TERBIT SEJAK 16 AGUSTUS 1948 PERINTIS: K. NADHA HARGA LANGGANAN Rp. 60.000 ECERAN Rp 3.000
Bali Post
MINGGU WAGE, 20 FEBRUARI 2011
Pengemban Pengamal Pancasila
20 HALAMAN NOMOR 185 TAHUN KE 63 Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764 Faksimile: 227418
Jagat Bali
Mata Air Kemarau di Pura Puser Tasik Bangbang PURA Puser Tasik yang terletak di Desa Bangbang Kecamatan Tembuku, Bangli merupakan salah satu pura panyungsungan jagat. Pembangunannya dilakukan pada zaman pemerintahan Raja Masula Masuli pada Icaka 1100 atau tahun 1278 Masehi. Dalam lontar usana Bali (sejarah pembangunan pura di Bali ditulis I Ketut Soebandi) diceritakan Baginda Raja Masula Masuli yang berstana di Pejeng memanggil seluruh pepatih prapanca, para mantra serta para empu. Di antaranya Empu Geni Jaya, Mpu Semeru, Mpu Gana, Mpu Kutur-
an, dan Prebekel Bali. Raja bersabda saat itu agar segera dibangun Parahyangan Tirta Empul sebagai stana Batara Indra dan Parhyangan Mangening stana Batara Suci Nirmala yang bakal mengairi bumi persada. Hal itu membuat suka cita masyarakat Bali. Semua masyarakat menyumbang padas dan bahan bangunan lainnya. Pembangunan sejumlah pura yang direncanakan Raja Masula Masuli bersama Mpu Rajakreta akhirnya tuntas. Di antaranya Pura Tirtha Mangening, Ukir Gumang, Jampana Manik atau Gulingan, Alas Arum atau Belahan Tirta Ka-
mandalu, Pura Penataran Wulan, Puser Tasik dan Manik Ngereng. Raja mengeluarkan kutukan bagi siapa yang hendak menghentikan pembangunan pura itu. Dalam perkembangannya, berdirilah Desa Bangbang. Pada Pura Puser Tasik dibangun lagi pura dalam satu palebahan. Di antaranya Pura Luhuring Akasa, Puser Tasik, Puseh, Pura Maksan, Pura Sakenan sehingga di areal Pura Puser Tasik ini berdiri sebuah pelinggih (bangunan suci) berpintu menghadap tiga arah. Hal.19 Luhuring Akasa
BPM/puj
KORI AGUNG- Penampilan Kori Agung Pura Puser Tasik.
Megawati Menolak
SOLUSI Pangdam IX/Udayana
Politisi Bobrok Jangan Hidup di Bali
Jakarta (Bali Post)Ketua DPP PDI-P Bidang Hukum dan HAM, Trimedya Panjaitan, memastikan Megawati tidak akan memenuhi alias menolak panggilan KPK. Sikap penolakan ini merupakan keputusan yang diambil melalui hasil rapat dadakan yang berjalan maraton para petinggi serta tim kuasa hukum PDI-P.
BALI merupakan pulau surga idaman para wisatawan nusantara maupun mancanegara. Menggeliatnya perekonomian di Bali, sadar tidak sadar merupakan ekses ‘banjirnya’ turis ke Pulau Dewata ini. Karena itu, Bali jangan sampai bergejolak baik oleh aksi terorisme seperti 2002 dan 2005 silam, termasuk kelakuan nyeleneh politisi bermental bobrok. Figur buruk yang ingin ngerusak saja, jangan sampai muncul di Bali. ‘’Politisi yang kontra produktif seperti itu, mendingan jangan hidup di Bali. Jangan sampai merekamereka itu mengotori alam Bali yang suci ini’’ pinta Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Rachmat Budianto di sela-sela mengikuti pertandingan tenis eksekutif HUT ke-50 Korem 163/ Wira Satya di Nusa Dua, Sabtu (19/2) kemarin. Hal.19 Perkokoh Persatuan
BPM/dok
Megawati
Ogoh-ogoh Makan Korban
‘’Kami menghormati yang diinginkan KPK dan yang menjadi hak tersangka untuk meminta saksi yang meringankan. Tapi setelah mempelajari surat panggilan KPK, kami menganggap tidak ada relevansinya posisi Bu Mega dengan dengan pemilihan DGS Miranda,’’ kata Trimedya Sabtu (19/2) kemarin. PDI-P, menurut anggota Komisi III DPR ini menengarai ada kepentingan politik tertentu dalam pemanggilan Megawati. ‘’Kami tidak ingin ada kepentingan politik di balik ini. Kami
menjaga agar (Megawati) tidak diseret-seret kepentingan-kepentingan politik,’’ ujarnya. Atas penolakan ini, tim kuasa hukum akan mengirimkan surat kepada pimpinan KPK. Surat penolakan itu ditandatangani langsung oleh dirinya serta Sekjen DPP PDI-P, Tjahjo Kumolo. Bahkan, Megawati semalam mengirim SMS ke Tjahjo Kumolo meminta agar kadernya tenang, dan menjaga kesolidan partai. Hal.19 Sebaiknya Hadir
Tujuh Pemuda Munggu Masuk RS Denpasar (Bali Post) Belum tiba hari Pengerupukan, ogoh-ogoh sudah memakan korban. Ogoh-ogoh yang sedang dalam proses pembuatan di lingkungan Banjar Sedahan, Munggu, Mengwi, Badung, Jumat (18/2) malam lalu tiba-tiba terbakar. Tujuh pemuda banjar setempat dilarikan ke RS karena menderita luka bakar. Ada pun ketujuh korban tersebut adalah I Gede Widarsa (27), Putu Widana (14), dan
Gede Sukrawan (17) kini dirawat intensif di RS Sanglah. Empat rekannya yang lain yaitu Gede Suwita (24), Rai Karnos (24), Dikik (15), dan Lecir (28) hanya diperiksa di RSUD Badung. Tragedi tersebut terjadi awalnya saat para pemuda banjar mengadakan pesta bakar sate. Menurut ayah Widarsa, Nyoman Wija, anaknya dan pemuda banjar memanggang sate dengan menggunakan arang. ‘’Manggang-
nya di balai banjar dekat dengan ogoh-ogoh,’’ ujar Wija. Ogoh-ogoh itu sendiri belum rampung dibuat. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 23.00 wita. Karena arang yang hendak dipakai memanggang tidak kunjung membara, salah satu pemuda di banjar tersebut menyiramkan bahan bakar solar bercampur bensin dari sebuah jeriken. Hal.19 Membakar Ogoh-ogoh
Montiel Vs Donaire Adu Kecepatan BPM/dok
Rachmat Budianto
Las Vegas Pertarungan seru akan tersaji Minggu (20/2) ini, akan ter-
jadi duel perebutan gelar tinju dunia kelas bantam WBA/ WBO antara Fernando Mon-
FAKTA
Ratusan Bonek Dipulangkan Negara Bali Post) Aparat kepolisian dan petugas di Gilimanuk dibuat sibuk akibat adanya serbuan pasukan bondo nekat (bonek) yang masuk Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk. Para petugas terpaksa bergadang sampai pagi untuk menjaring suporter Persebaya 1927 yang akan menuju Stadion Dipta, Gianyar. Dari operasi yang dilakukan petugas tersebut ratusan bonek tanpa identitas dan tanpa bekal yang cukup terpaksa diusir dan dipulangkan. Hasil sweeping tersebut cukup mengagetkan. Setiap rombongan yang jumlahnya puluhan orang hanya segelintir yang bisa lolos lantaran sebagian besar tidak membawa bekal yang cukup. Mereka mengaku untuk makan akan minta sama teman. Bahkan, mereka merengek untuk menonton. Untuk menghindari bonek yang kecewa karena dipulangkan itu berulah, setiap kapal hanya diisi maksimal sepuluh orang sehingga lebih mudah diawasi ABK. Hal.19 296 Dipulangkan
BPM/afp
TIMBANG BADAN-Fernando Montiel (kiri) dan lawannya Nonito Donaire saat timbang badan.
tiel asal Meksiko melawan petinju asal Filipina Nonito Donaire. Pertarungan keduanya akan digelar di Mandalay Bay Resort and Casino, Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat. ‘Cochulito’ julukan Fernando Montiel petinju kelahiran Meksiko, 1 Maret 1979, 31 tahun silam ini memiliki pengalaman bertanding 44 kali menang (KO 34), 2 kali kalah, dan 2 kali seri ini memiliki tinggi 163 cm. Jangkauan pukulan sejauh 169 cm. Dengan pengalaman bertanding yang jauh lebih banyak, Fernando Montiel tentu tidak ingin kehilangan muka di depan para pendukungnya. Hal.19 Reputasi Hebat
Seminar Khusus RTRW Bali
Ada yang Pura-pura Tak Tahu Bhisama Tak hanya LSM yang peduli soal polemik RTRW Bali, dosen dan mahasiswa S-2 dan S-3 di Magister Ilmu
ADA dua hal penting yang mencuat di diskusi khusus kemarin yakni munculnya ‘’pembangkangan’’ para bupati terhadap surat gubernur dan RTRW karena permainan investor, kontraktor dan Permata alias persatuan makelar tanah. Kedua, ada yang ber-
pura-pura tak tahu bhisama kesucian pura. Mahasiswa S-2 dan S-3 MIE Unud yang berasal dari berbagai daerah ini banyak memberi pemikiran soal polemik RTRW. Di sini ada pengusaha, birokrat dan anggota DPRD. Ikut berbicara Prof.
Djinar Setiawina, Prof. I Wayan Sudirman, dan Prof. Made Sukarsa sebagai pengajar Otda dan Keuangan Daerah. Made Sukarsa mengatakan setiap pertemuan ke-14 mahasiswa diajak membahas studi kasus, yang kali ini soal RTRW Bali. Ia ingin kelas yang serius
ini ikut memberi pemikiran terhadap masalah publik karena di di polemik ini ada kepentingan investor, kontraktor dan Permata (perkumpulan makelar tanah). Hal.19 Munculkan ”Pembangkangan”
Ekonomi (MIE) Unud juga menjadikan polemik RTRW sebagai sebuah studi kasus yang dirangkum dalam BPM/kmb
seminar khusus, Sabtu
DI-SWEEPING - Ratusan bonek di-sweeping di Gilimanuk, sebagian dipulangkian.
(19/2) kemarin. Prof. Wayan Sudirman
Prof. Djinar Setiawina
Made Arjaya
Dr. Murjana Yasa
Prof. Made Sukarsa