No. 193 tahun III
8 Halaman
Selasa, 27 Oktober 2009
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Lagi, IHSG Turun JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin, dibayangi tahap konsolidasi dengan tren masih berpeluang naik. Analis Indomitra Securities David Ferdinandus kepada Antara di Jakarta, kemarin mengatakan, sentimen regional dan global masih belum menunjukkan pengaruh yang signifikan pada pergerakan indeks BEI. IHSG BEI ditutup melemah tipis 0,240 poin (0,001 persen) ke posisi 2.467,71, sedang indeks kelompok 45 saham unggulan (LQ45) juga melemah 0,114 poin (0,01 persen) ke posisi 484,983. Kondisi ini telah membuat jumlah saham yang menguat hanya 66 dibandingkan yang melemah 106 jenis saham, sedangkan 85 tidak bergerak harganya. “Kalau bursa global dan regional plus minus masih kecil, saya kira IHSG masih akan konsolidasi,” imbuhnya. Ia menambahkan, pasar masih akan didorong oleh fundamental emiten yang baik, seperti dari hasil laporan kuartal ketiga 2009 sebagian besar menunjukkan positif. Selain itu tambah dia, turunnya indeks Dow Jones Jumat malam yang signifikan menjadi berita negatif. Transaksi saham yang terjadi sebanyak 70.455 kali dengan jumlah saham yang berpindah tangan mencapai 7,437 miliar lembar dan nilai Rp 2,239 triliun. (ant)
APBN Mungkin Berubah JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan terdapat kemungkinan penggunaan mekanisme APBN Perubahan pada tahun 2010 jika terdapat hal-hal yang sangat terdeviasi (berbeda) dengan yang diasumsikan atau dikalkulasi dalam APBN 2010. “Dalam hal ini pemerintah dan DPR bisa melihat apakah perubahan itu memberikan dampak pada seluruh postur APBN atau beberapa elemen saja,” kata Menkeu di Jakarta, kemarin. APBN 2010 sudah menyediakan dana cadangan resiko fiskal sebesar Rp 8,6 triliun untuk mengantisipasi kemungkinan adanya perbedaan berbagai asumsi APBN 2010 dengan perkembangan yang terjadi. “Namanya cadangan risiko fiskal bisa lebih tinggi, bisa juga lebih rendah. Ini berkaitan dengan berbagai asumsi dalam APBN seperti kurs, harga minyak, inflasi, dan growth,” katanya. Ia menyebutkan, dana cadangan resiko fiskal memang mewadahi adanya kemungkinaan perbedaan asumsi dengan perkembangan yang terjadi. “Walaupun pemerintah dan DPR membuat asumsi/prediksi seakurat dan setepat mungkin dalam menyusun APBN, akan selalu muncul hal-hal yang tidak bisa 100 persen dipredikasi,” katanya. Yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah perkiraan bahwa pada 2010 akan terjadi pemulihan ekonomi. Namun seberapa cepat, bagaimana implikasinya terhadap pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar, merupakan prediksi yang perlu diperhatikan. (ant)
KURS RUPIAH 9.000
9.480 9.500
9.430
9.435
10.000 22/10
23/10
26/10
Bisnis Jakarta/ant
PENGELOLAAN KEUANGAN - Menkeu Sri Mulyani Indrawati (kiri) didampingi Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Joachim von Amsberg usai seminar internasional pengelolaan keuangan publik, di Jakarta, kemarin. Forum yang diikuti 12 negara tersebut merupakan ajang transfer pengetahuan pengelolaan keuangan publik.
Menteri Perindustrian Janjikan
Genjot Pertumbuhan Industri JAKARTA - Menperind MS Hidayat mengatakan, pihaknya dalam 100 hari ini menyiapkan berbagai kebijakan yang akan mendorong pertumbuhan industri berada di atas pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). “Kebijakan dalam 100 hari ini diarahkan bisa meningkatkan pertumbuhan industri kita dalam 5 tahun mendatang,” kata MS Hidayat di Jakarta, kemarin. Ia menyebutkan, kemarin pihaknya menggelar rapat untuk mengidentifikasi regulasi apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan industri. “Rabu nanti akan kita
laporkan kepada Wapres program 100 hari ini, nanti jam 13.00 saya rapat tentang hal tersebut,” katanya. Ia menyebutkan, pihaknya akan membahas regulasi yang diperlukan, identifikasi sektor industri yang mengalami penurunan dan peningkatan, industri yang dapat menghasilkan devisa. “Juga dibahas industri yang kapasitasnya harus ditingkatkan, pengembangan industri rakyat di daerah tertinggal,” katanya. Menurut dia, pengembangan industri rakyat di daerah tertinggal kemungkinan masih memerlukan waktu karena penyediaan
infrastruktur pendukung terutama listrik memerlukan waktu. “Saya diminta untuk membuat revitalisasi industri selama 5 tahun ke depan,” katanya. Ia menyebutkan, kebijakankebijakan dalam 100 hari ini diharapkan bisa memacu pertumbuhan industri hingga mencapai 1-2 persen di atas PDB atau mencapai sekitar 7-8 persen. Sementara, ekonom UI Faisal Basri menyatakan, revitalisasi industri harus melibatkan perbankan dalam pembiayaan karena kalau hanya mengandalkan dana dari APBN tidak akan memadai. “Intinya dari perbankan,
dana revitalisasi Rp 350 miliar dari APBN tidak akan ada artinya. Itu hanya cukup untuk membuat jalan tol beberapa km saja,” kata Faisal. Menurut dia, dana revitalisasi industri di APBN memang masih diperlukan untuk membantu industri-industri kecil yang memerlukan bantuan. Sementara untuk revitalisasi industri memerlukan dukungan dari perbankan dengan jumlah dana yang relatif besar. “Di masa lalu dukungan perbankan untuk industri mencapai sekitar 40 persen, sekarang tinggal 14 persen saja,” katanya. Menurut dia, industri besar
akan berkembang dengan baik asal ada akses pembiayaan ke perbankan yang lebih baik. “Ekspansi kredit sudah mulai terjadi mulai Juni 2009, tapi ada kebijakan pemerintah dan BI yang tidak kondusif,” katanya. Ia mencontohkan, pemerintah banyak tarik pajak dari masyarakat tetapi seret mengeluarkannya sehingga peredaran tidak jalan. Sementara kebijakan moneter masih ketat yang terbukti dari pertumbuhan uang beredar yang negatif. “Ini yang menyebabkan suku bunga tinggi, makanya perlu koordinasi fiskal dan moneter,” katanya. (ant)
Audit Bank Century
Akhir Tahun Kelar JAKARTA - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menargetkan pemeriksaan atau audit tentang Bank Century akan dirampungkan akhir tahun 2009 ini. “Kita berusaha secepatnya, karena kalau kelamaan kita juga tidak nyaman,” ujar Ketua Tim Audit Bank Century Hasan Bisri di Jakarta, kemarin. Meskipun begitu, pihaknya tidak bisa menjamin 100 persen keseluruhan audit akan selesai pada waktu yang ditargetkan tersebut. “Itu (akhir 2009-red) pun saya belum bisa jamin,” tukasnya. Menurut Hasan, proses auditing tidak sama dengan pemeriksaan kasus biasa karena membutuhkan waktu yang lebih lama. Sementara itu BPK menegaskan, pihaknya tidak akan terpengaruh oleh pendapat institusi lain. Termasuk pernyataan Kejaksaan Agung
yang menyatakan tidak ada unsur pidana dalam pengucuran dana Rp 6,7 triliun untuk bailout Bank Century. “Saya kira itu kewenangan kejaksaan. Kami audit jalan terus dna kami bisa punya pendapat sendiri,” tegasnya. Selain itu, Hasan juga menyatakan BPK memiliki standar sendiri sehingga menghasilkan pendapat dan rekomendasi yang berbeda dengan institusi lain. “Kita punya standar sendiri. Kita punya catatan audit, dokumen, kita punya bukti, bisa saja kita beda pendapat dengan kejaksaan,” ujarnya. Dia juga mengatakan, BPK tidak akan melakukan komunikasi dengan Kejaksaan Agung terkait kasus Bank Century. Menurut dia, hal ini dilakukan untuk menghindari bias yang dapat terjadi dalam hasil pemeriksaan. (fel)
Bisnis Jakarta/ant
PROPERTI - Pengunjung mengamati maket perumahan pameran properti Real Real Estat Ekspo di Jakarta, kemarin. Diperkirakan, penjualan properti semester II 2009 akan tumbuh hingga 20 persen.
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Satria Naradha, Wakil Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Nariana Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Ahmadi Supriyanto (Koordinator Liputan), Suharto Olii, Indu P Adi, Achmad Nasrudin, Hardianto, Darmawan S Sumardjo, Heru B Arifin, Asep Djamaluddin, Ade Irawan, Ipik Tanoyo, Bambang Hermawan, Fellicca, Aris Basuki (Bogor), Rina Ratna (Depok). Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D.Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602 Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Bisnis Media Nusantara, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.