau kita mengucap Om Shanti, Shanti, Shanti tetapi tidak ada maaf bagimu, bagaimana mau shanti? Shanti itu terjadi kalau kita saling memaafkan satu sama lain. Tidak ada manusia yang sempurna, pasti ada kesalahan. Tentu kalau kita menyadari dan mulat sarira, bertobat, memberi atau meminta maaf, di sanalah muncul rasa kita bersyukur menikmati apa yang Tuhan berikan,’’ paparnya. Hal. 19 Tekankan pada Filsafat

UCDP Tanam Bibit Kelapa di Taro

Bangun Kemandirian di ’’Gumi Banten’’ TINGGINYA pelaksanaan upacara di Bali, berbanding lurus dengan kebutuhan sarana upacara. Namun ironisnya kebutuhan ini justru dominan diimpor dari luar Bali. Melihat kondisi ini, Udayana Comunity Development Program (UCDP) melaksanakan penanaman ratusan bibit kelapa di Banjar Patas, Desa Taro, Tegallalang, Gianyar, Sabtu (3/9) kemarin. Bibit pohon kelapa itu sebagian sumbangan dari Bali Shanti dan Bali Post. Prof. I Wayan P. Windia menyebutkan, Bali sebagai Gumi Banten yakni daerah yang penuh dengan aktivitas pembuatan banten untuk pelaksanaan upacara. Namun, ia tidak menampik bila saat ini kebutuhan sarana upacara seperti bunga, buah kelapa atau busung (janur – red)

justru diimpor dari luar daerah. Lewat penanaman pohon kelapa upakara ini kita membangun kemandirian di gumi banten. ‘’Sejak lama kami menyampaikan untuk mulai menanam tumbuhan sarana upacara di tempat yang memungkinkan, baik itu di lingkungan rumah atau sekitar. Tujuannya mengantisipasi kondisi seperti sekarang, di mana warga di Gumi Banten (Bali - red) justru mengimpor kebutuhan sarana upacara dari luar,’’ terangnya. Tingginya kebutuhan sarana upacara juga diakui Klian Adat Banjar Patas, I Wayan Balok Suardana. Dikatakannya, di Banjar Patas memiliki lima pura besar, yakni Pura Puseh, Pura Dalem, Pura Pu-

cak, Pura Puseh Penendengan dan Pura Ulun Suwi. ‘’Kami memiliki lima pura paleban, setiap odalan di pura ini membutuhkan sarana yang tidak sedikit, dan beberapa sarana yang sederhana seperti kelapa memang harus kami beli dari luar banjar,’’ ungkapnya. Melihat kondisi ini, ia pun meminta bantuan bibit kelapa kepada UCDP, hingga terealisasi serah terima ratusan bibit kelapa, Sabtu (3/9) kemarin. Dikatakannya, melalui adanya penanaman ratusam bibit kelapa di sepanjang jalan Banjar Patas, Desa Taro ini, akan sangat membantu kemandirian guna memenuhi kebutuhan sarana upacara. Hal. 19 Siapkan Pararem

BPM/wawan

PENANAMAN POHON – Warga Banjar Patas, Taro, Gianyar bersama WR II Unud Prof. Ketut Buda Susrusa menanam pohon kelapa upakara. Program ini kerja sama Bali Shanti, Bali Post dan Udayana Community Development Program (UCDP) serangkaian Dies Natalis ke-54 Unud.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 04 September 2016 | Balipost.com by e-Paper KMB - Issuu