Bali Post
balipost http://facebook.com/balipost
SEJAK 1948
@balipostcom http://twitter.com/balipostcom
@balipost_com http://instagram.com/balipostcom
MEMPERKOKOH FONDASI REGULASI PENGAWALAN DESA ADAT ’’Sebagai benteng terakhir pengawalan Bali, perda ini diharapkan akan mengantarkan desa adat sebagai pemilik kebudayaan Bali otonom dan telah berkontribusi besar terhadap pembangunan sosial, ekonomi dan stabilitas politik nasional. Ini ditandai dengan konsistensi desa adat di Bali mengawal Pancasila di bawah wadah NKRI.’’ Wayan Koster Gubernur Bali
BALI bergerak cepat merespons dinamika zaman dalam mengawal peradabannya. Pada era baru Bali dengan visi ‘’Nangun Sat Kerthi Lokal Bali’’, eksekutif dan legislatif merampungkan Perda Desa Adat. Perda yang diharapkan menjadi fondasi dasar serta regulasi pengawalan adat, tradisi dan budaya Bali, ekonomi serta manusia Bali ini akan ditetapkan Selasa, 2 April ini. Perda yang lahir dari kecerdasan komunikasi dan kepekaan Gubernur Bali Wayan Koster merespons dinamika zaman ini pun diapresiasi banyak kalangan. Optimisme terhadap makin terjaganya eksistensi desa adat pun bangkit. Sebagai gambaran, Ranperda Desa Adat diajukan Gubernur Bali Wayan Koster ke DPRD Bali, Rabu, 19 Desember 2018. Ini sekitar tiga bulan pertama setelah Wayan Koster dan wakilnya Cok Ace dilantik Presiden di Istana
Negara, Jakarta. Ini merupakan salah satu dari enam terobosan Gubernur Bali yang diluncurkan dalam enam bulan terakhir untuk menjaga eksistensi Bali. Hal. 15 Berkontribusi Besar
’’Perda Desa Adat yang lahir dari kepekaan dan kecerdasan berpikir mengelola dinamika zaman ini akan menjadikan Bali lebih mandiri dan berdikari dalam mengelola adat, tradisi untuk kemapanan secara ekonomi, politik dan budaya.’’ Jro Mangku Widiartha Bendesa Adat Besakih
Pemkab Buleleng Terbitkan Buku
Lindungi Karya Tenun Endek dan Songket Asli Buleleng
SEJAK lama Buleleng dikenal sebagai daerah yang memproduksi tenun endek dan songket. Namun potensi ini keberadaannya semakin terkikis perkembangan zaman. Selain perajinnya semakin berkurang atau bahkan sudah tidak ada, mengenakan kain tradisional asli dari Den Bukit yang belum familiar, menjadikan kain tenun dan endek den bukit semakin terancam kelestariannya. Tidak ingin kepunahan itu terjadi, pemerintah daerah di bawah duet Bupati Putu Agus Suradnyana (PAS) dan Wakil Bupati dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG. melakukan upaya penyelamatan dan penggalian potensi tenun endek dan songket. Sejak kepimimpinan periode
pertama, PAS-Sutjidra menggulirkan Buleleng Endek Carnaval (BEC). Gelaran ini membuka ruang kepada perajin atau perancang busana membuat karya-karya menarik dengan tenun endek dan songket. Tidak cukup itu, upaya penyelamatan dan menggairahkan kerajinan tenun di Den Bukit, Pemkab Buleleng secara khusus menerbitkan buku ‘’Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’’. Buku ini diterbitkan oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah. Untuk tahap awal diterbitkan 600 buah buku. Buku ini menceritakan sosok penenun atau perjalanan, dan perkembangan motif serta fungsi endek dan songket. Beberapa desa
di Buleleng yang dahulu berjaya dalam pembuatan kain tradisional ditulis dalam buku ini. Desa itu seperti Desa Sembiran Kecamatan Tejakula, Desa Jinang Dalem (Buleleng), Desa Kalianget (Seririt) dan Kelurahan Beratan Kecamatan Buleleng. Sebelum buku itu disebarkan ke perpustakaan sekolah, perpustakaan desa, dan ke Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Senin (1/4) kemarin buku tersebut ‘’dibedah’’ di hadapan ratusan peserta di Gedung Wanita Laksmi Graha, Singaraja. Bedah buku ini dibuka Bupati Putu Agus Suradnyana didampingi Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Buleleng
Ny. Gusti Ayu Aries Sujati Suradnyana, dan Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Buleleng dr. Made Suakarmini. Tampil sebagai pembedah, sastrawan muda dan juga dosen Kadek Sonia Piscayanti, dan perajin Ketut Rajin. Bupati Putu Agus Suradnyana mengatakan, ide menerbitkan buku ‘’Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’’ tidak lain karena keberadaan kerajinan tersebut berada di ambang kepunahan. Bupati menilai situasi sulit ini terjadi karena kain tradisional di daerahnya kalah saing dengan perkembangan kain di zaman modern. Hal. 15 Acara Tertentu
BEDAH BUKU - Ketua Dekranasda Buleleng Ny. Gusti Ayu Aries Sujati Suradnyana menjadi pembicara dalam bedah buku ‘’Membangkitkan Endek dan Songket Buleleng’’, Senin (1/4) kemarin.
Marianta, Siswa Asal Banjar Gulinten
Berbekal Jagung, Tiga Jam Berjalan Kaki ke Sekolah
Bali Pos/nan
BERSAMA - I Ketut Marianta (12) bersama Kepala SDN 6 Bunutan I Wayan Dayuh Suyasa.
SEMANGAT I Ketut Marianta (12), siswa kelas VI SDN 6 Bunutan, patut ditiru oleh anak seusianya. Demi menuntut ilmu, siswa asal Banjar Dinas Gulinten, Desa Bunutan, Abang, Karangasem ini rela berjalan kaki sekitar tiga jam untuk sampai ke sekolahnya. Hal ini telah dilakoninya hampir enam tahun lamanya. Kini menjelang ujian pemantapan, Marianta memilih untuk menginap sementara di rumah temannya. Alasannya, semata agar tidak terlambat sampai di sekolah. Sehari sebelum ujian pemantapan, Minggu (31/3), Marianta sudah tiba di tempatnya menginap. Ia pun tak lupa membawa bekal berupa jagung dan mentimun. Bekal itu juga sering ia bawa ketika ke sekolah. Ditemui di sekolahnya, Marianta menuturkan, selama ini selalu berjalan kaki ke sekolah. Jaraknya pun sangat jauh. Untuk tiba di
sekolahnya, ia harus menghabiskan waktu sekitar tiga jam. Selain jauh, medannya pun cukup berat. Ia harus menuruni lembah beberapa kali untuk sampai di sekolahnya di Bunutan. Marianta mengatakan ia tidak sendiri. Ada beberapa temannya yang juga senasib dengannya. Berjalan kaki ke sekolah. ‘’Saat hari biasa, saya berangkat dari rumah kadang jam 05.00 Wita. Karena perjalanan sangat jauh, sekitar pukul 08.30 Wita atau 09.00 Wita, saya baru sampai di sekolah. Karena jauh, saya dengan teman-teman yang lainnya sering terlambat. Untuk mengikuti ujian pemantapan sekarang ini, saya terpaksa menginap di rumah teman yang rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah,’’ ujarnya. Kepala SDN 6 Bunutan I Wayan Dayuh Suyasa membenarkan jika waktu tempuh yang diperlukan anak didiknya itu mencapai tiga jam. Itu diketahui karena
dirinya sempat membuktikan secara langsung berjalan kaki menuju rumah anak didiknya tersebut. Bahkan, dirinya malah lebih lama menempuh perjalanan ke rumah siswanya itu yakni mencapai empat jam. ‘’Saya penasaran dan ingin sekali mengetahui itu karena saya terus pantau (Marianta) selalu datang terlambat dengan siswa yang lainnya. Kenyataannya memang seperti itu. Bahkan, waktu yang saya butuhkan untuk sampai ke rumahnya saja selama empat jam, sehingga kalau bolak-balik delapan
Tidak Terbit Serangkaian Hari Raya Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW yang juga merupakan hari libur nasional pada Rabu (3/4), maka pada hari tersebut Bali Post tidak terbit. Bali Post akan kembali hadir seperti biasa mulai Kamis (4/4) lusa. Untuk itu kepada para pelanggan dan relasi iklan mohon maklum. Penerbit
Pimpin Apel Disiplin, Koster Berkomitmen Wujudkan Pemerintahan yang Bersih GUBERNUR Bali Wayan Koster menegaskan komitmennya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih. Komitmen tersebut antara lain diwujudkan dalam pengisian jabatan di lingkungan Pemprov Bali yang dilakukan dengan mempertimbangkan pendidikan dan pengalaman. Penegasan itu disampaikannya di hadapan peserta apel disiplin yang berlangsung di halaman Kantor Gubernur Bali, Senin (1/4) kemarin. Menurut Koster, hal itu penting untuk disampaikan karena setiap ada pengisian jabatan dirinya masih mendengar gunjingan, kasak-kusuk dan lobi-lobi. ‘’Masa pemerintahan saya tak ada macam-macam, zero hal-hal seperti itu,’’ ucapnya. Ia tak ingin praktik-praktik yang tidak sehat diterapkan dalam mutasi dan promosi jabatan. Jika masih ada oknum orang dalam yang nakal dan
bermain dalam proses mutasi dan promosi, ia berharap segera dilaporkan kepada Sekda atau Inspektur Provinsi Bali untuk selanjutnya diteruskan kepada Gubernur. ‘’Tak ada kompromi, yang begitu-begitu akan saya sikat,’’ tambahnya. Koster yang juga menjabat Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini menegaskan bahwa di bawah kepemimpinannya, proses mutasi dan promosi di lingkungan Pemprov Bali dilakukan secara profesional. Pengisian jabatan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman. Hal itu telah dibuktikannya dalam proses mutasi eselon II, III dan IV awal Februari 2019. Hal serupa juga diterapkan dalam pengisian 11 jabatan eselon II yang saat ini prosesnya telah memasuki tahap akhir dan sudah diajukan ke pusat untuk memperoleh persetujuan Mendagri. ‘’Saya menyerahkan sepenuhnya pada
panitia seleksi yang melibatkan orang-orang independen antara lain akademisi,’’ ucapnya. Pada bagian lain, Koster juga menyampaikan bahwa saat ini dirinya masih berkonsentrasi penuh melengkapi regulasi yang dibutuhkan dalam penataan pembangunan Bali. Oleh karena itu, setelah enam bulan menjadi Gubernur, untuk pertama kali dirinya berkesempatan menjadi pembina apel disiplin yang rutin pada awal bulan. ‘’Saya ingin detail merancang regulasi, baik berupa perda maupun pergub yang nantinya menjadi pedoman bagi OPD dalam mengimplementasikan setiap kebijakan,’’ imbuhnya. Lebih jauh ia mengurai, dalam enam bulan menjabat sebagai gubernur, dirinya telah merampungkan enam pergub yang mengatur persoalan sangat strategis bagi Bali. Peraturan gubernur yang telah rampung dan mulai diimplementasikan antara lain
Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 tentang Penggunaan Busana Adat Bali, Peraturan Gubernur Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, Peraturan Gubernur Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Satu Kali Pakai, Peraturan Gubernur Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali, Peraturan Gubernur Nomor 104 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan Nasional–Krama Bali Sejahtera (JKN-KBS) dan Peraturan Gubernur Nomor 2 Tahun 2019 tentang Integrasi Sistem dan Data Pajak Hotel dan Pajak Restoran Kabupaten/ kkota secara Elektronik di Provinsi Bali. Hal. 15 25 Konsep
jam,’’ ujarnya. Suyasa mnambahkan, Marianta merupakan siswa yang rajin. ‘’Ini perjuangan anak didik saya agar bisa bersekolah. Saya pribadi sangat bangga dengan semangatnya. Meski jalan kaki yang cukup jauh, dia mau bersekolah,’’ tambahnya. Ia menambahkan, kalau Marianta memang mendapatkan beasiswa untuk keluarga kurang mampu. Demikian pula rumah yang ditempati merupakan bantuan dari bedah rumah pemerintah. (nan)
Wayan Koster