No. 109 tahun IX
8 Halaman
Selasa, 13 Juni 2017
Free Daily Newspaper www.bisnis-jakarta.com
Inflasi 2017
Diperkirakan Tembus 4,36 Persen
Bisnis Jakarta/ant
PROYEKSI BELANJA NEGARA - Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) didampingi Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo (kanan) memberikan keterangan mengenai keterbukaan akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan, di Jakarta, akhir pekan kemarin. Menkeu memproyeksikan belanja negara dalam RAPBN 2018 mencapai kisaran Rp2.204 triliun-Rp2.349 triliun, dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian domestik maupun global.
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memerkirakan inflasi tahun ke tahun pada 2017 akan mencapai 4,36 persen, meningkat dibanding akhir 2016 yang sebesar 3,02 persen. Agus mengatakan, sebagian besar dari inflasi itu disebabkan tekanan kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices). “Perkiraan tersebut berdasarkan pergerakan tekanan indeks harga konsumen kurun Januari hingga Mei 2017 yang menurun ketimbang Januari hingga April 2017. Jadi kalau di Rapat Dewan Gubernur pada April, kita perkirakan inflasi di akhir tahun itu 4.63 persen (year on year/yoy). Di bulan Mei 2017, itu adalah turun menjadi 4.36 persen (yoy),” ujar Agus. Penurunan proyeksi inflasi tahunan tersebut, menurut Agus, karena koreksi yang terjadi pada dampak inflasi dari kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices). Bank Sentral menilai tekanan inflasi dari “administered prices”, khususnya dari kenaikan sebagian besar tarif listrik 900 VA tidak akan
sederas yang diperkirakan sebelumnya. Selain itu, pengendalian harga pangan dan komponen lainnya dari kelompok tarif barang yang bergejolak (volatile foods) dari Januari hingga Mei 2017 juga membuat Bank Sentral yakin bahwa tekanan inflasi dapat dikendalikan. Inflasi volatile foods hingga Mei 2017 sebesar 3,26 persen (yoy), sementara inflasi administered prices mencapai 9,14 persen (yoy). “Kami lihat inflasi akhir tahun jika kami perkirakan sekarang masih sama dengan yang kami targetkan,” ujar dia. Bank Sentral ingin menjangkar sasaran inflasi sepanjang tahun ini di kisaran 4 persen plus minus 1 persen. Pengendalian inflasi juga yang menjadi alasan BI untuk menahan bunga acuannya 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 4,75 persen untuk kedelapan kalinya berturut-turut pada 18 Mei 2017. Sementara, pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 mengasumsikan inflasi akan berada di empat persen. (ant)
Belanja 2018
Bisa Capai Rp2.349 Triliun
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan belanja negara dalam RAPBN 2018 mencapai kisaran Rp2.204 triliun-Rp2.349 triliun, dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian domestik maupun global. “Outlook APBN 2018 diperkirakan belanja negara mencapai Rp2.204 triliun-Rp2.349 triliun,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja pemerintah dengan Komisi XI DPR membahas asumsi dasar tahun anggaran 2018 di Jakarta, kemarin. Sri Mulyani juga menyampaikan
rasio penerimaan perpajakan (tax ratio) dalam RAPBN 2018 diproyeksikan mencapai kisaran 11 persen-12 persen terhadap PDB serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar 1,8 persen-2 persen terhadap PDB. Dengan demikian, pendapatan dari sektor perpajakan apabila ditambah dari PNBP plus penerimaan hibah sekitar 0,05 persen-0,07 persen terhadap PDB, maka total penerimaan negara diperkirakan mencapai 12,9 persen-14,1 persen terhadap PDB.
Rupiah Awal Pekan
Melemah 21 Poin JAKARTA - Nilai tukar rupiah kemarin sore, bergerak melemah 21 poin menjadi Rp13.311 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.290 per dolar Amerika Serikat (AS). “Nilai tukar rupiah melemah karena investor mulai mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 13-14 Juni ini,” kata Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta. Sebagian investor mulai bereaksi pada awal pekan ini mengantisipasi pertemuan the Fed itu. Konsensus memperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan itu sebesar 25 basis poin (bps) sehinnga menjadi 1-1,25 persen dari saat ini 0,75-1 persen. “Biasanya menjelang pertemuan the Fed ini, ada respon penguatan mata uang USDolar sehingga mata uang utama dunia lainnya akan melemah,” katanya. Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa fundamental ekonomi nasinal yang relatif kondusif menjadi salah satu faktor yang menahan depresiasi rupiah lebih dalam terhadap dolar AS. “Kemungkinan arah rupiah pada pekan ini akan dipengaruhi oleh sentimen suku bunga acuan AS. Namun, pengaruh eksternal itu diperkirakan bersifat jangka pendek,” katanya. Harga minyak mentah dunia yang relatif mulai stabil setelah tekanan dalam beberapa hari terakhir ini juga turut menjadi salah satu faktor yang menjaga rupiah tidak tertekan signifikan terhadap dolar AS. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,24 persen menjadi 45,94 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,35 persen menjadi 48,32 dolar AS per barel. (ant)
Selain itu, kata Sri Mulyani, belanja pemerintah pusat diperkirakan mencapai kisaran 5,6 persen5,9 persen terhadap PDB, yang menjadi pagu belanja terbesar dibandingkan pagu dalam periode tahun anggaran 2016 dan 2017. “Dengan belanja total mencapai 15,1 persen-16 persen terhadap PDB, sedangkan pendapatan negara 12,9 persen-14,1 persen terhadap PDB, maka defisit anggaran diproyeksikan mencapai 1,9 persen2,3 persen dari PDB,” ujar mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.
Dengan defisit anggaran mencapai 1,9 persen-2,3 persen terhadap PDB, maka neraca keseimbangan primer akan dijaga pada kisaran Rp50 triliun-Rp99 triliun atau kisaran minus 0,6 persen-0,4 persen terhadap PDB. Untuk pembiayaan defisit tersebut, tambah Sri Mulyani, pemerintah akan melakukan penerbitan surat berharga negara (SBN) sebanyak 2,7 persen-tiga persen terhadap PDB dan pinjaman pada kisaran 0,3 persen-0,5 persen terhadap PDB.
Pengeluaran pembiayaan juga dilakukan untuk amortisasi 0,5 persen-0,7 persen terhadap PDB serta Penyertaan Modal Negara untuk Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dan investasi lainnya 0,2 persen-0,4 persen terhadap PDB. “Semua itu dilakukan dengan menjaga postur rasio utang dari PDB, yaitu sebesar 27 persen-29 persen terhadap PDB,” ujar Sri Mulyani. Seluruh perkiraan postur RAPBN 2018 tersebut disusun melalui asumsi dasar makro antara lain pertumbuhan ekonomi pada
Pemerintah Perketat
Pengawasan Distribusi Bahan Pokok
KURS RUPIAH
13.000
13.331
13.295
13.325
13.500
Bisnis Jakarta/ant
14.000 8/6
9/4
12/4
kisaran 5,4 persen-6,1 persen, inflasi sebesar 2,5 persen-4,5 persen, nilai tukar Rp13.500 per dolar AS-Rp13.800 per dolar AS serta suku bunga SPN 4,8 persen-5,6 persen. Kemudian, harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada kisaran 45 dolar AS-60 dolar AS per barel serta lifting migas 1.965 ribu-2.050 ribu barel per hari, dengan rincian lifting minyak bumi 771 ribu-815 ribu barel per hari dan gas bumi 1.194 ribu-1.235 ribu barel setara minyak per hari. (ant)
PERKETAT PENGAWASAN DISTRIBUSI - Mendag Enggartiasto Lukita saat melakukan sidak di pasarpasar di Jakarta, beberapa waktu lalu. Pemerintah akan memperketat pengawasan distribusi dari ulah para spekulan khususnya untuk bahan kebutuhan pokok yang telah memiliki Harga Eceran Tertinggi (HET) seperti gula pasir, minyak goreng dan daging sapi.
JAKARTA - Pemerintah akan memperketat pengawasan distribusi dari ulah para spekulan khususnya untuk bahan kebutuhan pokok yang telah memiliki Harga Eceran Tertinggi (HET) seperti gula pasir, minyak goreng dan daging sapi. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa saat ini upaya-upaya spekulatif tersebut ditengarai masih ada meski jumlahnya sudah banyak menurun. Ada pihak-pihak yang berusaha untuk mengambil keuntungan dari penerapan kebijakan HET tersebut. “Tapi upaya spekulatif itu masih dilakukan, karena orang sudah terbiasa mencoba untuk mencari celah,” kata Enggartiasto, di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, kemarin. Salah satu rantai pasok yang akan diperketat pengawasannya adalah antara para distributor dengan ritel modern. Pemerintah menilai, ada potensi dari pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menahan pasokan atau mengambil pasokan dalam jumlah besar dari ritel modern tersebut. “Jika di pasar modern harga naik, maka di pasar tradisional harga juga akan naik,” kata Enggartiasto. Beberapa waktu lalu, Ke-
menterian Perdagangan telah memfasilitasi penandatanganan nota kesepahaman antara Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) degan distributor gula, minyak goreng dan daging pada 4 April 2017. Dalam kerja sama tersebut, disepakati bahwa harga eceran tertinggi untuk gula pasir Rp12.500 per kilogram, minyak goreng kemasan sederhana Rp11.000 per liter dan daging beku dengan harga maksimal Rp80.000 per kilogram. Namun, untuk harga di pasar ritel modern yang sudah mampu dikendalikan pemerintah tersebut belum menjangkau pasar tradisionnal. Dengan adanya selisih harga antara pasar modern dan tradisional tersebut, menciptakan peluang munculnya spekulan. Berdasarkan data dari Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kemendag, pada Senin (12/6), harga rata-rata nasional untuk gula pasir tercatat sebesar Rp13.420 per kilogram, minyak goreng curah Rp11.482 per liter dan daging sapi yang masih berada pada kisaran Rp115.734 per kilogram. “Kita akan memastikan dengan penyamaan data antara ritel dan pemasok. Begitu ada penyimpangan, kita akan usut,” ujar Enggartiasto. (ant)
Pemimpin Umum : Satria Naradha, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Suja Adnyana, Redaktur Pelaksana : Nikson, Gde Rahadi, Redaksi : Hardianto, Ade Irawan, Bogor : Aris Basuki, Depok : Rajif Nugroho, Tangsel : Novi Revolusiana, Iklan : Emiliana, Sirkulasi : D. Swantara. Alamat Redaksi : Jalan Gelora VII No 32 Palmerah, Jakarta Pusat. Telpon (021) 5356272, 5357602, Fax (021) 53670771. Website : www.bisnis-jakarta.com, email : info@bisnis-jakarta.com. Tarif Iklan : Iklan Mini minimal 3 baris Rp 6.000 per baris, Iklan Umum/Display BW : Rp 15.000 per mmk, Iklan Warna FC : Rp. 18.000 per mmk Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 7.000 per mmk, Advetorial Mini (maks 400 mmk) Rp 4.500 per mmk, Biasa (lebih dari 400 mmk) Rp 6.000 per mmk. Pembayaran melalui Bank BCA No Rekening 006-304-1944 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi, Bank BRI No Rekening 0018-01-000580-30-2 a/n PT. Nusantara Media Baliwangi. Bukti transfer di fax ke (021) 53670771, cantumkan nama dan nomor telpon sesuai registrasi.
Penerbit : PT. NUSANTARA MEDIA BALIWANGI Wartawan Bisnis Jakarta membawa tanda pengenal dan tidak dibenarkan meminta/menerima sesuatu dari sumber.