No. 34 tahun V
8 Halaman
Senin, 21 Februari 2011
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Redaksi/Sirkulasi/Iklan: GEDUNG PERS PANCASILA Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Selatan Jakarta Pusat. Tlp: 021 - 5357602 (Hunting) Fax: 021 - 53670771
Bisnis Jakarta/ant
FLY OVER - Pembangunan Jalan layang Tanah Abang - Kampung Melayu sepanjang 3,5 km senilai 60 milyar rupiah ini ditargetkan selesai tahun 2012 dan diharapkan dapat mengurai kemacetan di sepanjang Jalan Satrio - Jalan KH Mas Mansyur.
Inflasi Inti Sulit Diturunkan BANDUNG - Bank Indonesia menilai permintaan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu yang meminta penurunan inflasi inti pada 2011 di bawah 3 persen sulit dipenuhi mengingat dampaknya terhadap kenaikan suku bunga. “Kalau inflasi inti ditekan di bawah 3 persen, BI rate harus dinaikkan tak bisa cuma 6,75 persen. Apakah yang lain mau, jangan nanti BI yang disalahkan karena kalau suku bunga dinaikkan pertumbuhan ekonomi akan turun,” kata Ketua Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebi-
jakan Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Endy Dwi Tjahyono di Padalarang, Bandung, Sabtu kemarin. Dikatakannya, inflasi inti pada 2011 diperkirakan sebesar 5 persen atau naik dibanding inflasi inti pada 2010 sebesar 4,1 persen sehingga dengan perkiraan inflasi dari volatile food dan administered price sebesar 1 persen, maka target inflasi seluruh tahun sesuai target 6 persen. “Inflasi inti 5 persen tidak terlalu tinggi sehingga dengan tambahan 1 persen dari
kebaikan indeks harga konsumen (IHK) maka inflasi sekitar 6 persen. Dan dengan demikian pertumbuhan ekonomi bisa 6,5 persen,” katanya. Dikatakannya, jika pemerintah ingin pertumbuhan ekonomi meningkat menuju 7 persen maka inflasi tidak bisa diturunkan terlalu rendah sehingga yang tepat adalah berusaha menyeimbangkan penurunan inflasi dengan target mendorong pertumbuhan. Endy menegaskan tingginya inflasi belakangan ini lebih disebabkan kenaikan IHK akibat kenaikan harga pangan se-
LDR Bank Diperkirakan Naik Rupiah Menguat
Selama Sepekan JAKARTA - Mata uang Rupiah pada akhir pekan melanjutkan rally selama pekan kemarin, penguatan berada di level Rp 8.800 terpicu oleh kembali masuknya dana asing ke dalam negeri. Kurs mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antarbank Jakarta pada Jumat sore kembali melanjutkan penguatan sebesar 10 poin ke posisi Rp8.852 dibanding sebelumnya yang sebesar Rp8.862. Analis pasar uang Ahmad Riyadi di Jakarta, Jumat mengatakan, AS akan menaikkan investasinya di Indonesia dan menjadi investor dan perdagangannya terbesar di Indonesia. Hal itu akan memicu investor dari negara lain akan datang ke Indonesia untuk menempatkan dananya di dalam negeri. “Indonesia saat ini akan terus mengembangkan infrastruktur, dengan infrastruktur yang memadai Indonesia akan terus tumbuh ekonominya,” kata dia. Pergerakan mata uang dolar AS yang tertekan terhadap mata uang Euro dan mata uang kawasan Asia menjadi sentimen positif untuk mata uang Rupiah kembali melanjutkan penguatan. “Dolar AS mendapat sentimen negatif karena berita kenaikan harga konsumen pada Januari memberi sinyal inflasi disana akan tinggi, hal ini dimanfaatkan bagi Rupiah untuk lanjutkan penguatan,” kata dia. Ia mengatakan, kurs mata uang dalam negeri di prediksi masih akan terus menguat, seiring kembali maraknya investor asing yang menempatkan dananya di pasar saham, ditandai dengan posisi IHSG yang bergerak menguat. (ant)
KURS RUPIAH 8.858
8.500
8.904 8.977
9.000
9.500 16/2
17/2
20/2
JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan rasio penyaluran kredit perbankan dibanding dana masyarakat (loan to deposit ratio/LDR) pada 2011 akan meningkat mengingat tingginya pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibanding dana pihak ketiga (DPK). “LDR akan naik di 2011 karena pertumbuhan kredit akan naik tinggi, sementara DPK akan turun,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Muliaman D Hadad, di Jakarta. Menurutnya, pertumbuhan kredit pada 2011 diperkirakan akan mencapai lebih dari 24 persen sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB) yang disampaikan bank ke BI. “Perkiraan-
nya kredit akan naik di atas 24 persen, lebih tinggi dari pada tahun lalu sebesar 23,6 persen. Ini wajar karena didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 6,5 persen,” kata Muliaman. Sementara DPK, katanya, diperkirakan hanya akan tumbuh 15,1 persen karena perbankan mulai mengurangi pengumpulan dana mengingat masih besarnya dana yang mereka kelola. “Bank masih punya likuiditas yang besar, jadi tidak perlu tambahan dana lagi untuk peningkatan penyaluran kredit,” katanya. Dari perkiraan ini, lanjutnya, BI telah membuat analisis untuk melihat kemampuan mas-
ing-masing bank menerapkan rencana bisnisnya yang tidak membahayakan likuiditas bank tersebut. “Kita harus memastikan perbankan bisa meningkatkan kreditnya untuk mendorong perekonomian, tetapi juga tidak mengganggu tingkat keamanannya. Dari stress test BI, semua bank dalam keadaan bagus,” katanya. Ditambahkannya, kondisi perekonomian Indonesia pada tahun ini akan membaik, meski masih terganggu perekonomian dunia yang pemulihannya berjalan dengan lambat. “Dengan kondisi demikin, kita optimis industri perbankan akan tumbuh lebih baik,” katanya. (ant)
BI Tak Atur Bunga Kredit Bank BANDUNG - Bank Indonesia menyatakan tidak bermaksud mengatur suku bunga kredit perbankan dalam kebijakan yang mewajibkan perbankan mengumumkan suku bunga dasar kredit mulai Maret mendatang. “BI tidak bermaksud mengatur suku bunga bank, karena bank bebas menentukan sendiri suku bunganya,” kata Peneliti Utama Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (DPNP) Bank Indonesia Suhaedi di Bandung, kemarin. Dijelaskannya, keputusan BI untuk mengharuskan bank mengumumkan SBDK bertujuan meningkatkan transparansi perbankan sebagai bagian dari penguatan tata kelola sehingga mendorong efisiensi sistem keuangan secara umum. “Tujuannya agar tata kelola lebih baik dan efisien sehingga bank sebagai tulang punggung perekonomian bisa lebih berdaya saing dengan yang lain,” katanya. Mengenai sanksi bagi bank yang tidak memuat secara benar SBDK-nya, BI akan memberi-
kan sanksi sesuai aturan terkait pemeriksaan bank sehingga setiap bank akan diperiksa apakah telah menyampaikan rincian SBDK-nya dengan benar atau tidak. Pengumuman SBDK bank, lanjut Suhaedi, juga akan menguntungkan nasabah perbankan karena bisa mengetahui secara mudah data posisi bunga kredit yang ditetapkan suatu bank yang harus diumumkan di media massa dan dipasang di kantorkantor bank. Dengan pengumuman SBDK ini, BI mengharapkan transparansi informasi SBDK akan mendorong bank menurunkan suku bunga kredit sehingga bisa makin memacu pertumbuhan sektor riil. “Nasabah bisa dengan mudah memilih bunga kredit yang lebih rendah sehingga bisa mendorong bank bersaing menurunkan suku bunganya,” katanya. Peneliti Eksekutif DPNP BI Anto Prabowo mengatakan sejak diumumkan September lalu tak banyak bank yang menolak program ini karena melihat banyak manfaatnya. (ant)
hingga seharusnya upaya penurunan inflasi lebih tepat dijalankan dengan membuat kebijakan di pertanian atau beras yang bisa meningkatkan produksi dan menurunkan harga. Untuk mengelola inflasi ini, kata Endi Pemerintah dan BI selalu melakukan koordinasi dalam Tim Pengelolaan Inflasi Pusat (TPIP) antara lain untuk mengkaji sumber-sumber inflasi, dan merespon masukan dari Tim Pengelolaan Inflasi Daerah (TPID). TPID, katanya sangat berperan penting untuk mengendalikan inflasi di daerah yang sela-
ma ini tidak pernah diperhatikan secara khusus, seperti dengan memutuskan kebijakan operasi pasar beras atau gula. TPID juga akan memberikan masukan kepada TPIP jika menemukan bahwa penyebab munculnya inflasi karena faktor infrastruktur yang tidak bagus. Jumlah TPID, katanya saat ini telah mencapai 53 tim, dengan target 66 tim di seluruh Indonesia yang akan dibentuk pada tahun ini, untuk menyesuaikan dengan jumlah kota yang dipakai BPS untuk menghitung IHK. (ant)
DPR Minta Penjelasan
Penyimpangan Proyek LOBP JAKARTA - Komisi VII DPR meminta penjelasan PT Pertamina (Persero) terkait dugaan penyimpangan proyek modernisasi pabrik pencampuran pelumas atau “lube oil blending plant” (LOBP) di Gresik, Jatim. Anggota Komisi VII DPR Satya W Yudha di Jakarta, Minggu mengatakan, pihaknya akan meminta penjelasan dugaan penyimpangan proyek LOBP Gresik yang dibangun PT Rekayasa Industri dalam kurun waktu 20072009 saat rapat dengar pendapat dengan Pertamina yang dijadwalkan pada Senin ini. “DPR berkepentingan mendengarkan penjelasan Pertamina atas dugaan penyimpangan dan dampaknya bagi keuangan Pertamina,” katanya. Komisi VII DPR telah mengundang direksi dan komisaris utama Pertamina dalam rapat dengar pendapat Senin ini. Menurut Satya, sebenarnya agenda rapat dengan Pertamina adalah membahas evaluasi kinerja tahun 2010 dan rencana tahun 2011. “Namun, kami pasti juga akan menyinggung proyek LOBP Gresik,” katanya. Hal senada dikemukakan Anggota Komisi VII lainnya, Achmad Rilyadi. Menurut dia, pihaknya ingin menge-
tahui atau mengklarifikasi pemberitaan media beberapa hari terakhir ini soal dugaan penyimpangan proyek LOBP Gresik tersebut. “Agenda rapat rutin ini kebetulan sejalan dengan keinginan Komisi VII DPR mengklarifikasi proyek tersebut,” ujarnya. Demikian pula pendapat Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PPP, M Romahurmuziy. Menurut dia, rapat dengan Pertamina tersebut merupakan bagian tugas pengawasan yang dilakukan DPR. Sebagai mitra Komisi VII DPR, Pertamina akan diminta penjelasan terkait evaluasi kinerja tahun 2010 dan program kerja tahun 2011. “Agenda adalah rapat pengawasan dan lain-lainnya termasuk progres LOBP Gresik,” katanya. Rencana rapat dengar pendapat Komisi VII DPR dengan Pertamina tersebut merupakan agenda yang tertunda karena berbagai sebab sebelumnya. Penyimpangan proyek LOBP Gresik tersebut mendapat sorotan media beberapa hari terakhir ini. Dugaan penyimpangan tersebut bermula dari temuan audit SPI Pertamina yang menyebutkan proyek modernisasi LOBP Gresik yang dikerjakan Rekayasa Industri tidak sesuai rancangan awal. (ant)
Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Bogor : Aris Basuki, Depok : Rina Ratna, Kontributor Bekasi : Muhajir, Nendi Kurniawan, Safa Aris Muzakar, Iklan : Ujang Suheli, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI
Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.