Edisi 06 Maret 2016 | Balipost.com

Page 1

20 HALAMAN

NOMOR 188 TAHUN KE 68

Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

balipost (106 rb Like) http://facebook.com/balipost

Pengemban Pengamal Pancasila

minggu kliwon, 6 maret 2016

Nyepi dan Gerhana Matahari

Mohon kepada Dewa Surya, Selamatkan Alam Bali Pedanda Made Gunung

IDA Pedanda Made Gunung mengimbau umat Hindu di Bali untuk melaksanakan persembahyangan kepada Dewa Surya, menyambut perayaan Nyepi yang dibarengi

dengan gerhana matahari pada 9 Maret 2016 mendatang. Persembahyangan ini perlu dilakukan, sebab momen gerhana matahari dikhawatirkan dapat memberi fi-

brasi terhadap kondisi alam. Gerhana matahari saat Nyepi ini sangat jarang terjadi. Hal. 19 Mohon Keselamatan

Simbol Ruang dan Waktu Oleh : Dr. A.A.Gde Raka, M.Si. PENGGUNAAN simbol-simbol dalam Agama Hindu bertolak dari keterbatasan kemampuan manusia untuk mengetahui hal-hal di luar kemampuannya. Ogoh-ogoh merupakan salah satu dari wujud simbol tersebut, yang dimanfaatkan sebagai simbol buta-kala (buta/ruang dan kala/ waktu). Mengekspresikan bumi dalam wujudnya sebagai buta kala, diberi peRsembahan berupa tawur, caru, dan yang sejenisnya, merupakan ungkapan rasa terima kasih manusia kepada Hyang Pencipta, atas kemurahan-Nya menyediakan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan manusia. Bagi kalangan anak muda dan remaja, membuat ogoh-ogoh dengan berbagai upakara dan upacaranya termasuk kegiatan yadnya pula, yang intinya membangun keseimbangan alam makro (bhuana agung) dan alam mikro (bhuana alit). Untuk itu, membuat dan mengarak ogoh-ogoh dapat dimaknai sebagai upaya nyomya buta-kala/ alam semesta atau membangun keseimbangan alam yang disharmonis karena ulah manusia juga. Tetapi jangan sama sekali menjadikan momen membuat dan mengarak ogohogoh tersebut untuk melampiaskan emosi dendam dan yang sejenisnya, sehingga melahirkan makna yang sebaliknya. Pelaksanaan buta yadnya yang digelar setiap tahun sekali tepatnya pada Tilem Kesanga, bertujuan untuk menetralisasi kekuatan semesta alam agar perputarannya menjadi harmonis kembali. Kemudian pengekspresian ogoh-ogoh sebagai wujud Buta Kala dengan berbagai penampilan wajahnya yang menakutkan berupa, Kala, Kali, Dengen, Paisaca, Raksasa dan yang sejenisnya, semuanya itu sebagai simbol dari ruang (buta) dan waktu (kala). Hal. 19 Kehancuran

DI Denpasar saja tercatat 680 ogoh-ogoh siap diarak keliling masing-masing desa adat atau banjar adat. Jumlah ini belum terhitung jenis ogoh-ogoh ukuran sedang dan kecil yang biasa dibuat oleh sekaa satu gang atau tempekan. Kita bisa lihat setiap malam menjelang Nyepi, balai banjar di Denpasar dan kabupaten lainnya tak pernah sepi dari kreativitas remajanya membuat ogoh-ogoh. Hal. 19 Pertanda Baik

Ogoh-ogoh yang Masuk Nominasi di Kota Denpasar

Cegah Gesekan, Larang Lewati Desa Pakraman

SEMUA komponen memberi atensi menjelang malam pangerupukan serangkaian hari raya Nyepi Tahun Saka 1938, Selasa (8/3) nanti. Malam itu dipastikan diramaikan dengan iring-iringan pengusung ogoh-ogoh. Untuk mencegah terjadinya aksi keributan, pawai ogoh-ogoh dipusatkan di masing-masing desa pakraman. Dengan kata lain, pawai dilarang melewati batas wilayah desa pakraman. Pihak Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Buleleng juga sudah mengingatkan seluruh klian desa agar menugaskan pecalang untuk melakukan pengamanan malam pangerupukan. Hal itu diungkapkan Ketua MMDP Dewa Putu Budarsa ditemui di Singaraja, Sabtu (5/3) kemarin. Lebih jauh, Budarsa mengatakan, iring-iringan ogoh-ogoh pada malam pangerupukan rawan akan terjadi aksi keributan. Mencegah agar kekhawatiran itu tidak terjadi, seluruh klian desa diingatkan untuk memberikan pengarahan kepada kelompok pemuda atau warga yang akan melakukan ritual pangerupukan agar mengikuti batas-batas wilayah di lingkungan desa pakraman masing-masing. Klian desa pakraman juga diminta untuk menugaskan pecalang yang tidak hanya mengamankan jalannya malam pangerupukan di desa pakraman masing-masing, namun juga memberikan petunjuk batas-batas desa, sehingga ritual pangerupukan bisa berjalan dengan lancar, aman, dan tidak dicederai oleh aksi kriminalitas. Selain itu, kelompok pengusung ogoh-ogoh diimbau agar tidak mengonsumsi minuman keras (miras -red). Hal ini penting karena pengusung yang sudah terpengaruh alkohol, bisa saja memicu terjadinya aksi kributan antarkelompok. Hal. 19 Tanpa Alkohol

@balipostcom http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764 Faksimile: 227418

Ogoh-ogoh Tak Harus Mahal Sudah menjadi tradisi masyarakat Bali menunggu-nungu malam pangerupukan, sehari menjelang hari Nyepi. Ribuan ogoh-ogoh di Bali akan menyemarakkan malam pangerupukan, Selasa (8/3) mendatang.

@balipostcom (3,9rb Follower) http://twitter.com/balipostcom

1. KECAMATAN DENPASAR UTARA : Sekaa Teruna

Banjar

ST. Belaluan Sadmerta Belaluan Sadmerta ST. Kebon Sari Tangguntiti ST. Dharma Bakti Mandala Petangan Gede ST. Panca Kumara Tatasan Kaja ST. Bayu Kumara Umadesa ST. Cantika Sedana Merta ST. Gita Puspa Lumintang ST. Werdhi Yowana Tampak Gangsul

Desa/Kelurahan Ket. Nilai Dangin Puri Kauh Tonja Ubung Kaja Tonja Peguyangan Kaja Ubung Dauh Puri Kaja Dangin Puri Kauh

I II III IV V VI VII VIII

88 83 82 80 78 77 76 75

Ket. Nilai

2. KECAMATAN DENPASAR TIMUR :

TERBAIK- Ogoh-ogoh Boma Pralaya STT Dharma Putra Br. Pande terbaik I di Denpasar.

SekaaTeruna

Banjar

Desa/Kelurahan

ST. Dharma Putra ST. Yowana Werdhi ST. Yowana Dharma Kretih ST. Dharma Cita ST. Yowana Kusuma Sari ST. Eka Dharma Canti ST. Yowana Jaya ST. Mekar Sari

Pande Batan Buah Kedaton Kesiman Abiankapas Tengah Batan Poh Yangbatu Kauh Lebah Kesambi

Sumerta Kaja I Kesiman II Kesiman Petilan III Sumerta IV Penatih V Dangin Puri Kelod VI Sumerta Kaja VII Kesiman Kertalangu VIII

96 90 89 88 87 85 83 81

Sumber/Disbud Kota Denpasar

Masih Banyak Terbuat dari ”Styrofoam” BPM/sue

PEMBUATAN ogoh-ogoh menjelang hari raya Nyepi sangat marak dilakukan masyarakat Bali, khususnya generasi muda. Setiap balai banjar pasti terdapat boneka raksasa ini. Di balik itu, bahan yang digunakan dalam pembuatannya tak lagi seluruhnya ramah lingkungan. Pola anyaman dari bambu perlahan ditinggalkan dan beralih menggunakan styrofoam. Lalu apakah alasan peralihan itu? Di Bangli, ogoh-ogoh salah satunya marak ditemui di Desa Tamanbali. Sejumlah banjar sudah membuat boneka raksasa dengan

berbagai karakter itu sejak satu bulan lalu, bahkan ada yang lebih. Setelah diamati lebih jauh, bahan yang digunakan untuk ogoh-ogoh tersebut tak lagi seluruhnya alami. Beberapa di antaranya menggunakan styrofoam. Padahal, menurut informasi, itu sangat berbahaya untuk lingkungan hidup. Ketua Karang Taruna Satya Narmada Taman Bali, Pande Putu Santiana, Sabtu (5/3) kemarin, menjelaskan menjelang Nyepi, pemuda setempat rutin membuat ogoh-ogoh. Bahkan tahun lalu, dipentaskan dalam bentuk parade. Tak ditampik pula, bahan ogoh-ogoh

ini sudah ada yang beralih ke styrofoam. “Yang menggunakan bambu berupa ulatan masih ada. Tapi lebih banyak yang memakai styrofoam,” ujarnya. Penggunaan styrofoam ini, kata dia, mulai marak sejak empat tahun lalu. Alasannya, karena proses pembuatannya lebih mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama. “Kalau styrofoam lebih mudah membentuknya. Kalau bambu lumayan sulit. Mungkin itu yang menyebabkan terjadinya peralihan,” terangnya. Hal. 19 Biaya Besar

Di Badung dan Denpasar

Makin Marak, Ogoh-ogoh Tolak Reklamasi Masih ingat pada malam pangerupukan Nyepi tahun lalu saat STT Sadharana Dharma, Banjar Pelasa, Kuta membuat kejutan dalam pawai ogoh-ogoh? Di tengah-tengah pawai, para anggota STT tiba-tiba mengibarkan layar bertuliskan “Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi”. Mau tak mau, penonton pawai yang di antaranya terdiri dari mantan Bupati Badung Anak Agung Gde Agung, jajaran DPRD Badung, serta Jro Bendesa Adat Kuta ini pun membaca aspirasi penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh masyarakat itu.

TAHUN ini, semangat penolakan reklamasi Teluk Benoa justru semakin banyak. Buktinya, ada lebih banyak lagi sekaa teruna, pemuda dan banjar membuat ogoh-ogoh yang terang-terangan membawa pesan tolak reklamasi Teluk Benoa. Tema ogoh-ogoh hampir sama, terkait kemarahan Dewa Baruna dengan adanya rencana reklamasi. Sebut saja Basegreen atau gabungan warga banjar dan pemuda di Abianbase, Kuta, Badung. Basegreen membuat ogoh-ogoh yang sangat unik karena berbentuk tangan terkepal memegang ekskavator. Ogoh-ogoh ini diberi nama “Sang Baruna”. Perwakilan Basegreen, Eka Bowtix mengatakan, ogohogoh “Sang Baruna” adalah perwujudan tangan Sang

Baruna yang tidak ingin ibu pertiwi digali dan diuruk di sana-sini. “Muncullah tangan Sang Baruna menghancurkan alatalat berat yang ingin mengeruk ibu pertiwi dan merusak alam di sekitarnya,” ujarnya. Di Banjar Kancil, Kerobokan, Kuta Utara, STT Eka Dharma Canthi membuat ogoh-ogoh berjudul “Sang Jogormanik Tolak Reklamasi”. Ketua STT, I Komang Sukrawijaya mengatakan tidak hanya ingin melestarikan budaya lewat pembuatan ogohogoh. Tapi juga membantu gerakan Bali Tolak Reklamasi sesuai dengan panggilan jiwa. Terlebih, Desa Adat Kerobokan sudah menyatakan sikap resmi menolak rencana menguruk Teluk Benoa seluas 700 hektar itu. Hal. 19 Bawa Spanduk

BPM/rin

TOLAK REKLAMASI- Ogoh-ogoh milik Br. Buana Kubu bertema Baruna Kroda menolak reklamasi.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 06 Maret 2016 | Balipost.com by e-Paper KMB - Issuu