No. 92 tahun IX
8 Halaman
Rabu, 17 Mei 2017
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Utang Luar Negeri
Naik 2,9 Persen pada Akhir Triwulan I
Bisnis Jakarta/ist
ANTIPASI PERDAGANGAN GLOBAL - Sektor logistik diharapkan benar-benar dibenahi guna mengantisipasi peningkatan perdagangan global, di mana pertumbuhan majemuk tahunan perdagangan Indonesia adalah tertinggi di ASEAN.
JAKARTA - Menurut statistik Bank Indonesia, utang luar negeri Indonesia naik 2,9 persen secara tahunan menjadi 326,3 miliar dolar AS pada akhir triwulan I 2017, karena pertumbuhan penarikan utang swasta lebih cepat jika dibandingkan triwulan IV 2016. Dengan jumlah utang asing tersebut, maka rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 34 persen atau stabil dibandingkan triwulan IV 2016, kata pejabat Bank Indonesia tentang Statistik Utang Luar Negeri triwulan I 2017 di Jakarta, kemarin. “Peningkatan ULN tersebut dipengaruhi oleh lebih kecilnya kontraksi pertumbuhan ULN swasta pada triwulan I 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara. Jika dibandingkan periode sama tahun lalu, rasio ULN terhadap PDB turun tiga persen, karena triwulan I 2016 sebesar 37 persen. Bank Sentral mencatat pertumbuhan ULN swasta memang masih negatif pada triwulan I 2017, yakni -3,6 persen (yoy) menjadi 159,9
miliar dolar AS atau 49 persen dari total ULN. Namun pertumbuhan utang swasta lebih tinggi dibandingkan triwulan IV di 2016, karena pada triwulan IV 2016, pertumbuhan ULN swasta mencapai -5,5 persen. Sementara utang pemerintah di triwulan I 2017 hanya naik 10 persen, atau lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2016 yang tumbuh 11 persen. Utang pemerintah hingga akhir Maret 2017 tercatat sebesar 166,5 miliar dolar AS atau 51 persen dari total ULN. “Posisi ULN swasta pada akhir triwulan I 2017 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,5 persen,” kata Tirta. Selain dari debiturnya, ULN berdasarkan jangka waktu pengambilan menunjukkan posisi ULN jangka panjang mendominasi ULN Indonesia dengan total 282,4 miliar dolar AS atau 86,5 persen dari total ULN, yang berarti tumbuh 1,1 persen (yoy). (ant)
Benahi Logistik
Antisipasi Peningkatan Perdagangan Global JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menginginkan sektor logistik benarbenar dibenahi guna mengantisipasi peningkatan perdagangan global, di mana pertumbuhan majemuk tahunan perdagangan Indonesia adalah tertinggi di ASEAN. “Pertumbuhan CAGR (Compound Annual Growth Rate/Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan) pada interval 20132017 sebesar 11,7 persen. Sementara volatilitas ‘freight forwarding’ (agen pengiriman/penerimaan ek-
spor-impor) mencapai 11,8 persen. Kemudian, pengiriman kecil dan ekspres mencapai 21,7 persen. Hal ini menjadikan volatilitas Indonesia tertinggi se-ASEAN,” kata Ketum DPP ALFI Yukki Nugrawan Hanafi di Jakarta, kemarin. Indonesia mulai memasuki era pasar global di mana hambatan perdagangan menurun, dan tingkat persaingan meningkat. Secara garis besar, market size logistik nasional cenderung mengalami volatilitas atau peningkatan.
Kondisi demikian merupakan pengaruh dari tingginya permintaan pasar di Indonesia seiring menjamurnya bisnis e-commerce atau perdagangan barang dan jasa yang dilakukan di dalam dunia maya. Saat ini konsumen dalam negeri sudah lebih cermat dalam berburu produk-produk impor dan nasional yang berkualitas baik dengan harga relatif rendah. “Meski sempat dilanda krisis ekonomi global, dan melemahnya ekspor namun sektor logistik Indonesia mampu bertahan
bahkan permintaan dari konsumen terus meningkat,” ucapnya. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor logistik negara lain di ASEAN, Yukki mengatakan Indonesia tergolong beruntung. Pasalnya volatilitas di beberapa negara tetangga mulai terlihat menurun. Misalnya, CAGR Singapura hanya sebesar 7,3 persen, Filipina 11,3 persen, dan Thailand 9,7 persen, semuanya juga pada interval periode 2013-2017. “Ini jelas menggambarkan bahwa paradigma pasar jasa logistik
mulai beralih ke Indonesia yang notabenenya memiliki jumlah penduduk terbesar di ASEAN, serta terjadi peningkatan dalam bidang penggunaan teknologi dan pendapatan masyarakat,” jelas Yukki. Ke depannya, ALFI akan bersinergi dengan pemerintah dan mendorong kebijakan untuk memperbaiki sektor logistik baik daerah maupun nasional, salah satunya dengan meningkatkan layanan infrastruktur transportasi dan IT. Sebelumnya, Menteri Koordina-
Surplus Neraca Perdagangan
Rupiah Bergerak Stabil Cenderung Menguat
Modal Dorong Pertumbuhan
JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat sebesar tujuh poin menjadi Rp13.296, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.303 per dolar AS. “Nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat, sentimen dari dalam negeri mengenai data ekonomi domestik masih menjadi salah satu faktor yang menjaga rupiah,” ujar Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, kemarin. Data terbaru mengenai Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan I 2017 yang terkendali, turut menjadi sentimen yang menjaga fluktuasi mata uang domestik. Bank Indonesia mencatat, ULN Indonesia pada akhir triwulan I 2017 berada pada posisi 326,3 miliar dolar AS, tumbuh terkendali sebesar 2,9 persen (yoy) atau sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,0 persen (yoy). Dari eksternal, sentimen mengenai kenaikan suku bunga acuan The Fed juga masih bervariasi. Potensi kenaikan suku bunga AS masih rendah menyusul proyeksi inflasi Amerika Serikat yang belum akan naik secara berkelanjutan. Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa proyeksi Bank Indonesia terkait potensi penurunan kredit bermasalah (NPL) perbankan turut membantu menjaga mata uang rupiah bergerak di area positif. “Kami melihat masih adanya peluang kenaikan pada rupiah seiring masih adanya sentimen positif itu,” katanya. (ant) Bisnis Jakarta/ist
KURS RUPIAH
13.000
13.331
PERTUMBUHAN EKONOMI 2017 - Pekerja menyelesaikan pembangunan salah satu apartemen di kawasan Margonda, Depok, Jawa Barat, kemarin. Surplus neraca perdagangan pada April 2017 sebesar 1,24 miliar dolar AS dinilai bisa menjadi modal untuk mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi.
13.295
13.325
5/4
6/4
13.500
14.000 4/4
tor Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengaku telah berhasil menekan waktu tunggu bongkar muat barang di pelabuhan (dwelling time) namun belum bisa menanggulangi masalah biaya logistik yang dinilai masih tinggi. “Penurunan ‘dwelling time’ kita rata-rata turun. Tapi jujur kami akui biaya logistik masih jadi masalah yang sedang kami selesaikan,” katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Kemaritiman 2017 di Jakarta Timur, Kamis (4/5). (ant)
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai surplus neraca perdagangan pada April 2017 sebesar 1,24 miliar dolar AS bisa menjadi modal untuk mendorong kinerja per-
tumbuhan ekonomi. “Itu modal yang bagus untuk menaikkan penerimaan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Darmin di Jakarta, kemarin. Surplus neraca perdagan-
gan pada April 2017 ini merupakan pencapaian yang positif karena lebih baik dari periode yang sama tahun 2016, meski sedikit menurun dibandingkan pencapaian pada Maret 2017. “Ekspor kita naik walau
naiknya dibanding Maret tidak, tapi kalau dibanding ‘year on year’ naiknya masih bagus, apalagi ‘year to date’,” ujarnya. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan neraca perdagangan Indonesia pada April 2017 mencatatkan surplus sebesar 1,24 miliar dolar AS, yang didorong oleh surplus neraca perdagangan nonmigas. Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers mengatakan bahwa surplus neraca nonmigas tercatat sebesar 1,87 miliar dolar AS, sementara neraca migas defisit sebesar 634,2 miliar dolar AS. “Surplus nonmigas itu besar, tapi karena ada defisit dari neraca migas maka surplus neraca perdagangan April itu menjadi sebesar 1,24 miliar dolar AS,” kata Suhariyanto. Pada periode tersebut, kinerja ekspor Indonesia tercatat mencapai 13,17 miliar dolar AS, sementara impor sebesar 11,93 miliar dolar AS. Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-April 2017 tercatat surplus sebesar 5,33 miliar dolar AS dengan ekspor mencapai 53,86 miliar dolar AS dan impor sebesar 48,53 miliar dolar AS. “Surplus tersebut jauh lebih besar dibanding periode yang sama pada 2016,” kata Suhariyanto.
Pada 2016, surplus neraca perdagangan untuk periode yang sama tercatat sebesar 2,65 miliar dolar AS. Tren surplus neraca perdagangan pada 2017 jauh lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Negara-negara yang tercatat sebagai penyumbang surplus bagi Indonesia selama periode Januari-April 2017 tersebut antara lain adalah India mencapai 3,36 miliar dolar AS, Amerika Serikat 3,23 miliar dolar AS dan Belanda sebesar 1,04 miliar dolar AS. Sementara negara-negara penyumbang defisit adalah Republik Rakyat Tiongkok yang mencapai 4,10 miliar dolar AS, Thailand 1,21 miliar dolar AS dan Australia sebesar 997 juta dolar AS. BPS juga mencatat kinerja ekspor yang meningkat secara signifikan sejak awal tahun memberikan kontribusi terhadap ekonomi Indonesia yang tumbuh sebesar 5,01 persen (yoy) pada triwulan I-2017. Kinerja ekspor pada triwulan I-2017 tercatat tumbuh positif 8,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh minus 3,29 persen. Perbaikan sektor ekspor ini dukung oleh perbaikan ekspor barang nonmigas dan jasa, seiring dengan membaiknya perekonomian serta tumbuhnya permintaan di negara tujuan ekspor utama Indonesia. (ant)
Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Bogor : Aris Basuki, Depok : Rajif Nugroho, Tangsel : Novi Revolusiana, Iklan : Emiliana, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.