SURABAYA & SEKITARNYA JADWAL SALAT SUBUH ZUHUR ASAR MAGRIB ISYA
Sumber Referensi yang Mencerdaskan
03:49 11:20 14:33 17:29 18:42
JAKARTA & SEKITARNYA
duta.co
SUBUH ZUHUR ASAR MAGRIB ISYA 04:14 11:44 14:58 17:52 19:05
Berlangganan
TIDAK TERIMA KORAN DUTA
SURABAYA 031- 829 9985 JAKARTA 021 3190 6159
SURABAYA 0821 3185 7586 JAKARTA 0852 5834 3301
Jumat, 28 Oktober 2016 n 27 Muharram 1438 H
HARGA : Rp 3.500
Sumpah Kepemimpinan Warga Indonesia saat ini perlu mengulang kembali sumpah kebangsaan dan kepemimpinan. Sumpah untuk menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan politik golongan serta pribadi, itu sekarang sudah lebur dalam ruang pertikaian merebut keuntungan. Kasus-kasus korupsi yang terjadi merata di pelbagai daerah, dari level elite sampai tingkat
politisi lokal, tentu menjadi kritik yang memprihatinkan. Bagaimana kualitas sumpah dan integritas yang sedang dibangun pemimpin negeri ini? Sumpahsumpah jabatan dan kepemimpinan yang digelorakan di bawah kitab suci maupun saksi, ternyata hanya janji kosong tanpa tindakan. Elite politik bertarung untuk perebutan
kekuasaan, sementara mereka yang mengaku elite agama bertepuk gemuruh untuk menghujat dan saling menista. Inilah wajah sumpah yang menjadi serapah. Sementara, wajah kusam kepemimpinan masih menghiasi negeri ini. Berita tentang kepala daerah dan keluarganya, yang tertangkap korupsi masih terus terjadi. Tentu,
kita berpaling pada masa awal sumpah jabatan. Bagaimana mereka, yang disumpah sebagai pejabat negara dan kepala daerah, nekad menerjang janji hanya untuk kepentingan perut sendiri? Bagaimana masa depan politik negeri dan pendidikan anak bangsa ini? Tentu, pada titik ini, perlu merefleksikan kembali sumpah kepemimpinan
dan kebangsaan. Sumpah jabatan tidak cukup, akan tetapi perlu ada sumpah anti-korupsi yang ditegaskan dalam konteks kepemimpinan, keindonesiaan dan kebangsaan. Sumpah untuk mengabdi pada kepentingan bangsa, bukan pada politik golongan maupun dinasti keluarga.
Oleh - Munawir Aziz Dosen Universitas Raden Rahmat (UNIRA) Malang, Peneliti Kaukus Aliansi Kebangsaan.
“ BACA: Sumpah Kepemimpinan ..., hal 7
MUI Tidak Dukung ‘Demo Ahok’ Hari Ini Aksi ‘Pemanasan’, Jumat Depan Besar-besaran JAKARTA-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin menyatakan lembaga yang dipimpinnya tidak mendukung demo-demo terkait tuduhan penistaan agama oleh Gubernur DKI Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama. Meskipun demikian, MUI juga tidak bisa melarang demo-demo tersebut karena dilindungi UU. Untuk diketahui, sejumlah Ormas akan berencana kembali
melakukan unjuk rasa besar-besaran Jumat (4/11) mendatang. Mereka akan turun jalan guna menyuarakan kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok. Informasinya, Jumat (28/10) hari ini, mereka juga unjuk rasa namun tidak besarbesaran. “Kita tidak mendukung adanya demo-demo, tetapi kita tidak
“ BACA: MUI Tidak..., hal 7
duta/wiwiek wulandari
Akhirnya DITAHAN: Dahlan Iskan dengan senyun khasnya ketika diwawancarai awak media setelah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh Kejati Jatim, Kamis (27/10) malam.
“Saya Diincar Penguasa” Lolos Gardu Induk, Mobil Listrik, Kena di Kasus PWU SURABAYA-Setelah menjalani lima kali pemeriksaan sebagai saksi sejak pekan lalu, akhirnya Dahlan Iskan ditetapkan sebagai tersangka kasus penjualan 33 aset PT Panca Wira Usaha (PWU), BUMD Provinsi Jawa Timur. Dahlan pun ditahan Kamis (27/10) setelah diperiksa sepuluh jam lebih sejak pukul 09.00 WIB. Dahlan selesai menjalani pemer-
r enungan Ketika kau meminta balasan atas sebuah amal, sebenarnya kau dituntut untuk tulus di dalamnya. Sudah cukup beruntung bila seseorang selamat dari siksa-Nya. Ibnu Atha’illah al-Iskandari (Sufi besar abad VII di Mesir, wafat di Kairo 709 H)
jagat unik
Kakek Penjual Koran Derita Kanker Wajah Foto kakek penjual koran di SPBU Kota Kasablanka (Kokas) ini sempat heboh di Twitter. Hampir seluruh wajah pria 88 tahun hilang akibat kanker dan ditutup dengan perban. Abdurahman, kakek itu, sudah menerima bantuan dari Departemen Sosial untuk biaya pengobatan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Istri Abdurahman sudah meninggal dunia sejak empat tahun lalu. Dia tinggal sendirian di rumah yang berukuran 26 meter persegi. Abdurahman sempat menjadi teknisi mesin sebuah perusahaan sebelum akhirnya di-PHK. Setelah itu ia menjalani berbagai pekerjaan. “Setelah jadi kuli di pasar, sempat juga ngamen sampai berkali-kali masuk panti di Kedoya dan Cipinang,” kata ayah delapan anak yang sudah besar-besar ini. “Apa pun saya lakukan demi rezeki halal anak-anak saya (waktu kecil).” Kini dia harus mengambil koran dari Pal Batu ke SPBU di Kokas usai salat tahajud dan subuh. Korannya dijajakan kepada pengemudi mobil atau motor yang masuk SPBU.lwkr
iksaan sekitar pukul 19.30 WIB tadi malam. Dahlan turun dari lantai 5 Gedung Kejati Jatim (lantai Seksi Pidsus Kejati, tempat pemeriksaan Dahlan) dengan mengenakan rompi tahanan warna merah. Sesaat kemudian, Dahlan berjalan menuju ke mobil tahanan yang membawanya ke Rumah Tahanan (Rutan) Medaeng. Masih dengan senyum khas-
nya, Dahlan sempat menyapa awak media yang sejak pagi menunggunya. Kepada media, Dahlan mengaku tidak kaget dirinya dijadikan tersangka dan ditahan. “Saya tidak kaget dengan penetapan sebagai tersangka dan ditahan, karena saya sedang diincar terus oleh yang lagi berkuasa,” kata Dahlan kepada wartawan. Ia membantah melakukan korupsi. Dia mengatakan hanya menandatangani dokumen yang sudah disediakan anak buahnya saat dirinya menjabat sebagai Dirut PT PWU. Dahlan mengaku ketika menjabat sebagai Dirut selama 10
tahun lamanya itu, ia tidak menerima gaji dan menikmati fasilitas apa pun. “Biarlah sekali-kali terjadi seorang yang mengabdi setulus hati dengan menjadi Dirut perusahaan daerah yang dulu begitu jeleknya, tanpa digaji 10 tahun, dan tanpa fasilitas apa pun harus menjadi tersangka. Bukan karena menerima uang, sogokan, aliran dana, tapi karena harus tanda tangan dokumen yang diserahkan anak buah,” papar Dahlan. Dahlan ditetapkan sebagai tersangka
“ BACA: “Saya Diincar..., hal 7
Divonis 20 Tahun, Jessica Senyum JAKARTA-Majelis hakim kasus pembunuhan I Wayan Mirna Salihin menjatuhkan hukuman penjara 20 tahun kepada terdakwa Jessica Kumala Wongso dalam sidang ke-32 kasus kopi sianida di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (27/10). Usai vonis dibacakan, tampak terdakwa Jessica tersenyum kecut setelah memeluk kuasa hukumnya, Otto Hasibuan. Sementara, di luar ruang sidang saudara kembar Mirna, Sandy Salihin, menangis lantaran kurang puas dengan hukuman yang dijatuhkan majelis hakim tersebut. Sandy belum dapat memaafkan tindak pidana yang dilakukan Jessica. “Mungkin mama saya memaafkan, tapi kalau saya butuh waktu kayak-nya,” ujar Sandy usai persidangan itu. Sementara, ibunda Mirna, I Ketut
“ BACA: Divonis 20 Tahun ..., hal 7
KH Ma’ruf Amin
tanya jawab keislaman
Membaca Alquran Terjemahan
Assalammu’alaikum Wr. Wb. Ustad Abdurrahman Navis yang saya hormati. Di meja kerja saya, tersedia Alquran yang ada terjemahannya. Hal ini saya maksudkan agar setiap waktu saya dapat membacanya dan memahami isi dari Alquran tersebut. Yang ingin saya tanyakan. Apa hukumnya membaca Alquran
Kolom tanya jawab keislaman ini diasuh KH Abdurrahman Navis LC MHI, wakil ketua PWNU Jatim, direktur Aswaja NU Center Jatim. Pembaca bisa mengajukan pertanyaan via email ke: Dumas@ sby.centrin.net.id atau SMS ke 08121624247
“ BACA: Membaca Alquran..., hal 2
Comment
IST
INGIN PULANG: Jessica Kumala Wongso di PN Jakpus setelah divonis 20 tahun penjara, Kamis (27/10). “Jadi saya enggak bisa pulang hari ini?” kata Otto Hasibuan, sang pengacara, menirukan kliennya.
Ditahan, Dahlan: Saya sedang diincar oleh yang sedang berkuasa Dan pengusaha di belakang penguasa, ya Pak…? Diduga sedang pesta sabu, lima ibu rumah tangga ditangkap di Cilacap Rusaknya generasi diawali rusaknya para ibu…
Jelang Kongres Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu)
KH As’ad Said Ingatkan Bahaya Liberalisme bagi Anak Penasihat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) KH As’ad Said Ali mengingatkan para guru NU tentang bahaya liberalism bagi siswa. Ia menyebut di dunia Barat, sopan santun seorang anak kepada orang tuanya tidak terjaga. DI Barat, kata Kiai As’ad, anak menyebut orang tuanya dengan panggilan nama langsung. Sedangkan di Indonesia, anak oleh orang tua dibiasakan memanggil dengan sebutan ayah, bapak, ibu, dan sebutan-sebutan sejenis. Liberalisme semacam itu menjadi tantangan yang harus dikendalikan oleh para guru NU. Kiai As’ad mengatakan hal itu pada Forum
Silaturahim di ajang Kongres Ke-2 Pergunu di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Kamis (27/10) pagi. Perhelatan lima tahunan ini dibuka Jumat (28/10) hari ini dan akan berlangsung hingga Sabtu (29/10) besok. Liberalisme Barat, menurut mantan wakil kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) ini, merupakan penjajahan bagi masyarakat Indonesia. Bila dibiarkan, masyarakat akan terbawa pada perilaku, pola pikir, dan berpakaian seperti masyarakat Barat. Liberalisme dalam tahap tertentu bisa berwujud perbedaan pemahaman. Dalam menghadapi Liberalisme, guru-guru NU harus mengedepankan toleransi agar tidak timbul per-
“ BACA: KH As’ad Said ..., hal 2
Kolom
Jumatan
Oleh: Prof Dr Nadirsyah Hosen LLM MA(Hons) PhD Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan dosen senior Monash Law School
Benarkah Bersyukur Bikin Makin Sukses?
NUO
KITA dengar ayat ini sering dibacakan (QS Ibrahim:7): “Sungguh jikalau kamu bersyukur niscaya akan Kami tambahkan (nikmat) untukmu.” Namun benarkah demikian? Ibn Katsir menyodorkan kisah nyata implementasi ayat di atas: diriwayatkan oleh Imam Ahmad ada seorang pengemis yang diberi sebutir kurma oleh Nabi, namun pengemis tersebut menolak karena merasa pemberian itu hanya sebutir biji kurma. Datang pengemis lain, Nabi berikan sebutir biji kurma. Ter-
FORUM SILATURAHIM: KH As’ad Sail Ali (dua kanan) di ajang Kongres Ke-2 Pergunu di Ponpes Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Kamis (27/10).
“ BACA: Benarkah Bersyukur..., hal 2 Editor : Mohammad Hakim Layouter : Ismail Amrulloh