Tabloid Washilah - Edisi 101 September 2017

Page 8

8

OPINI

www.

Edisi 101 | Dzulhijjah 1438 Hijriyah | September 2017 Masehi

Dua Hal yang Perlu Dipelajari dari

Mahasiswa Amerika Serikat

M Biodata Singkat

Media Mahasiswa Washilah menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen dan puisi. Naskah dikirim ke washilahonline@gmail.com atau diantarkan langsung ke redaksi di Gedung Pusat kegiatan Mahasiswa (PKM) UIN Alauddin lantai 3.

ahasiswa di Amerika Serikat dan Indonesia sama-sama memiliki waktu yang sama dalam sehari semalam, yaitu 24 jam. Dalam seminggu mereka juga memiliki tujuh hari. Dan seperti mahasiswa Indonesia, mereka juga bergaul, belajar, bermain dan bersenda gurau dengan sesama temannya. Perihal kampus mereka jauh lebih indah dari Indonesia adalah hal yang wajar saja. Amerika Serikat merdeka 4 Juli 1776 ketika nenek moyang kita sendiri masih dijajah, tertindas, dan tentu saja buta huruf. Maka perbandingan bangunan kampus Amerika Serikat yang indah tak perlu dirisaukan. Yang perlu dikhwatirkan adalah mental kita. Sebagai komparasi Jepang dihancurkan bom di tahun 1945. Korea Selatan hancur berkeping-keping karena perang saudara selama 3 tahun di tahun 1953. Singapura, kita tahu, baru merdeka di tahun 1965. Tetapi dalam dunia pendidikan, kita banyak tertinggal dari ketiga negara tersebut. Mereka sudah dapat sejajar dengan Amerika Serikat dalam banyak hal. Kunci keberhasilan mereka adalah pendidikan. Pendidikan di negara-negara ini tak sekedar disimbolkan konstruksi bangunan dan angka-angka mahasiswanya. Universitas-universitas dari ketiga negara tersebut berada pada peringkat jauh di atas universitas-universitas di Indonesia. Pendidikan mereka dibangkitkan oleh sikap mental mahasiswanya. Dan dalam hal inilah kita banyak bermasalah. Dalam kata-kata yang lain, ada yang salah dengan pola pikir dan hidup mahasiswa kita. Ada banyak hal yang perlu diperbaiki, tetapi tulisan ini hanya memuat beberapa hal mendasar karena terbatasnya ruang.

In Time is On Time, On Time is Late Meski memiliki durasi waktu yang sama, kita perlu belajar dari mahasiswa Amerika Serikat tentang cara memperlakukan waktu. Walau sejujurnya, Allah telah berulang-ulang kali mengingatkan pentingnya waktu. Bahkan Allah bersumpah atas nama waktu dalam Surah An- Asr. Hanya barangkali memang mesti orangorang yang kita tuduh kafir yang perlu mengingatkan kita. Waktu bukan persoalan sepele di Amerika Serikat. Meski hanya beberapa menit saja. Tak sematamata karena time is money. Tetapi di sana ada nilai-nilai tanggung jawab, komitmen, dan konsistensi. Hal-hal yang menjadi masalah besar mahasiswa Indonesia, UIN Alauddin terutama. Jika perkuliahan dimulai pukul 08.00, bagi mahasiswa Amerika Serikat diterjemahkan dengan harus datang paling tidak 5 menit sebelum kelas dimulai. Di Indonesia, jika jadwal pukul 08.00 berarti mereka baru berangkat dari kos atau rumah pada pukul 08.00. Selama kuliah dan juga mengajar selama 4 tahun di Program Intensifikasi Bahasa Asing (PIBA), kebiasaan ini terus dirawat dan dipelihara mahasiswa. Kebiasaan ini berlanjut di acara-acara yang lain. Terlalu sering seminar, workshop, dan simposium harus ditunda dari 30 menit hingga 2 jam karena peserta yang datang belum banyak. Lambat laun mereka yang awalnya tepat waktu mengikut suka terlambat di lain waktu. Anehnya, mahasiswa apalagi sarjana gelisah jika dianggap terlambat menikah tetapi tak merasa bersalah jika datang terlambat dan membuat banyak

orang harus menunggu. Saat mengikuti Pre-Academic Training di San Diego State University di California, Theresa Perales (Kordinator Program) mengingat pentingnya waktu daam budaya akademik Amerika dengan mengutip “ In time is on time, on time is late, and late means you are fired.� Datang sebelum waktu berarti tepat waktu, datang tepat waktu berarti terlambat, dan datang terlambat berarti anda dikeluarkan. Celakanya, perhargaan terhadap waktu juga masih masalah bagi sebagian besar professor bahkan setingkat rektor sekalipun. Teringat di salah satu diskusi awal tahun 2017 di Lecture Theater Campus harus ditunda sejam hanya karena menunggu sang rektor. Sang moderator sampai perlu berironi, “Jarak antara rektorat dengan tempat ini sebenarnya hanya 5 menit dengan jalan kaki apalagi jika dengan mobil mewah dan nyaman.� Kesungguhan Salah satu penyakit mahasiswa adalah ketidaksungguhan. Terlalu banyak sarjana yang bingung sendiri entah belajar apa saat di kampus. Tak saja karena kampus tak sungguh-sungguh mengajar, tetapi juga karena mahasiswa tak sungguh-sungguh belajar. Tastas tidak diisi dengan buku tetapi kadang badik dan peralatan makeup. Atau hanya membawa tas kecil. Bahkan tidak membawa sama sekali seolah seluruh ilmu telah terkomputerisasi di otaknya. Lebih sering nongkrong di kafe dan warkop daripada perpustakaan. Tahu lebih banyak jumlah mal daripada buku yang dibacanya. Saat bicara terkesan paling tahu namun diam membisu melongo

washilah .com

saat diminta berbicara di forumforum resmi. Semester demi semester berlalu. Tak ada target yang dipancang tinggi-tinggi. Hari-hari hanya diisi dengan hura-hura mengabiskan waktu percuma. Tugas diselesaikan ala kadarnya. Akhir pekan dinanti untuk berpesta mengikuti gaya Amerika. Mahasiswa Amerika Serikat juga memang berpesta ria sampai mabuk di akhir pekan dan mereka benar-benar berpesta yang dalam pandangan dan budaya kita tak sesuai dengan nilainilai budaya. Bedanya di hari-hari lain mereka menghabiskan waktu dengan belajar di perpustakaan, melahap buku-buku, berdiskusi dan seterusnya. Mereka belajar dengan sungguh untuk kemudian berpesta (having fun) di hari minggu. Mahasiswa Indonesia bersantai ria sepanjang satu minggu. Bukti ketaksungguhan lain adalah kebiasaan meremehkan mata kuliah yang justru penting bagi masa depannya. Tak sedikit mahasiswa yang membela diri ketika tak menyelesaikan tugas dengan alasan juga mengerjakan tugas mata kuliah lain. Ada presentasi, makalah, atau dari dosen lain. Sikap-sikap semacam ini justru melukai perasaan dosen. Sebab mahasiswa terkesan membandingkan dan merendahkan mata kuliah yang lain. Saat saya mengajar Bahasa Inggris di PIBA, tak sedikit mahasiswa yang ngeyel tak mengerjakan tugas bahkan tidak hadir di kelas karena sibuk dengan laporan dan tugas mata kuliah lain. Padahal hafal alfabet dalam Bahasa Inggris pun tak mampu. Tetapi anehnya spesies mahasiswa seperti ini justru paling cepat mengeluh dan melulu protes ketika sarjana dan tidak mendapat pekerjaan karena kalah bersaing dengan mereka yang memiliki skil tambahan seperti Bahasa Inggris.

Bukankah ini aneh?


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.