Bali Post
balipost (166 rb Like) http://facebook.com/balipost
SEJAK 1948
@balipostcom (5.495 Follower) http://twitter.com/balipostcom
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
Pengemban Pengamal Pancasila
Krama Bali ’’Kedas’’ Sampah Plastik di Kawasan Besakih
Amlapura (Bali Post) Membersihkan Bali dari sampah plastik kini menjadi budaya bagi masyarakat Bali. Belasan ribu krama Bali dari berbagai komponen, Sabtu (2/2) kemarin, terlibat aksi sosial Gerakan Kedas Sampah Plastik (Gedasamtik) di kawasan Pura Besakih. Agenda ini dikoordinir DPP Peradah Bali dan KMHDI Bali. Aksi bersih-bersih sampah ini dilakukan menjelang pelaksaan Karya Agung Panca Wali Krama pada Maret mendatang. Kegiatan yang dipusatkan di depan Pura Basukian itu dibuka langsung Gubernur Bali, I Wayan Koster. Aksi bersih-bersih sampah plastik ini diikuti oleh semua komponen masyarakat di Bali dimulai dari pintu masuk Desa Besakih di Banjar Kedungdung. Kegiatan ini menyisir jalan raya, aliran sungai maupun tempat-tempat suci yang tersebar di sejumlah pura di Besakih. Setelah sampah terkumpul, diangkut menggunakan truk dibawa ke TPA. Bendesa Adat Besakih, Jro Mangku Widiarta, mengapresiasi atas dilaksanakannya kegiatan ini. Kata dia, sampah memang masih menjadi permasalahan di Besakih. Untuk itu, dengan adanya aksi bersih sampah plastik ini, kawasan suci di Pura Besakah bisa terjaga. “Kami harapkan setelah adanya gekaran ini, krama Bali tidak lagi membawa sampah plastik saat melakukan persembahyangan ke Besakih,” harap Mangku Widiartha. Gubernur Bali, I Wayan Koster, juga mengapresiasi
kegiatan aksi Gedasamtik ini. Apalagi, kegiatan ini sejalan dengan program pemerintah yang tertuang dalam Peratuan Gubernur (Pergub) No.97 tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Plastik Sekali Pakai. Kegiatan ini juga sejalan dengan visi dan misinya yang tertuang dalam program Sat Kerthi Loka Bali yakni menjaga kesucian alam semesta beserta dengan sisinya untuk mewujudkan kebahagiaan masyarakat Bali secara sekala dan niskala. Maka dari itu, diharapkan semua wilayah bisa bersih dari sampah plastik. “Kami harap lewat kegiatan ini alam bisa terbebas dari sampah plastik. Program ini sangat bagus dan perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak mulai dari pemerintah provinsi, kabupaten termasuk masyarakat Bali. Jadi, keberhasilan ini harus melibatkan seluruh komponen masyarakat di Pulau Dewata. Sehingga kegiatan ini harus disebarluaskan ke seluruh masyarakat Bali. Supaya kegiatan ini tidak terhenti sampai di sini dan dapat terus berkesinambungan,” ujar Koster. Hal. 11 Perkuat Partisipasi
BPM/kmb41
SAMPAH PLASTIK -Krama Bali dipimpin Gubernur Wayan Koster dan Wagub Cok. Ace melakukan aksi bersih-bersih sampah plastik di kawasan Pura Besakih, Sabtu (2/2) kemarin.
Imlek 2570
Tahun Babi Tanah,Tumbuhkan Semangat Lebih Kreatif TAHUN baru Imlek 2570 pada tahun 2019 yang jatuh pada Selasa (5/2) mendatang merupakan tahun shio Babi Tanah. Menurut kepercayaan warga Tionghoa babi memiliki sifat malas, banyak makan, dan banyak tidur. Hal ini harus dilawan dengan terus menumbuh-
ARCA - Warga Tionghoa membersihkan arca atau patung yang disucikan di Vihara Dharmayana.
kan semangat kreatif dalam kehidupan. Penanggung jawab Vihara Dharmayana, Adi Dharmaja Kusuma, menyebutkan, kalau dimaknai, seperti apa yang disiratkan oleh para pendahulu, maka dari 12 shio, babi dijadikan shio karena mewakili sifatsifat manusia. Oleh karena itu, kita harus bisa menghilangkan sifat-sifat kurang baik tersebut. Pada tahun baru ini, pihaknya berharap semua orang agar lebih bersemangat dalam menjalani keseharian. Dalam arti, berusaha dan lebih bersemangat baik dalam ekonomi, kesehatan, dan keamanan. Karena bagaimanapun juga dalam tahun baru Babi Tanah ini apalagi pada tahun 2019 merupakan tahun politik, tentu harus bisa menyikapi dengan
baik. “Kita jangan meniru sifat babi. Harus tetap semangat dan lebih kreatif dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan keahlian masing-masing,” katanya saat ditemui di Vihara, Sabtu (2/2) kemarin. Menurutnya, menjelang tahun baru Imlek 2570, keluarga besar warga Tionghoa di Banjar Dharma Semadhi, Kuta, Badung, melakukan berbagai persiapan. Seperti yang dilakukan Selasa (29/1) lalu, pembersihan arca atau patung yang disucikan serta altar di Vihara Dharmayana yang terletak di Jalan Blambangan, Kuta. Selain itu, dilakukan pemasangan ratusan lampion dan pernak-pernik menyambut Imlek. Hal. 11 Pergantian Tahun
Menjaga Kesucian Pura Er Jeruk PERHATIAN umat Hindu sejak seminggu ini adalah Karya Padudusan Agung, Segara Kertih, Tawur Balik Sumpah Agung Lan Mupuk Pedagingan Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk, Sukawati. Puncak karya berlangsung pada Budha Kliwon Pahang, Rabu (30/1). Prosesi nganterin akan berlangsung hingga Sukra Wage Krulut (8/2) mendatang. Pura Kahyangan Jagat Er Jeruk di-empon krama Subak Ageng Sukawati (250 KK). Sementara seluruh krama Desa Sukawati selaku pengiring pura. Ketua Panitia, I Nyoman Oka, mengungkapkan bahwa Karya Pedudusan Agung, Segara Kertih Tawur Balik Sumpah Agung Lan Mupuk Pedagingan
di Pura Kahyangan Jagat ER Jeruk terakhir digelar 30 tahun lalu, tepatnya Oktober 1989. Sementara karya kali ini diharapkan bisa menjadi peneduh jagat, menenangkan alam dari berbagai bencana yang ada. “Kita mendoakan kerahayuan jagat,” katanya. Saat itu juga digelar Karya Segara Kertih. Menurut Nyoman Oka, selama ini banyak yang mengotori laut, dari perilaku membuang sampah sembarangan, hingga korban jiwa di lautan. Hal ini membuat laut kotor alam Bali secara sekala dan niskala. Secara niskala laut dibersihkan dengan upacara Segara Kertih. Hal. 11 Empat Kali
BPM/ist
PEDANAN- Umat Hindu saat mengikuti upacara pedanan di Pura Er Jeruk.
Ratu Brayut dan Ratu Panganten
Palinggih Ratu Brayut dan Ratu Pangenten.
BPM/ist
DI madya mandala (jaba tengah) Pura Er Jeruk terdapat beberapa palinggih, antara lain palinggih Ratu Brayut, palinggih Ratu Panganten, palinggih Pura Masceti dan beberapa bangunan lainnya. Yang menarik yakni keberadaan Ratu Brayut dan Ratu Panganten.
Palinggih Ratu Brayut posisinya di bagian sebelah kanan Kori Agung (candi kurung) menghadap ke barat. Bangunan palinggih berbentuk gedong yang terbuka di bagian depan, dan di bagian sisinya yang lain tertutup. Di palinggih ini terdapat beberapa tokoh arca yang
menunjukkan ciri serbagemuk yakni simbol kesuburan. Berupa dua arca pendeta laki/ perempuan yang masingmasing dengan sikap duduk padmasana dan wajrasana; subuah arca badut (lucu) di depan arca pendeta. Hal. 11 Arca Raksasa
Waspadai Cuaca Ekstrem Saat Imlek Denpasar (Bali Post) – Mengapa setiap menjelang dan saat hari raya Imlek selalu disertai hujan lebat. Pertama, dari wuku dan sasih, umat Hindu meyakini hari raya Imlek selalu jatuh setiap sasih kanem, kapitu, kawulu, atau kasanga identik dengan hujan lebat dan angin kencang. Kedua, dari segi klimatologi mulai NovemberApril Indonesia memasuki musim penghujan. Pada perayaan Imlek tahun ini juga berpotensi ter-
jadi cuaca ekstrem. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Indonesia, khususnya di Bali dalam sepekan ke depan masih berpotensi hujan. Bahkan, pada hari raya Imlek, Selasa (5/2) mendatang, diprediksi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Namun, fenomena Siklon Tropis Riley yang terjadi belakangan ini sudah menurun. Hal. 11 Hujan Lebat
Memohon Kesuburan Oleh : Dr. Drs. Anak Agung Gede Raka, M.Si. BALI memiliki banyak pura dengan ciri khas dan fungsinya masing-masing. Makanya para turis yang pernah datang menyebutkan Bali adalah Pulau Surga. Ungkapan itu pertama kali dilontarkan orang-orang Belanda yang datang ke Bali tahun 1597. Ternyata sebagian dari mereka menolak untuk kembali ke negerinya dan memilih tinggal di Bali, karena telah jatuh cinta dengan Bali. Mereka pun mengagumi Pura Er Jeruk. Berbagai pendapat berkembang secara tradisi di masyarakat tentang nama Pura Er Jeruk, khususnya di Desa Sukawati. Ada pendapat yang menghubungkan nama Pura Er Jeruk dengan nama sawah yang ada di sebelah utara pura yang saat ini menjadi Subak Juwuk. Ada pula yang mengatakan bahwa air laut yang ada di sebelah selatan pura menjorok ke areal lingkungan pura seperti ceruk. Kemudian pura yang ada di sekitar ceruk tersebut diberi nama Pura Er Jeruk. Versi lain menyebutkan, bahwa nama pura diambil dari kata we
jeruti (we berarti air/er) dan (jeruti menjadi kata jeruk), kemudian dari we jeruti menjadi air/er jeruk. Tentu akan menjadi lebih jelas bila merujuk lontar Dwijendra Tatwa, yang di dalamnya ada menjelaskan bahwa Pura Er Jeruk dibangun ketika Dang Hyang Nirartha melakukan dharma yatra dari Uluwatu menuju Goa Lawah. Hal. 11 Sejarah Pura