Filsafat komunikasi

Page 1

1

Penulis :

Sulthon Muhyiddin Almuzakki

Editor :

Sulthon Muhyiddin Almuzakki

Cover :

Sulthon Muhyiddin Almuzakki

Dosen pengampu :

Abu Amar Bustomi, M.Si

PROGRAM

FAKULTAS

2023

2
STUDI ILMU KOMUNIKASI DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya buku ini dapat diselesaikan

tepat pada waktunya. Dengan topik yang berjudul “Filsafat dan Filsafat Komunikasi” untuk mata kuliah filsafat komunikasi yang di ampuh oleh Abu Amar Bustomi, M.Si

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi besar

nabiyullah Muhammad SAW , yang mana telah menuntun kita dari zaman jahiliyah hingga

menuju zaman islamiyah yakni “Addinul Islam”

Saya berharap semoga buku ini dapat dipergunakan sebagai salah satu petunjukatau

pedoman maupun inspirasi serta memberikan pengetahuan yang bermanfaat kepada para pembaca. Saya disini masih dalam proses belajar.

Akhir kata saya menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, saya masih melakukan

kesalahan dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu, saya meminta maaf atas kesalahan yang telah saya lakukan. Harapan saya, buku ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 30 Juni 2023

3
PENGANTAR
KATA
Sulthon Muhyiddin Almuzakki
4 DAFTAR ISI Kata pengantar ........................................................................................................................3 Daftar isi ...................................................................................................................................4 Bab I Pendahuluan A. Latar belakang .........................................................6 B. Rumusan masalah .......................................................................................................6 C. Tujuan ...........................................................................................................................6 Bab II Pembahasan A. Pengertian filsafat .......................................................................................................8 B. Filsafat dalam komunikasi ..........................................................................................9 C. Komponen filsafat komunikasi .................................................................................10 a) Ontologi .................................................................................................................10 b) Epistemologi .........................................................................................................11 c) Aksiologi ...............................................................................................................12 D. Hakikat komunikas ................................12 E. Ontologi komunikasi manusia ..................................................................................14 F. Status ontologi dalam media massa komunikasi ...................................................15
5 G. Dasar pertimbangan pemilihan media komunikasi ................................................16 H. Konsekuensi pertimbangan pemilihan media komunikasi ....................................17 Bab III Penutup A. Kesimpulan .............19 Daftar pustaka .......................................................................................................................21 Biografi penulis ......................................................................................................................22

A. Latar Belakang

Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran filsafat. Biasanya sejarah filsafat ini memuat berbagai pemikiran kefilsafatan (yang beraneka ragam) mulai dari zaman pra-Yunani hingga zaman modern. Juga, dengan mengetahui pemikiran filsafat para ahli pikir (filosuf) ini akan didapat berbagai aneka ragam pemikiran dari dahulu hingga sekarang.

Filsafat merupakan indukdari segala ilmu yang mencakup ilmu-ilmu khusus, kemudian dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus tersebut merasa sudah bisa mandiri akhirnya ilmu-ilmu khusus satu demi satu memisahkan diri dari induknya yaitu filsafat. Setiap masalah yang tidak bisa di pecahkan oleh ilmu-ilmu khusus, maka yang bisa memecahkannya adalah Filsafat.

Namun karena flsafat sebagau induk dari ilmu-ilmu lainnya, pengaruhnya sampai saat ini masih terasa. Seperti orang yang masih memperoleh doctor dalam ilmu fisika, psikologi, dan sebagainya, diberi gelar Ph.D (Doctor of Philosophy).

Padahal Ph.D seharusnya hanya digunakan untuk materi filsafat saja.

Dalam sejarah ilmu yang mula-mula melepaskan diri dari filsafat adalah matematika dan fisika. Ini terjadi pada zaman Renaissance (abad XIV M). Kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lainnya untuk memisahkan diri dari induknya. Psikologi menjadi ilmu yang terlepas dari filsafat pada masa belakangan ini saja. Bahkan

sampai sekarang masih ada beberapa institusi, yang mengaitkan psikologi dengan filsafat.1

6
BAB I PENDAHULUAN
1 Sesadi Muliati, Pengantar filsafat, (Cet I ; Yogyakarta ; Trust Media Publishing, 2019). Hal 19

Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata filsafat tidak mati

tetapi hidup dengan corak tersendiri, yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang menjadi pertanyaan adalah: apa saja yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam corak yang tersendiriDari persoalan inilah cabang-cabang filsafat. Bagi ahli filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda.

7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia, kata berangkai dari kata

philein yang berarti mencitai, dan sophia berarti kebijaksanaan. Philosophia berarti:

Cinta atau kebijaksanaan (Inggeris: Love of wisdom, Belanda Wijsbegeerte. Arab:

Muhibbu al- Hikmah). Orang yang berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat disebut

“filsuf” atau “filosof”, artinya pencinta kebijaksanaan.2 Versi lain menjelaskan bahwa:

Filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi semantik dan segi praktis: Segi Semantik.

Kata filsafat berasal dari bahasa Arab: falsafah (hikmah), yang berasal dari bahasa

Yunani, philo sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta

kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”. Maksudnya semua orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana dan disebut “filosuf”.

Dilihat dari segi praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir.

Berfilsafat berarti berpikir. Namun, tidak semua orang yang berpikir berarti berfilsafat.

Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyang

mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filosuf. Semboyang ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyang ini tidak benar, sebab

tidak semua manusia yang berpikir adalah filosuf.

8
2 Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, (Cet I: Bogor: IPB Press,2016). Hal 17

Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya. Oleh karena itu, langkah pertama untuk memahami filsafat adalah meninjaudari segi etimologi, segi asalusul kata itu. Secara etimologis, sebetulnya ada dua arti dari filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, jika istilahfilsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos, maka artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana. Kedua, jika filsafat mengacu pada asal kata philos dan sophia, maka artinya adalah teman kebijaksanaan.

Banyak sumber yang menegaskan bahwa sophia mengandung arti yang lebih luas dari sekadar kebijaksanaan. Dalam kata sophia juga terkandung makna, antara lain (1) kerajinan, (2) kebenaran pertama, (3) pengetahuan yang luas, (4) kabajikan intelektual,(5) pertimbangan yang sehat, dan (6) kecerdikandalam memutuskan hal-hal praktis. Dengan demikian, asal mula kata filsafat itu sangat umum,yang pada pokoknya adalah mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excellence).

B. Filsafat Dalam Komunikasi

Awal dari suatu penguasaan ilmu ialah menguasai filsafat ilmunya. Suatu ilmu

adalah suatu keutuhan pendapat-pendapat yang tersusunsecara sistematis dan terangkai secara logis satu sama lain, biasanya selama berabad-abad, disesuaikan dan dikembangkan dengan kemajuan masyarakat di mana ia berkembang. Boleh jadi, suatu saat suatu cabang ilmu berkembang menjadisuatu ilmu tersendiri. Hal itu terjadi, antara lain, dengan ilm politik,sosiologi,dan ilmu komunikasiyang melepaskan diri dari ilmu hukum. Suatu (rumpun) ilmu adalah ibaratsuatu pohon beriringanyang makin lama makin tegak dan kian kukuh.3

Filsafat komunikasi adalah displin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis,dan holistis mengenai teori dari

9
3 Sobur Alex, Journal Mediator: Mitor Dan Kenikmatan Filsafat: Pengantar Ke Pemikiran Filsafat Komunikasi Vol.5 No.1, Hal 9-10

proses komunikasi yang meliputi berbagai dimensi dan berdasarkan bidang komunikasi, sifat, tatanan, tujuan komunikasi, fungsi, teknik, dan metode komunikasi.4

C. Komponen Filsafat Komunikasi

Dalam komponen filsafat komunikasi terdapat 3 akar ilmu yang diuraikan melalui pilar utama yaitu ontolongi, epistimolongi, dan aksiologi. Ketiga komponen filsafat tersebut sangat menentukan bagi strategi pengembangan ilmu yang dipilih termasuk pengembangan ilmu komunikasi.

Menurut Withney R. Mundt filsafat komunikasi menampilkan kekuatan media dan prinsip fungsi media serta berhubungan dengan Negara. Mundt dalam penjelasannya keterpantauan pemerintah dengan jurnalistik sehingga keseimbangan kekuatan selalu bergeser.5

Dari komunikasi diperlukan untuk mendapatkan prespektif yang lebih luas dan komprehensif. Refleksi proses komunikasi tersebut sering dimasukkan dalam disiplin filsafat komunikasi. Pemikiran filsafat selalu menyatu dengan pemikiran teori komunikasi. Ada beberapa tokoh pemikir filsafat komunikasi. Yaitu:

1. Ontologi

Menurut pemikiran Stephen W. Littlejohn ontology memiliki fungsi positif perspektif dapat menyusun teori-teori komunikasi sehingga memudahkan didalam penggunaan teori-teori nkomunikasi sesuai dengan fokus dan landasan pikiran.

Dalam aspek ontologi,misalnya: ilmu komunikasi massa berfokus pada berita yang mempengaruhi minat masyarakat untuk mengetahui berita tersebut. Ilmu

komunikasi antarpribadi berfokus pada pesan yang akan disampaikan pada orang

4 Ridwan,aang. Filsafat komumikasi, (Bandung: Pustaka Setia. 2013).

5 Karisna Noer, Indonesian Journal of Islamic Communication, Vol. 1, No. 2, Hal 24

10

lain, apakah pesan tersebut dapat memberikan efek yang sesuai dengan tujuan atau tidak, dll.

Membahas ilmu komunikasi tentu tidak akan lepas dari pertanyaan tentang apa sebenarnya ilmu komunikasi itu, apa yang dibahas didalam ilmu komunikasi, objek apa yang masuk dalam kajian ilmu komunikasi

Dari banyaknya fenomena komunikasi masaa yang baru-baru ini menjadi topic hangat adalah adanya berita hoax yang beredar begitu pesat salah satunya tentang isu penganiayaan yang dialami oleh Ratna sarumpaet dengan cepat menyebar dimedia sosial dan mendapat banyak tanggapan dari berbagai netizen.

2. Epistemologi

Menurut Stephen W. Littlejohn epistemology merupakan cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan apa yang diklaim sebagai pengetahuan. Karena keanekaragaman yang disiplin yang ada dalam study komunikasi dan perbedaan pemikiran, mmaka isu-isu epistemology menjadi penting. Landasan pemikiran dala komunikasi dapat dibedakan melalui standar epistemiologi teori-teori komunikasi berpusat pada paradigma positivisme akan berberda dengan landasan kritis dan konstruktivis.

Epistemology pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiyah.

Dalam kajian epistemologi, ilmu komunikasi dititikberatkan pada berita atau kabar yang sesuai dengan bukti atau fakta untuk menjadikan berita tersebut bernilai tinggi dan berkualitas. Sehingga pesan yang ditujukan kepada masyarakat bersifat umum atau tidak memihak hal tersebut dapat dibuktikan melalui metode dari ketepatan waktu dalam memberikan informasi, akurat, seimbang, jelas, dan padat terpercaya.

3. Aksiologi

11

Aksiologi bidang utama filsafat ketiga yang mmembahas tentang masalah nilai.

Istilah aksiologi berasal dari kata yunani “Axios” dan “Logos”. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, Logos artinya teori atau akal. Aksiologi berarti teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisika dari nila-nilai dalam pemikiran filsafat Yunani

Ilmu komunikasi jika dipandang secara aksiologi berfokus pada fungsi komunikasi. Apabila komunikasi massa maka yang dilihat dari fungsi media yaitu hiburan, informasi, mempengaruhi, dan mendidik. Sehingga para praktisi media harus memiliki kemampuan untuk membuat ide agar bisa menarik para komunikan atau audiens dalam menerima pesan yang akan disampaikan oleh media tersebut.

Dalam hubungan filsafat komunikasi Laginan menjelaskan bahwa aksiologi merupakan study etika dan estetika. Hal ini berkaitan dengan betapa pentingnya seseorang komunikator dalam mengemas pemikirannya menjadi suatu isi pesan dengan bahasa sebagai lambang, untuk terlebih dahulu melakukan pertimbangan nilai apakah pesan itu etis atau tidak dan estetis atau tidak.

D. Hakikat Komunikasi

Hakikat komunikasi adalah sebuah proses pernyataan antar manusia, di mana yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam istilah komunikasi terdapat pesan atau (message), orang yang memberi pesan (komunikator), dan orang yang

menerima pernyataan (komunikan).

Komunikasi juga berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Selain itu pesan dalam komunikasi memiliki dua aspek, yakni yang pertama adalah isi pesan (the content of message) dan kedua adalah lambang (symbol). Secara kongkrit, pesan adalah pikiran atau perasaan, sementara lambang adalah bahasa.

Namun, perlu kita melihat hal tersebut dari sejarah perkembangan ilmu komunikasi.

12

Pada intinya, kita melihat berbagai usaha penyampaian pesan antarmanusia. Ada

beberapa konteks yang dapat kita lihat untuk menjelaskan hakikat ilmu komunikasi, yaitu : Penyampaian Pesan.meskipun kita berkomunikasi menyangkut perilaku manusia, tetapi tidak semua perilaku manusia adalah: komunikasi, dalam berkomunikasi

komunikasi adalah: perilaku manusia dalam menyampaikan pesan. Jika yang kita sampaikan bukan pesan maka itu bukan kajian ilmu komunikasi.

Kemudian, kita dapat melihat komunikasi pada hakikat pertumbuhannya melalui

mekanisme pendekatan antropologi sosiologi adalah: disiplin ilmu deskriftif. Dalam

sejarah pertumbuhanya ilmu komunikasi berawal dari Retorika. Retorika adalah; pengetahuan dan seni berbicara secara lisan, tatap muka dalam konteks publik. Ilmu

dan seni dalam menyampaikan pesan, kemudian berkembang bukan saja dalam tataran

tatap muka dengan publik melainkan juga media massa.

Hakikat ilmu komunikasi Pada tahun 1976 dance dan larsan mengumpulkan 126

defenisi komunikasi yang berbeda.dan mereka juga mengidentifikasikan juga dimensi konseptual, penting yang mendasari perbedaan dari temuanya itu. Yaitu beberapa

kategori tingkat hakikat ilmu komunikasi yaitu: tingkat observasi dan keabstrakan, tingkat keberhasilan dan terimanya pesan, dan tingkat kesengajaan.6

E. Ontologi Komunikasi Manusia

Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos: being, dan Logos:logic. Jadi, ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan) atau ilmu tentang yang ada. Ontologi diartikan sebagai suatu cabang metafisika yang berhubungan dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi mengkaji sesuai yang ada, sepanjang sesuatu itu ada.

13
6 Rozali Geofakta, dkk. Ilmu komunikasi dan informasi. (Bandung: Media sains indonesia,2022). Hal 8

Menurut pemikiran Stephen W. Littlejohn ontology memiliki fungsi positif perspektif dapat menyusun teori-teori komunikasi sehingga memudahkan didalam penggunaan teori-teori nkomunikasi sesuai dengan fokus dan landasan pikiran.

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales, misalnya, melalui perenungannya terhadap air yang ada di manamana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam” yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang penting bagi kita sesungguhnya bukanlah ajarannya yang mengatakan air itulah asal mula segala sesuatu, melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal dari satu substansi belaka.”

Kemudian dalam Ensiklopedi Britannica dijelaskan bahwa ontologi adalah teori atau studi tentang yang ada (being/wujud) seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda tersebut.7

Asumsi ontologis dalam komunikasi adalah pandangan dasar atau keyakinan mendasar yang membentuk pemahaman kita tentang hakikat keberadaan manusia dan dunia di sekitarnya. Dalam konteks komunikasi, asumsi ontologis membahas pandangan kita tentang bagaimana manusia berkomunikasi, apa artinya komunikasi bagi keberadaan manusia, dan bagaimana konteks sosial, budaya, dan sejarah memengaruhi dan membentuk proses komunikasi itu sendiri.8

Dalam aspek ontologi,misalnya: ilmu komunikasi massa berfokus pada berita yang mempengaruhi minat masyarakat untuk mengetahui berita tersebut. Ilmu komunikasi

8 ‘FIP-EMODUL-2020: Pembelajaran Filsafat Pendidikan 4.1’ <https://lms.untad.ac.id/mod/page/view.php?id=11632> [accessed

14 May 2023]

14
7 Nunu Burhanudin. Filsafat ilmu. (Jakarta: Prenadamedia,2018). Hal 49

antarpribadi berfokus pada pesan yang akan disampaikan pada orang lain, apakah pesan tersebut dapat memberikan efek yang sesuai dengan tujuan atau tidak, dll.

Membahas ilmu komunikasi tentu tidak akan lepas dari pertanyaan tentang apa sebenarnya ilmu komunikasi itu, apa yang dibahas didalam ilmu komunikasi, objek apa yang masuk dalam kajian ilmu komunikasi

Dari banyaknya fenomena komunikasi masaa yang baru-baru ini menjadi topic hangat adalah adanya berita hoax yang beredar begitu pesat salah satunya tentang isu penganiayaan yang dialami oleh Ratna sarumpaet dengan cepat menyebar dimedia sosial.

F. Status ontologi dalam media massa komunikasi

Secara esensial relasi manusia dan teknologilah yang menentukan status pelibatan teknologi dalam komunikasi, ini persoalan ontologis. Teknologi sebagai instrumen dapat

saja berwujud perangkat sederhana seperti batu yang difungsikan sebagai martil, sampai perangkat modern yang melibatkan etika dan estetika dalam setiap kehadirannya. Kehadiran instrument berarti memposisikan teknologi menjalani suatu

relasi dengan manusia demi tujuan sebagaimana alasan penciptaanya, tanpa tujuan maka instrumen menjadi tidak ada. Tujuan penciptaan merupakan pusat kehadiran si teknologi, sekalipun dalam pelibatan komunikasi.

Apa yang penting bukanlah bentuk-bentuk ciptaan teknologi komunikasi tapi orientasi manusia dalam proses pelibatan teknologi itu sendiri. Menurut Francis Lim,

(2008) manusia dapat mengalami teknologi dalam batas-batasnya sendiri, serta dapat pula melampaui batasbatas teknologis tersebut. Penggunaan teknologi komunikasi yang mampu memanipulasi kompleksitas sistem komunikasi pada gilirannya justru mengontrol manusia, bukan menghantar pada tujuan. Bukankah teknologi komunikasi telah bergeser bukan alat bantu lagi, tapi potret diri manusia, fenomena.9 9 https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/LONTAR/

15

Ketika teknologi diletakan dalam sudut pandang instrumen, yang muncul adalah relasi antropologi-teknologis. Sebagai instrumen, baik fb ataupun darling lain, mengundang relasi tanpa jeda antara teknologi dengan manusia. Tekhnologi komunikasi bukan semata alat atau instrumennya saja, tetapi rumusan pandang yang baru tentang hubungan manusia dengan tujuan yang hendak dicapai beserta kompleksitas yang mungkin tercipta. Intinya ada pada relasi antara manusia dengan tujuan berkomunikasi via teknologi, jadi bukan alatnya.

G. Dasar pertimbangan pemilihan media komunikasi

Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah:

1. Bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media.

2. Merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan proyektor transparansi.

3. Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret.

4. Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar siswa.

Jadi, dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.

Mc. Connel (1974) mengatakan bila media it sesuai pakailah, “if the medium fits, us it!” Memang belum banyak penelitian tentang efektivitas media dalam pembelajaran, terlebih pembelajaran PendidikanAgama Islam dan Pendidikan Guru madrasah Ibtidaiyah,yakni bila dibandingkan dengan perkembangan teknologinya yang begitu pesat (ICT/information &communication tecnology). Sehingga tidaklah mudah menentukan ukuran atau kriteria kesesuaian media tersebut, karna banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Untuk memudahkan dalam memilih media, tentunya lebih dahulu harus diingat bahwa media pembelajaran adalah bagian dari sistem

16

intruksional. Artinya, keberadaan media tersebut tidak terlepas dari konteksnya

sebagai komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan.

Berdasarkan komponen-komponen dari sistem intruksional inilah kriteria

pemilihan media dibuat. Kriteria-kriteria yang menjadi fokus di sini antara lain

karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, karakteristik media itu sendiri, dan sifat pemanfaatan media.10

H. Konsekuensi pertimbangan pemilihan media komunikasi

Penggunaan media teknologi komunikasi oleh masyarakat sekarang ini bisa

berdampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat sebagai berikut.

1. Dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna

2. Memfasilitasi interaksi antarindividu

3. Memperkaya pengalaman belajar nilai-nilai sosial budaya

4. Mampu mengubah suasana belajar nilai-nilai sosial budaya menjadi aktif

5. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas,

6. Mempermudah pengiriman dan penerimaan informasi.

Fasilitas media teknologi komunikasi memudahkan orang untuk saling berinteraksi, meskipun dipisahkan oleh jarak geografis, tetapi dengan bantuan media, interaksi dapat dilaksanakan dengan mudah. Misalnya, penggunaan media internet telah terbukti mampu menjembatani interaksi antarmanusia secara missal. Dengan adanya interaksi tersebut, proses transaksi pesan akan diikuti oleh transaksi nilai-nilai sosial budaya.

17
10 Dr. Arief s. Sadiman, M.Sc, dkk, media pendidikan, rajawali pers, jakarta, 2005, hlm 84.

Media komunikasi yang terdapat di masyarakat, harus bisa kita pergunakan sebaik

mungkin relevan dengan tujuan kita melaksanakan komunikasi. Cara penggunaan media komunikasi dengan sebaik-baiknya, memungkinkan media tersebut dapat memberikan manfaat, dan meminimalisir terjadi dampak negatif.

Beberapa dampak konsekuensi negatif penggunaan media teknologi komunikasi pada masyarakat meliputi :

1. Hilangnya kesempatan berkomunikasi interepersonal

2. Mempertajam kesenjangan

3. Penggunaan media komunikasi dapat mengancam privacy

4. Seringkali terjadi pemborosan

5. Ketergantungan terhadap sistem dan kerentanan sistem

6. Kejahatan dan penyalahgunaan komputer.11

Konsekuensi sosial dari perkembangan teknologi informasi bisa dilihat pada perubahan hubungan individu dengan individu, individu dengan komunitas, individu dengan lembaga sosial, individu dengan media massa, komunitas dengan media massa, dan komunitas dengan lembaga sosial. Keinginan untuk berubah sebenarnya tidak direncanakan oleh seorang pengguna teknologi informasi. Tapi dia memperoleh pengalaman dari penggunaan teknologi informasi tersebut. 11 https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/view/9/6

18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Tiga landasan yang menjadi pilar utama sebagai komponen filsafat komunikasi harus dijadikan pedoman dalam menelaah dan mengkaji suatu komunikasi. Jika komunikasi dikaji menggunakan ontologi maka akan menemukan hakikat komunikasi yang sebenanya.

Jika komunikasi dikaji menggunakan epitemologi maka akan mengetahui bagaimana komunikasi disusun. Selain itu epitemologi juga mempermudah manusia agar lebih efektif dalam menerima pesan komunikasi.

Setelah mengkaji dengan epitemologi, selanjutnya dapat dikaji menggunakan aksiologi khususnya pada komunikasi massa maka akan menyebabkan suatu tindakan dalam memahami pesan dan mengkaji ulang pesan agar tidak adanya salah faham dalam komunikasi.

Hakikat komunikasi yaitu suatu proses dimana pernyataan manusia. Dimana pernyataan itu adalah suatu pemikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam setiap kehidupan manusia memerlukan pemahaman yang lebih mendalam atas segala hal yang dilakukannya, termasuk juga di dalam proses komunikasi.

Kesimpulan hakikat dari pemilihan media pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai atau mengadaptasi media yang bersangkutan.Adapun Prosedur pemilihan media bila dilihat dari bentuknya cara

19

tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga model yaitu model flowchartyang

menggunakan sistem pengguguran (atau eliminasi) dalam pengambilan keputusan

pemilihan, model matriksyang menangguhkan proses pengambilan keputusan

pemilihan sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi, dan model

checklistyang juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan.

20

DAFTAR PUSTAKA

Karisna, N. N. (2018). Komponen Filsafat Dalam Komunikasi. Indonesian Journal of Islamic Communication, Vol. 1, No. 2,, 24.

Ridwan, & Aang. (2013). Filsafat Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.

Sesady, M. (2019). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Trust Media Publishing.

Sobur, A. (2004). Pengantar Ke Pemikiran Filsafat Komunikasi. Journal Mediator, Vol 5 No 1, 910.

Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press.

Suparlan suhartono, (2009). Dasar-dasar filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz media.

Rozali Geofakta, dkk. (2022). Ilmu komunikasi dan informasi. Bandung: Media Sains Indonesia.

Nunu Burhanudin. (2018). Filsafat Ilmu. Jakarta: Pranamedia.

FIP-EMODUL-2020: Pembelajaran Filsafat Pendidikan

4.1 ’<https://lms.untad.ac.id/mod/page/view.php?id=11632> [accessed 14 May 2023]

https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-20

https://core.ac.uk/download/pdf/84459577.pdf

Hudjolly, Jurnal Komunikasi, Volume 3, Nomor 2, Jan - April 2015, https://ejurnal.lppmunsera.org/index.php/LONTAR/

Sjahidul Haq Chotib, Awwaliyah: Jurnal PGMI, Volume 1 Nomor 2 Desember, https://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/awaliyah/article/view/351/283

21

Zulkarnaen Nasution, Jurnal Reformasi, Volume 1, Nomor 1, Juli - Desember 2011, https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/view/9/6

22

BIOGRAFI PENULIS

Sulthon Muhyiddin Almuzakki. Lahir pada tanggal 20 Mei 2003 di kabupaten Bojonegoro, jawa timur. Yang saat ini menjadi seorang mahasiswa di salah satu kampus ternama di surabaya. Yaitu di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dengan salah satu program studi terfavorit yaitu Ilmu Komunikasi.

23
24
25
26

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Filsafat komunikasi by Sulthon Almuzakki - Issuu