20 HALAMAN NOMOR 333 TAHUN KE 68 Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id
TERBIT SEJAK 16 AGUSTUS 1948 PERINTIS: K. NADHA HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000
balipost (144 rb Like) http://facebook.com/balipost
MINGGU PAING, 31 JULI 2016
Pengemban Pengamal Pancasila
@balipostcom (4.295 Follower) http://twitter.com/balipostcom
@balipostcom http://instagram.com/balipostcom
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764 Faksimile: 227418
Persembahan Ribuan Babi Guling Amlapura (Bali Post) Umat Hindu di Desa Adat Timbrah, Karangasem, kembali melaksanakan Aci Usaba Sumbu. Dalam Aci Usaba Sumbu Kaja, Sabtu (30/7) malam kemarin, warga setempat masih menjaga tradisi leluhur dengan mempersembahkan ribuan babi guling ke Pura Panti Kaler. Persembahan babi guling ini sebagai wujud yadnya tulus ikhlas warga setempat kepada Ida Batara, atas karuniaNya menjaga keseimbangan alam buana agung beserta isinya, sehingga umat manusia dapat hidup tenteram dan damai. Hal. 19 Tergolong Unik BABI GULING - Ribuan babi guling dihaturkan warga Desa Adat Timbrah, Karangasem, saat Usaba Sumbu Kaja, Sabtu (30/7) malam kemarin. BPM/kmb31
Kerusuhan di Tanjungbalai Berbau SARA
Kapolri dan Wapres Turun Tangan Medan (Bali Post) Kerusuhan terjadi di Tanjungbalai, Sumatera Utara, Jumat (29/7) malam. Kerusuhan ini berbau SARA karena massa merusak delapan tempat ibadah dan bangunan yayasan sosial, selain membakar beberapa kendaraan. Kapolri dan Wapres Jusuf Kalla, Sabtu (30/7) kemarin, ikut turun tangan dengan meminta warga tetap tenang dan menyerahkan kasus ini pada kepolisian. Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian bersumpah untuk memburu penyebar isu negatif di media sosial (medsos) yang menjadi biang keladi kerusuhan berbau SARA di Tanjungbalai. Tito juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai isu-isu negatif melalui media social yang dapat memancing kerusuhan sosial serupa dengan yang terjadi di Tanjungbalai. “Kerusuhan di Tanjungbalai itu adalah kesalahpahaman antara tetangga semata,” sambung Tito usai berdialog dengan
tokoh agama dan Forum Kerukunan Umat Beragama di Mapolda Sumut di Medan, Sabtu kemarin. Namun, kesalahpahaman itu diposting di medsos dengan dibumbui isu negatif yang menyulut kerusuhan. Tito kemudian meminta masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi, terutama dengan isu-isu negatif dari medsos. Tito juga bersumpah untuk mencari orang yang menyebarkan isu negatif melalui medsos yang diduga menjadi pemicu kerusuhan di Tanjungbalai.
Mari Hidup Berdampingan Medan (Bali Post) Aksi pembakaram tempat ibadah di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, berlanjut pada aksi penjarahan. Aparat Kepolisian menangkap tujuh orang terkait kerusuhan dan pembakaran delapan tempat ibadah. Mereka menjarah barang-barang di tempat ibadah yang dibakar massa. “Terdapat tujuh orang yang diamankan karena melakukan penjarahan pada saat
Ketika dipertanyakan soal kelompok yang diduga memprovokasi atau bertanggung jawab dalam kerusuhan itu, Tito justru meminta masyarakat tidak berspekulasi tentang isu negatif. Ia juga menegaskan bahwa pemerintah daerah, Polri, TNI, dan tokoh agama di daerah lain telah sepakat untuk menenangkan masyarakat, termasuk melokalisasi masalah itu agar tidak merembet ke daerah lain. Hal. 19 Serahkan Polisi
terjadi (aksi massa) anarki (membakar vihara),” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Komisaris Besar Polisi Rina Sari Ginting, Sabtu (30/7) kemarin. Polisi telah mengamankan M (perempuan, 41 tahun), warga setempat yang ditengarai pemicu kerusuhan itu, dan keluarganya. Hal. 19 Diamankan
Calonarang Keluar dari Pakem Drama tari calonarang menjadi salah satu lakon seni pertunjukan yang paling banyak digemari masyarakat Bali. Hal ini terbukti dari tingginya antusias masyarakat untuk menyaksikan setiap pementasan seni pertunjukan calonarang. SELAIN digelar di desa atau banjar saat wali atau piodalan di pura, pertunjukan calonarang yang banyak menampilkan unsur magis tersebut kini juga kerap dipentaskan dalam kegiatan event budaya. Bahkan, ada yang mementaskan untuk konsumsi wisatawan. Jadinya rancu unsur sakral dan profannya. Padahal, banyak di antaranya yang menggunakan sarana banten dan mempergunkan rangda dan barong duwe pura atau perkumpulan. Seniman calonarang asal Desa Sulahan, Bangli, I Dewa Gede Bakti, mengatakan, pementasan calonarang di Bali selama ini berkembang cukup pesat. Hampir semua desa/banjar menampilkan pementasan calonarang saat ada kegiatan agama
tertentu di pura. Tak hanya itu pementasan calonarang juga mulai banyak ditampilkan sebagai hiburan dalam event budaya. Dewa Bakti mengatakan, pementasan calonarang bisa ditampilkan sebagai pertunjukan seni sakral namun juga nonsakral tergantung sarana dan tempat dalam pementasan. Pementasan calonarang ditampilkan sebagai seni pertunjukan sakral apabila sarana yang digunakan dalam pementasannya seperti rangda, barong dan lainnya adalah sungsungan/duwe yang disucikan masyarakat di sebuah pura. Hal. 19 Tempat Pementasan
Barong dan Rangda dalam Calonarang KETIKA berbicara tentang calonarang, pikiran kita selalu terbawa kepada dua fenomena menarik yang selalu tampak terjadi dalam kehidupan ini yaitu rwa bhinneda (dua hal berbeda). Dua unsur yang berbeda ini disimbolkan dengan kehadiran dua tokoh penting dalam pertunjukan calonarang yaitu barong dan rangda. Barong dihubungkan dengan ilmu putih dan rangda ilmu hitam. Dua hal yang berbeda dan sesungguhnya berpasangan (barong/purusa dan rangda/pradana) dalam pertunjukan seni calonarang dibuat bertentangan. Tampaknya hal itulah yang menyebabkan ketika mereka
BARONG-RANGDA Barong dan rangda, dua tokoh di dramatari calonarang.
Oleh Dr. A.A. Gede Raka, M.Si. berdua bertempur, tidak pernah ada yang kalah. Bila salah satu di antaranya tidak ada (kalah), berarti keseimbangan dan keharmonisan tidak akan pernah ada di dunia ini, baik di dunia makro (bhuwana agung) maupun dunia mikro (bhuwana alit). Dengan demikian, bahwa barong dan rangda sebagai simbol dua unsur berbeda yang harus ada dan harus dijaga keseimbangannya baik dalam hal penciptaan maupun dalam upaya mencapai kebahagiaan. Hal. 19 Memberi Berkah
BPM/ist
Tektekan Calonarang Baturiti, Kerambitan
Dikomodifikasi untuk Pariwisata Tanpa Desakralisasi Calonarang yang dimodifikasi membuat seorang mahasiswa S-3 PPS Unud, I Ketut Sariada, meneliti khusus keberadaan sekaa Tektekan Calonarang Desa Baturiti, Kerambitan, Tabanan. Hasil penelitiannya ‘’Komodifikasi Tektekan Calonarang di Desa Baturiti, Kerambitan ini menghantarkannya meraih gelar doktor ilmu kajian budaya. Inilah hasilnya?
MASYARAKAT Desa Baturiti, Kerambitan, Tabanan memandang bahwa barong dan rangda sakral itu harus selalu masolah, menari agar kekuatan yang terdapat pada benda sakral sungsungan, dipuja tersebut dapat melindungi diri dan kehidupan mereka. Oleh sebab itu, untuk kenyamanan serta kedamaian hidupnya tradisi nyolahang, menarikan barong dan rangda itu harus terus mereka lakukan. Masyarakat di Desa Baturiti, Kerambitan, Tabanan menggunakan barong dan rangda sakral untuk pariwisata mereka memaknai hal itu sebagai tindakan penghormatan dan identitas
pertunjukan Desa Baturiti, Kerambitan, Tabanan. Eksistensi Tektekan Calonarang yang dibentuknya itu pun diyakini akan mampu bertahan dan berkelanjutan. Agar dapat memberi pemahaman jelas terhadap ideologi di balik terjadinya komodifikasi Tektekan Calonarang Desa Baturiti, Kerambitan, Tabanan yang menggunakan barong dan rangda sakral tersebut digunakan teori Praktik dari Bourdeu dan teori Relasi Kuasa dan Pengetahuan dari Foucault secara eklektik. Hal. 19 Ideologi Pasar
BPM/ist
TUSUK - Para patih menusuk rangda di Tektekan Baturiti, Kerambitan.