Sanurian Live In'23

Page 1

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Pak Andre's iPhone Magelang, Jawa Tengah (021) 3517506 Sanurian On Tour˚ ◌༘♡ ⋆。 ˚ Keiko/03, Aurel/06, Daphne/11, Emma/12, Ivana/15, Keyla/23 JAKARTA -> MAGELANG 27/03/2023-02/04/2023 are you beras? because when nasi your face theres not a thing that I would change Video Keadaan Live In Trip 2023 https://youtu.be/n4kI-1OE4Qk LIVE IN 23 ' JOIN US ON OUR
@ perambanan are you a chicken? because ayam falling in love with you ♡ Daftar Isi PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Pak Iwan's camera Candi Prambanan, Yogyakarta (021) 3517506 PENJASKES BHS INGGRIS PPKN BHS INDONESIA

Kondisi Area Pemberangkatan

Sebelum pemberangkatan dilaksanakan, kami harus berkumpul di sekolah terlebih dahulu Area disekolah menurut kami terlihat sangat bersih dan rapih Tetapi, saat kami semua sudah sampai, terdapat banyak sekali barang yang berceceran di lantai seperti tas-tas kita jadi terlihat kurang rapih.

Untuk pemberangkatan, kami menggunakan kendaraan bus. Selama di bus kami

diberi sebuah kantong plastik untuk membuang semua sampah kami. Selama di bus kami menganilisasi bahwa setelah beberapa jam pemberangkatan, terdapat beberapa sampah yang tercecer di lantai bus seperti sampah makanan, akibat dari bus yang sering bergoyang sehingga sampah-sampah yang didalam kantong plastik sering jatuh

Sebelum kita sampai di tempat lokasi kami, kita melakukan pemberintahan di beberapa rest area.

Di rest area menurut kami ada beberapa sampah yang berserakan di lantai, seperti sampah plastik bekas makanan atau minuman. Tapi selain ada sampah plastik ada juga sampah-sampah bekas makanan yang beserakan di lantai akibat terdapat banyak penjual makanan di rest area. Selain kondisi tempat makan dan luar rest area. Jika kita menuju ke lebih dalam rest area terdapat toilet. Toilet tersebut merupakan tujuan kami semua pergi ke rest area, maka toilet tidak di dalam kondisi yang sangat bersih setelah kita pergi dari rest area. Saat kami menganalisasi area toilet, kami melihat toilet yang becek dan terdapat beberapa serangga yang muncul di dalam beberapa toilet.

Setelah sampai di kawasan Jawa Tengah, sebelum kami berangkat ke Desa Muntilan kami pergi ke restoran untuk makan sarapan terlebih dahulu. Menurut kami restoran sudah cukup bersih. Selain kebersihan lingkungan dan area pemberangkatan, kami juga menganalisasi protokol kesehatan yang telah diterapkan di area tersebut. Menurut kami protokol kesehatan belum 100% diterapkan di area-area seperti rest area, karena banyak sekali yang sudah tidak menggunakan masker. Untuk kondisi protokol kesehatan di bus, menurut kami tidak terlalu diterapkan, karena kami berada di dalam bus dalam periode waktu yang cukup lama sehingga bisa terasa pengap jika menggunakan masker secara terus-menerus. Selain itu, menurut kami tempat yang sangat mematuhi protokol kesehatan merupakan tempat restoran. Semua pekerja tetap menggunakan masker.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
Pemberangkatan

Kondisi Area Pemberangkatan

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
Pemberangkatan kondisi di rest area kondisi di rest area kondisi di rest area kondisi di dalam bus kondisi di tempat makan (Kampung Ulu Resto) kondisi di sekolah

Di

Kondisi Area di Lokasi

Seusai kami menyantap sarapan yang telah disajikan di Kampung Ulu Resto, kami melanjutkan perjalanan menuju dusun masingmasing. Kemudian, kami berkumpul di Kapel masing-masing dan menyambut tim edukasi yang akan mendampingi kami selama proses kegiatan Live In berlangsung. Tampak para siswi dan guru mulai melepaskan masker di sana.

Setelah berkenalan dengan lingkungan desa, para siswi dan guru memustuskan untuk tidak menggunakan masker selama kegiatan Live In. Berbeda dengan udara di kota yang penuh dengan polusi, kami lebih bebas menghirup udara di desa tanpa mengkhawatirkan polusi udara yang ada. Tak lupa juga penduduknya yang mayoritas berprofesi sebagai petani yang berarti daerahnya memiliki banyak lahan hijau, sehingga tidak banyak masyarakat yang menggunakan masker. Suasana di sana sangat tenang. Juga ramah akibat sapaan yang mereka lontarkan kepada sesama. Namun, terlihat banyak sampah yang berserakan di sepanjang sisi jalan. Mulai dari bekas kemasan camilan hingga benda-benda industri yang sudah tidak terbentuk. Selama empat hari di sana, kami menjalani hari-hari tersebut dengan sederhana sesuai jadwal orang tua asuh masingmasing. Selama berkegiatan, tampak banyak sampah yang ditemukan, terutama di area parit, bebatuan, dan sisi jalan.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
Lokasi

Kondisi Area di Lokasi

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
kondisi di dalam rumah kondisi di area bebatuan kondisi Kapel Juwono kondisi di luar Kapel Juwono kondisi di area halaman rumah kondisi di area halaman rumah
Di Lokasi
Desa Juwono, Magelang

Kondisi Area Kembali ke Jakarta

Saat pulang, kami pergi ke beberapa tempat, seperti tempat oleh-oleh, tebing breksi, candi prambanan, 2 restoran, dan 2 rest area. Di tempat oleh-oleh, tempatnya cukup bersih. Orang-orang yang bekerja di tempat tersebut memakai masker, seberti kasir, satpam, dan lain-lain. Beberapa murid ada yang memakai masker dan ada beberapa yang tidak memakai masker. Mayoritas murid membuka masker karena ingin makan di lokasi tersebut. Tempatnya juga bersih, namun sedikit berantakan karena ada banyak orang yang datang.

Sedangkan di Tebing Breksi, walaupun tidak ada pengunjung selain kita, sehingga tempatnya masih bersih, walaupun ada beberapa kolam yang terisi sampah, orangorang yang bekerja di tempat tersebut mematuhi protokol kesehatan. Murid-murid juga tidak membuka masker selain saat ingin berfoto.

Di candi prambanan, kami juga masih memakai masker. Candi Prambanan juga cukup bersih, sampah yang ada juga tidak begitu banyak. Orang-orang yang bekerja di tempat tersebut, seperti kasir dan satpam, semuanya memakai masker. Namun pengunjung seperti tourist dari luar negeri sudah mulai tidak memakai masker. Beberapa murid juga membuka masker, namun hanya untuk berfoto. Sedangkan pengunjung Indonesia rata-rata memakai masker, walaupun ada beberapa yang memakainya dengan cara tidak benar, seperti masker terlipat, tidak menutup hidung, dll.

Di restoran-restoran, kami semua harus membuka masker untuk makan. Namun, setelah makan, kami langsung memakai masker kami kembali. Di area pertama, kami melihat beberapa orang lain, dan sambil menunggu mereka semua memakai masker. Di restoran pertama dan kedua, orang-orang yang bekerja di tempat tersebut juga memakai masker mereka dengan baik. Kedua tempatnya juga sangat bersih, termasuk toiletnya. Sedangkan rest area yang kami kunjungi saat pulang, jauh lebih bersih daripada rest area yang kami kunjungi saat datang. Namun orang-orangnya tidak memakai masker, karena menganggap bahwa tempatnya terpencil.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Kembali
ke Jakarta

Kondisi Area Kembali ke Jakarta

kondisi di Tebing Breksi

kondisi di area Candi Prambanan

kondisi di area Candi Prambanan

kondisi di rumah makan

kondisi di rumah makan

kondisi di rumah makan

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
Kembali ke Jakarta

Cooking With the Selosari and Sempon Hamlet

Saint Ursula Jakarta Middle School had decided to organize Live In activities for us eighth graders to attend. Our destination was Muntilan, Magelang. We had gone for six days and five nights in total and had spent four days and three nights at the village. 28th March was the date we all had arrived at the village. I was paired with Ivana and we had been living in Mr. Suradi’s house. It was located at Sempon Hamlet, Juwono Village and it was very lovely. Our neighbors were Alyssha and Esther, they had lived in the house beside us. Not much happened on the day we had arrived, we got to know our adoptive parents better, such as knowing their identity. On the second day we arrived at the village, we had made kemplang and klemet from cassava that we had harvested earlier in the day. We made it together at Dinda, Jemima, and Goldy’s house which was located at Selosari Hamlet, Juwono Village along with our adoptive parents and the other eighth graders that were from the same hamlet. We made it in the afternoon and had a lot of fun. At the end of the day, we had made more kemplang and klemet than expected, so we decided to share the food with the neighbors, but then it started raining. So, we had decided to wait for the rain to stop on the terrace. While waiting for the rain to stop, we had been eating our kemplang and klemet along with kolak together. We all went back to our houses after the rain had stopped.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
grating cassava
Keiko 84/3
forming the dough into kemplang and klemet

Sharing Candy With Everyone

tilan, 28th of March-31st of March was the day 8th graders of Saint Ursula Junior Highschool nts went to do one of their Integraated Learning cts, Live In. We were divided into two groups, the that stayed in Juwono and the ones that stayed argomulyo. Me and my friends had went to no, to do our Live In. During Live In, I lived with my , Emma, in a combined house, with two of our friends, Sabrina and Naira.

er we had arrived to our designated houses, me mma were greeted by our foster parents for Live hen we arrived, they had shown great hospitality ds us and immediately made us comfortable. On rst day, we had set our goal to help children d the village with their homework, and to make coasters with them after But, that idea is diately discarded seeing that we didn't have gh time to complete it and the kids around our had shown no interest in our projects. So, we j elped our foster parents, by cooking dinner and lunch, and helping them make snacks. We had helped them make cassava snacks, and we also made drinks, like es kelapa and es buah.

After we had been living there for a few days, me and Sabrina, my friend, decided to give out the candies we brought for our event. Because our foster parent, Ibu Nia, had been telling us that the majority of the people living near our house were all Muslims. She had also told us that Sabrina and Naira, being Muslim, should eat sweet stuff first after finally eating after fasting. So we decided to give out the candies. Most of the children hesitated at first, being too shy, so we eventually had to start giving the candy out to their parents too. But, some parents had refused the candy, saying that the children had ate enough candy for the week. But, we ended up giving out all the candies successfully, by the help of my foster parent, Mbah Bambang. He had introduced us to a few children near his house, because of that, we ended up finishing all the candy.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Aurel 84/6

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS

Everything Out of Cassava!

On the 27th of March, all of the grade 8 students in the school SMP Santa Ursula Jakarta School had went to Muntilan, at Central Java to have a program called Live in. We had stayed for four days and three nights in the village with other villagers and friends.

We did lots of fun activities together that are truly unforgettable. One of them was home industry. Home industry is a task where we learn how to make one of their traditional food. This task was done at me and Keyla's house and the one who had taught us to make all the delicious food was Bu Agustina Sri Wahyuti, and there was not only me and Keyla cooking, but there was Nicole, Ivi, Milka, Cheryl, Valerie, Joana, Lieve, Brigit from class 84 and Clarice, Ailsa, Kalinka, Syeba, Aurel, Alana from class 85

The first thing we had made was keripik singkong. In other words cassava chips. It was pretty simple and delicious to make We were told we had to wash the cassava then cut the cassava into thin slices then fry the casava and once that is done we could add powder flavouring into the chips.

The next one was we made onde-onde Onde-onde is traditional food which consists of glutinous rice flour, cassava, shredded coconut, and gula Melaka. This dish was pretty complicated. We had to grate the cassava, squeeze the water out of the cassava, put some filling in the cassava, make it into a ball, fry the ball, then add sesame seeds on top of it

Last, we had made kemplang. Kemplang is a traditional savory fish cracker. This one is also a little complicated to make. We had to grate the cassava, squeet the water out of the cassava, make the dough for us it was already prepared, and fry it.

After we finished cooking and learning all these new things we can make with cassava we went outside and sat at the porch talking and laughing to each other while eating the chips, onde-onde and kemplang From this home industry, we had learnt that turns out they were not as hard as we thought to make we also had so much fun and such a memorable experience that we will always remember.

Daphne 84/11

Cassava-based Dishes

On 27 March 2023, students from SMP Saint Ursula Jakarta School went to Muntilan, Central Java to do our Live In. We had stayed for four days and three nights in the village. During Live in, I stayed with my roommate, Aurel. We lived in a combined house with our neighbors, Naira and Sabrina from class 85. When we got there, we were greeted by Mbah Bambang, Mrs. Nia, and her husband, Mr. Nugroho. Their warm welcome immediately made us feel at home. On day 2, we woke up early to start our home industry program. We went to Mbah' s paddy field to collect some cassavas. After collecting the cassavas, we went home to start making our cassava-based dishes. We started of by grating the cassavas that we had gotten earlier. We had been grating the cassavas for some time while Mrs. Nia helped us by showing us some new cooking techniques. We decided to make rounded cenils and kemplangs. Cenils are small balls made from cassava starch. Cenils are usually given a colorful dye such as pink, green, yellow, purple, or brown. If cenils tastes sweet, kemplang is the opposite. Kemplang is a type of fritter made from grated cassava and other ingredients. We had so much fun cooking together. We even made a heart-shaped kemplang. After we made the meals, we plated it beautifully. When the teachers came to our house, we offered our dishes to them. We would love to share our dishes with anyone. We have been working hard and can't wait to give it a try too.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Emma 84/12

Making Kemplang & Klemet

n the 28th of March, students from SMP anta Ursula Jakarta had gone to untilan, Magelang to do our Live In ogram. We stayed in the village for four ays and three nights. I had been staying Pak Suradi's house at Juwono Village, empon Hamlet. Pak Suradi and his wife ad been nothing but welcoming to us. hen we arrived, Pak Suradi's wife

welcomed us with a cup of tea. She had just made it when we arrived. On the second day we did a home industry. I had been waiting to do this program since the day I arrived. We made kemplang and klemet for the home industry program. But before we start we need to harvest some casava and coconuts because those are the main ingredients. We brought the casavas and coconuts home, then we wash them. After we wash and peel the skin, the first step to do was grate them and devide them into two bowls. We decided to make klemet with the first bowl. We mixed the grated casava with other ingredients such as salt, brown sugar, etc. Then we wrap the mixture in banana leaf and steam it. While waiting for the klemet to cook, we mixed grated coconuts, flour, salt, sugar, msg, and spring onions in the other bowl. These the are ingredients that you need to make klemet. After that we shaped the mixture and fry them. When we finished making the klemet and kemplang we realized than we had made to many. So we decided to share some of it with out neighbors.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
Ivana 84/15

Activities We Did In Live In

From the 28th Of March 2023 till the 31st of March 2023, students from SMP Saint Ursula Jakarta we're assigned to do a Live In, in Muntilan, Jawa Tengah. Whilst Live In we were assigned to do activities with the people villagers there. We had been assigned to spend time with our family but also assigned to make food with the people in the village. The activity was done in me and Daphne's house. The food that we made were made out of singkong or cassava. The three food that we made was called keripik singkong, ondeonde and kemplang. All of those food we're traditional food from Jawa Tengah. After we were done with cooking, we decided to eat together in me and Daphne's house. We had been eating so much that we even forgot time a bit. The food was so delicious though, and in my opinion it was so worth it to make since I have never had a lot of experience in cooking.

Not only did we make food with the villagers there, we were also assigned to spend time with the kids in the village. We were going to do the activity in Ivi and Nicole's house, but we had passed on that idea since everybody decided to go to the teacher's house to do it with our other friends. I didn't really join since I was sick, but the original plan was for the kids to make crafts out of origami paper and color the coloring book. I think the best part about doing this project was spending time with the kids there. I had been playing with one of the kids earlier today and she was so fun to talk to. I've always wanted a little sister so it was very fun playing with her.

Something we were asked a lot to do was to spend time with our family. Our father usually went out to work so we were always with our mom. She had asked us to do stuff like accompany her to the paddy field to see the plants that were growing there and also to pick some vegetables. The whole time in Live In we had to be responsible with our own chores like washing our own dishes, but our mom was very nice to have always have the food ready for every time we need to eat. Overall this Live In trip was such an amazing trip to teach us stuff about being independent and grateful.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Keyla 84/23

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS

New Experiences

On the 29th of March of 2023, all of the Saint Ursula Students who joined this Live In were assigned to do a project with our friends near Juwono village (or near the village). In Juwono village we all gathered in Pak Bambang and Pak Andre's house aka the teachers house We had planned to do it in Nicole and Ivi's house but we all decided to do in the teachers house. The good part about being in the teachers house was how big the place was, so we had a lot of participants when doing this event. The participants for this little gathering was Cheryl, Daphne, Milka, Keira, Vanka, Naomi, Meimei, Amanda, Emilee, Joana, Valerie, and many more. But those were only the Saint Ursula students mentioned, there were also the head of the village, there was also kids and some other villagers

At first, we had planned out an idea to make origami with the kids but also color some coloring books and activities that include of giving certain gifts. But, once we gathered with the other we had a better plan for this gathering. We had decided to add a few other things to do and one of the things was a competition. In this competition the kids we're asked to answer mathematical equations but also answer essay questions Truly this competition might be hard for a few people since math isn't always the easiest subject, but surprisingly the kids here did very well in this competition. Though, the competition had been divided in two categories, according to their age. For Mira, Tasya, Lora they were only given simple plus and minus equations since they were only three years old. But, Nathan, Dito, and Brielle we're asked a more difficult questions like math essays and also questions from the time table. In the end who won for this category was Nathan

For the kids who won the competition they were given a sticker from Cheryl (class 85). Other than the math competition, there was also another event that all of the kids also did and that was the coloring event, the origami event, and the learning reading event. In the learning reading event, the kids were taught by us on how to read basic ABC's or even just a simple book story. The three youngest girls here ( Mira, Tasya, Lora ) all participated in these events It had been amazing for us to get a chance like this because it's just feels very fun to teach other people something you know of. And one thing that we love about this event was how we also prepared some candy to give to the kids.

Now, we've explained our side of the story, but we have planned to to ask other people's opinion on this event. We had asked two people for their opinions, and the people were Meimei and Cheryl from class 84 Meimei mentioned that she had enjoyed the part where she could teach the kids because it was her first time doing so. One of the special moments she had experienced was that she felt happy that she could see these moments where all of the kids we're happy for just receiving decent gifts like candy, coloring pencils, or even just a story book. In Cheryl's opinion, the event went really well and very effective since we had experienced a good amount of fun with the kids but also we had teached the kids a lot of stuff. The event itself wasn't really something that we had planned out from a long time ago, but we made it work.

Group Text - English

Biodata

NAMA USIA

PEKERJAAN

TANAMAN

HEWAN

RUMAH

: Maria Magdalena Mina

: 70 tahun

: Petani buruh & peternak

: Padi, cabe, buncis, ketela,

: timun

: Bebek, kambing, ayam

: Sempon, Juwono

Selama mengikuti proses kegiatan Live In minggu lalu, kami ditempatkan di rumah Pak Suradi dan Ibu Mina. Ibu Mina berusia 70 tahun dan berprofesi sebagai petani buruh. Bekerja dari pagi hingga sore merupakan rutinitas kesehariannya. Beliau juga memiliki peternakan bebek, kambing, serta ayam di bagian belakang rumahnya. Hal tersebut tentunya membuat kegiatan sehari-harinya bertambah. Oleh karena itu, semangat dan komitmen untuk menjalani profesi tersebut sangatlah dibutuhkan. Selain itu, beliau juga

mengarit rumput sebagai kegiatan sehari-harinya. Rumput-rumput hasil ngarit tersebut kemudian diberikan kepada ternak sebagai makanan sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh, beliau

mengatakan bahwa dirinya berkomitmen untuk pantang menyerah agar membuahkan hasil panen yang memuaskan. Dengan semangat yang berkobar, Ibu Mina yakin bahwa kerja kerasnya pasti membuahkan hasil.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Desa Juwono, Dusun Sempon Keiko 84/3 & Ivana 84/15

Aurel 84/6 & Emma 84/12

Biodata : Bambang Anggoro : 70 tahun

NAMA USIA

PEKERJAAN TANAMAN RUMAH

: Petani : Cabai, kelengkeng, bayam, : padi, kacang panjang

: Keron, Juwono

Selama mengikuti proses Live In, kami tinggal di rumah Mbah Bambang, yang merupakan rumah gandeng. Sebagian dari rumah gandeng tersebut merupakan milik keluarga adiknya, yaitu Pak Nugroho dan Ibu Nia. Mbah Bambang memiliki sebuah sawah yang merupakan milik keluarganya. Beliau merupakan

orang yang memiliki daya juang serta komitmen yang tinggi. Awalnya, beliau hanya menanam padi di sawahnya. Namun, karena pendapatannya tidak konsisten, Mbah Bambang mulai menanam cabai karena masa panennya berbeda. Tetapi, cabai merupakan salah satu tanaman yang memerlukan perawatan yang banyak, sehingga ia juga menanam kelengkeng. Walaupun Mbah Bambang sudah tua, dengan usianya yang genap 70 tahun, Ia masih rajin bekerja. Mbah juga bercerita bahwa pada pagi hari, terdapat embun pagi yang cukup ganas dan dapat membuat sela-sela jari tangan dan kaki kita terkelupas. Namun, Mbah Bambang tetap bekerja di pagi hari. Disebabkan oleh sawah milik Mbah yang luas, ia juga mempekerjakan seseorang untuk membantu mengurus sawahnya. Mbah Bambang juga pernah gagal panen cabai karena cuaca yang kurang baik, namun Ia pantang menyerah dan memperbanyak jumlah tanaman yang lain, seperti kelengkeng karena berbeda dengan padi, kelengkeng tidak perlu ditanam ulang setiap setelah musim panen. Selain itu, untuk mengatasi masalah pendapatan yang tidak konsisten jika hanya menanam 1 tanaman, karena pemasukan hanya akan ada jika musim panen dan sisanya tidak ada pemasukan, Mbah Bambang juga mencoba membudidayakan kelengkeng agar setiap pohon berbuahnya bergiliran. Sehingga, Mbah Bambang dapat dibilang memiliki daya juang dan komitmen terhadap pekerjaannya.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
Desa Juwono, Dusun Keron

Keyla 84/23 & Daphne 84/11

Biodata

NAMA USIA

PEKERJAAN

TANAMAN

RUMAH

: Agustina Sri Wahyuti

: 41 tahun

: Petani

: Tanaman cabai dan padi

: Kwayuhan Ngisor

: RT 01/ RW 05

:

Kelurahan: Wates

:

Kecamatan: Dukun

: Kab. Magelang, Jawa

: Tengah

Selama mengikuti proses kegiatan Live In saya ditempatkan di rumah Ibu Sri, Ibu sri bekerja dalam kesehariannya dengan melaksanakan pekejeraan dalam bidang pertanian. Selama Live In saya melihat bahwa Ibu Sri ini sangat semangat dan berkomitmen dalam kehidupan sehariharinya seperti berkomitmen dalam mengurus hasil panennya yaitu tanaman cabainya, ia petik satu-satu lalu cabai tersebut ia jual di pasar. Tak hanya pekerjannya, juga dapat dilihat komitmen dan semangatnya dalam mengurus kedua anaknya yang fotonya dapat dilihat diatas. Sebelum saya dan teman Live In saya bangun, ia sudah bangun untuk

mengurus anaknya yaitu Arka dan Dion dan ia sudah mempersiapkan makanan untuk kami semua. Dari kedua hal tersebut dapat terlihat sekali semangat dan komitmennya dalam menjalankan hidupnya yang sangat saya kagumi dari dirinya.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
Desa Juwono, Dusun Kwayuhan

Keiko 84/3 - Puisi

Aku Tahu

Sejujurnya aku tidak tahu bagaimana rasanya bangun di pagi buta sepertimu

Atau bagaimana rasanya melihat hasil kerja kerasmu gagal

oleh kelalaianmu

Aku tidak tahu seberapa sulitnya mencapai suatu

keberhasilan itu

Setiap hari aku hanya dapat menyimpan rasa itu dalam diri

Hingga hari itu datang

Hari di mana rasa itu menemukan jawaban

Kini aku menyimpan hari itu dalam hati

Mengatakan,

Aku tahu bagaimana rasanya bangun di pagi buta sepertimu

Atau bagaimana rasanya melihat hasil kerja kerasku gagal

oleh kelalaianku

Aku tahu seberapa sulitnya mencapai suatu keberhasilan itu

Aku tahu

Karena hari itu telah menuntunku

Berjalan menjawab perasaan dalam diri

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS

Kehidupan di Live In

Pada akhir bulan Maret kemarin, kami siswi kelas 8 dari sekolah SMP Santa Ursula, melaksanakan Live In di Muntilan. Ketika kami melaksanakan Live In, kami merasakan perbedaan antara desa-desa yang kami tempati dan kota. Mulai dari udara segar di desa yang berbeda dengan udara di kota yang sudah penuh dengan polusi, baik karena kendaraan ataupun faktor lainnya. Suhu di desa juga lebih dingin daripada suhu di kota, sebab letaknya yang dekat dengan puncak gunung. Berbeda dengan di kota, di desa, kami tidak memerlukan AC, sebab suhu pada saat malam hari sudah sangat dingin.

Letak desa Live In kami yang di Muntilan, dekat dengan Gunung Merapi. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi di Jawa Tengah. Di desa kami, pada saat malam hari, kami dapat melihat lahar keluar dari gunung merapi. Lahar tersebut tidak berbahaya, karena letaknya jauh dengan pemukiman warga.

Rumah-rumah di desa juga sangat berbeda dengan rumah-rumah di kota. Mulai dari bentuknya, dimana dinding rumah di desa kami tidak menyampai atap. Berbeda dengan rumah di kota Mayoritas rumah di desa juga memiliki rumah yang tidak terlalu besar, karena sebagian besar tanah digunakan untuk sawah.

Pemandangan di desa juga sangat berbeda dengan kota. Kota di penuhi dengan bangunan-bangunan modern yang tinggi sedangkan di desa, pemandangannya berupa gunung, hutan, dan sungai. Selain pemandangan alam, desa kami juga dipenuhi sawah dengan padi yang sudah mulai matang. Tidak hanya padi, namun juga ada beberapa tanaman lain, seperti singkong, tomat, cabai, dan lain-lain.

Kehidupan dan kebiasaan di desa juga berbeda dengan di kota. Di desa kami, mayoritas penduduk menggunakan bahasa Jawa, berbeda dengan Jakarta yang menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari Nilai persaudaraan dan persatuan di desa juga jauh lebih erat dibandingkan di kota. Orang-orang di desa juga sangat mementingkan sopan santun, terutama kepada orang yang lebih tua. Kebiasaan anak-anak di desa juga berbeda dengan anak-anak di kota. Mayoritas anak di desa masi memainkan mainan seperti layang-layang dan mercon, berbeda dengan anak-anak di kota.

Mata pencaharian di desa juga berbeda dengan di kota. Di kota, kita sering melihat orang-orang kerja kantoran, sedangkan di desa, kita lebih sering melihat orang-orang bekerja di sawah.

84/6 - Teks Deskripsi
PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Aurel

Mainan Tradisional Klotokan Ayam

Pada akhir bulan Maret kemarin, tanggal 27 Maret sampai 1 April, kami siswi SMP Santa Ursula kelas 8 melaksanakan kegiatan Live In di Muntilan. Ketika kami melaksanakan kegiatan Live In tersebut, kami belajar banyak hal yang mampu memberikan pengalaman langsung kepada para siswi, kami hidup bersama keluarga penduduk wilayah tertentu dalam waktu beberapa hari untuk mengikuti aktivitas sehari-hari mereka

Saat kami siswi-siswi melaksanakan Live In, ada banyak perbedaan antara desa dengan kota kami sendiri. Perbedaan yang paling menonjol adalah mainan anak desa dengan anak kota, contohnya adalah mainan klotokan ayam.

Klotokan ayam merupakan mainan tradisional berbahan bambu yang mengeluarkan bunyi khas jika didorong, yaitu "otok-otok-otok-otok"

Mainan klotokan ayam ini memiliki warna yang bervariasi dan memiliki tongkat yang terhubung dengan ayamnya, sehingga mudah untuk didorong. Mainan ini juga memiliki dua roda yang membantu ayamnya bergerak dengan mengeluarkan suara "otok-otok-otok-otok".

Mainan klotokan ini juga memiliki banyak fungsi, seperti dapat menjadi suatu hiburan akibat suaranya yang lucu dan dapat membantu anak latihan berjalan. Walaupun mainan klotokan ini terlihat mahal, harga mainan ini tergolong murah dengan harga kisaran Rp 14.000 sampai Rp 25.000.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS
Daphne 84/11 - Teks Deskripsi

Goresan Memori

Angin berhembus dengan lembut melalui rerumputan hijau, terlihat seorang laki-laki yang sedang duduk dan melukis sesuatu. Sebuah pohon besar menemani dirinya, disertai dengan suara air mengalir di parit. Laki-laki tersebut menghembuskan nafasnya, tersenyum, dan mengatakan “Akhirnya.”

6 tahun yang lalu..

Jam sudah menunjukan pukul 7 pagi dan seorang remaja lelaki bernama Arya sedang membuat teh hangat untuk menghangatkan dirinya. Arya adalah seorang remaja yang hidup dengan sejuta mimpi. Namun, remaja berumur 14 tahun tersebut merupakan seseorang yang pesimis. Memiliki kepribadian yang tertutup, sulit baginya untuk memiliki sebuah motivasi. Saat kecil Arya dibawa oleh orang tuanya ke suatu desa dan mengatakan bahwa mereka akan pergi sebentar ke tempat lain, namun nyatanya, hingga sekarang pun mereka tidak kunjung kembali sehingga Arya yang waktu itu masih kecil dan sendirian diasuh oleh seorang bibi bernama Bibi Zahra, yang merupakan seorang petani dan sudah dianggap sebagai ibu sendiri oleh Arya

Salah satu mimpi Arya adalah untuk menjadi seorang pelukis yang terkenal. Selama ini, ia hanya melukis menggunakan krayon-krayon maupun pensil warna yang berceceran di rumahnya. Dirinya hanya berani untuk menunjukan hasil karyanya kepada bibinya, yang selalu menerima dan memuji betapa indahnya karya tersebut. Arya yang merasa senang selalu memeluk bibi dan membantu bibi melakukan pekerjaan rumahnya maupun pekerjaan sawah.

Suatu hari, Arya sedang melukis pemandangan yang berada di dekat sawah, lengkap dengan meja dan kursinya sendiri. Dia sedang menggambar pemandangan di depannya. Harus diakui, walaupun dia hanya mendapat alat-alat yang berserakan, hasil gambarnya sangat indah. Dari kejauhan, Arya melihat sosok sebuah gadis berambut coklat tua yang sedang berjalan-jalan di sawah.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Emma 84/12 -
Pendek
Cerita

Ketika Arya menyipitkan matanya untuk melihat lagi, gadis tersebut ternyata sedang berjalan ke arahnya. Dari dekat, gadis tersebut terlihat seumuran dengan

Arya. Gadis tersebut pun tersenyum dan mendekatkan wajahnya kepada Arya. “Wow! Kau sedang menggambar sawah ini? Bagus sekali!” Gadis tersebut memekik kegirangan. Arya yang tidak terbiasa dengan orang ramah pun hanya mengangguk grogi. Saat menerima respon dari Arya, gadis tersebut terlihat bingung. Namun, ia memutuskan untuk melanjutkan perbincangan. “Hai, perkenalkan aku Kanaya!” katanya sambil menawarkan tangannya untuk dijabat.

Arya dengan ragu-ragu mengambil tangan Kanaya dan menjawab “aku Arya.”

Mendengar Arya yang sudah berani mengucapkan sesuatu, Kanaya tersenyum lagi dan mengatakan :

“Senang bertemu denganmu, Arya!”

Tak terasa, mereka sudah bercakap-cakap hingga senja datang. Langit berwarna jingga ditemani dengan suasana sejuk dikarenakan matahari yang hendak pergi. “Kurasa, kita sudah harus kembali,” ujar Kanaya. Walaupun, Kanaya sendiri terlihat sedih dan masih ingin menghabiskan waktu bersama Arya. Arya hanya mengangguk dan mengatakan “Iya, kamu cepatlah kembali. Bila kau pulang terlambat, orang tuamu bisa cemas. ” Mendengar hal tersebut, Kanaya merasa tersipu. “Baiklah. Sampai jumpa besok, Arya!” Sahut Kanaya sambil berlari. Arya yang melihat kemudian tersenyum dan merasa hangat, berpikir: “Pasti Bibi suka dengan Kanaya.”

Setiap hari, Kanaya selalu datang dan menemani Arya melukis hingga senja. Arya yang awalnya memiliki sifat tertutup, mulai merasa nyaman dan terhibur dengan kehadiran Kanaya. Tanpa ia sadari, sudah saatnya bagi Kanaya untuk pergi dan pulang ke kota. Hari ini adalah hari terakhir dirinya bersama Kanaya. Perasaan Arya bisa dibilang bercampur aduk. Ia merasa senang karena Kanaya sudah bisa pulang. Namun, dirinya merasa ia akan merindukan kehadiran sosok perempuan kedua yang bisa pandang sebagai rumah.

“Arya, saat kita berjumpa lagi, kamu sudah harus menjadi pelukis ternama ya! Janji ya!” Kalimat tersebut merupakan kalimat terakhir yang diucapkan Kanaya sebelum dirinya akhirnya benar-benar pergi.

Setelah mendengar perkataan Kanaya, Arya perlahan mulai berubah. Dirinya menjadi lebih ambisius dan percaya diri. Dia mulai benar-benar berlatih untuk mendalami seni-seni lukis. Percayalah, perjuangan Arya sangat keras. Bibi Zahra lebih dari senang untuk mendukung cita-cita buah kasihnya. Sampai akhirnya, bakatnya mulai dikenal oleh orang-orang. Mulai dari orang desa, sampai ke telinga orang kota. Dirinya dan Bibi Zahra diundang ke berbagai acara televisi untuk diwawancarai. Arya bangga. Akhirnya, ia dapat menunjukan bakatnya ke seluruh dunia.

6 tahun kemudian, sampailah Arya di titik sekarang. Di mana dirinya sedang melukis di kampung halaman dirinya dulu. Perasaan damai memasuki diri Arya setiap kali ia menggoreskan kuasnya. Walaupun tidak bertemu lagi, ia yakin bahwa lukisan ini akan selalu hidup dan mengenang peristiwa-peristiwa indah tersebut. “Akhirnya.” Ucap Arya, setelah menyelesaikan lukisan tersebut. Lukisan yang berisi alasan mengapa ia bisa berjuang sampai titik ini, alasan dirinya mampu untuk memulai. Yaitu, Kanaya.

- TAMAT -

Mbah Kakung Antonius Suradi

Antonius Suradi ialah salah satu warga di Desa Juwono, Dusun Sempon yang sampai sekarang masih aktif dan semangat bekerja sebagai petani buruh dan peternak. Beliau sudah lama menjalani profesi sebagai seorang petani. "Saya sudah bekerja jadi petani sejak saya masih muda sampai sekarang," ungkap Pak Suradi. Padi, cabai, ketela, dan timun merupakan tanaman yang ia tanam sehari-harinya. Beliau juga berprofesi sebagai peternak. Dikarenakan beliau memiliki peternakan di belakang rumahnya. Pak Suradi menunjukkan kami hewan-hewan ternaknya yang merupakan ayam, bebek, dan kambing. Selain bertani dan beternak, terkadang beliau juga ngarit rumput. Rumput hasil ngarit tersebut kemudian akan diberikan kepada hewan-hewan ternak sebagai makanan sehari-hari. Walaupun sudah berumur 70 tahun, Pak Suradi tetap semangat menjalani tugasnya setiap hari. Beliau mengatakan bahwa menjadi petani memiliki kelebihan dan kekurangannya. Salah satu kekurangannya adalah tidak semua hasil panen berhasil dan memerlukan biaya yang besar. Lalu harga cabai di pasar juga turun dari Rp 90.000,- menjadi Rp 15.000,-. Tetapi beliau pantang menyerah dan tetap tekun bekerja setiap hari. Pak Suradi merupakan sosok yang sangat menginspirasi.

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS Ivana 84/15 - Profil ♡

Kegiatan Jelajah Alam dan Home Industry Live In

Pada tanggal 28 Maret 2023 sampai tanggal 31

Maret 2023, para siswi SMP Santa Ursula melaksanakan berbagai kegiatan selama Live In di Magelang, Jawa Tengah. Kami melaksanakan kegiatan bersama keluarga maupun warga sekitar. Semua acara telah disusun oleh tim edukasi yang

membantu terjadinya kegiatan Live In. Kedua kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan home industry dan jelajah alam

Kegiatan masak atau home industry dilaksanakan pada hari Rabu dan kegiatan jelajah alam dilaksanakan pada hari Kamis. Untuk home industry kami semua diajak untuk membuat makanan khas Jawa Tengah yang berasal dari hasil olahan singkong. Makanannya adalah keripik singkong, onde-onde, dan kemplang. Saat melaksanakan proses memasak, terjadi suatu masalah yang sering terjadi dimana ada banyak anak yang jarinya terkena dengan parutan saat sedang memarut singkong atau kelapa. Tapi menurut saya yang lebih parah merupakaan pengalaman saat melaksanakan jelajah alam karena banyak sekali momen dimana kita harus jalan jadi banyak siswa yang kecapean, dan cuaca pada hari tersebut lagi panas sekali jadi hal tersebut merupakan proses yang sangat amat mencapaikan bagi kami semua.

Pada akhirnya walaupun anak-anak tersebut jarinya terkena dengan parutan, mereka tetap ingin membantu dalam mempersiapkan makanan Tapi tentunya untuk keamanan semua, bagi yang terkena parutan lukanya dibersihkan dan diobatkan serta ditutup dengan hansaplas terlebih dahulu baru dapat membantu lagi. Sedangkan untuk kegiatan jelajajah alam, setelah banyak jalan kami diajak untuk berenang di air terjun dimana menurut saya hal tersebut sangat refreshing.

Tak lupa menambah saat kita sedang di air terjun kita diminta untuk duduk di sebuah batu atau di tanah untuk menikmati nasi doa dan teh manis hangat Serta setelah kita memasak, kita pun diberi kesempatan untuk menikmati semua hasil olahan kami semua. Kedua hal tersebut merupakan bagian yang paling menyenangkan dalam kedua kegiatan Live In ini karena kami dapat menikmati makanan yang sangat enak.

PENJASKES BHS INGGRIS Keyla 84/23 - Teks Narasi

Teks Kelompok - Bahasa Indonesia

Berjelajah Dengan Para Sanurian

Jelajah alam diawali dengan para siswi berkumpul di Kapel dan dibagi menjadi enam kelompok yang nantinya akan didampingi oleh TEJ Tujuan diadakannya jelajah alam adalah agar para siswi dapat merasakan kehidupan di desa. Cara para petani menanam dan mengurus hasil panen adalah topik perbincangan kami sepanjang berjelajah. Pemandangan di desa tentunya jauh berbeda dengan yang ada di kota Lahan hijau dengan sungai kini menjadi teman perjalanan kami. Pada akhirnya, para siswi telah sampai di perhentian terakhir. Air terjun dengan pohonpohon yang rindang kini telah menyita perhatian para siswi. Tak lupa juga para siswi menyantap nasi doa dengan teh manis hangat untuk memenuhi kekosongan perut

Seusai para siswi menyantap nasi doa, perlahan kami berjalan kembali pulang ke rumah masing-masing Diadakannya program Live In membantu para siswi belajar untuk lebih bersyukur dengan makanan yang sudah disediakan dan bahwa untuk mencapai suatu keberhasilan, dibutuhkan kerja keras serta komitmen yang besar. (AKI, AMO, DJS, EMP, IMG, MAT)

PENJASKES BHS INDONESIA PPKN BHS INGGRIS

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.