Edisi 04 Mei 2011 | Balipost.com

Page 3

KOTA

Rabu Paing, 4 Mei 2011

3

Ketiduran, Uang Penunggu Pasien Diembat Maling Denpasar (Bali Post) Masih ada orang yang mengambil kesempatan di tengah kesusahan orang lain. Nasib malang atas kejadian tersebut menimpa salah satu penunggu pasien RS Sanglah, Kadek Eri (18) asal Blatungan, Pupuan, Tabanan. Eri kehilangan uang sekitar Rp 3,5 juta saat sedang menunggu keluarganya yang sakit di RS Sanglah. Kejadiannya berlangsung Selasa (3/5) dini hari. Eri ketiduran di ruang tunggu pasien ICU IRD di samping Ruang Ratna. Eri menggunakan tas pinggangnya sebagai bantal. Di dalam tas tersebut ada uang tunai Rp

3,5 juta, 3 HP, SIM, STNK dan KTP. Namun sekitar pukul 02.00 wita, Eri terbangun dan menyadari tas yang ia gunakan sebagai bantal raib. Panik, Eri kelimpungan mencari tasnya namun ternyata tidak bisa ditemukan. Ia kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Pos Satpam RS Sanglah sekitar pukul 09.00 wita. Kepala Instalasi Keamanan dan Ketertiban Lingkungan RS Sanglah Ferry Dwiyanto membenarkan kasus kehilangan tersebut dan sudah diteruskan ke pihak kepolisian. Sayangnya aksi pencurian tidak tertangkap oleh CCTV karena lokasi tempat Eri tidur jauh

dari jangkauan CCTV yang dipasang untuk memantau ruang tunggu ICU IRD. Penunggu pasien gawat di RS Sanglah terutama yang dirawat di ICU maupun ICCU memang sering menjadi target pelaku pencurian. Mereka diduga selalu membawa uang tunai untuk berjaga-jaga jika ada resep yang harus ditebus. Sistem pasien rawat inap biasa dan ICU/ICCU, menurut Ferry, memang sedikit berbeda. Bagi pasien ICU/ICCU obatnya diresepkan dan langsung ditebus oleh keluarga di apotek, jadi tidak direkap biayanya seperti pasien rawat inap biasa. (san)

Bali Post/edi

KAPAL - Beberapa personel Angkatan Laut Amerika merapatkan Kapal Perang USS Guardian (Mcm-5) tipe kapal penangkal ranjau di Pelabuhan Benoa, Selasa (3/5) kemarin. Kapal USS Guardian (Mcm-5) yang membawa 20 perwira dan 86 awak melakukan kunjungan wisata di Bali, melaksanakan latihan bersama dan mengadakan kerja sama keamanan di wilayah Indonesia.

Residivis Spesialis Rumah Kos Diringkus Denpasar (Bali Post) Aparat kepolisian rupanya tidak hanya menangani kasus yang telah masuk laporan, tetapi juga tetap melakukan atensi wilayah setiap saat. Bahkan, penjahat yang di-TO (target operasi) menjadi incaran utama. Seperti yang dilakukan pasukan Reskrim Polsek Denpasar Selatan (Densel) di bawah komando Kanit Iptu Pandji Ramadhan. Pasukan buser Polsek Densel akhirnya

berhasil menangkap garong asal Pegayaman, Buleleng, yang telah menjadi TO sejak lama. Pelaku merupakan residivis kasus pencurian spesialis rumah kos. Mereka adalah Apip Purahman (25), warga Jalan Pulau Bungin, Denpasar dan Saiful Rahman (25), warga yang tinggal di Jalan Gunung Soputan, Denpasar. Kedua garong ini dibekuk di tempat yang berbeda, Jumat (29/4) lalu. Kini,

Bali Post/jay

DIINTEROGASI - Dua tersangka pencurian spesialis rumah kos, tersangka Apip Purahman (paling kiri) dan Saiful Rahman (tengah), ketika diinterogasi penyidik Polsek Densel, Selasa (3/5) kemarin.

kedua pelaku telah ditahan dan sudah mengaku beraksi di dua TKP. ‘’Tersangka Apip sebagai pemetik, sedangkan tersangka Saiful sebagai penadah,’’ jelas Kapolsek Densel AKP Leo M. Pasaribu, S.IK., Selasa (3/5) kemarin. Kapolsek Leo mengatakan, dua TKP yang diakui tersangka yakni berada di Jalan Jangkong Sari, Kuta dan Jalan Gunung Soputan Gang Subali, Denpasar. Dari dua TKP itu, tersangka berhasil menjarah enam buah ponsel. Pencurian itu dilakukan tersangka Apip pada 26 April 2011. Selanjutnya, hasil jarahannya diberikan kepada tersangka Saiful dan bakal dijual dengan harga miring. ‘’HP dijual dimulai dengan harga Rp 300 - 800 ribu,’’ jelasnya. Tersangka Apip, kata mantan Kasat Reskrim Polres Tabanan ini, merupakan residivis kasus pencurian. Tersangka yang mengaku tidak punya pekerjaan ini sudah dua kali masuk LP. Pertama dia tertangkap oleh petugas Polres Jembrana karena mencuri ponsel. Kedua, tersangka dibekuk pasukan Polresta Denpasar karena kasus serupa. ‘’Tahun 2006 disel di LP Jembrana, sedangkan tahun 2008 ditahan di LP Kerobokan,’’ ucapnya kepada awak media, kemarin. (kmb21)

Sidang Penggelapan di PT PAR

Dino Tak Dapat Keuntungan Denpasar (Bali Post) Kasus penggelapan dan penipuan yang terjadi di PT Puri Artha Renon (PAR) dengan terdakwa Agus Santosa terus berlanjut. Pada persidagan Selasa (3/5) kemarin giliran saksi korban Daniel Dino Dinata yang dihadirkan. Tak jauh beda dengan kesaksian Eddy Leo, Dino mengatakan tidak mendapatkan apa-apa dari investasi saham yang dijanjikan terdakwa Agus. Di depan persidangan PN Denpasar, Dino mengaku telah kenal dengan Agus sejak 2002 silam. Pada Agustus 2007, terdakwa menawarkan investasi tanah. ‘’Ketika itu, Agus beberapa kali datang bersama istrinya untuk menawarkan investasi tanah di Badak Agung untuk dibuat peruma-

han,’’ ungkap Dino. Karena tertarik, Dino mau menginvestasikan uangnya yang nantinya dijadikan dalam bentuk saham di PT Agus. Ketika itu, PT PAR belum didirikan. Akhirnya, Dino pun sepakat menginvestasikan uangnya sebesar Rp 3,4 miliar. Selain untuk membeli tanah, dana tersebut juga sekaligus untuk dana operasional. Penyerahan dana sebesar itu dilakukan bertahap dan pada tahap pertama Dino menyerahkan Rp 1 miliar. ‘’Tanah di Badak Agung seluas 2 hektar dibeli setelah saya menyerahkan Rp 1 miliar,’’ kata Dino di depan majelis hakim. Diungkapkan pula, Dino sebenarnya memiliki saham 15

persen. Kemudian dia menyerahkan 5 persen kepada seorang stafnya 5 persen. Ketika ditanyakan, mengapa mereka tidak tertera dalam akta pendirian, terdakwa terus mengulur waktu dan mengatakan masih diurus. Namun, pada April 2008, terdakwa Agus justru mengatakan akan membeli saham Dino beserta keuntungannya sebesar Rp 12 miliar. Dino pun pernah diberikan kepastian, bahwa dia akan diberikan keuntungan. Ada yang menarik diungkapkan saksi Dino. Diungkapkan, istri terdakwa Agus, Laviana Sinarta, cukup dominan di PT PAR. Bahkan, dalam sejumlah keputusan penting, dia lebih dominan dibandingkan dengan suaminya. (kmb)

Perampokan PRT

Pelaku Acungkan Besi Bukan Pistol Denpasar (Bali Post) Aksi perampokan yang terjadi di sebuah rumah di Jalan Dewata I No. 33, Denpasar Selatan, hingga kini masih didalami penyidik Polsek Denpasar Selatan (Densel). Sejauh ini, penyidik belum berhasil mengidentifikasi siapa pelaku perampokan yang berjumlah empat orang tersebut. Tak hanya itu, penyidik juga memfokuskan penyidikan terkait senjata yang digunakan untuk menodong korban. Untuk memastikan apakah memang benar pelaku mengacungkan pistol, penyidik melakukan pemeriksaan terhadap korban Ni Putu Ardiyanti — pembantu rumah tangga (PRT) di rumah tersebut. Saksi Ardiyanti pun dihadirkan di Polsek Densel untuk dimintai keterangan. Termasuk juga, penyidik menujukkan sejumlah senjata yang diduga mirip dengan apa yang digunakan para pelaku. Sejumlah senjata yang ditunjukkan penyidik kepada saksi di antaranya pistol, pisau belati, gunting kawat, alat congkel, besi yang digunakan untuk membuka roda mobil, kapak dan lainnya. Akan tetapi, setelah ditujukkan benda-benda itu, saksi menunjuk besi yang digunakan untuk membuka roda mobil.

Ternyata, pelaku mengacungkan besi yang ditunjuk itu saat kejadian berlangsung. Kuat dugaan, besi tersebut digunakan untuk mencongkel pintu rumah. Pelakunya tidak ada yang menggunakan pistol. ‘’Hal itu kami ketahui setelah kami menujukkan sejumlah benda kepada saksi. Ternyata, yang digunakan pelaku sebuah besi, bukan pistol,’’ tegas Kapolsek Densel AKP Leo M. Pasaribu, S.IK., Selasa (3/5) kemarin. Kapolsek Leo menambahkan, keterangan saksi kepada penyidik sempat berbeda dengan apa yang disampaikan ke awak media. Untuk itu, pihaknya menghadirkan saksi supaya jelas terkait senjata

yang dibawa para pelaku. Sebab, jika dikatakan senjata yang diacungkan merupakan pistol dan ternyata bukan, itu berdampak kepada psikologi masyarakat luas. Seperti berita sebelumnya, empat perampok masuk ke rumah milik Tedy Supriyanto di Jalan Dewata I No. 33, Denpasar Selatan, pukul 10.15 wita. Para pelaku dipergoki pembantu rumah tangga Ardiyanti. Para pelaku pun sempat mengacungkan senjata ke arah korban dan mereka langsung kabur. Wanita yang sedang hamil lima bulan ini mengejar hingga keluar rumah, namun pelaku keburu kabur kea rah timur. (kmb21)

K.0000988-rpa

Sidang Lima Dosen ISI

Keterangan Saksi Berbeda Denpasar (Bali Post) Sidang dengan dakwaan memberikan keterangan palsu di bawah sumpah dengan terdakwa lima dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Gusti Ayu Ketut Suandewi (45), Ketut Suteja (49), Ketut Karyana (55), Ketut Darsana (49) dan Dr. Nyoman Catra (56), Selasa (3/5) kemarin memanas. Hal ini terjadi ketika pemeriksaan saksi Rinto Widiarto. Pasalnya, saat diperiksa saksi telah memberikan dua keterangan yang berbeda. Di depan majelis hakim yang dipimpin Agus Subekti, S.H. tersebut saksi membenarkan pernah diperiksa sebagai saksi dalam perkara korupsi dana hibah B-Art dengan terdakwa Direktur Eksekutif LPIU I Nyoman Suteja dan bendaharanya, I Nyoman Sanggra. Dalam sidang tersebut saksi menyatakan Rektor ISI Prof. Dr. Wayan Rai S. ikut hadir memimpin rapat pada 9 November 2007 silam. Di mana pada rapat itu, Prof. Rai yang mempunyai inisiatif dan memerintahkan pemotongan

dana hibah B-Art sebagai dana pendamping dan pajak karena dana pendamping dari gubernur tidak turun. Selain Rektor, menurut saksi, juga hadir Pembantu Rektor (PR) II I Gede Arya Sugiarta serta para pemenang hibah. ‘’Saat itu memang benar saya telah memberikan keterangan seperti itu,’’ ujar pria yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Seni Tari tersebut. Keterangan saksi tersebut berbeda dengan keterangan yang disampaikannya saat menjadi saksi dalam perkara

dugaan memberikan keterangan palsu di bawah sumpah dengan terdakwa lima dosen ISI Denpasar. Di depan majelis hakim, saksi menyatakan dalam rapat yang digelar di lantai dua gedung rektorat, Prof. Rai tidak ada memimpin rapat. Yang hadir hanya PR II bersama para pemenang hibah. Keterangan saksi ini telah memantik emosi kuasa hukum terdakwa, Suryadarma S.H. ‘’Saya bingung dengan keterangan saksi yang penuh rekayasa ini,’’ terang Suryadarma.

Suryadarma pun meminta ketegasan saksi dalam memberikan keterangan, apalagi saksi sebelum dimintai keterangan sudah disumpah. Mendengar hal itu, saksi pun menegaskan keterangannya yang benar adalah yang disampaikannya saat ini. Keterangan yang hampir sama juga dilontarkan saksi I Gede Arya Sugiarta. Saat diperiksa, saksi mengaku pernah ikut dalam rapat pada 9 November 2007. Kehadirannya dalam rapat tersebut adalah untuk mewakili Rektor Prof. Rai karena yang bersangkutan tidak ada di tempat melainkan pergi ke Jakarta untuk menghadap Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Menurut saksi yang memimpin rapat saat itu adalah I Nyoman Suteja selaku Direktur LPIU. (kmb)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.