KENANGAN 50 TAHUN KELULUSAN
ALUMNI SMA 6 ANGKATAN 1970
SEKAPUR SIRIH
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Ilahi, untuk memperingati 50 tahun kelulusan alumni 6-70 kami berusaha mempersembahkan sebuah Buku Kenangan alumni SMA 6-70.
Lima puluh tahun kita berpisah, namun persahabatan tetap terjalin dengan baik; jangan dilupakan pula 3 tahun (1968-1970) kita berkumpul dalam satu sekolah, banyak kenangan yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Buku Kenangan ini disusun sejak kita menginjakkan kaki sebagai siswa SMA 6 sampai dengan lulus dilanjutkan dengan kuliah/ bekerja, meniti karier sampai dengan kita pensiun—kendati ada beberapa teman yang masih
berkarya. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Satijono (almarhum [mantan Kepala Sekolah SMA 6-70]) dan Bapak-bapak/Ibu-ibu guru lainnya yang telah mendidik dan membimbing kami, sehingga kami menjadi manusia seperti yang seharusnya. Kepada teman-teman yang telah mendahului kami, teman seperjuangan, teman sepenanggungan, teman bergaul dan bercanda, semoga mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. Tak lupa ucapan terima kasih kami tujukan kepada temanteman alumni 6-70 atas kerjasama yang diberikan dan dukungannya, sehingga Buku Kenangan ini dapat terwujud. Saat ini silaturahim/komunikasi masih tetap berjalan melalui WAG Persahabatan Angkatan 70 SMA 6 sampai akhir Januari 2021 telah terhimpun sebanyak 78 orang alumni. Tentumya, dukungan dan kerjasama masih tetap kami perlukan untuk mengisi perjalanan hidup kita sampai akhir hayat.
Akhir kalam kami sampaikan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua.
3
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Daftar Isi
Sekapur Sirih
Daftar Isi
Bab I
Periode 1968 - 1970
Masa Sebagai Siswa-Siswi SMA 6-70
Bab II
Periode 1971-2004
Masa Melanjutkan Pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja, Masa meniti Karier
Bab III
Periode 2005-sampai sekarang
Masa Pensiun
Bab IV
Halaman Foto-foto
Bab V Penutup
Daftar Update alumni 6-70 per Januari 2021
Daftar alumni yang telah wafat per Januari 2021
Daftar Alumni WAG Persahabatan Angkatan 70 SMA 6
4
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
PENDAHULUAN Cerita SMA-ku
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
SAAT itu gedung sekolah kami yang terletak di Jl. Bulungan mirip pabrik tahu (kata orang), di mana dindingnya terbuat dari gedek/anyaman bambu yang dipoles kapur putih, sehingga apabila atapnya disodok menggunakan galah panjang, maka kapurnya akan ambyar jika mengenai rambut. Seolah-olah rambut tersebut beruban.
Ada kejadian iseng yang dilakukan oleh kakak kelas, yaitu dengan menaruh anak pohon nangka di bawah sadel sepeda motor Lambreta milik kepala sekolah, Pak Satijono. Ketika dikendarai pemiliknya, Lambreta tersebut kelihatan miring. Lalu beliau berhenti dan membuka sadel.. Ternyata di dalamnya ditemukan anak-anak pohon nangka. Melihat itu, Pak Satijono dengan sabarnya hanya menggeleng-gelengkan kepala mengingat kenakalan siswa-siswa didiknya.
Ada lagi keisengan kakak kelas, yang sempat saya saksikan. Kali ini menimpa guru bahasa Inggris, Ibu Muatjih. Bagian bawah kendaraan Jeep Willysnya diikat dengan tambang ke tiang penahan atap bangunan sekolah. Ketika kendaraan tersebut hendak dijalankan pemiliknya, tapi malah tidak bisa bergerak. Dicoba beberapa kali pun tetap saja gagal. Lalu Ibu Muatjih turun memeriksa. Setelah tahu apa yang terjadi, beliau hanya menggelengkan kepala saja, sembari memanggil pesuruh sekolah untuk melepas tali tambang tesebut.
5
Setelah sekolah berjalan beberapa bulan, terbetik berita bahwa Gubernur DKI Ali Sadikin sedang melakukan kunjungan kerja ke Taman Mendawai, salah satu taman terbaik di Jakarta, yang disambut oleh tokoh masyarakat setempat, Bapak Rusdi. Mendengar Pak Ali Sadikin berada di Jalan Mendawai, maka kepala sekolah dan para guru berembug bagaimana caranya agar beliau berkenan singgah guna melihat keadaan sekolah kami yang memprihatinkan. Siswi-siswi SMA 6 lah yang ketika itu mengajak Pak Ali Sadikin untuk mampir sebentar ke SMA 6. Kedatangan beliau disambut oleh kepala sekolah dan para guru SMA 6. Dalam sambutannya, beliau berjanji akan membangun gedung baru untuk SMA 6 dengan dilengkapi fasilitas seni dan olahraga.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada akhir 1968, janji Pak Ali Sadikin terwujud. SMA 6 memiliki gedung baru, lengkap dengan fasilitas seni dan olah raganya dengan menggunakan alamat baru, Jalan Mahakam. Pada tahun ajaran baru 1969, kami sudah menempati gedung sekolah baru dan permanen—lengkap dengan gelanggang remajanya di Jalan Bulungan. Kami angkatan 70 selama kelas I yang berjumlah 5 kelas pada 1968, menempati bangunan lama sekolah, sedangkan kelas II dan kelas III-nya, menempati bangunan sekolah yang baru. n
6
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Nama Bapak dan Ibu Guru yang pernah mengajar kami di kelas I, II, dan III:
Daftar
Kepala Sekolah : Bapak Satijono
Bahasa Indonesia : Bapak Soedjono (kelas I)
Civics : Bapak Alex Gunur (kelas I)
Agama : Bapak Ibrahim (kelas I)
Geografi : Bapak Soebardjo (kelas I)
Kimia : Ibu Syafni (kelas I)
Fisika : Ibu Srijati (kelas I)
BP : Ibu Rosna Nurdin
Bahasa Perancis : Ibu Nurhuda
Fisika : Bapak Suparto (kelas II)
Kimia : Ibu Asikin
Biologi : Ibu Sri Rahayu (kelas II dan III)
Olahraga : Bapak Aman Santoso (kelas I, II dan III)
Goniometri : Ibu Sri Mastuti
Stereometri : Bapak Susanto
Menggambar : Bapak Mahmud Djaya (kelas I)
Bahasa Jerman : Bapak Suparno (kelas II dan III)
Fisika : Ibu Retno (kelas III)
Mekanika : Ibu Larasati (kelas III)
Bahasa Inggeris : Ibu Muatjih
Ilmu Bumi Alam Falak : Bapak Idris (kelas II dan III)
Prakarya : Ibu Ngadjiyo (kelas I)
7
Olahraga : Bapak Sihombing (kelas II dan III)
Bahasa Indonesia : Ibu Choiriyah (kelas II)
Biologi : Bapak Hambali (kelas I)
Kimia : Bapak Ibnu (kelas II hanya sebentar)
Civics : Bapak Subandio (kelas I)
Olahraga : Bapak Sudaryanto (kelas II dan III)
Ilmu Ekonomi : Ibu Sri Rahayu (kelas II dan III)
8
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
BAB II
Periode 1971 – 2004
Masa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja dan masa meniti karier
Bagi yang melanjutkan dan menyelesaikan pendidikannya dan dapat mengirimkan daftar riwayat hidup ataupun bisa mengirimkan cerita pengalaman hidupnya setelah lulus SMA dimana kita telah disibukkan dengan kuliah ataupun bekerja untuk meniti karier di masa depan.
Pada periode ini telah diadakan reuni untuk pertama kalinya di rumah Asti jl Puri Mutiara Sakti tahun 2000 (foto terlampir). Disusul reuni kedua kalinya yang juga di laksanakan di rumah Asti jl Puri Mutiara Sakti pada tahun 2001.
Dalam rangka persiapan ultah ulang tahun emas SMA 6 telah dilaksanakan pertemuan di Starbuck Cafe, Plaza Senayan pada tahun 2001. Sehubungan dengan sumbangan alumni 6-70 kepada Panitia maka diadakan pertemuan di Cafe O La La PIM I - Pondok Indah terkumpul dana Rp10.000.000 untuk disumbangkan kepada Panitia. Acara puncak ulang tahun emas diselenggarakan di JHCC Senayan pada 12 Oktober 2002 malam hari, acara dihadiri lintas angkatan dan berlangsung dengan meriah dan semarak.
10
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
BAB III
Periode 2000 - 2020 Masa Kegiatan Alumni 6-70
USIA pensiun yang dialami oleh alumni SMA 6-70 secara umum rata-rata pada usia 56 tahun, kecuali mereka yang berprofesi sebagai dosen, aparatur sipil negara (ASN) dengan jabatan eselon I dan II, wiraswasta, atau pegawai perusahaan swasta (mempunyai aturan tersendiri). Pada periode ini, dimulai pertemuan halal bil halal dengan mengundang para guru pengajar SMA 6-70 bertempat di
Museum Layangan/kediaman Endang
Ernawati pada 2005. Acara berjalan meriah, yang dihadiri oleh 56 orang alumni. Cukup untuk melepas rasa kangen yang terpendam. Pada 2006, diselenggarakan halal bi halal berikutnya yang bertempat di Cafe Alexandre, putri Alex Asmasoebrata (alm) di City Walk yang dihadiri oleh 65 orang alumni. Pada 2007, acara Lustrum SMA 6 diadakan di sekolah.
Tahun 2012: Ulang Tahun Platinum 60 tahun usia SMA 6 yang di rayakan di Ballroom Hotel Hilton/Sultan.
Tahun 2013 Pertemuan I di Alam Boriska Villanya Ratih di daerah Gadog.
Tahun 2014 Pertemuan II di Alam Boriska villanya Ratih di daerah Gadog. Tahun 2015 tanggal 17 April reuni di Lembang pp villanya almarhum Alex Asmasoebrata.
Tahun 2016 tanggal 27 April kuliner di Rumah Makan Karimata, Sentul Selatan dan langsung ke BNR kediaman Yati. Tahun 2016 tanggal 10 September resepsi Lily mantu di Kartika Chandra. Tahun 2017 tanggal 20 April makan siang di rumah Harti Lantang , Bekasi. Tahun 2017 makan siang di villa Lily Karamoy, di Cilember. Tahun 2017 Pengukuhan Prof Dr drg Sarworini di kampus UI, Depok. Tahun 2018 tgl 28 April Trip I Joglosemar Zatuwiro (Zamrul Tuhu Widianto Robert). Tahun 2018 tanggal 18 Juli halal bi halal di restoran Kampung Bangka, jl Panglima Polim. Tahun 2018 tanggal 25- 29 September Trip ke P Belitung. Tahun 2019 tanggal 7- 9 Januari Trip ke Bandung. Tahun 2019 tanggal 27 – 31 Maret Trip II Joglosemar Zatuwirodit (Zamrul Tuhu Widianto Robert Didiet. Tahun 2019 tanggal 20 Juni Wisata kuliner dan halal bihalal Group Ken Sagopi ke Cimory dan Grand Garden, Bogor. Tahun 2019 tanggal 7 Juli halal bi halal di Panhead Cafe jl Radio Dalam. Tahun 2019 tgl 2 – 3 Agustus ke Resepsi Sully mantu, di Bandung. Tahun 2019 tanggal 26 – 31 Agustus Trip III Jateng – Jatim, Zatuwirodit (Zamrul Tuhu Widianto Didiet). Tahun 2019 tanggal 22 – 26 Oktober Trip IV Pangandaran – Joglosemar, Zatuwiroditmi (Zamrul Tuhu Widianto Robert Didit Helmi).
Tahun 2020 Rencana Trip V ke Bali ditunda karena Corona. Tahun 2020 tanggal 20 Desember Pertemuan online melalui fasilitas zoom meeting 50 tahun kelulusan SMA 6-70.
Berikut ini adalah data singkat dari rekan-rekan kita yang telah mengirimkan data singkat ke Tim Penyusun Buku Kenangan dan sebagian juga telah mengirimkan Cerita Pengalaman Hidup (CPH) atau Cerita yang Lucu semasa sekolah.
12
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
CERITA PENGALAMAN HIDUP SISWA/SISWI ALUMNI
ANGKATAN
SMA 6
1970
DINA ALEXANDRA
PONTAS
AKU masuk ke SMA 6 bukan karena statusnya sekolah favorit, tapi karena aku nggak boleh sekolah terlalu jauh dari rumah sama orangtua. Sewaktu SMP aku masuk sekolah
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Kristen. Jadi SMA 6, bagiku lumayan seru pergaulannya, karena siswanya berasal dari segala golongan masyarakat. Aku masuk di kelas I-1, tapi sayang aku lupa nama wali kelas kami waktu itu. Kepala Sekolahnya pak Satijono. Aku duduk sebangku bersama Rukmiyati, teman yang pandai, baik hati dan menyenangkan. Lalu berganti duduk sama Marlin. Kebanyakan teman-temanku adalah murid yang pandai dan menyenangkan. Ada satu pelajaran yang aku nggak pernah bisa mengerti, yaitu ukur ruang , padahal sumpah mati gurunya baik banget, namanya pak Sumardi, perawakannya mungil. Walaupun aku nggak mengerti pelajaran itu, tetapi di rapor selalu dapat angka 6. Karena kalau ulangan aku selalu dapat jawaban dari Chairil, Djajadi, sama tiga orang lagi yang aku lupa namanya, dan Pak Guru tahu aku dapat dari mana jawaban ulangan itu.
Satu yang paling membuat aku sedih, waktu masih duduk di kelas I SMA, mungkin baru sekitar 4 bulan sekolah, aku ditabrak saat pulang sekolah oleh seorang pengendara sepeda motor, sehingga tangan kananku patah. Kejadian ini membuat aku nggak bisa masuk sekolah selama 6 bulan. Puji Tuhan, aku masih bisa naik kelas, walaupun masuk ke SosBud. Sebenarnya aku bingung loh masuk kelas SosBud. Pelajarannya lesu banget. Gurugurunya bikin aku nggak semangat. Tapi kalau masuk PasPal, aku yakin bakal nggak bisa senyum. Mamaku tahu banget, makanya waktu kelas III, setiap pekan pasti ada satu hari di mana aku nggak masuk. Bosan banget ... Dan mamaku membuatkan surat izin nggak masuk.Untung akhirnya aku lulus ujian walaupun dengan hasil yang pas-pasan. Karena benar-benar nggak minat sama semua pelajarannya.
Teman-teman, aku sekarang membantu anak-anak kami membuka restoran. Lumayanlah, tenagaku masih bisa menolong mereka. Ayo datang ke resto kami. Semua makanan yang dijual enak banget, juga kue-kuenya. Teman-teman bisa datang kapan saja. Tapi lebih elok, kasih tahu aku dulu ya. Kapan yuk teman-teman mau adain acara reuni SMA 6 - 70 di resto aku. Ada beberapa foto yang aku kirim. Diambil sewaktu libur lebaran pada 2019. Kami sekeluarga jalan-jalan ke kota tua Semarang. Lalu ke Keraton Solo, Stasiun Ambarawa, Danau Rawa Pening, Kaliurang, Goa Jepang, naik jeep di Merapi, dan alun-alun kota. Terima kasih ya, teman-teman, sudah mau membaca ceritaku. Semoga teman-teman sehat walafiat selalu, diberi keberkahan umur, dan awet tua. n
15
HARTAWAN H. MARIONO
NAMA panggilanku Tatang. Salah seorang di antara siswa yang sama sekali tidak menonjol dan terkenal. Aku berasal dari SMP Negeri 11 Jakarta. Sebagian teman-teman di SMA 6, berasal dari SMP yang sama denganku. Sekadar info, perubahan terbesar sewaktu di SMA, aku tiap hari pakai celana panjang. Sementara selama di SMP kan tiap hari pakai celana pendek. Selain itu, orangtuaku juga tidak pernah membelikan celana panjang. Kejutan pertama masuk SMA 6 adalah, melihat kondisi fisik gedung; papan, bolong di sana-sini. Alhasil banyak senior yang mengintip, terutama kalau ibu Asikin—guru Kimia yang cantik dan tajir sedang mengajar. Hebat oi, guru SMA nyetir mobil sendiri ke sekolah. Berbeda dengan para guru lain yang sangat sederhana.
Suatu hari ketika kami sedang dikumpulkan oleh senior saat mengikuti Mapras, eh sekolah diserbu siswa SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Djasmani) dari Jl. Radio. Beberapa dari mereka malah bawa lembing segala. Seru juga sih jika diingat lagi.
Teman sekelasku di I.5 adalah Ary, Harry, Julianto, dll. Ada juga satu teman cewek, kecil, dengan bibir selalu biru. Ternyata ia penderita sakit jantung, dan beliau wafat waktu kelas satu itu juga, padahal aku paling sering mengganggu dia. Sayang aku lupa namanya.
Waktu kelas II kami pindah ke gedung baru yang diresmikan Bang Ali Sadikin. Keren… Kami menempati lantai 2. Teman sekelas a.l adalah Indah Mawarti, Widianto, yang baru gabung dari luar negeri. Kenapa aku ingat? Soalnya Ida seperti senang sama Wid, dan kalau kami gangguin Wid, wajahnya bisa merah padam. Sorry ya, Wid.
Kenakalanku satu-satunya terjadi sebelum pelajaran Bahasa Jerman, yang didahului pelajaran Olahraga. Guru pengampunya, pak Parno, biangnya cuek. Jadi beberapa kali setelah olahraga, aku lari ke Blok M untuk makan mie, sewaktu pelajaran Bahasa Jerman berlangsung. Sebetulnya aku ingin
16
‘70
Cerita Kenangan Alumni
SMA 6 Bulungan
belajar bahasa Perancis, tapi oleh guru pembimbing diarahkan ke bahasa Jerman, karena aku di PasPal.
Kelas 3 SMA adalah masa persiapan untuk masuk ke Perguruan Tinggi. Aku ingat harus les Kimia di luar sekolah dengan Dharmayanto. Lokasinya di Fakultas Kedokteran, Salemba. Oleh orangtua, aku diharuskan menjalani tes psikologi di sebuah lembaga milik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Prosesnya beberapa hari. Hasilnya, aku tidak cocok di bagian Hukum dsb. Bahkan rekomendasi mereka, aku cocok di Arsitektur. Wow, sesuai dengan cita-citaku. Jadi aku sudah ada gambaran; lulus SMA, daftar FKUI dan ITB Arsitektur. Itu saja.
Waktu tes di FKUI, sudah ada pengumuman dari ITB dan aku diterima. Alhamdulilah. Tes UI pun langsung aku tinggalkan. Aku harus berterimakasih kepada rekan Sriyanti Soetjitro, yang membolehkan aku tinggal di rumahnya di daerah Ledeng, Setiabudi, Bandung, selama mengikuti Bimbingan Tes di Modul. Terus terang, itulah pertama kali aku pergi lama dari rumah. Waktu itu, ada beberapa teman SMA 6 yang juga bergabung di rumah Sriyanti.
Periode kuliah di ITB berlangsung antara 1971-1975. Tapi aku baru bisa dilantik pada Maret 1976. Beruntung aku bisa selesai sesuai target, sehingga selama kuliah 100 persen dibiayai orangtuaku. Belajar mandiri aku lakukan di Bandung. Kontrak rumah (bersama Adhitiawarman Lubis & Parauli Pakpahan). Tak lama akhirnya aku memilih indekos saja, supaya cuci pakaian dan makanan sudah termasuk dalam biaya sewanya.
Kendati harus belajar secara teratur, tapi waktu santai tetap penting bagiku. Makanya dulu sering ikut pesta dansa (ajojing ya istilahnya). Eh juga nonton film biru. Pernah tuh suatu kali anak pemilik kos kami sandera supaya ikut nonton bareng, sehingga dia nggak bisa lapor ke ibunya. Kami nonton pakai proyektor. Kalau mesinya macet, film pun ikut terbakar. Anak induk semang kami sepertinya nonton sambil menelan air liur berulangkali. Rasakan...
Selesai pelantikan di ITB aku kembali ke Jakarta, bekerja di kantor konsultan PT. Encona Eng yang pada zamannya adalah konsultan terbesar di Indonesia dengan 650 orang karyawan. Aku mulai dari bawah, dari Jr Engineer, terus dipercayai jadi Project Manager untuk Proyek Setneg, GMF Cengkareng dsb. Terakhir waktu aku berhenti pada 1990, jabatanku Direktur Keuangan.
18
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
Aduh, stress banget jadi Dirkeu, terutama kalau mau gajian. Tahu kan klien sering nggak tepat waktu kalau bayar fee , jadi nggak cocok dengan arus kas. Jadi tugasku masuk-keluar bank mencari pinjaman. Capek juga. Akhirnya aku dibajak oleh PT Metropolitan Kentjana. Aku bergabung sejak 1991 sampai pensiun pada 31 Agustus 2020, dengan masa bakti selama 29 tahun. Aku pensiun pada usia 68 tahun. Lumayan lah masih dipercaya sampai usia senja.
Saat bekerja di Encona, pada waktu perkawinan rekan Sriyanti di Hotel Indonesia, aku bertemu dengan seorang cewek anak Ars Trisakti, teman Yanti. Namanya Siti Iswari. Setelah PDKT, pada 8 November 1978, kami pun jadian, bertunangan pada April 1979, dan menikah pada November 1979. Pada 1980 anak kami yang pertama (perempuan) lahir. Adiknya (laki-laki), muncul lima tahun berselang. Karena sudah sepasang, kami putuskan berhenti punya anak lagi. Inilah pencapaianku yang terbesar, berkarir, menikah, dan punya anak. Alhamdulilah.
Awal masa bakti di perusahaan PT Metropolitan Kentjana, aku dipekerjakan sebagai Owner`s Engineer proyek Pondok Indah Mall. Setelah PIM beroperasi, aku jadi Wakil GM, waktu itu GMnya orang Australia. Karena harus bayar bule dengan Dollar, jadi mahal. Lalu setelah kontraknya selesai, aku dijadikan GM di PIM-1. Gajinya rupiah, jadi jauh lebih murah. Aku di PIM-1 sampai 2002. Sempat juga aku menjadi salah satu pendiri Forum Komunikasi Pengelola Pusat Belanja (APPBI), agar tidak dipermainkan oleh para penyewa toko.
Ketika masih di PIM, kejadian paling mencekam yaitu pada 1998, di mana kerusuhan merebak ke seantero Indonesia. Sebagai pimpinan di PIM, aku ngga boleh pulang. Jaga gedung dengan para karyawan pria dan juga dibantu tentara. Gedung juga tetap dibersihkan. Karena kosong, aku bisa loh tidur di lantai dasar PIM. Kapan lagi caba bisa gitu.
Ancaman bom bukan hanya sekali. Pernah ada ancaman bom via telepon. Tapi nggak tahu bagaimana, pihak Gegana mengambil pelantang suara di penerima tamu, lalu menyampaikan pengumuman ke para pengunjung. Terang saja mereka panik. Semua pengunjung berhamburan keluar, termasuk para karyawan toko. Lagi-lagi sebagai GM, aku harus jadi orang terakhir yang keluar. Wah, makanan di resto tidak dimakan, ditinggal begitu saja. Muntahan berserakan di mana-mana. Setelah ditelusuri, akhirnya dinyatakan gedung aman dan PIM dibuka lagi untuk umum. Karyawan lakilaki, penjaga keamanan, semua siap siaga menjaga unit-unit penyewa yang ditinggal kabur karyawannya.
19
Pada 2002 sampai 2020 adalah masa baktiku tetap di perusahaan yang sama (PT Metropolitan Kentjana) tapi di unit berbeda, yaitu Pondok Indah Golf Apartment (PIGA). Apartemen dengan penyewa hampir 100 persen orang asing. Ada tiga tower. Awalnya kebanyakan penyewa bule, tapi setelah krisis moneter, yang mampu bayar sewa adalah perusahaan Jepang, sehingga penguasaan Jepang sekitar 70% dari total penyewa. Periode 2018 – 2020, aku menjabat sebagai Advisor di PIGA. Seperti telah disebutkan di bagian atas, aku pun pensiun pada 31 Agustus 2020.
Setelah pensiun, aku menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Sayangnya pada saat bersamaan, sejak Maret 2020, ada PSBB akibat pendemi virus Covid-19. Alhasil banyak rencana yang ngga bisa direalisir, karena hrs stay at home. Pengennya jalan2 naik mobil keliling Jawa, Sumatera dsb. Pengen touring naik motor gede dgn temen2 yang semua ngga bisa aku lakukan, karena ngga dapet exit permit. Katanya aku diusia rentan thd virus covid-19. Ya sudah nurut aja. Alhasil memang ngga kemana2 sih, bahkan ke masjid saja aku juga blm boleh, hik3
Untung ada cucuku yang tinggal serumah, juga ada anak2 yang WFH sehingga rumah agak ramai lah. Yang terang aku sempatkan olah raga setiap hari utk jaga stamina tubuh, memperdalam agama termasuk belajar lagi memperlancar baca Al Quran yg terus terang tertinggal selama aku kerja. Aku juga rajin berkebun di halaman kecilku.
Well men-temen, inilah cerita singkatku selama di SMA6 dan selepas SMA6 sampai lulus perguruan tinggi, bekerja, kawin, punya anak, cucu, sampai pensiun. Aku sangat menikmati hari tuaku, moga2 silaturahim dengan temen2 ex SMA 6 sekalian bisa tetap terjaga, shg setelah pandemic lewat kita bisa kumpul2 lagi. Aku mau gabung ah sama gengnya oom Tuhu dkk, acara makan Reboan, he3.Baru aja sekali ikut udah ada pandemi. n
Bintaro, 10 Januari 2021 Salam sehat ya, Hartawan Herman Mariyono.
20
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Tuhu Purnomo
IMBAS dari pembangunan sekolah yang belum selesai seluruhnya, kami digilir menempati ruang kelas. Pada saat kelas II, kami mendapat giliran sekolah siang hari selama tiga bulan. Setelah bangunan sekolah selesai semua,
seluruh siswa kembali masuk pagi. Kala itu, ada beberapa teman baru kami yang pindah dari SMA lain, seperti Atie DS, Martin Hutabarat. Keduanya pindahan dari Medan; Bodin (almarhum) dari Semarang; Subagyo dari Purwokerto; Totok Sardjan (angkatan 68) dari New York World Fair kembali ke SMA 6 angkatan 70.
Pada 1969, giliran angkatan 70 menjadi ketua OSIS yang diemban Hendro Harry Tjahyono. Ia merasa terbantu dengan kehadiran teman barunya, Martin Hutabarat, yang pandai berbicara. Di area dalam SMA 6, terdapat pekarangan luas yang dibangun lapangan voli dan lapangan basket, sebagai sarana siswa/i untuk berolahraga. Di bawah arahan Pak Aman Santoso, Pak Sihombing, dan Pak Sudaryanto, kami pun melatih tubuh berolahraga.
Kala itu sedang menjamur radio amatir, yang juga menggejala di kalangan siswa-siswiyang banyak mengumandangkan lagu-lagu Barat maupun Indonesia. Bahkan ada siswa SMA 6 di Kebayoran Baru yang memilikinya antara lain:
1. Radio Suara Kemenangan, berubah nama menjadi Radio Suara Kejayaan berstatus radio siaran niaga beralamat di Jalan Paķubuwono VI.
2. Radio amatir Amigos di Jalan Wijaya.
3. Radio amatir Oblong di Jalan Tirtayasa.
4. Radio amatir Dr Oxy di Jalan Pattimura.
5. Radio amatir Boven Digul di Jalan Gandaria III.
6. Radio amatir DR. NO.
Kala itu grup yang sedang naik daun antara lain Aprodhite Child, Shocking Blue disamping grup yang sudah terkenal sebelumnya The Beegees, The Beatles, The Monkees, The Rolling Stones, The Animals, The Marbles, The Hollies, The Marmalade, The Shadows, The Ventures, The Dave Clark Five.
Sedangkan penyanyinya John Rowles, Conway Twitty, Sandy Posey, Karens Young, Glen Campbel. Penyanyi tenar sebelumya adalah Andi Williams, Engelbert Humperdinck, Clif Richard, Scot Mc Kenzie, Skeeter Davis, Matt Monro, Frank Sinatra, Tom Jones, Jim Reeves, Nat King Cole. Setiap hari apabila kami mendengarkan radio amatir, lagu-lagu tersebut di atas yang mendominasi khususnya lagu-lagu Barat yang masih tersimpan dalam ingatan hingga buku ini ditulis.
22
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita pengalaman berpacaran yang kala itu dialami oleh siswa-siswi 6-70. Namanya Hamid dan Irma (bukan nama sebenarnya). Setiap Sabtu sore, Hamid mempersiapkan diri dengan menyetrika pakaian, mandi keramas dengan shampo. Setelah magrib berlalu, ia menuju ujung kompleks untuk menaiki becak, bergegas ke rumah pujaan hatinya, Irma.. Dengan hati gembira, Hamid naik becak ditemani angin semilir. Tak terasa, akhirnya sampailah ia di rumah Irma. Hamid begitu percaya diri dengan pakaian rapi, rambut klimis usai keramas menggunakan shampo pakai pomade Lavender, sehingga ditiup angin rambut nggak akan rusak.
Dengan hati berdebar, Hamid mengetuk pintu rumah dan pintu dibukakan asisten rumah tangga di rumah Irma. Hamid pun dipersilahkan masuk untuk menunggu di ruang tamu. Tak lama kemudian muncullah bapaknya Irma untuk menemani ngobrol. Sementara Irma samasekali nggak keluar dari kamàrnya. Demikian pula yang terjadi pada pekan kedua, ketiga, dan keempat, yang menemani ngobrol terus bergantian: ibu, kakak, dan adiknya Irma. Setelah satu bulan berjalan, berakhirlah kisah cinta Hamid dan Irma yang mengenaskan. Apel malam Minggu pun tidak dilanjutkan lagi untuk selamanya. Ketika pada malam Minggu berikutnya Hamid ada di rumah, ada tetangga yang nyeletuk, “kok nggak ngapel, Mid?” lalu Hamid menjawab, “Sudah putus sebelum jadian!”
Kisah secuil pengalamanku dengan Priatmono (alm), teman sebangku di kelas II dan III. Suatu sore Priatmono dengan kendaraan Land Rover-nya mengajakku menemani ke rumah kawannya. Di Blok R, kami sempatkan makan soto Betawi dulu, karena katanya kami bakal lama di sana. Sesampainya di alamat yang dituju, kami dipersilahkan masuk lantas menunggu di ruang tamu. Tidak lama kemudian muncul Ceplik, tapi kok acuh saja. Karena lama menunggu, akhirnya Priatmono pamit kepada ibu enpunya rumah, lalu kami permisi pulang, balik kanan.
Sepanjang jalan pulang aku bertanya pada Priatmono, “kok cuma sebentar mertamunya? Kenapa Ceplik, kok nggak mau ngobrol sama kami?. Soto Betawinya juga belum turun semua ke lambung, tahu-tahu sudah mengajak pulang.”
Mendengar pertanyaan saya itu, Priatmono malah diam saja sambil menahan kesal. Keesokan harinya, Senin, aku menemui Ceplik dan menanyakan kejadian malam Minggu kelabu itu. “ Sorry ya, Hu, waktu itu aku nggak menemani kalian ngobrol, soalnya Priatmono ke rumah kan untuk
23
SMA 6 Bulungan
menemui adikku. Dia sudah janjian sama adikku, tapi adikku sudah kadung dijemput dan jalan sama Harry Tjahyono.”
Suatu ketika kelas III PP3 kosong. Salah seorang siswa laki-laki berinisiatif mengambil bola kaki, lalu semua siswa pun turun menuju lapangan sepakbola (yang sekarang telah menjadi kolam renang Bulungan) pada siang hari. Selesai bermain, kami kembali ke sekolah. Rupanya di kelas sedang belajar bahasa Inggris yang diampu Bu Muatjih. Pesertanya semua siswi. Rupanya Bu Guru terlambat mengajar. Alhasil usai pelajaran, kami pun dipanggil ke ruang guru oleh Bu Muatjih untuk menerima siraman nasihatnya.
Kali ini ada kisah balapan motor siswa 6-70. Acaranya diprakarsai Tony Latief dan Fatan. Mereka berdua lah yang menentukan persyaratan lomba dan disosialisasikan kepada yang berminat.Sebelum lomba, mereka diberi kesempatan latihan dan untuk mengenal sirkuit. Ada 10 orang peserta balap motor antara lain: Fatan, Tony Latief, Gatot Subroto (alm), Harry, Santo (alm), Alex Asmasoebrata (alm), Anto (6-71), Widianto, dan Didiet. Pemrakarsa balapan menyusun ketentuan bahwa start/finish dilakukan di depan sekolah, dan pembawa bendera start/finish adalah Asikin. Pada Sabtu balapan akan dimulai dan rutenya: start di depan sekolah menuju CSW, memutar ke kanan menuju Blok M, belok kanan putar taman Martha Tiahahu, lalu belok kiri menuju perempatan Mahakam (Bulungan), berputar menuju depan sekolah. Itu sudah satu putaran. Total ada tiga putaran yang perlu ditempuh para pembalap. Jenis motor yang digunakan merk Honda. Masing-masing peserta ditarik biaya Rp5.000 untuk hadiah. Dari sepuluh peserta, terkumpul Rp50.000 yang dipegang Budi Setiawan/Ruly (alm). Pembagian hadiah kepada pemenang juara I: 50 %, juara II: 30 % dan juara III: 20 %.
Ada pun pemenangnya ketika itu: I. Fatan, II. Gatot Karnadi almarhum, III. Alex Asmasoebrata. Acara balap motor nampaknya sukses, terlihat banyaknya siswa-siswi SMA 6 yang menyaksikan balapan motor tersebut. Kabar acara ini terdengar oleh siswa SMA lain, sehingga pada Sabtu siang pekan berikutnya, mereka menunggu untuk menonton balapan motor liar ini. Namun pihak kepolisian sudah lebih dulu berjaga. Alhasil balap motor pun tidak diadakan lagi sejak saat itu. Sekelumit saja kisah perjalanan siswa-siswi SMA 6-70 dari 1968 –1970. Tentu banyak kisah yang terjadi, namun hanya sedikit yang dapat kami sajikan, mengingat kejadiannya sudah sedemikian lama berlalu. n
24
Cerita Kenangan Alumni ‘70
RATIH K. SANTOSO
SAYA sempat merasakan belajar di gedung SMA 6 yang mirip gudang garam, kemudian berganti gedung baru yang nyaman. Walaupun sempat
Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
merasakan sekolah siang tapi tidak terasa melelahkan, karena selalu dihibur dengan lagu-lagu melodius yang beken pada saat itu. Setelah lulus pada 1970, saya melanjutkan studi ke Universitas Trisakti, dan menikah pada akhir 1975, lantas melanjutkan belajar lagi untuk meraih gelar S1 pada 1982. Setelah anak bungsu bisa ditinggal, tahun 1985 saya mulai bekerja di PT Taspen (asuransi sosial). Pilihannya lumayan sulit yaitu bagaimana caranya agar bisa bekerja di kantor yang lokasinya dekat dengan rumah.
Hari pertama masuk kerja, peralatan yang saya bawa cukup berat, karena membawa puluhan meter tali tambang untuk berjaga-jaga kalau terjadi keadaan darurat kebakaran. Maklumlah, saya belum pernah bekerja di gedung yang tinggi. Dua tahun kemudian, saya mendapat beasiswa kantor untuk mengambil Strata 2 di Golden Gate University, San Fransisco, USA dan lulus pada 1988. Pengalaman yang mendebarkan sewaktu bekerja, terjadi pada 1998 saat menjabat sebagai General Manager Divisi Perbendaharaan ( treasury ). Waktu itu meletus kerusuhan Mei, di mana di samping kiri gedung kantor di pasar Cempaka Putih, dibakar massa. Kendaraan yang parkir di hotel sebelah kanan kantor pun juga dibakar. Karena saya masih harus kontrol apa yang perlu disimpan, sehingga saya pun terlambat keluar kantor. Akibatnya, jadi Tarzan deh pas pulang kantor dengan meloncati pagar.
Sekarang kita menikmati masa menjadi warga masyarakat senior, yang banyak dimanjakan. Setiap hari dapat libur. Mudah-mudahan persahabatan kita ex SMA 6’70 selalu erat, semua sehat dan bahagia sampai akhir hayat. Aamiin ya Robbal ‘Alamin. n
26
Cerita
INDAH DEISY. T
DARI kelas 1 SMA sampai dengan kelas 3, aku selalu duduk sebangku dengan EIIy Seba, karena kami memilih bahasa Perancis sebagai bahasa pilihan dan kebetulan waktu naik kelas 2, kami berdua ditetapkan masuk jurusan Paspal (Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam).
Beberapa pengalaman yang selalu teringat antara lain:
Waktu ulangan ilmu ukur ruang hasil akhir yang benar adalah 30°. Waktu tanya Elly, dia dapatnya 30° sedang aku 29°60’, sehingga aku panik karena beda hasil akhir. Dengan berbisik, Elly memberi tahu kalau 29°60’ = (sama dengan 30°). Saat itu aku sempat telat mikir sebentar dan lega ternyata jawabannya benar.
Kalau ulangan ilmu pasti ada yang di herr untuk memperbaiki angka yang jelek, biasanya kami berdua minta tolong Obet untuk membuatkan jawabannya di luar kelas. Waktu sudah ada soalnya nanti aku atau Elly bergantian pura-pura izin ke toilet untuk kasih soal/ambil jawabannya ke Obet. Kami contek jawabannya tapi tidak disalin 100%, khawatir nantinya ibu/bapak guru curiga kalau dapat angka 10. Masih ingatkah Obet dengan masa-masa tersebut? Kalau ulangan agama Islam, Elly tidak keluar ruangan, tapi tetap duduk disebelahku untuk memberikan contekan jawaban dari soal yang diberi oleh bapak Ibrahim, guru agama Islam, dengan membuka buku catatan agama.
Waktu menulis catatan kenangan ini, kita baru saja kehilangan sobat tercinta, H. Alex Asmasoebrata yang telah berpulang ke Rahmatullah pada 2 Januari 2021 yang lalu karena sakit kanker yang dideritanya. Aku jadi teringat kenangan dengan almarhum ketika kita ditraktir makan bersama, bermalam di vilanya, buka puasa bersama, dll. Selain gokil dan jahil, almarhum juga dermawan, sangat perhatian kepada mereka yang membutuhkan pertolongan dan memberi hadiah umroh/naik haji. Semoga amal ibadah dan iman Islamnya diterima oleh Allah Swt, Al Fatihah untuk alm H. Alex Asmasoebrata.
Setelah keluar dari SMA 6, aku kuliah di ABA jurusan Bahasa Perancis, karena mau membantu ibuku yang jadi orangtua tunggal dan harus membesarkan-menyekolahkan kami berlima. Lalu aku masuk ke ASMI (Akademi Sekretaris & Management Indonesia). PerIu teman-teman ketahui, aku sudah yatim sejak ditinggal oleh papaku ketika kelas 2 SMP.
Alhamdulillah ibuku berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai sukses.
Pengalamanku ketika baru pertama kali bekerja, dengan bahasa Inggris yang masih terbatas, aku diterima bekerja di perusahaan Filipina yang bergerak di bidang penebangan kayu. Konsesinya di daerah Kalimantan.
Ketika bos minta menerjemahkan rekening koran dari bank ke bahasa Inggris, aku selalu teringat dengan terjemahan yang aku buat dan jadi
28
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
bahan lelucon di kantor. Terjemahan yang aku buat antara lain, sebagai berikut:
Rekening koran yang seharusnya current account , aku buat newspaper bill karena saat buka kamus, koran adalah ( newspaper ) dan rekening ( bill ). Perpanjangan yang seharusnya extend , aku buat to make longer .
Setelah banyak belajar dari perusahaan Filipina tersebut, aku pindah kerja antara lain ke PT Trakindo Utama, Usaid, Konsultant Jabotabek Proyek, Jayakarta Group ( owner Marbela), Jayakarta Hotel Group & Apartemen.
Bosan kerja kantoran, aku buka usaha sendiri yang bergerak di bidang garmen yang khusus membuat seragam pegawai kantor, bank, perhotelan, pelayaran, penerbangan, dan sebagainya. Namun garmen aku tutup ketika memutuskan pensiun dari kegitan bisnis. Kesibukan pada masa pensiun ikut per kumpulan line dance , pengajian, arisan, jejalan DN/LN, dll. Sejak masa pandemi Covid-19 ini aktivitas dibatasi dan yang masih bisa diikuti adalah pengajian daring dan macam-macam webinar via zoom. Demikianlah sekelumit kisah kenanganku sejak dari masa SMA sampai masa pandemi pada akhir 2019. n
Jakarta, 5 Januari 2021 Salam kompak selalu & love you all
29
SRI WIGATI
SEJAK bersekolah di SMAN 6 Bulungan, Jakarta Selatan pada 1968, saya duduk sebangku di kelas 1.5 bersama Iyin Irodati. Lalu di kelas 2.PP3 bersama Etty Herawati, sampai di kelas 3.PP3 juga sebangku dengan Etty. Setelah lulus saya sempat kuliah tapi tidak selesai karena keburu menikah pada 1971 dengan Marsigit Yudhoputro.
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
Terhitung dari 1980, saya mulai mencari kesibukan di luar rumah dengan ikut bermain film layar lebar dan sinetron. Empat tahun kemudian (1984), saya mengikuti busana kebaya luwes di Jakarta Timur. Pada 1992, suami saya meninggal. Jadilah saya harus berjuang membesarkan empat orang anak (dua perempuan, dua laki-laki) sebagai orangtua tunggal.
Di bawah ini adalah judul film yang saya perankan yaitu: 1. Petualang Cinta Nyi Blorong saya menjadi ibu dan suami saya S. Bono. Sutradaranya Sisworo dari Rapi Films. 2. Santet (Wanita Harimau) bermain dengan Suzanna. Saya menjadi ibu kades. Suami saya dokter Dedi Sukma. 3. Taxi 1 bersama Rano Karno dan Meriam Bellina. Peran saya menjadi buleknya Rano Karno. Sutradaranya adalah Arifin C. Noer. 4. Taxi 2, pemainnya adalah Ayu Azhari, Oky Alexander, Nani Wijaya, dengan disutradari Arifin C. Noer. 5. Saskia, pemainnya adalah Nurul Arifin dan Desi Ratnasari. Saya menjadi ibunya mereka berdua. Disutradari oleh Wim Umboh. 6. KecilKecil Jadi Penganten, pemainnya adalah Firda Razak dan Richie Ricardo. Saya menjadi ibu dari Firda Razak. 7. Perkawinan 84. 8. Preman-Preman. 9. Preman, pemainnya adalah Barry Prima dan Ayu Azhari. Disutradari oleh Toro Margen. Saya berperan menjadi Ibu Kos. 10. Kuberikan Segalanya, pemainnya adalah Rano Karno dan Paramita Rusady. Saya berperan menjadi Ibu. 11. Ratapan Anak Tiri 3, pemerannya Nani Wijaya, Rudi Salam, Faradila Sandi, Soekarno M. Noor. Saya menjadi istri Rudi Salam.
Beberapa sinetron yang saya perankan yaitu: 1. Secerah Wajah Sejuta Rasa. Pemeran utamanya adalah dua anak perempuan saya (Wulan dan Dewi), Citra Dewi (Roro Patma Dewi Tjitrohadikusumo), Ade Irawan, Rina Hasyim, dan saya sendiri. Diproduksi TVRI dan disutradari Agus Wijoyono. 2. Bunga-Bunga Kasih. 3. Kontak Tani. 4. Dua Rembulan. 5. Badut-Badut Kota. Diperankan Ayu Azhari dan Dede Yusuf. 6. Empat Sekawan, dibintangi Ria Irawan. Peran saya menjadi nenek genit. 7. Noktah Merah Perkawinan (serial). Diperankan Ayu Azhari dan Cok Simbara. Saya menjadi ibunya Cok Simbara. Disutradarai oleh Buce Malawau dan diproduksi oleh Rapi Films. 8. Dll.
Ada juga iklan yang saya ikut yaitu: 1. Kecap ABC (1990). Dikontrak selama 4 tahun. 2. Fiks Formula 44. Dikontrak 3 tahun. 3. SLI 001 (1997). Dikontrak hanya setahun. 4. Frestea (2003). Dikontrak setahun. 5. Pertanahan Agraria. Dikontrak setahun. 6. BukaLapak, menjadi pengusaha bos cireng. Dikontrak selama setahun.
Sebenarnya masih banyak kesibukan yang saya kerjakan. Tapi yang saya ingat hanya ini. Maklum saya sudah tua. n
31
Catatan yang Terserak dalam Perjalanan Hidupku
SITI SUNDARI
AKU mulai menimba ilmu di SMAN 6 tercinta pada 1968 dan ditempatkan di kelas 1-1 dari 5 kelas untuk siswa kelas 1 yang tersedia. Pada awal sekolah, kami diplonco dulu oleh kakak kelas agar lebih mengenal teman-teman seperjuangan—termasuk para senior. Pada masa perpeloncoan, aku diberi nama “Bulu Babi.” Nah dalam kegiatan inilah aku bertemu seorang teman dari kelas 1-4 yang juga bernama Siti Sundari. Perawakannya lebih gemuk dan sangat manis. Kalau berdiri disebelahnya aku kepental jauh deh. Saat itu kami dijahilin oleh para senior, dengan dipajang di atas meja dan disuruh nyanyi. Aku yang nggak berani mejeng, hanya bisa ngumpet dibelakang “kembaranku.”
Sekira 2018 silam, Sundari sudah pergi menghadap Sang Pencipta. Semoga sobatku ini diberi tempat terbaik di Sisi-Nya, Amin.
Pada akhir perploncoan, kami diajak piknik ke Cibodas dan aku nggak ikut bus, tapi gabung di mobil Harry Tjahyono bareng Rini, Cepliek, Asbad (kakak kelas) dan aku lupa siapa lagi. Dalam perjalanan balik aku dimarahi sama Asbad karena rok merah yang aku pakai luntur dan kena celananya. Hari itu memang hujan dan bangku belakang kena butiran hujan, jadi basah deh tempat duduknya. Nasiib anak zaman dulu, suka pake wantex kalau baju sudah pada belel.
Semasa klas 1, aku sebangku dengan Etty Herawati dan duduk di bangku paling depan karena nggak kebagian daerah tengah dan belakang. Ada untung dan rugi juga duduk di depan, yang aku ingat, sedang asyik mendengarkan guru, wajah dan tanganku ketimpa pecahan kaca jendela karena diterjang bola dari luar kelas. Lukanya sih nggak seberapa, tapi kagetnya itu lho. Siapa ya yang hebat banget bisa nendang bola ke jendela kelas 1-1?
Teman-teman sekelas, hobinya belajar, baca buku, dan ini yang menarik: pesta. Hampir setiap Senin ada saja yang tanya, “ Elo malam Minggu pesta di mana? Aku ingat ada teman yang baik hati suka meminjamkan buku cerita, tapi aku lupa siapa namanya. Bukunya juga diambil sendiri oleh yang punya ke rumahku (takut nggak dibalikin kali ya, hehehe). Pesta perpisahan kami juga hebat. Buat undangannya pakai Bahasa Perancis. Pesta digelar untuk para guru dan sobat lainnya.
32
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Naik kelas 2, aku sudah pindah ke gedung baru, tapi pada semester awal kami masih masuk siang. Kali ini aku duduk bareng Endang Wijayanti, mengganti Etty yang pindah duduk dengan Wigati. Rambutku yang panjang aku potong sebahu. Sepekan kemudian sekuping. Eh Hari Djayadi (alm) nyeletuk, “Aneh ya, rambut dipotongnya makin lama makin pendek.” Waktu kelas 2 aku pernah aku nangkap basah teman yang suka melototi aku sambil melempar senyum. Aku kaget sambil mikir, kenapa ya? Apa ada yang salah dalam penampilanku, kok dia nggak kasih tahu sih. Anehnya, sampai lulus SMA kami nggak pernah ngomong lho. Maafkan kesalahanku ya, Sobat. Semoga Allah menyayangi kita selalu. Aku senang sempat nonton film Help! - The Beatles Movie di Gelanggang Remaja Bulungan, di depan sekolah. Asyik juga ya, dan tetap jadi favoritku sampai sekarang.
Suatu hari, aku pernah dipanggil walikelas karena nilai rapor pelajaran Agama, 3. Aneh dan terkaget aku mendengarnya. Aku ingat guru Agama waktu itu adalah kepala sekolah Agama Islam di Al-Azhar, saat aku belajar Agama Islam di Al Azhar sore hari, sepulang sekolah di SMP PSKD. Jadi mestinya aku tahu sedikit dong tentang Agama Islam. Aku diskusi panjang dengan wali kelas dan akhirnya nilai 3 dicoret, tidak dihapus lho, dan diganti angka 5. Dengan nilai inilah akhirnya aku bisa naik kelas. Sohib kelas 2 PP3 asyik sekali dan lumayan bandel. Ehm, apa kebandelan di kelas 2 berpengaruh pada nilai-nilai rapot ya? Sebelum naik ke kelas 3, pak Guru OR (?), meminta murid-murid untuk menulis di selembar kertas nama 2 orang sohibnya. Maka aku pun menulis nama 2 orang sohibku. Dampaknya waktu naik kelas 3, kami malah dipisah. Ada yang masuk PP1, PP2, dan PP3. Wah kecolongan deh aku, pisah sama konco-konco yang baik hati.
Naik Kelas 3, aku duduk sebangku dengan Hanum di kelas 3PP1. Duduk paling depan lagi, karena aku sakit dan masuknya telat. Sementara tempat yang kosong ya cuma di dereta depan. Kali ini kami semua belajar lebih serius karena harus menghadapi ujian akhir SMA. Bu Asikin, guru Kimia yang cantik dan baik, pernah memberi kesempatan kita untuk praktik kimia di IKIP Rawamangun. Mengetahui itu, aku seneng banget. Saat persiapannya aku bareng Yan Partawijaya sebagai wakil kelas 2 dan kelas 3 meninjau laboratorium di Rawamangun, dengan bu Asikin. Pada hari H-nya, teman-teman pergi dengan bus dan lagi-lagi sohibku alm HarDjay berbaik hati memberiku kain lap untuk praktik dan mengajakku ikut mobilnya ke Rawamangun.
Miss you sohib HarDjay, may you happy in Jannah .
34
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Setamat SMA, aku nggak berniat kuliah karena mau jadi pemandu wisata saja. Bahasa Inggrisku lumayan baik dan kalau kuliah pun aku maunya masuk jurusan Bahasa Inggris saja. Tapi nyokap nggak setuju. Alhasil aku daftar di kampus Gizi di Hang Jebat dan diasuhlah di sana selama 3 tahun. Setelah lulus Sarjana Muda Gizi pada 1974, aku niat meninggalkan Jakarta dan ingin kerja di Papua ( running away from Jakarta). Ternyata nyokap bilang, “Nggak usah Papua tapi ke Aceh saja.“ Akhirnya aku pun domisili di Banda Aceh sedari 1974-1979. Bekerja di rumah sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. Baru balik ke Jakarta karena menikah dengan seniorku di organisasi mahasiswa Al Azhar. Lalu aku kerja di Pusdiklat/Pusdiknakes Depkes, Jl. Hang Jebat sampai tahun 2000 dan setelah itu pindah ke Badan Litbangkes sampai pensiun pada 2015.
Aku sempat melanjutkan kuliah ke Diploma Applied Nutrition-SEAMO UI pada 1980-1981, dan ke School of Public Health, University of Michigan thn 1984-1986 dan ke NIHES-Erasmus University Rotterdam pada 20002003 untuk bidang Health Service Research. Setelah pensiun, sampai akhir 2022, aku masih terlibat dalam kegiatan Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Validator Penelitian Kesehatan, dan pengulas tim editor Jurnal Penelitian Kesehatan. Saat ini aku bermukim di kompleks Depkes, Jl Biomedis B4/11 Sunter Jaya sejak 1981, dan dikarunia seorang anak setelah 8 tahun menikah. Suamiku dipanggil Sang Khaliq pada Januari 2015. Sekarang aku ditemani anak, mantu, dan seorang cucu tercinta, di rumah.
Alhamdulillah, pada 11 Juli 2015 aku dipertemukan dengan sobatsobatku pada acara buka puasa bersama di Cikajang. Terimakasih banyak sohib Alex atas acara tersebut. Semoga kebaikan hatimu diberkahi Allah. Aku bersyukur pada Allah karena pada usia senja ini masih dipertemukan dengan para sahabat semasa remaja yang saling mengisi dan mengingatkan apa yang telah kita lalui dan apa yang akan kita hadapi. Aku mohon maaf yang sebesarnya apabila selama pertemanan kita, aku banyak berbuat salah dan mudah-mudahan semua doa kita diijabah Allah SWT.
“ Another season has gone by, another cloud in the sky, another season to stage a cry, another season to just try. But there can be no other friend like you. You know that my bestie too, You are the best! There is no one ever like you, Cheers to our friendship .” –Friend.com. n
35
SULLIANTI BRATA
SEMULA saya lebih tertarik masuk ke SMA Tarakanita. Tapi setelah ikut tes sampai dua kali, malah nggak lolos masuk. Dua hari menjelang pengumuman, saya bilang sama ibu, Bagaimana nih, saya sekolah di mana?” Akhirnya ibu saya kasak-kusuk dengan
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
keluarga, dan saya pun terdaftar di SMAN 6. Begitu masuk hari pertama, ternyata ketemu teman-teman saya yang dari SMPN 13. Ada Dahliani Siregar (Dal), Fatan, Harya Jayadi, dan banyak lagi yang lainnya. Sejak SMP, saya sudah bersahabat dengan Dal. Jadi lah ketika kami bertemu lagi, persahabatan itu pun berlanjut hingga kelas 3 SMA—hingga kami membentuk sebuah geng. Tinny salah seorang anggotanya.
Hubungan erat bersama Dal itu, masih terus bertahan sampai kami sama menikah, dan kemudian waktu memisahkan kami saat Dal meninggal. Selain dirinya, ada juga Ari, Gatot, dan Hari, yang telah mendahului kita.
Semasa SMA dulu, saya memang termasuk bandel. Kalau kami mau kabur dari sekolah, biasanya melompati tembok gedung kantor kejaksaan, yang lumayan tinggi. Alhasil baju pun robek, sepatu copot. Wajar jika kemudian saya termasuk langganan dipanggil sama guru BP, ibu Rosma, karena rok saya terlampau pendek. Meskipun sebenarnya ketika berangkat dari rumah, saya pakai rok dengan ukuran normal anak sekolah pada umumnya. Maka dari itu saya jadi maklum, jika pada suatu momen reuni, terjadi dialog seperti ini:
“Sulli ya?” tanya seorang kawan yang saya tak tahu namanya.
Setelah menjawab “iya,” saya lantas bertanya pada Tinny.
“Siapa sih, Tin?”
“Elo tuh nggak tahu mereka, tapi mereka tuh tahu elo,” jawabnya.
Barangkali si penanya itu pernah jadi bagian dari kisah saya yang nampaknya sederhana, tapi mungkin membekas bagi yang merasakannya waktu itu, begini .…
Kalau pas lagi ke kantin, saya sering mergokin adik kelas yang sungkan atau malah takut masuk kantin. Tanpa ragu, saya pun bertanya kenapa mereka begini.
“Pada ngapain di sini? Kok nggak masuk ke kantin?”
“Nggak ah, Kak,” jawab salah seorang di antara mereka, sembari menggeleng kecil.
Setelah dapat jawaban yang kurang memuaskan, saya kemudian jadi paham kenapa mereka urung ke kantin. Ternyata di sana ada anggota geng kami yang sedang nongkrong. Sontak saja mereka saya usir, supaya adik kelas bisa jajan untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Setelah itu, berulah adik kelas kita berani masuk ke kantin. Sambil berjalan
37
dengan kepala sedikit merunduk, mereka pun mengucapkan, “Terima kasih, Kak Sulli. Terima kasih ....”
Tiba waktu giliran ogah ke kantin, nanti ada saja di antara adik-adik kelas itu yang datang menghampiri, “Kakak nggak mau ke kantin?” katanya.
“Nggak ah, lagi malas.”
“Oh begitu. Mau titip apa, Kak?”
Sudah ditawari begitu pun, saya tetap tak minta apa pun pada mereka.
Singkat cerita, ketika kita sudah pada membangun keluarga dan membesarkan anak, saya pernah berkata begini pada salah satu rekan kita, “Lu tahu nggak, itu mereka dulu yang kayaknya pendiam, alim, culun, tapi ternyata kehidupan mereka malah berhasil dibanding kita. Teman- teman yang dulu kelihatan kaya-raya, kemudian malah jadi hidup susah.” Anehnya lagi, mereka yang sudah jelas berhasil mengarungi bahtera kehidupan bersama keluarganya, kenapa tetap masih sungkan kalau ketemu saya— yang tetap apa adanya ini? Bayangkan saja, sementara kawan-kawan lain lebih sering diantar-jemput dengan kendaraan, saya malah lebih senang pulang jalan kaki bareng Asti. Ya, jalan dan jajan adalah dua hal yang menjadi kesenangan saya—bahkan sampai sudah tua begini.
Kenangan lain yang jelas tak bisa saya lupakan, tentu saat mengawal tim voli bertanding melawan Tarakanita atau PSKD. Biasanya sebelum berangkat ke lokasi pertandingan, saya yang maju ke ruang tata usaha untuk mengurus perizinan menjadi pemandu sorak. Padahal itu cuma alasan untuk bisa keluar dari sekolah. Kendati pada kenyataannya, memang harus jadi pemandu sorak terlebih dahulu. Selepas lulus, saya lanjut belajar ilmu kesekretarisan yang gedungnya ada di belakang Hotel Indonesia.
Dua tahun kemudian saya langsung kerja. Ketika orang tua kembali ke Bandung, saya pun diajak. Nah, di Kota Kembang inilah saya melepas masa lajang pada usia 24 tahun—dengan embel-embel perjodohan. Setelah saya menikah itulah, teman-teman kehilangan saya. Susah menghubungi saya pokoknya. Meskipun saya hanya tinggal di Bandung, bukan di luar negeri. Dari sekian banyak kawan dari SMA 6, hanya Tinny yang seringkali saya ajak ketemuan kalau sedang ke Jakarta. Itu pun setelah suami saya wafat karena mengidap diabetes. Baru setelah itu saya mulai aktif lagi berkumpul dengan kawan lama.
Semakin ke sini, seru juga ternyata mengamati acara reuni kita. Dari banyak teman, saya bisa lihat yang mana yang paling setia, yang paling
38
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
cocok, yang paling dekat. Si ini, begini, Si itu sifatnya begitu. Kalau yang punya banyak uang, maunya diikuti. Alhasil saya lebih banyak mengalah. Sesekali malah kayak pengasuh. Bila kemudian ada yang bertengkar, saya akan memilih menjadi penengah mereka.
“Sudahlah, kita sudah tua bangka. Sudah untung dikasih umur panjang sama Tuhan. Masih bisa ketemu, masih bisa main. Buat apa juga kita berantam?”
Kalimat itu yang seringkali saya sampaikan pada yang bersangkutan. Wajar kalau ada kawan yang lagi ke Bandung, pasti menghubungi saya. Lalu jemput ke rumah dan kami malah tidur di hotel. Sepanjang malam isinya adalah temu kangen dan bertukar kisah, pengalaman, dan apa saja. Asti termasuk yang masih sering bertukar kabar dengan saya. Kalau kami sudah kontakan via ponsel, bisa dua jam baru selesai. Kayak orang lagi kasmaran saja lagunya. Saya juga tak menyangka pas lagi menikahkan anak, semua kawan dari SMA 6 yang saya undang, bisa hadir tuk berbagi kebahagiaan dengan kami.
Akhir kata, melalui buku kenangan ini saya ini menitip pesan kepada anak-anak dan para cucu.
“Kalau berteman jangan suka pilah-pilih. Kita harus bisa membawa diri, di mana saja. Jangan bikin masalah. Pertemanan bisa awet karena itu. Slow down … Ambil yang baik jika memang itu baik untuk dilakukan. n
39
HARI POERNOMO
AKU adalah siswa pindahan dari SMAN Surabaya. Tulisan ini merupakan bagian yang sangat berkesan dan menarik selama sekolah di SMA 6 Bulungan. Ceritanya dibagi 3 periode: Tahun 1970 s/d 1990, lalu periode 1991 s/d 2005, dan periode terakhir 2006 sampai Desember 2020.
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Setamat SMA, rencana mau lanjut ke mana nggak tahu, karena memang nggak banyak referensi. Ikutan daftar ke Fakultas Ekonomi UI (sebagai anak Sosbud) pilihannya terbatas, nggak diterima. Tapi ada di penerimaan antropologi. Karena nggak mengerti itu “makanan” apa, alhasil malah diterima di Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional Fakultas Perbankan di Jl. Batu, Gambir, Jakarta. Perguruan tinggi ini milik Departemen Pertahanan dan Keamanan. Kuliahnya sore, jadi bisa disambi kerja. Ditarik kakak ke perusahaan swasta Biro Teknik Volta. Melayani pemugaran di Mabes Polri, termasuk pemugaran rumah Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Kapolri Hoegeng Imam Santoso di Jl. Madura. Karena lulusan Sosbud, akhirnya saya nembak Paket C supaya bisa kuliah di ekstension UI. Waktu itu nggak pakai tes. Teman kuliahnya bapak-bapak yang ambil jurusan Sipil. Luntang-lantung di Jakarta, aku ketemu ponakan, suami adiknya Bu Tien. Aku pun ditampung jadi karyawan, ditempatkan di lapangan sebagai pelaksana. Bikin Perumnas di Bekasi, Bogor, Cirendeu, buat gudang Peruri, menambah lantai di kampus IKIP Rawamagun. Karena rektornya senang, maka dikasih pekerjaan selanjutnya, langsung ke aku. Karena nilainya kecil dan nggak melalui perusahaan, mungkin ada yang mengadu. Alhasil aku aku dipecat. Padahal istri lagi hamil. Terpaksa ikutan jadi mandor borong. Ya apa saja kukerjakan. Pernah ikut PP, Waskita Karya, Jaya Stell, dll, dan mentoklah di anak perusahaan BI: Bina Karsa Swadaya. Dari situlah karierku nanjak secara perlahan.
Periode dua Sebelumnya ada cerita yang terlewati, yaitusebelum dipecat, aku masih memugar rumah Danjen Kopassus Jenderal TNI (Purn.) Wismoyo Arismunandar (10 Februari 1940 – 28 Januari 2021). Istrinya adalah adik Bu Tien, sedangkan keponakanku, suaminya juga adik Bu Tien juga. Semenjak bekerja di anak perusahaan BI, banyak pekerjaan yang kutangani, baik di perumahan maupun perkantoran. Aku pernah juga diminta memugar rumah deputi gubernur BI Paul Soetopo Tjokronegoro, Miranda Swaray Goeltom, dan Gubernur BI Dr. Adrianus Moy.
Ada cerita lain waktu memugar rumah Miranda. Waktu serah terima pemugaran, rupanya ada beberapa lampu downlight . Bohlamnya kepanjangan, soalnya persediannya habis. Jadi untuk sementara dipasang dulu. Eh beliaunya tahu. Akhirnya kami dipanggil. Benar-benar dikuliahin habis untuk urusan estetika.
41
Lain waktu diminta Adrianus Moy. Rumahnya di komplek Patra, sejalan dengan rumah Habibie. Waktu itu beliau baru diangkat jadi presiden menggantikan Soeharto. Sedangkan Adrianus sudah nggak di BI. Dia diangkat jadi Direktur UNESCO untuk Asia-Pasifik yang berkedudukan di Thailand. Aku diminta merencanakan kandang burung. Tapi ujungnya, tiap hari aku disuruh datang menemani beliau, cuma bikin kandang burung dengan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara logika.
Karena rumah Adrianus paling belakang, jadi harus melalui rumah Presiden Habibie. Istrinya sering marah setiap kali presiden masuk-keluar dan selalu pakai upacara Paspampres. Mungkin karena lamanya, ibu Adrianus yang berdarah Ambon itu melabrak mereka yang sedang upacara. Akhirnya upacara pun dipindah.
Pada periode ini, sebelum bergabung dengan perusahaan adik Bu Tien, ada tawaran dari kakak sepupu beliau yang adalah Kapolres Sumbawa Besar. Berangkatlah kami sekeluarga lewat jalan darat. Naik bus dari Pulo Gadung. Sampai di Ketapang, nyeberang ke Bali, lalu nyebrang lagi sampai Lombok. Penyebrangan dari Lombok ke Sumbawa itu yang mengerikan. Kapalnya kecil. Begitu di kapal, air laut cuma jarak sejengkal dengan kami dari badan kapal tempat duduk kami. Banyak yang pada mabok. Anak kami yang masih umur setahun, pas lagi kepengin berak. Alhasil celananya kucemplungin saja ke laut. Sampai di Labuhan Sepakeh, kapalnya nggak bisa sandar. Tapi rupanya air laut lagi surut. Terpaksa kami jalan kaki dari kapal ke daratan. Hampir 200 m dengan kondisi air laut sebatas paha. Basahlah semua pakaian dan barang bawaan.
Dari situ kami masih melanjutkan perjalanan ke Sumbawa Besar, naik bus sampai di tujuan. Setelah ketemu, disuruh buat perumahan polisi. Boleh juga. Tapi begitu lihat lokasi, adanya di tengah hutan. Bahannya disuruh nebang sendiri. Pasirnya juga angkut sendiri. Tinggal beli semen, dll. Setelah dipikir ulang, aku menolak tawaran itu dan malah ditawari pekerjaan lain: jadi pengawas ternak mutiara di Dobo. Kerjasama dengan perusahaan Jepang di selatan Sumbawa. Begitu lihat lokasi, sepinya minta ampun. Akhirnya kami memutuskan pulang ke Jakarta.
Periode 3 Karena sudah pisah dengan teman di anak perusahaan Bank Indonesua, aku dapat di LPPI Kemang. Ya petugas kebersihan dan pemugaran gedung juga. Sewaktu sedang memugar gedung serbaguna, terjadi kebakaran. Pas banget sedang hari libur kantor. Otomatis aku
42
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
dipanggil. Di lokasi, polisi sudah memasang garis kuning. Akhirnya aku diamankan, dibawa ke polsek setempat untuk dimintai keterangan. Untung saja direktur LPPI-nya datang. Ia menerangkan bahwa saya hanya melakukan pemugaran. Sedangkan urusan lisrik dan pendingin ruangan, di luar pekerjaanku. Tak lama setelah ini, aku pun bebas.
Di Cilangkap lain lagi. Selain pengecatan, aku dapat kontrak pembakaran uang lusuh, perbaikan dapur pembakaran uang, serta perawatan tanaman. Selama ini, semua pekerjaan selalu aku tangani sendiri, walaupun ada beberapa asisten. Mungkin terlalu capek ditambah stress, terutama pada program macet, yang tenggatnya kritis, sehingga dibutuhkan lembur dan tenaga tambahan. Kondisiku lelah, kurang tidur, akhirnya terkena serangan jantung. Hampir 10 hari dirawat di RS Harapan Kita. Setelah itu aku dilarang anak untuk kerja lagi. Sementara dua anak kami nggak ada yang mau meneruskan bidang pekerjaanku yang telah membesarkan mereka.
Maka mau tidak mau, sebagian asset terpaksa kami jual untuk biaya hidup. Setelah anakanak kami pada kerja, dua rumah di Pasar Minggu aku jual. Lalu kami pindah ke Pamulang dan Pondok Cabe. Rencananya mau jual-beli rumah dengan memugar. Ternyata menjualnya sulit. Giliran dapat pekerjaan lagi di Gunung Salak dari Waskita Karya (bekerja sama dengan teman). Ternyata pembayarannya malah dipakai sama dia. Terakhir, dapat kerjaan di bandara dari Angkasa Pura. Eh kena serangan jantung kedua. Habislah sudah. Rumah di Podok Cabe kami jual. Setelah sembuh, aku diajak ke Bali sama anak, untuk mengawasi toko sepatunya. Tiga tahun kemudian, aku pulang. Sekalian mengawinkan anak bontot. Setelah itu kami pindah ke Bogor, mendekat ke saudara dari istri. Sudah tiga tahun ini juga aku bercocok tanam dan beternak lele. Inilah kisah pasang surutku selama limapuluh tahun berkarir, berkecimpung di bidang kontraktor. Mungkin hanya segelintir saja yang bisa aku sajikan buat teman-teman sekalian. Terimakasih. n
Bogor, 29 Desember 2020 Hari Poernomo
43
WIDIANTO ADIPUTRA
TAHUN 1968, waktu mau kenaikan kelas 2 SMA kurang dua bulan, saya dipindahkan sama orangtua ke Jakarta dari SMAN 1 Semarang—karena jarang masuk sekolah dan waktu itu musim kebut2an dengan mobil. Maka jadilah saya pindah ke SMA 6 Bulungan dan sebangku sama Syahputra di kelas 1-5. Pertama kali masuk SMA 6, saya kaget setengah mati; ruangan kelasnya jelek amat (dinding gedek dan atapnya masih dari seng). Nggak salah nih orangtua memindahkan saya ke sini? Tapi akhirnya setelah pindah ke gedung baru yang dua tingkat, ya lumayanlah, jadi betah dan agak alim selama sekolah. Ada kejadian yang seru sewaktu kelas 3. Menjelang dua bulan mau ujian akhir, kaki kanan saya patah dan digips total karena tabrakan pas naik motor mau pinjam buku ke rumah Rastro, dekat Pasar Mayestik. Untung tiap hari ada saja teman baik yang bantu naik ke ruangan kelas di lantai 2.
Ketika lulus SMA 6 Jakarta pada 1970, saya masih bingung mau lanjut sekolah di mana? Akhirnya daftar di Universitas Trisakti. Semula mau ambil jurusan mesin saja, karena hobi otak-atik mobil dan motor, akhirnya diterima di jurusan Elektro awal 1971. Selain di Trisakti, saya juga kuliah di Universitas Kristen Maranatha jurusan Teknik Sipil, bareng sama Iwa Kartiwa Soelaiman. Alasannya kuliah di dua tempat karena daftar di 3 Perguruan Tinggi, yang diterima di Usakti dan Universitas Maranatha Bandung. Sayang kan uang pendaftarannya sudah dibayar orangtua. Kalau di jurusan Elektro Trisakti, akhirnya jarang masuk sampai di DO, karena lebih betah di Bandung, ngecengin mojang Priangan. Makanya nggak pernah ketemu Robert Thela yang satu jurusan.
Pada 1972 saya masuk Institut Teknologi Bandung, Teknik Lingkungan. Lima tahun kemudian, pas ultah bulan Oktober, saya lulus tanpa peringkat. Hasil dari kebanyakan membolos karena sering tur dari Bandung sampai Bali naik motor CB 100 sama teman seangkatan di ITB dan UNPAD. Kami sampai tiga kali menempuh rute Bandung - Bali dan sambil ikut nyari duit sama temen seangkatan yang kuliah di UNPAD (Eddy) à dagang ikan asin dari Bali ke Jawa.
Lulus kuliah, mulai nyari duitnya pada periode 1977 s/d 1978, nyobain kerja kantoran di PT Ciriajasa Eng Consultant, Jakarta. Lumayan bisa survey sampai seluruh Provinsi Sulawesi Utara dan pertama kalinya snorkeling and diving di Bunaken, dan langsung ketemu Reef shark (hiu
44
Alumni ‘70 SMA 6
Cerita Kenangan
Bulungan
karang Karibia) di kedalaman 20 meter.
Bosan kerja di Konsultan, pada 1978, ada senior yang menawarkan kerja PSAB Jawa Barat dan berkantor di Jl. Tamansari 76, Bandung. Langsung diterima kerja dan dapat tanggung jawab mengawasi pekerjaan di wilayah Priangan selatan, mulai Garut sampai Ciamis (sering sekalian survey ke pantai Pangandaran).
Setahun kemudian, pindah lagi ke PSAB Jawa Timur, berkantor di Surabaya sekaligus merangkap jadi dosen Teknik Lingkungan di Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Saya daftar langsung dites dan diterima sebagai PNS dengan NIP: 13 di Depdikbud, juga karena dijanjikan oleh rektor ITS, nantinya mau disekolahkan sampai S3 di Amerika.
Selama periode 1980-1981, saya mulai mengajar di Jurusan Teknik Lingkungan ITS yang baru dibuka, namun waktu itu karena merangkap kerja di PU dan sudah ada NIP 11, pada akhir 1981
saya harus memilih antara dosen dan pegawai PU. Pada periode akhir 1981, saya ditarik ke kantor PU Pusat agar bisa mengajukan pengunduran diri sebagai dosen ITS. Terpaksa deh mundur dari ITS . Padahal sudah dibujuk langsung mau diberangkatkan ke Amerika ambil S2 dan S3. Saya milih ke PU karena juga dijanjiin mau sekolah ke Belanda sampai S3, juga dengan beasiswa penuh. Eh pada 1981, saya malah ditugasi lagi ke Surabaya untuk menangani Proyek Air Bersih 125 IKK dan BNA Bantuan Bank Dunia/IBRD di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur sampai medio 1987.
Bosan terus kerja di lapangan dan pangkat naiknya suka telat, diamdiam saya daftar sendiri beasiswa ambil S2 ke IHE di Delft Belanda mulai awal 1987. Setelah lulus seluruh tes oleh IHE, langsung kembali ke kantor di Surabaya dan melapor hasil tes ke atasan. Akhirnya dengan terpaksa atasan mengizinkan dan Juli pada 1987, saya berangkat ke Belanda—meskipun tadinya ditahan dengan alasan proyek bantuan Bank Dunia baru akan selesai pada 1990.
Namun dengan menunjukkan Surat Tugas dari kantor pusat dan tiket berangkat ke Belanda diizinkan berangkat kuliah S 2 di IHE DelftBelanda. Tahun 1988, saya pulang ke Indonesia dan pulang dulu ke rumah di Surabaya, karena selama kuliah di IHE, keluarga dan anak-anak tetap sekolah di Surabaya, namun dengan pertimbangan sudah terlalu senior untuk posisi di kantor yang lama di Jawa Timur, akhirnya ditarik ke kantor PU Pusat dan langsung bekerja di Direktorat Air Minum - Departemen Pekerjaan Umum.
Tahun 2000, saya berangkat lagi ke Belanda mau ambil S3, tapi nggak boleh karena umur nanti sudah pas 50 tahun kalau lulus S3. Ahirnya nego sama kantor dan boleh berangkat ambil S2 lagi tapi ambil jurusan berbeda, yaitu bidang air limbah. Pulang ke Indonesia pada tahun 2000 akhir, saya sudah dapat gelar S4 (S2 à 2 kali).
Setelah masa purnatugas, hobi yang sejak 1980-an sudah saya tekuni, yaitu kegiatan menyelam, mulai diintensifkan lagi. Minimal sebulan sekali, menyelam dengan klub menyelam “Waterland Nusantara“ yang saya menjadi salah satu anggotanya sejak 2000. Kadang kala menyelam sendiri dengan ditemani istri saja atau pemandu selam untuk lokasi yang masih jarang diselami dan belum dikenal banyak penyelam (dari Sabang sampai Raja Ampat). Itu saja sih cerita selama periode lulus dari SMA 6 Bulungan, dan sampai saat ini masih ketemu dan berkumpul sesama alumni dalam rangka silaturahim plus Wiskul. n
46
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
SARWORINI
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu … TERIMAKASIH kepada ibu-bapak panitia Buku Kenangan 50 Tahun persahabatan di SMAN 6 Jakarta, atas kesempatannya berbagi kisah setelah menamatkan pendidikan menegah atas di SMAN 6 Jakarta. Tulisan ini saya bagi dalam setiap sepuluh tahunan, supaya memudahkan untuk dibaca. Saya biasa dipanggil Rini. Saat di SMAN 6 Jakarta, saya duduk di kelas 1/1, 2 pp3 dan 3 pp1, dan teman yang selalu saya repotin, Cepliek (sebangku di kelas 1), Endang Ernawati (sebangku di kelas 2) dan Harti (sebangku di kelas 3).
1971-1981 Lulus SMAN 6 Jakarta pada 1971, seperti teman-teman lain, saya melanjutkan ke pendidikan tinggi. Saya diterima sebagai mahasiswa
Kedokteran Gigi UI (FKG UI), yang berkampus di Salemba Raya No. 4, Jakarta Pusat. Setiap hari, saya lalui perjalanan dengan kendaraan umum. Saat itu ada PPD, Maranatha, Jakarta Transport, dll, rute GandariaSalemba, yang kebetulan haltenya di belakang rumah saya, sehingga cukup berjalan kaki saja. Rasanya tidak ada masalah karena perjalanan sangat lancar, tidak ada kemacetan dan antrean kendaraan.
Pendidikan di FKG UI, saya tempuh dalam jangka waktu lima tahun, dan langsung diwisuda menjadi dokter gigi karena pendidikan belum dipisahkan antara program studi akademik dan program studi profesi. Tahun pertamaketiga, saya memperdalam ilmu Kedokteran Gigi, praktik laboratorium dan pre-klinik, dan tahun keempat-kelima mulai bekerja di klinik pelayanan pasien. Selama pendidikan, saya mendapatkan beasiswa pendidikan Supersemar yang sangat membantu dalam melancarkan studi.
Selesai pendidikan pada 1976, saya mengajukan lamaran sebagai dosen FKG UI karena saat itu masih sangat diperlukan, dan juga pada saat itu saya tidak berencana mengikuti PTT keluar daerah Jakarta, mengingat kedua orangtua saya telah memasuki masa tua. Selain mengajar pagi hari, sore hari saya bekerja sebagai dokter gigi praktik pribadi bersama kakak tertua yang juga seorang dokter gigi. Tempat praktiknya berlokasi di Jalan Raden Saleh, depan RS Cikini Jakarta, di dekat tempat tinggal kakak saya. Kegiatan mengajar dan praktik pribadi cukup menyita waktu karena terusmenerus selama lima hari, Senin sampai Jumat.
Tahun 1979, saya melangsungkan pernikahan dengan teman, seorang alumnus FTUI. Saat itu calon suami saya itu sedang melanjutkan pendidikan Magister Computer Science di Ohio State University, USA, dan saya mengajukan izin dari FKG UI untuk mendampinginya. Saya, sudah tercatat sebagai pegawai negeri dan memeroleh izin cuti selama setahun. Pada 1980, lahirlah buah hati kami, seorang bayi perempuan di kota Columbus, Ohio State, USA. Bersamaan dengan selesainya pendidikan suami, dan habisnya masa cuti saya, maka kami pulang kembali ke tanah air tercinta.
1981-1991 Kami memulai kehidupan baru sebagai keluarga kecil di Perumahan Dosen UI Jl. Ir. H. Juanda, Ciputat, Tangerang, Banten. Setelah penataan Provinsi Banten, tempat tinggal saya menjadi Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten. Perjalanan Ciputat-Salemba tidak terlalu melelahkan meskipun jalan dari Pondok Indah-Radio Dalam belum bisa dilalui kendaraan roda empat, sehingga jalan satu-satunya melalui
48
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Kebayoran Lama yang harus antre bila ada Kereta Api langsir. Tahun 1984, saya dikaruniai seorang anak laki-laki, sehingga lengkaplah keluarga kecil saya dengan 2 orang anak. Tahun 1987, saya mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan Spesialisasi Kedokteran Gigi Anak di FKG UI, pendidikan ini saya tempuh dalam 2-3 tahun. Selesai pendidikan, kesibukan saya adalah mengajar, praktik pribadi dan sebagai ibu rumah tangga.
1991-2001 Tanpa terasa, keluarga kecil saya semakin meriah dan meningkat aktivitasnya, dan saya sangat menyadari posisi saya sebagai ibu, sehingga untuk sementara saya harus mengurangi kegiatan pribadi dan berfokus pada karir suami dan pendidikan anak-anak. Medio akhir 2000, suami menyelesaikan pendidikan S3, anak pertama saya melanjutkan pendidikan di FKG UI, dan anak kedua masuk SMA. Saya sendiri disibukkan dengan kegiatan rutin fakultas, pribadi, dan rumah tangga.
2001-2011 Sekarang anak pertama saya sudah menjadi dokter gigi, dan melanjutkan pendidikan Spesialisasi Konservasi Gigi dan Endodontik, sedangkan anak kedua masuk menjadi mahasiswa FT UI. Suami saya adalah dosen di FT UI, jadi kami berdua mempunyai karir yang sama dalam bidang pendidikan tinggi. Tahun 2001, saat usia saya menjelang 50 tahun, saya berkesempatan melanjutkan pendidikan S3, di Program Studi S3 Ilmu Kedokteran Gigi UI. Pendidikan ini selesai dalam waktu lima tahun, dan pada 2006, saya dan anak yang kedua, bersamaan di wisuda di UI. Lucu deh. Pada 2017, saat seharusnya saya masuk usia pensiun, terbitlah Surat Keputusan Guru Besar saya, sehingga masa kerja diperpanjang sampai lima tahun sampai masa pensiun pada 2022. Saat ini saya masih aktif mengajar, mendidik, dan meneliti dalam bidang saya dan tentu saja sibuk dengan urusan rumah tangga, meskipun tinggal berdua saja dengan suami. Alhamdulillah anak-anak telah berrumah tangga dan dari mereka, saya diberi tiga orang cucu ganteng dan satu cucu yang cantik.
Demikian kisah perjalanan saya setamat SMA Negeri 6 Jakarta. Terimakasih teman-teman tersayang semua. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman yang membaca. Salam sehat selalu. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum warrahmatullohi wa barrakatuh. n
49
ENDANG ERNAWATY
AKU lebih dikenal sebagai Endang Layangan. Pada 1968 saat kelas 1 SMA, aku sekolah nonformal di Fifi Beauty Salon and School di Jl. Panglima Polim sepulang dari sekolah selama enam bulan, dan mendapat ijazah dari PDK. Setelah itu aku membuka salon di rumah mulai siang hari dan sampai ujian SMA 6 kuselesaikan.
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
Biaya sekolah dan transportasi kudapat dari usahàku yang sekaligus hobi sejak kecil, yang mengikuti jejak ibuku.
Tahun 1970, aku sudah berhak menjadi guru dan penguji di bidang Tata Kecantikan untuk ujiàn Nasional setelah melalui tahapan ujian mulai dari guru, penguji Nasional.
Pertama kali bekerja di Ditha Salon untuk mengajar sepuluh murid selama enam bulan. Setelah itu, dipercaya memegang Salon Helena di Jl. Pàkubuwono VI selàma dua tahun, sebelum membuka sendiri sekolah dan Salon Marina sampai 1974, karena menikah.
Kiprahku di Museum Layang Layang Indonesia sudah membawa harum nama Indonesia di berbagai negara. Sebelum museum berdiri, sudah banyak negara yang mengundang. Sejak 30 tahun lalu, India yang pertama kali kukunjungi selama sepekan dan sampai akhir 2019, sudah puluhan kali menghadiri undangan festival di berbagai negara seperti Korea, Vietnam, Amerika, Perancis, Polandia, Australia, South Africa, Thailand, China, Turkey, Malaysia, Singapore, India, Kamboja dan lainnya. Hampir setiap bulan festival, diundang sebagai pembicara di berbagai sekolah atau antar anggota pemain Layang Layang, atau forum lain.
Setamat SMA pada 1970, aku mengisi pendidikanku secàra otodidak, dan aku bangga dengan prestasiku di luar dunia formal.
Museum Layang Layang Indonesia yang berdiri sejak 2003, sampai sekarang merupakan satu-satunya Museum Layang Layang di Indonesia. Museum swasta milik pribadiku dan didirikan di lahan belakang rumahku di Jl. H. Kamang 38 Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Perjalanan karierku dimulai dari mengoleksi layang layang sejak 30 tahun lalu, sampai membeli bangunan tua/joglo khas Trowulan, Jawa Timur. Pelestarian bukan hanya layang layang, tapi juga rumah tersebut yang sudah berdiri sejak 1869 di Jawa Timur, dan dibangun kembali pada 2002 di kediamanku—peninggalan almarhumah ibu yang sudah didiami sejak 1969. Semoga rumah dan bangunan ini akan terus berdiri terus dilestarikan dan menjadi tempat kunjungan wisata yang berkah untuk banyak orang, dan inilah peninggalanku untuk anak bangsa penerus Budaya Indonesia. Tanpa doa orangtua, anak-anak dan restu suami, mungkin aku bukan apa-apa. n
51
INDAH NOER MAWARTI
SEBELUM kini bekerja sebagai kepala Sekretariat Ormas Nasional Demokrat di Jalan Gondangdia, Jakarta Pusat, Indah adalah mantan anggota protokol Istana Presiden, protokol negara untuk Wakil Presiden (1978-1983) merangkap protokol negara untuk Ladies Program Ibu Negara RI 1 & RI 2, serta menjadi anggota protokol Adam Malik saat menjadi Menteri Luar Negeri (1967-1978).
Suatu hari dalam sebuah acara kunjungan kenegaraan oleh perdana menteri dari sebuah negara tetangga, Indah mendampingi Ibu Tien Soeharto, ibu Nely Adam Malik dan juga sebagian para istri menteri (ibu-ibu Ria Pembangunan), menyambut kedatangan istri perdana menteri tersebut dengan acara santap siang di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Ada juga acara kesenian dan bazaar. Sebelumnya tamu kehormatan diajak berkeliling TMII. Rombongan menggunakan sebuah mobil milik TMII yang khusus disediakan untuk rombongan tamu negara
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Ibu Tien memanggil Indah dengan isyarat, lalu berkata, “Kok mambu (bau) pesing yo ,” ujar Ibu Tien berbisik. Mendengar itu saya pun tolah-toleh dengan gerakan pelan, sembari menyelidiki asalusul bau itu secara diam-diam. Ternyata oh ternyata, bau itu berasal dari tamu kehormatan kita yang rupanya beliau tidak bisa menahan hajatnya ingin buang air kecil, sehingga terpaksa ngompol di celana.
Ada cerita lain, ketika Adam Malik menjadi wakil presiden dan menjemput kedua anak Indah dari sekolah mereka di SD Mexico (sebuah SD di Kebayoran Baru). Pak Adam itu wapres, akan tetapi masih sempat menjemput kedua anak saya dari sekolah dengan rombongan pengawalan lengkap dan membawa mereka ke rumah beliau di Jl. Diponegoro 29—tanpa setahu saya. Ternyata Pak Adam pernah janji pada mereka mau menjemput mereka ke sekolahnya, dan janji tersebut dipenuhi oleh beliau.
Saat Wapres Adam Malik menggelar acara milad di kediamannya, sebagai petugas protokol, Indah menyiapkan segala sesuatu untuk kelangasungan acara. Ketika pemandu acara sudah membuka acara, Bapak Adam dan Ibu melambaikan tangannya ke Indah, kemudian beliau berbisik, “Kamu yang menyalakan lilinnya.” Padahal itu seharusnya dilakukan oleh istri beliau. Indah pun terkejut. Tapi karena itu perintah, ya harus dilakukan. Terus terang, sambil dag dig dug dan tangan sedikit gemetaran, alhasil lilin di kue tart yang bertingkat itu pun berhasil dinyalakan, disaksikan
52
‘70
Cerita Kenangan Alumni
SMA 6 Bulungan
tatapan mata beliau yang berulang tahun, juga mata para tamu undangan dari berbagai kalangan. Kemudian pemandu acara mempersilahkan Wapres Adam didampingi istri, diiringi nyanyian selamat ulang tahun dari seluruh hadirin untuk memanjatkan doa-harapan sambil meniup lilin ulang tahun. Ternyata beliau hanya menempelkan pisau di kue tart itu dan lagilagi, Indah yang dipanggil untuk memotong kue tersebut. Disaksikan seluruh tamu yang hadir. Ini yang sedang milad siapa sih?
Pengalaman jadi istri seorang Diplomat RI yang ditempatkan di Polandia
Pengalaman paling berkesan selama di sana, Indah mendapat kesempatan boleh mengikuti kuliah klinik di Universitas Warsawa. Pada suatu kesempatan, Indah dapat ajakan yang luar biasa dari menkes Polandia. Sekadar informasi, di sana seorang menteri kesehatan harus tetap punya jadwal oprerasi dengan tingkat kesulitan di atas ratarata. Indah diajak sebagai salah satu asisten beliau untuk dua operasi: satu, operasi pengangkatan bola mata karena kanker dan dua, operasi pengangkatan lidah—juga karena kanker.
Singkat cerita, kedua operasi itu berjalan lancar dan merupakan pengalaman yang amat sangat luar biasa buat Indah. Terutama sekali operasi pengangkatan lidah, karena lidah tidak bisa digantikan dengan lidah buatan. Setelah operasi, mulut pasien itu pun terlihat kosong melompong dan tidak bisa berbicara lagi. Makanya betul yang dibilang orang “bersilat lidah” itu, karena tanpa lidah, dunia hampa tanpa suara.
Penempatan di Brasil
Indah juga bisa mendapatkan kesempatan mengikuti kuliah di Universitas Brasil di Brasil DF, dengan kuliah kerja nyata (mengunjungi pasien rakyat dengan mobil unit gigi). Ada beberap pengalaman yang tidak dapat Indah lupakan pada waktu KBRI di Brasil mengadakan malam kesenian yang lumayan agak besar, karena tiketnya selain untuk undangan, juga dijual. Semua persiapan dilakukan untuk perhelatan KBRI yang akan digelar, termasuk kesenian tradisional. Tak dinyana, 3 hari jelang hari pelaksanaan, penari Tari Piring yang akan tampil malah jatuh sakit. Karena dubes tidak ingin ada ralat acara yang sudah dicantumkan di undangan, tiba-tiba Indah dipanggil pak dubes untuk menggantikan penari tersebut. Indah pun terkaget karena sudah lama sekali tidak pernah lagi menari. Karena perintah, lagilagi disertai harapan dari begitu banyak orang dan nama baik Indonesia di mancanegara, terpaksalah dijalani, walaupun waktu latihan hanya tiga hari. Pada waktu latihan, dari duduk ke berdiri agak susah lantaran sudah gemuk. Ketika hari pelaksanaan, Tari Piring pun sukses, berkat doa suami dan anak-anak, juga para sahabat. Opo tumon , penarinya diiringi doa banyak orang di belakang panggung. Mungkin saking tidak yakinnya dengan si penari...
54
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
Indah juga pernah menari Tari Flamenco di Kedutaan Spanyol di Brasil, menyambut kedatangan tak resmi Presiden Kuba Fidel Castro, bersama penari dari Spanyol, juga para istri korps diplomatik lain. Wakil Asia hanya berasal dari Indonesia dan Jepang. Masing-masing satu orang. Kesenian ini adalah sebuah pertunjukkan musik dan tari yang berasal dari Spanyol. Telah berkembang di Andalusia sejak abad ke-14. Pada saat ini, kesenian Flamenco dipentaskan di panggung dengan iringan permainan gitar dan kastanyet pada pesta-pesta rakyat. Keesokan harinya pada Coffe Morning kedutaan Spanyol, kami diperkenalkan satu persatu ke Fidel Castro. Ketika tiba giliranku dan Indah bilang berasal dari Indonesia, Fidel mengatakan, “Sukarno his a great man!” Bangga juga lho mendengar pengakuan orang nomor satu Kuba itu.
Indah juga pernah membantu menggelar kesenian Thailand dan ASEAN dalam rangka menyambut kedatangan putri kerajaan Thailand beserta suaminya. Saat itu, di rumah dubes Thailand di Brazil, Indah baru mengetahui adat istiadat mereka. Duta besar dan istri beserta seluruh staf kedutaan Thailand, duduk bersimpuh di lantai, tidak berani duduk di kursi dengan putri beserta suamnya. Setelah akhir acara, Indah dan beberapa teman diperkenalkan ke sang putri, kemudian ia mengajak kami berfoto bersama sementara yang lain masih tetap duduk bersimpuh.
Penempatan di Swedia
Indah tidak mendapat kesempatan kuliah di sini, karena mereka kurang suka dengan pendatang. Ada sepenggal cerita pada waktu kunjungan Mantan Presiden Brasil Colour de Mello secara tidak resmi ke Swedia. Suami Indah mengajukan permohonan untuk bisa bertemu beliau karena pertemanan pada waktu penempatan di Brasil. Menjelang akhir kunjungan, kami baru diberi tahu kalau beliau bersedia menerima kami berdua. Panik juga mendengarnya. Walaupun tidak resmi, tapi kaykanya kalau tidak pakai pakaian resmi Indonesia kurang mantab. Jadilah dengan terbirit-birit, kami berangkat untuk menemui beliau. Untung saja beliau yang kami temui santai banget. Kami pun bisa ketawa-ketiwi. Justru yang ada, hasil fotonya terlihat banget Indah seperti mbok Sinem. Hehehe .…
Para sahabatku tersayang, sampai di sini dulu ya kenangan yang bisa Indah bagikan. Salam hangat penuh cinta untuk kalian semua Angkatan 70. Tetap jaga kesehatan dan semangat ya. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah Swt. n
55
LILY M. KARAMOY
SELAMA tiga tahun belajar di SMAN 6, saya duduk di kelas 1.2, kelas 2 pp2, dan 3 pp1. Pada saat kelas satu, gedung sekolah masih bangunan lama. Dinding pembatas antara ruang kelas terbuat dari papan dan berlubang, jadi kita bisa saling mengintip dan bisik-bisik
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
dengan teman di kelas sebelah waktu jam pelajaran sedang berlangsung. Ketika duduk di kelas 2, sudah menggunakan gedung baru. Repotnya, letak kelas di lantai 2, jadi susah untuk kabur saat pelajaran tertentu, apalagi kalau lupa membuat pekerjaan rumah. Terpaksa kalau mau kabur, tas dilempar dulu lewat jendela ke bawah, lalu keluar kelas pelan-pelan. Kalau berpapasan dengan guru, bilangnya mau ke toilet. Sampai saat ini, temanteman Angkatan 70 masih sering berkumpul. Baik di dalam Jakarta atau kita jalan-jalan ke luar ibukota. Indahnya persahabatan.
Masa-Masa selepas SMA
Lulus SMA, saya meneruskan pendidikan ke Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti (USAKTI) Jakarta, bersama beberapa sahabat dari SMA 6: Atie, Yanty, Ida, (alm) Harry, (alm) Gatot. Saat dimapram untuk menghindar dari acara digojlok seharian, kami pun mencari koneksi. Jadilah ikut tim kesenian untuk mengisi acara Malam Inaugurasi. Saya tetap ikut tim kesenian selama masa kuliah dengan bermain gamelan Bali. Pagelaran tim gamelan antara lain ke Jogjakarta pada saat Pesta Seni antara FT USAKTI, FT UGM, dan AKABRI UDARA.
Setelah sarjana, saya mulai bekerja di beberapa perusahaan konsultan antara lain; PT Inti Era Cipta, konsorsium perusahaan Indonesia dengan Jepang. Salah satu proyeknya membangun Stasiun Gambir, jembatan atau rel kereta api di atas jalan raya dan stasiun perantara, mulai dari Stasiun Kota sampai ke Stasiun Manggarai. Rupanya panggilan hati lebih kuat sebagai anak kolong. Alhasil saya lebih memilih bekerja sebagai rekanan TNI untuk peralatan Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) daripada menjadi seorang arsitek. Peluru Kendali (Rudal) adalah salah satu peralatan yang saya tangani. Mungkin karena di Arsitektur mendapat pelajaran Mekanika Teknik, maka saya lebih mudah memahami cara kerja rudal ini. Saat latihan menembak, kadang lokasinya di Kecamatan Ambal, Kebumen, Jawa Tengah, atau di Pandan Wangi, Jawa Timur. Pekerjaan sebagai rekanan TNI ini masih saya jalani sampai sekarang.
Demikian sepenggal cerita saya pada masa SMA hingga saat ini. n
57
SAFI MUNASTI
KETIKA saya sampai di sekolahan yang saat itu pantas dijuluki pabrik tahu, saya tidak peduli apa pun, karena yang terpenting dapat SMA yang enggak jauh dari rumah di Cipete. Diantar Bang Pulungan naik sekuter bersama
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
temannya, kami pun mendaftar. Mereka terlihat gagah dengan berjaket kuning. Para mahasiswa anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang waktu itu ngetren banget sebagai pejuang anti Orde Baru. KAMI adalah sebuah kelompok anti-komunis. Kebanyakan beranggotakan kaum muda yang dibentuk pada 27 Oktober 1965. Para anggotanya terdiri atas berbagai golongan dan agama, seperti Islam, Katolik, dan bekas anggota PSI.
Saya sebagai adik seperjuangan yang waktu itu merupakan anggota korps Ade Irma Suryani, perlu dibantu dan diurus melanjutkan sekolah. Selesai rapat para pengurus inti KAMI, KAPPI, Ade Irma Suryani di Gedung Joeang Cikini Raya, kami bersama menuju Kebayoran. Langsung diterima dan jadilah saya siswa anak Bulungan.
Tidak ada yang istimewa dari saya. Bukan anak yang tekun belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Hobi memanjat pohon rambutan di sekeliling rumah dan lempar petasan pada malam hari. Yang saya bawa sebagai lulusan SMP 2 Boedi Oetomo cuma titel kapten Bola Volley dan kapten Baris Berbaris, yang selalu bersama tim membawa piala ke sekolah. Saya lebih sering bolos bersama dua sahabat untuk pergi nonton bioskop dan makan bakmi di Gang Kelinci, Pasar Baru.
Duduk di Kelas 1 dalam ruangan berdinding gedhek di pojokan, yang paling saya ingat adalah ketika pada suatu saat Ibu Guru Syafni yang cantik melontarkan pertanyaan: siapa yang keluar kelas: saya atau Safi Munasti? Saya berdiri dan keluar. Itu salah satu bukti saya lebih sering jadi biangnya kerok. Dua tahun kemudian, dalam rangka Misi Kesenian Minang mengunjungi Sembilan Istana Kerajaan di Malaysia, kami berjumpa di Istana Radja Seremban, tidak jauh dari Kuala Lumpur. Saya kini penari yang mantan muridnya, ibu Syafni menangis, dengan bangganya memperkenalkan saya ke para tamu yang hadir di ruang tersebut. Selanjutnya, diamdiam tepat di posisi Kelas 2, saya sudah berkesempatan lagi berkunjung ke Negara Asean.
Di sekolah mentereng ini, menjadi kegiatan setiap pecan bagi saya dipanggil ibu Rosna untuk hadir di ruang guru, karena rok yang terlalu mini, hiasan muka yang terlalu menor, atau di setrap karena mengunci pintu kelas, sehingga anak-anak sekelas gagal apel di lapangan, dll. Jangan tanya tentang pacar pada masa sekolah, yang ada paling teman pesta, antar jemput alias ngedayak saja. Mungkin pada masa sekolah, saya masih disibukkan dengan kegiatan sebagai Ketua Ade Irma Suryani untuk wilayah
59
Jakarta Selatan. Markasnya di rumah mewah di ujung Jalan Barito yang cuma selangkah dari SMA 6.
Pada masa sekolah, diam-diam saya pun memiliki kegiatan menarik yang membawa saya pada dunia kebudayaan, dan membawa saya menjadi Penari Istana. Tak lama setelah kelulusan, saya berkesempatan berkelana menari tarian Sunda selama empat bulan, khusus menari di 36 Opera Haus besar dan ternama di Eropa. Taman Ismail Marzuki (TIM) belum diresmikan, kami sudah berlatih dan menari di Teater Tertutup bersama rombongan yang awalnya akan dikirim ke Amerika, namun gagal. TIM tempat saya ditempa untuk bisa bergaul dengan masyarakat yang berkesenian. Sutradara terkenal, dosen musik lulusan luar negeri, pelukis ternama, menjadi tempat saya berlindung yang nyaman. Para pemain drama, penari klasik maupun modern, menjadi teman yang beberapa orang sampai kini masih menjadi sahabat sejati. Kami berkarya, berdiskusi, bertengkar, mempertahankan pendapat dengan perasaan dan pikiran yang terbuka tanpa sakit hati, tanpa membenci, karena bisa untuk saling memaafkan dan memahami teman tanpa berpikir asal, ras, dan agamanya.
Sempat bekerja di Lembaga Kuliner Indonesia. Bekerja singkat di Garuda, membuat saya berkesempatan berkeliling ke pelosok Indonesia. Namun pernikahan saya dengan Fritz Kleinsteuber (seorong doktor ekonomi, hukum, dan politik) pada 1974, memberi kesempatan berkeliling lebih jauh sampai ke ujung dunia, karena ia bertugas sebagai direktur Kamar Dagang Jerman di Indonesia (1986-2004). Cita-cita sejak kecil melihat China dan Afrika tercapai. 46 tahun pernikahan dengan banyak perbedaan, baik yang positif maupun negative, membuat saya banyak belajar dalam kehidupan, menyelami keadaan, mengamati secara seksama mengenai banyak hal dan mencoba untuk bisa bijaksana. Sulit, karena pada dasarnya saya adalah manusia yang spontan dan keras. Semua bergulir menjadikannya sebuah tanggung jawab. Hikmahnya, semua ini mengantarkan saya untuk mampu menuangkannya dalam bentuk karya.
Mengurus tiga anak, Johan, Susanne, dan Anneke (yang sekarang tinggal di berbagai belahan dunia) pastilah tugas utama, selain mendampingi suami sebagai Direktur Kamar Dagang Jerman. Dunia Internasional mengantarkan saya menulis beberapa buku tentang Etiket, Table Manners, Bisnis Etiket Internasional, sampai ke pelatihannya, juga mengajar protokoler istana dan banyak instansi, lembaga negara lainnya dan media elektronik. Sebagai dosen tamu, mengantar saya mengajar Ilmu Komunikasi di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Swiss German University The Prominence Tower
60
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
Campus, namun kegiatan rutin bukanlah cara saya berbakti. Pengalaman menjamu tamu dengan segala Tata Cara Internasionalnya, tabloid Nova mengajak saya sebagai ahli Etiket dan mendekorasi meja, berkeliling pelosok Indonesia, dan menyelami keberadaan para wanita dari segala kalangan masyarakat. Pada 1992, saya mendirikan PT AS Production yang berkegiatan mengadakan event besar bertaraf internasianal, seperti Ball yaitu acara makan malam and dansa setiap tahun, pameran, rilis produk atau sejenisnya.
Masa umur lanjut, ternyata komunikasi dan jaringan dari kegiatan sebelumnya merupakan benang merah yang saya nikmati belakangan ini. Berkomunikasi dengan banyak pihak yang mengantarkan saya menjadi Pemred dan produser majalah Warta BNN selama 3 tahun, dan menyeret saya ke arah yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Namun rasa ingin tahu dan hasil kerja mempersiapkan keperluan terkait, membuat saya resmi diangkat ke dalam kegiatan kehumasan lembaga anti terorisme (DKPTPolhukam) pada medio 2003-2008, yang kemudian hari resmi menjadi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Bekerja di antara 40 anggota eselon 1, menjadi satu-satunya perempuan yang sipil, merupakan pengalaman tersendiri yang teramat istimewa. Di antara pekerjaan tugas, tanggung jawab, kekaguman, dan sarat ilmu baru bagi saya pribadi. Rapat khusus, pertemuan dari eks napi sampai banyak ulama, menjadikan saya lebih bisa menghargai orang lain dan diri sendiri karena ini adalah saya, its me .
Sementara itu, sudah lumayan buku-buku Etiket hasil karya sederhana yang menjadi acuan terbit, disusul beragam Artbook yang menyangkut Budaya Indonesia. Urusan buku yang bagi saya sangat istimewa adalah kesempatan menulis, menyunting, sampai memproduksi buku Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia karya Dr. Ansyaad Mbai. Saat ini saya masih giat mempersiapkan produksi kedua buku Character Building yang nantinya diharapakan bisa mencakup seluruh lapisan masyarakat dengan harga terjangkau. Masih menunggu sejumlah Artbook siap cetak dengan isi foto indah yang bernuansa budaya Indonesia, di antaranya ensiklopedi tentang kearifan lokal dan keberagaman beragama di Indonesia.
Asti Kleinsteuber, lahir di Jakarta pada 1952. Mendirikan AS PRODUCTIONS (ASP) pada 1992. Sebuah event organizer atau produser yang menyelenggarakan ragamacara berskala besar seperti malam penganugerahan, event bisnis, peluncuran produk, konser, dan pameran.
61
Selain mengenyam pendidikan formal di Institut Kesenian Jakarta, ia juga mempelajari ilmu Design Inferior di Kunst Schule Zurich, Etiket International dan Table Decoration di Neu Gast Hofflichkeiten Essen, dan Public Relations di Interstudi, Jakarta.
Dengan melibatkan sponsor dari perusahaan besar, ASP mengerjakan mulai dari pencetusan ide, pembuatan konsep, perencanaan sampai pelaksanaan dan tanggung jawab atas kelangsungan acara. Special event yang diselenggarakan ASP selain acara tahunan “Autum Ball” (1992-1997) dan “Die Vienna Waltz Night Dream” (1998- 2003) yang dikunjungi sekitar 600 orang tamu eksklusif untuk menikmati Gala Dinner di mana menu selalu disesuaikan dengan tema acara.
Selain itu diselenggarakan pula acara Latin Night “Glamooroos Fiesta” (2002) dan 8a// with Ladies Orchestra from Vienna (1996). AS Productions jupa ikut aktif pada penyelenpparaan Konser Indonesia Philhormonik Orchestra (1999), PR Pameran Technoperma (1999), Pameron Panpan se-Indonesia, Peugeot Business Award (1995) dan Pameran Hanover Indonesia (1996). Acara Gala Dinner terakhirnya diadakan pada saat sesudah Tsunami, yang hasilnya terkumpul untuk disumbangkan kepada masyarakat Aceh pada awal 2005.
Pengalaman profesinya yang beragam, diawali saat ia menjadi salah satu penari istana dan keikutsertaannya dalam suatu misi budaya melanglang ke negara Asean. Dalam usia muda ia sudah mempertunjukkan kepiawaiannya menari di gedunggedung opera terkenal di 36 kota besar Eropa. Dunia profesi di luar tari dilakoninya, saat ia bekerja untuk maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan saat bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan pameran di Dusseldorf, Jerman. Kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Lembaga Kuliner Indonesia (LKI) selama 7 tahun dan bekerjasama dengan kelompok Gramedia yang secara intensif mengajar banyak kursus. Dalam kurun 10 tahun ia aktif sebagai pembicara seminar mengenai etiket, table setting, dan table decoration di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Asti juga sempat mengajar Table Manners dan Etiket untuk Sekretariat Presiden, Istana Negara, mengajar di Multi Training Center untuk program “Executive Development Program” dan “Personal Development for Secretary” serta mengajar Communication Skills di Swiss German University (SGU). Pa da saat bersamaan ia juga memberikan pelatihan tentang sikap dan perilaku di lingkungan instansi pemerintah (BPPT, BUMN, Deplu, PU, Agraria, Pemda, badan kepolisian/PTIK, Sespimpol), program MMA IPB dan Universitas Mustopo Beragama, selain memberikan private course dan melatih para training manager perusahaan swasta, dan anggota klub-klub eksekutif di beberapa kota besar.
62
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Publikasi tentang Asti mengenai etiket, tata cara, perilaku dan sikap dapat ditemukan di berbagai media cetak dan elektronik seperti Kompas, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Wanita Indonesia, Aura, NOVA, Prospek, Gamma, Femina, Dewi, Kosmopolitan, Bazaar, Her World, Bella Donna, Mole Emporium, Asri, Laras, Sarinah, Pertiwi, Jakarta-Jakarta, RCTI, SCTV, INDOSIAR, METRO TV dan TV 7. Sebagai penulis, Asti telah menulis beberapa buku seri etiket yang diterbitkan PT Primamedia Pustoka - kelompok Gramedia Majalah berjudul “ Table Setting ”, “ Table Decoration ”, “ Melipat Serbet ”, dan “ Table Manners ” (sebuah buku kebanggaan yang dipakai sebagai buku pengayaan dan buku acuan di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Selain itu, ia juga menulis buku seri: Tata Cara Bermasyarakat berjudul “ Tata Cara untuk Keluarga ”, “ Tata Cara di Tempat Kerja ”, “ Tata Cara bagi Eksekutif ”, dan “ Tata Cara Mancanegara ”. Buku terakhir yang diterbitkannya yaitu buku Istana Merdeka, lstana Negara. Ada juga beberapa buku yang diterbitkan, salah satunya buku mengenai tata cara dalam organisasi modern atau “ Business Protocol .”
Selain bercita-cita ingin menyusun dan berkecimpung di dunia buku pengayaan dan buku anak-anak, Asti aktif di Yayasan Bina Sekolah - sebuah yayasan yang bertujuan memperbaiki bangunan sekolah-sekolah dasar yang rusak di seputar Jabodetabek.
Saat menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah “WARTA BNN”, media dan wacana informasi Badan Narkotika, Asti aktif di Badan Narkotika Nasional (BNN), sebuah badan nasional yang berupaya menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia. Selain membuat citra profil pada awal berdirinya BNN (Logo, Ikon “Say No Drugs”), Asti dan teman teman sempot menerbitkon buku-buku berjudul: “ Panduan Tentang Norkoba ” (untuk orang tua dan remaja), “ Mereka yang Terjerat Narkoba ” (Kumpulan Kisah Nyata), dan “ Konsultasi Masalah Narkoba ”.
Pada 2003-2007, saat menjadi anggota tetap Desk Koordinasi Pemberantas Terorisme (DKPT) Polhukam, tugas yang diembannya adalah mensosialisasikan lembaga dan permasalahannya dengan menciptakan beberapa program beserta produknya, seperti: buku-buku, poster, leaflet, brosur, profile, dan lainnya yang menyangkut pemberantasan terorisme dan radikalisme. Pada masa inilah ia sempat mengikuti ragam pelatihan dari mancanegara yang berkaitan dengan masalah tren mutakhir alat perusak eksplosif. Yang diakuinya paling mengesankan, ialah “Media Handling On Crisis Management Courses” dan Workshop “Media Handling Skills And
63
Publick Relations During A Crises“ dengan instruktur ahli dari Scotland Yard, U.K.
Pada Juni 2010, di bawah bendera Genta Kreasi Nusantara, Asti sebagai penulis telah meluncurkan bukunya berupa sebuah Art Book Full Colour setebal 348 halaman berjudul Istana-istana Kepresidenan di Indonesia . Buku yang mengulas mengenai Istana Kepresidenan beserta sejarah, budaya dan tradisi di seputar Istana berada. Pada Febuari 2011, Asti kembali meluncurkan Art Book sejenis berjudul Kelenteng Kelenteng Kuno di Indonesia dengan tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Mandarín. Asti bersama tim, juga berhasil menerbitkan Art Book berjudul Masjid-Masjid Kuno di Indonesia .
Terakhir, ia sempat menerbitkan sebuah buku penting karya mantan Kepala BNPT Bapak Ansyaad Mbai berjudul: Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia dan The New Dynamics of Terror Networks In Indonesia dalam bahasa Inggris. Selain itu juga terbit sebagai cetakan kedua dari enam seri Etiket yang berisi tentang budi pekerti dan pendidikan nilai. Pada pertengahan 2016 telah terbit buku berjudul Character Building For Parents and Children . Selanjutnya bekerjasama dengan Kementerian PMK dalam rangka penerbitan buku Pendidikan Karakter Kebangsaan ” sebagai lanjutan dari buku Character Building dengan menambahkan 2 jilid buku berjudul Kebangsaan dan Keberagaman Beragama .
Artbook yang sedang dipersiapkan dalam waktu dekat ini adalah: Pasar Tradisional , sekaligus artbook yang menyangkut tentang kelautan seperti berjudul Lamafa Pemburu Paus Sejati dan Orang Bajo Pengembara Laut . n
64
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
SITI AMBARIA ARLINA WATI
SELAIN dekat dengan rumah di Jalan Hang Lekir, saya masuk SMA 6 karena dua orang kakak yang sudah masuk SMA 3 Teladan, dan saya juga diterima di sana,
tapi masuk sore. Inilah perkaranya. Saya agak kurang terima dengan kondisi tersebut, karena saya berstatus juara satu saat lulus dari SMP 11. Sementara teman-teman yang peringkatnya di bawah saya, malah diterima masuk pagi. Lantas orang tua saya datang menghadap ke sana, dan saya tetap dipaksa masuk SMA 3 dengan iming-iming ikut belajar selama satu catur wulan dulu. Alhasil saya yang sudah patah arang, memilih masuk SMA 6 saja. SMA yang sejak dulu terkenal sebagai sekolah artis dan hura-hura. Selain itu juga ada banyak teman-teman dari SMP 11 yang pilihannya sama seperti saya.
Setahun sekolah, ternyata saya harus mengalami sekolah sore, yang saya hindari jika masuk di SMA 3, nasib. Tapi karena sudah kadung masuk dan banyak teman yang menyenangkan, situasi begitu tak saya persoalkan— apalagi dikarenakan gedung harus dipugar. Kendati berada di sekolah dengan label semacam itu, saya tetap tak terganggu. Prinsip saya, di mana pun kita berada tergantung bawaan kita sendiri. Jadi kalau memang kita mau berhasil, ya usaha lah. Teman-teman saya seangkatan sih bagus semua. Banyak juga yang berprestasi, dan masuk ke ITB dan UI.
Sebenarnya waktu itu saya bisa masuk ke Paspal, tapi saya malah menolak, karena saya nggak suka pelajaran kimia. Sementara saya sudah punya tujuan mau masuk fakultas ekonomi. Jadi buat saya, yang penting bisa bahasa Inggris, matematika. Dua itu saja yang saya pegang. Maka akhirnya saya masuk Sosbud. Meskipun saya naiknya ke Paspal ya, tapi saya datangi wali kelas (pak Giono kalau nggak salah).
“Pak, tolong saya jangan ditulis naik ke Paspal.”
Saya juga kadung nyaman dengan teman-teman Sos, dengan Tini, Asti, Sulis, dan yang lain. Mereka semua baik di mata saya. Jika ada teman yang mau mencontek, ya silakan saja. Saya tak merasa rugi. Kalau orang mau berkembang, ya dari diri sendiri, begitu kan. Makanya di setiap tingkatan kelas dan catur wulan, saya selalu meraih juara satu. Meskipun saya merasa tak punya saingan sama sekali. Paling ya sahabat saya sebangku yang sudah meninggal, Teti Harahap, yang terakhir kali saya temui pada saat reuni di rumah Asti, Puri Mutiara. Teti itu suka pesta. Tapi tetap saja pintar. Malah dia seringkali mengajak saya menghadiri pesta saban malam Minggu tiba. Tapi saya nggak pernah mau ikut.
Dulu saya suka sama pelajaran Civic (Kewarganegaraan) yang diampu pak Subandi. Beliau tegas kalau mengajar. Selalu memberi visi ke depan. Saya juga suka Aljabar Analit (sekarang jadi matematika) dan juga Bahasa
66
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Inggris. Sementara pelajaran yang paling saya hindari, menggambar. Itu sudah sejak dari SD saya tak pernah suka pelajarannya. Tapi kalau saya nggak suka satu pelajaran, saya tetap harus melakukan yang terbaik, sebab saya harus melewati SMA.
Saya punya pengalaman lucu sama Alex (alm) Asmasubrata, yang juga di Sos. Bersama geng nakalnya, mereka berencana melihat jailangkung di Gelanggang Bulungan. Saya, Rohmana, dan kawan lain termakan ajakan itu. Setelah di dalam gedung, wajah kami seperti diolesi sesuatu oleh mereka. Lalu tiba-tiba Alex berteriak kalau jailangkungnya sudah muncul. Tanpa berpikir panjang, kami semua berhamburan keluar. Setelah itu, barulah kemudian kami tahu bahwa di wajah kami ada banyak jelaga yang berasal dari panci gosong. Selepas dari kekonyolan itu, Alex mengantar saya pulang.
Selama masa sekolah dulu, ada satu orang teman di Sos yang masuk radar perhatian saya. Anaknya kalem, menurut saya. Tapi setelah saya tahu bahwa dia sudah jadi aktivis sejak SMP dan ikut pentas tari sampai ke Malaysia, saya harus mengakui bahwa dia hebat. Ada “sesuatu” di diri Asti yang laik saya kagumi.
Setelah lulus dari SMA 6, saya masuk Fakultas Ekonomi UI, lantaran saya suka dengan angka. Berbeda dengan masa SMA ke bawah, semua pelajaran selama di kampus, saya suka. Kawan seangkatan saya UI yang kemudian tampil ke permukaan, ada Rudyan Kopot, S.E., MBA. Dia dulu di Salim Plantation, dan kemudian bergabung di Kadin. Terus ada Judiono Tosin (salah seorang CEO Salim Group). Masih banyak lagi yang lain, dan sebagian besarnya laki-laki. Karena yang naik dari persiapan ke tingkat dua hanya tiga orang perempuan—termasuk saya.
Kalau yang berasal dari SMA 6 dan masuk ke UI, ada Ari Banu Wati, Rohmana (setahu saya keduanya tidak lulus dan sudah meninggal), dan ada Halim Ishak, yang kemudian mengabdi di Bappenas. Ada juga alumnus SMA 6 yang masuk ke FKG, Prof. Sarwo Rini. Seperti saya, dia juga mengajar di UI. Bedanya, saya hanya mengajar selama 15 tahun, dan kemudian ikut suami ke Hamburg, Jerman, pada 1984. Ia berdinas di kementerian perdagangan. Waktu itu saya sudah bekerja di Nestle, tapi lebih memilih mengikuti suami karena sudah delapan tahun belum juga dikaruniai momongan.
Alhamdulillah, akhirnya anak pertama kami (laki-laki) lahir di Hamburg. Saya sudah berumur 35, sementara suami persis 40 tahun. Ia hadir saat
67
Cerita
saya kuliah semester empat jurusan bahasa—sembari mengisi waktu luang menunggu suami yang sering bertugas ke luar Hamburg. Kami bermukim di negara ini selama empat tahun setengah. Seusai dari Jerman, kami pindah ke Swiss, dan terakhir ke Genoa, Italia. Hidup selama dua tahun setengah di sana. Ketika kembali ke Indonesia, anak kami sudah berusia lima tahun, dan kami masih berharap bisa memiliki anak kedua.
Seorang kawan saya di Hamburg waktu itu memberi semangat, kalau pasutri yang pernah hidup di wilayah subtropis tapi belum bisa hamil, biasanya akan mudah hamil bila kemudian pindah ke daerah tropis. Itulah yang kemudian kami alami. Alhamdulillah, tiga bulan saya di Indonesia, hamil lagi. Jadi waktu itu saya cuma nyambi mengajar lagi di STEKPI, sebagai dosen lepas. Kenapa pilihan itu yang saya ambil? Karena saya merasa, kalau anak kami melewatkan masa kecilnya tanpa kawalan orang tua, masa kecil mereka nggak bakal kembali. Nanti saya malah menyesal.
Setelah pensiun dari dunia professional, ternyata jasa saya masih dibutuhkan seorang sahabat sejak masih kuliah di UI. Waktu itu kami berjumlah sembilan orang. Keluarganya punya perkebunan di Medan, PT. Amal Tani. Nah dia memercayai saya mengurus keuangan dan administrasi perusahaan keluarganya. Dia juga bikin perusahaan sendiri atas nama sendiri. Satu di Jakarta, rumah produksi (audio mixing) dan satu lagi di Medan (klinik hewan). Jadi dua perusahaan. Keduanya diserahkan ke saya. Sudah tujuh tahun berjalan sampai 2022.
Saya bersyukur sekali kepada Allah. Dulu sewaktu suami saya mengemban jabatan dirjen peradagangan luar negeri, saya sendiri yang antar-jemput anak-anak sekolah di Pangudi Luhur. Saya memang nggak mau ganggu pekerjaan suami. Biar anak-anak jadi tanggung jawab saya. Kala itu saya sempat bilang begini ke mereka, “Coba ibu punya kantor dekat sini ya…” Lah, setelah sekian puluh tahun kemudian, perusahaan sahabat saya itu kantornya malah dekat rumah kami.
Saya mensyukuri apa yang sudah kami lalui berdua, bersama. Suami saya masih dipercaya jadi tim perunding untuk perundingan dalam negeri. Paling sedikit tiga-empat kali lah keluar negeri untuk rundingan. Begitulah jalan yang digariskan Tuhan untuk kami. Yang penting buat saya, otak ini terus terpakai. Malah makin tua, bertambah kesibukannya. n
68
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
TINNY SUMARTINI
SEBENARNYA saya nggak tahu bagaimana caranya sampai bisa masuk di SMA 6. Karena waktu itu ayah saya yang urus semua, sampai saya masuk. Waktu itu saya pikir sekolah di SMA 6 tuh sekolah apa ya, sekolahnya kan kayak pabrik tahu. Setelah resmi menjadi siswa, saya sebangku sama Asti.
Saat gedungnya mulai dipugar oleh Pemda DKI, saya merasakan betapa malasnya belajar pada siang hari, akibat mengalami giliran. Jadi setiap hari, saya selalu pergi ke rumah teman di Radio Dalam. Di situ saya ganti baju pakai daster, lalu makan siang, dan tidur. Kenapa saya bisa begitu? Karena kami sudah berteman sejak SD sampai SMP. Ketika SMA kami berpisah, karena dia ke SMA 3 Teladan.
Hal itu terjadi hampir tiga bulan. Suatu saat saya lagi jejalan di Blok M, ketemu sama teman di kelas satu. Terus dia tanya saya, “Tin, kamu pindah sekolah ya? Kok kamu nggak pernah masuk sekolah selama kelas dua?” Lalu saya jawab saja apa adanya. “Eh sudah mulai banyak ulangan loh,” jelas kawan saya itu. Mendengar itu alhasil keesokan harinya saya masuk deh. Dia kasih tahu kelas kami yang mana. Pokoknya begitu masuk gerbang, belok kiri. Urutan kedua dari ujung. Pada saat itu saya ingat sedang pelajaran Bahasa Indonesia. Ternyata pengampunya guru baru.
Sembari mengetuk pintu, saya menguluk salam, “Selamat siang, Pak.” “Selamat siang, Nak. Anak baru ya? Anak-anak, kenalkan, ini anak baru.”
Sontak saja kawan sekelas unjuk suara, “Dia sih anak lama. Bapak yang guru baru. Hahaha.”
Itu baru masuk kelas dua. Setelahnya, saya nggak pernah belajar dengan benar. Lebih banyak main, kabur dari sekolah, loncat pagar lewat kejaksaan, pergi ke mana kaki melangkah. Saya begitu karena pengin main saja gitu. Sebagian besar guru yang mengajar waktu itu pasti bicaranya sama, contohnya bu Rosna (yang waktu itu bertugas sebagai guru pembimbing). “Kamu ini calon tidak lulus SMA. Kalau pun nanti sudah selesai SMA, kamu buka salon saja, nggak usah sekolah lagi,” ucapnya sambil menoyor kepala saya. Mungkin saya dianggap nggak bermutu sama beliau. Apalagi rok saya mini begitu. Makin menjadi-jadi saja keyakinan mereka kalau saya ini siswi yang tak punya masa depan yang cerah. Guru Bahasa Inggris juga begitu pada saya.
Ketika akhirnya saya lulus dari kelas tiga, saya terpacu untuk membalikkan keyakinan mereka. Saya masuk ke Trisakti dengan berbekal semangat dari cibiran guru tersebut.
Selama dua tiga bulan saya bolos itu, orang tua nggak pernah tahu kalau saya tuh nggak sekolah. Saya juga nggak pernah dilaporkan ke orang tua, karena mungkin dianggap pindah sekolah. Tapi setelah saya sekolah lagi dan sering sering bolos bersama adik kelas—yang sering bertugas mengambil bukubuku saya di kelas, saya diberi surat peringatan dan selalu
70
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
dititipkan ke adik saya, yang sudah duduk di kelas satu. Nah, adik saya agak teledor. Jikalau dia sudah terima surat dari sekolah, ditaruh di tasnya. Sampai di rumah dia lupa untuk menyerahkannya ke orang tua kami. Jadi setiap pulang sekolah, saya periksa tas adik saya dulu. Bila menemukan surat mengenai saya, langsung saya sobek. Untung raport saya tuh nggak jelekjelek amat. Bukan yang sampai “kebakaran” begitu ya. Saya pun akhirnya berhasil juga naik ke kelas tiga. Meski tidak dengan susah payah. Memang sih, saya bukan termasuk kategori anak yang pintar, tapi saya punya tanggung jawab untuk selalu naik kelas. Karena saya takut sama bapak. Beliau galak sekali. Maklum, bapak saya militer. Dinasnya di Staff Umum Angkatan Darat di Jalan Veteran. Satu-satunya bentuk kenakalan anak remaja kala itu yang tak pernah berani saya lakukan adalah, pergi naik mobil ke luar kota. Karena orang tua saya dulu selalu bilang, kalau pergi ke mana mana harus seizin orang tua, kalau tidak izin orang tua suka ada sialnya. Pernah satu hari saat sudah kelas tiga, kami pergi mengantar teman ke Bandara Kemayoran. Bapaknya didapuk jadi duta besar RI di Russia. Tiga perempuan, dua laki laki. Pulangnya kami berencana mau ke Puncak, Bogor.
Saya pun izin sama orang tua, “Pak, saya boleh pergi ke Bogor?” Beliau bertanya sama siapa saya akan pergi. Lantas saya jawab bareng temanteman, yang semuanya bapak kenal.
“Oh ya boleh, tapi hati hati ya.”
Waktu itu kan belum ada Tol Jagorawi, jadi kami lewat Cibinong, jalan raya Bogor yang lama. Tahu apa yang terjadi? Mobil kami hancur saat tabrakan. Tapi dari kami berlima itu, saya yang paling nggak luka sama sekali. Dari situ saya percaya betapa pentingya restu orang tua. Setelah peristiwa itu, sebenarnya saya tak juga kapok membolos, hanya saja mulai berkurang intensitasnya, karena saya takut nggak lulus. Lantaran ayah kami selalu bilang, “Tak ada anak saya yang tidak meneruskan sekolah ke perguruan tinggi, saya nggak mau!” Jadi saya harus lulus. Walaupun masih tetap sering kabur dari sekolah, tapi saya jadi harus rajin belajar supaya bisa lulus.
Sebagai anak sulung dari enam bersaudara, banyak wejangan ayah sebagai orang Jawa yang kemudian jadi beban—bahkan hingga sampai tulisan ini saya susun. Contohnya, bahwa saya harus menjadi panutan adikadik, nggak boleh salah ambil jalan, nggak boleh ini-itu. Intinya saya harus menjadi orang yang sempurna di mata ayah. Untungnya semua wejangan
71
Cerita
itu melekat, dan saya terus berjalan di jalur yang diarahkan ayah dan ibu. Tapi jangan salah paham dulu. Hal itu bukan berarti saya tak punya kendali pada pilihan hidup sendiri. Ada kisah menarik yang masih saya ingat sampai sekarang.
Setelah lulus dari SMA 6, ayah saya waktu itu nanya, “kamu mau meneruskan ke mana?”
Lalu saya jawab, “Ada dua pilihan, masuk psikologi atau seni rupa (ambil interior).”
“Ayah dukung keduanya. Karena ayah tahu watak kamu yang tidak bisa diperintah oleh orang. Dua bidang itu, apabila kamu selesai kuliah, kamu bisa berdiri sendiri tanpa harus jadi pegawai orang. Wiraswasta,” begitu ayah saya bilang. Saat mulai kuliah, setengah mati rasanya. Karena ada mata kuliah fisika dasar, mekanika teknik, konstruksi bangunan, dan konstruksi mebel. Meskipun ada beberapa alumni SMA 6 yang masuk Trisakti, namun di Seni Rupa itu saya hanya sendiri. Semua teman baru. Jadi saya berpikir waktu itu, belajar di universitas harus mengedepankan tanggung jawab secara pribadi. Selesai masa kuliah pada 1976, saya menikah.
Tapi sebelum menikah, saya sempat les mengetik dan ambil ekstension sekertaris di Tarakanita, sampai selesai. Jadi begitu menikah, saya bisa langsung kerja di travel biro bagian ticketing, yang sayangnya tidak sebidang dengan sekolah.
Setahun bekerja, saya hamil. Sampai anak kami masuk SMP, saya nggak bekerja sama sekali. Total jadi ibu rumah tangga bagi suami dan dua anak laki-laki. Lalu datanglah tawaran dari seorang teman untuk saya bekerja di Nyonya Meneer, sebagai sekretaris. Nah, ilmu yang saya pelajari di Tarakanita bisa saya pakai di situ. Pengalaman kerja di perusahaan sebelumnya, benar-benar terpakai. Kalau mengurus bos mau pergi ke luar negeri, saya bisa mengurusnya ke biro perjalanan dan lain lain. Alhasil enam bulan kemudian, saya diangkat menjadi PR. Padahal saya nggak punya pengetahuan mengenai PR sama sekali.
Singkat cerita, saya sudah bekerja di Nyonya Meneer selama 12 tahun, dengan catatan: saya salah satu pegawai yang paling sering dikirim ke luar negeri, karena dianggap bisa berbahasa Inggris dengan lebih baik dibanding teman yang lain. Selain menjadi PR di Nyonya Meneer, saya juga menjabat PR di sister company Nyonya Meneer. Sampai akhirnya, suami saya kena serangan jantung. Sekitar tahun 1990-an. Saya bawa suami berobat ke
72
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Singapura untuk di bypass. Sepulang dari Singapura selama dua bulan, saya undur diri dari Nyonya Meneer. Karena saya harus merawat suami.
Tapi saya tetap bisa bekerja sebagai PR karena nggak harus setiap hari. Sebagai PR di perusahaan, kami bikin satu perusahaan rekanan dengan Pemda DKI: membuat sistem informasi manajemen pajak reklame. Memantau semua papan reklame di Jakarta. Gunanya untuk meningkatkan PAD waktu itu. Lima tahun berjalan, setelah itu Build Operate Transfer (BOT). Semua peralatan yang ada di kantor, menjadi milik DKI setelah kontrak selesai.
Ketika akhirnya bisa bertemu lagi dengan kawan-kawan semasa SMA dulu, saya cuma mikir, nggak menyangka saja bahwa kita masih bisa ketemu lagi dalam keadaan sehat. Ternyata hidup kita itu jalannya misterius. Ada anak orang kaya yang ternyata tidak sukses. Sebaliknya, anak yang kurang mampu tapi malah berhasil membangun kehidupannya. Itu pelajaran buat saya, bahwa dalam hidup itu, tak semua yang kita cita-citakan bisa tercapai. n
73
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
WINNY SUMANTRI
WAKTU kelas 2 Paspal 2, aku sekelas dengan Ari Subiarto. Dia ketua kelas kami, dan aku wakilnya. Tugasku mengecek kehadiran temanteman dari jam I (pelajaran walikelas kita ibu Retno). Nah, ini ketua kelas datangnya malah telat melulu. Jadi jam pelajaran I kuabsen dengan menulis a, jam II dan selanjutnya hadir. Rupanya ketua kelas nggak terima daftar hadir yang sudah aku tulis a, diganti jadi titik besar. Jelas aku lapor dong ke Bu Retno.
Banyak keisengannya di kelas yang mengganggu konsentrasi belajarku: sepatu lah diumpetin, ngentutin kalau kami (Yati/Sri/Hendar [sobatku tercinta]) mau makan
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
di kantin. Tapi kalau kami marah, malah dijajanin sama Ari. Tapi lama kelamaan sebal juga kan. Alhasil kami mengadu ke wali kelas. Eh beliau malah bilang, “Ari tuh nurutnya cuma sama kamu, Winny...”
Naik kelas 3 malah sekelas lagi. Sampai suatu hari saat pulang sekolah, aku mau ke Blok M dulu, diantar Ari. Pas di taman Martha Tiahahu, dia nembak aku boo... Waduh pakai cinta lagi. Bimbang deh, karena sebetulnya ada kakak kelas yang lagi PDKT sama aku. Akhirnya terjadi lah tragedi cinta segi 3. Waktunya menentukan sikap, karena si kakak kelas kuliah di luar kota. Aku pilih yang di depan mata saja deh. Setiap hari ketemu. Oke, kita bersenangsenang di atas penderitaan orang. Hahaha… 10 tahun bo pacarannya, sampai kami nikah.
1970-2008 Mau kuliah di mana karena Paspal, tentu pilihannya mau jadi dokter atau insinyur. Aku pun daftar UI ke Dokter Gigi, ke ITB Biologi/ Planologi, TriSakti Pertanaman, ikutan bimbingan test di Salemba BOTANI. Top deh pokoknya. Alhasil aku diterima di ITB Biologi dan TriSakti, sementara di UI, ditolak.
Di Bandung ada emus alias niniku, padahal aku pengin kuliah di Pertanaman karena fak baru. Tapi setelah dipikir lebih matang, kerenan ITB dong. “Kuliah apa Sekolah Pergaulan, Win. Tiap ke Bandung ada saja kegiatanmu. Usai kuliah ngorek usus kodok, cari tanaman sampai ke Panggandaran,” ,” kata Ari. Tahun kedua coba lagi daftar di UI Phys, eh malah diterima di FISIP ITB. Mau pindah ke Planologi atau Seni Rupa, kagak nyantol keduanya. Malahan, aku diajak teman melamar jadi pramugari Garuda Airways. Iseng ikutan aku diterima, dia malah nggak.
Akhirnya mulailah melalang buana ke mancanegara sebaga Airhostes. Baru setahun sudah ditunjuk jadi First AirHostes, malah diminta mengajar karena punya sertifikat kecantikan. Jadi semua junior kami harus aku ajarkan yang namanya Poise & Grace.
First Delivery 747 ke Seattle/VVIP Flight/Inaugurate Flight ke Osaka, Kyoto, Brisbane, London, Lax, dipercaya untuk aku terbangkan. Setelah 8 tahun sudah jadi AirHostes, aku nikah pada 1981. Mau dong punya keturunan. Berhenti biasanya karena AH dikontrak, tapi karena aku Instruktur, boleh ke darat meski nggak semua AH bisa loncat ke darat. Biasanya selesai kontrak tamat deh.
75
Tiga tahun setelah menikah, Ari Subiartoku berpulang dan aku tetap di Garuda, malah d sekolahin sebagai sekretaris untuk Direksi. Hanya bertahan 2 tahun, hengkang ke lapangan lagi di Cengkareng. Akhirnya jadi pionir untuk customer service yang Garuda belum punya waktu itu. asyik ngurusi penumpang kok ditawari jadi manajer HRD. Maaf, saya mau berurusan dengan penumpang, bukan dengan urusan pegawai Garuda. Sampai Pensiun tahun 2008.
2008 – 2017 Masuk masa pensiun, dengan beberapa teman, kami buat Sekolah Pramugari dua maskapai yang kami tangani: Riau Airlines dan Pacific Airline. Sayang bermasalah, padahal sudah jalan beberapa penerbangan. Akhirnya buat pendidikan Pasasi Ramp, Pendidikan In House Training buat bank, asuransi, hotel, resto dan banyak lagi sampai sekarang untuk customer service , performance handling complaint , yang berhubungan dengan pelayanan.
Sebagai Customer Relation Manager, aku juga ikut menyelesaikan masalah jika ada pesawat crash sampai urusan pencarian jenazah, dan pemakaman. Jadi apa pun yang keluarga korban inginkan, kami berusaha memenuhinya. Minta makam dibongkar, minta peti jenazah, dibuka pokoknya kenangan terindah.
Aku sudah dari 1990 lho disekolahin MC sama Garuda di John Robert Power, institut tempat alm Didi Petet belajar. Kalau Direksi buat hajat pernikahan anaknya, MC-nya pasti aku. Kadang aku sempat dikira orang humas Garuda.
2018 Aku diminta datang ke Senayan INASGOC untuk diwawancara. Ternyata ASEAN Games harus menangani kedatangan atlet serta official dan VIP diperlukan instruktur untuk mendidik para sukarelawan dari semua angkatan (3500 orang sukarelawan di Jakarta dan Pelembang). Maka jadilah aku supervisor untuk para sukarelawan bekerja selama setahun di Cengkareng. Kami tak hanya menjemput atlet saja, tapi ada juga tamu khusus seperti Jack Ma, penyanyi Korea, para petinggi dari seantero dunia dalam bidang olahraga. Alhasil diundang pihak kerajaan Saudi untuk berbagi cara penangan kedatangan dan kepulangan acara besar yang dianggap sukses besar itu. Gratis umroh deh. Terima kasih banyak. Semoga menjadi Buku Kenangan yang menyenangkan untuk dibaca. Amin. n
76
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Rooftop Wisma Atlet Kemayoran ZAMRUL ZAINAL ABIDIN
SELAMA sekolah di SMAN 6, rasanya nggak ada yang terlalu istimewa ya. Tiga tahun masa sekolah ditempuh dengan lancar, sering kumpul saja sama Robert dan kawan-kawan, untuk belajar maupun kongkow sambil minum kopi.
SMA 6 Bulungan
Saat lulus dari SMAN 6, gue meneruskan kuliah di Akademi Ajun Akuntan, dan langsung kerja sebagai pengawas pembukuan di perusahaan milik paman, yang bergerak di bidang farmasi dan ekspedisi di Jakarta, sembari menyelesaikan pendidikan lanjutan pada 1977.
Domisili di Jakarta mempunyai satu keuntungan tersendiri, karena bisa jalan hampir ke seluruh propinsi di Indonesia, terutama Sumatera, Jawa, dan Bali. Hal itu bisa terjadi pada saat sopir perusahaan tiba-tiba berhalangan dan gue yang lagi asyik dengan pembukuan, dipanggil paman dan diminta menggantikan sementara untuk mengirim barang ke Sumatera, karena ada barang penting yang harus dikirim segera.
Sejak itu banyak kesempatan berkeliling Sumatera, seluruh pulau Jawa, dan sampai menyeberang ke Bali dan NTB, untuk mengantar barang dengan truk ekspedisi sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan yang dilalui.
Pada 1977, gue menikah dengan gadis asal Cirebon dan dikaruniai 3 orang putra/putri, serta 4 cucu sampai saat ini. Kegiatan pada masa selesai bekerja tidak ada yang sangat serius, hanya bersantai dan kadangkala ketemu teman-teman sambil wisata kuliner.
Selama 2019 dan 2020, pernah ikutan trip wisata dan kuliner keliling sampai ke Batu, Malang, yang paling jauh. Di sana ketemu Tony Sugiarto yang sejak lulus tinggal di kota berhawa dingin ini dan mengelola Hotel Ragil Kuning milik keluarganya. Mudah-mudahan setelah era pandemi berakhir, kita bisa terus bersama, bisa wiskul lagi, khususnya demi mengarungi sisa usia yang masih ada. n
78
Cerita Kenangan Alumni ‘70
ADI SETIAGUS
DI SMA 6, siapa yang tidak kenal dengan sosok yang bernama Fatansyah Syarif? Demikian juga sewaktu masih di SMP XIII, dia lah sosok yang menjadi favorit, bila saat ini bahasa yang beken banyak fansnya.
Ceritanya waktu itu di SMP, saya dan Fatan sekelas, entah bagaimana latar belakangnya, dan entah siapa yang punya ide itu, kami mendapatkan bisikan dari teman-teman. Bisikan pada saya, “Dit … lu ditantang berantem sama Fatan. Berani nggak?”
Demikian juga Fatan, dapat bisikan yang sama, “Tan … lu ditantang berantem sama Didiet. Berani nggak?”
Selesai jam sekolah, teman-teman sudah berkumpul di lapangan PTIK sebelah selatan sekolah. Mereka buat lingkaran dan terjadilah kejadian yang tidak terlupakan, kami berkelahi bagai jagoan saling pukul entah berapa lama, kemudian kami dipisah dan diminta untuk saling bersalaman diiringi tepuk tangan teman-teman yang menonton. Saat itu ada perasaan cukup bangga sebagai anak yang sportif dan tidak ada rasa dendam di antara kami. Mungkin cukup aneh untuk anak-anak saat ini.
Mohon maaf untuk Bung Fatansyah. Cerita ini masuk dalam kisah yang tak terlupakan untuk saya. Salam untuk si “Tengil” waktu SMP, Mas Wismo jelas tahu siapa si ”Tengil” itu.
Pada 2016, saya dan istri diberi kesempatan oleh Allah Swt untuk menunaikan ibadah haji. Ada kejadian yang cukup mengesankan terjadi di Masjidil Haram. Kami berangkat dari hotel menuju Masjidil Haram menjelang maghrib agar dapat menikmati suasana sore hari yang udaranya sudah tidak begitu panas. Sudah menjadi kebiasaan kami untuk melaksanakan sembahyang maghrib tidak di dalam masjid, tetapi di halamannya. Setelah selesai sembahyang, sembari menunggu waktu Isya datang, seperti juga rombongan lain, kami duduk santai menikmati bekal makanan kecil, diselingi pembicaraan mengenai rindu rumah dan anak cucu di tanah air. Entah karena penasaran atau merasa iseng, istri saya berkata, “Pah ... kita tuh di sini setiap sesudah sembahyang, pasti melaksanakan sembahyang sunah untuk jenazah, tapi kita belum pernah lihat ada jenazahnya.” Selang beberapa waktu dan itu setahu saya hanya beberapa menit sesudah istri bertanya hal tersebut, muncul kendaraan jenazah berupa mobil menarik gandengan dengan bak terbuka membawa beberapa jenazah. Hal ini cukup mengejutkan kami berdua, karena kendaraan tadi lewat hanya beberapa meter dari tempat kami duduk. “Alhamdulillah” hanya itu yang terucap dari mulut saya, untuk hal sembahyang sunah jenazah langsung dibuktikan oleh Allah Swt, bahwa memang ternyata banyak jenazah yang disembahyangkan di Masjidil Haram. n
80
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
HELMI SABRI
SETELAH lulus dari SMA 6, pada 1971 masuk IPB, kemudian medio 1973-1976 pindah ke Akademi Farming (B.Sc) di Semarang.
• 1976-1982, bekerja sebagai Koordinator Penyuluh Lapangan Penghijauan (PLP - P3RP DAS) Serayu Luk Ulo di Kab. Kebumen.
• 1979-1982, menjadi Kepala SMP Pemda (sore) di Desa Karangsambung, Kecamatan Sadang, Kab. Kebumen, merangkap jadi guru Biologi, Bahasa Inggris dan Keterampilan (pilkat: Pertanian).
• 1982, merangkap guru Keterampilan (pilkat: Pertanian) di SMPN 1 Sadang di Desa Kaligending, Kec. Sadang.
• 1982-2007, menjadi PNS Pemkab. Kebumen (Kabid Ekonomi Bappeda & Camat).
• 1996, menyelesaikan studi Sosial Politik jurusan Administrasi Negara (S.Sos) di Universitas Tidar Magelang.
• 2000, menyelesaikan Magister Manajemen (M.M) prodi Sumber Daya Manusia di IPWI, Jakarta.
• 2007-2010, menjadi Kepala Markas PMI Kab. Kebumen.
• 2005 - sekarang, menjadi Ketua DHC Badan Penbudayaan Kejuangan 45 Kab. Kebumen. n
WIDO RAHARDJO
SELEPAS masa SMA, aku sempat kuliah dua tahun, kemudian berhenti karena menikah pada 1973 . Setelah mempunyai anak pertama, bagaimana pun juga aku harus menafkahi keluarga.
Dari Lemari Dasi Aku Menginterpretasikan Perjalanan Hidup
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
Kemudian aku mendirikan perusahaan pada 1975 dan mulai berkiprah sebagai direktur utama. Perusahaan ini bergerak di bidang ekspor-impor. Ternyata yang jalan bagian impornya, dan karena itu aku banyak melakukan perjalanan ke luar negeri. Dari mulai Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong, China, Jepang, Taiwan, Korea. Dari setiap negara yang kukunjungi, aku selalu membeli dasi. Tahun ke tahun makin banyak kunjungan yang aku lakukan, seiring dengan kemajuan perusahaan. Bergeser ke Australia, New Zealand, Amerika, Belanda, German, Swedia, Denmark, Norwegia, Finlandia, Rusia, Inggris, Perancis, Spanyol, Belgia, Swiss, Italia.
Dari sekian banyak negara tersebut, tentu jumlah kota-kotanya termasuk yang aku kunjungi. Sperti Amerika saja dari mulai San Fransisco, Los Angeles, Las Vegas, Boston, Chicago, Denver, Philadelphia, New York, Houston, New Jersey, Dallas, Long Beach, San Diego dan Kanada.
Aku bersyukur sekali karena punya pekerjaan sekaligus keliling dunia sambil plesir.
Di zaman pemerintahan Presiden Soeharto dengan WapresHabibie, aku dapat proyek USD 9,8 juta yaitu proyek semi conductor procesing equipment . Itu memberi arti yang besar dalam hidupku. Bicara rumah, ada di 4 lokasi (Jakarta, Bandung, Jogjakarta, dan Surabaya). Bicara mengenai pendidikan, anak-anak bisa sekolah lebih tinggi dibanding bapaknya. Anak pertama dapat gelar Sarjana Teknik Elektro dari Universitas Trisakti. Anak kami yang kedua, jebolan IT dari California State University. Anak bontot, alumni Fakultas Hukum UGM dan UI.
Bicara mengenai mobil, hampir banyak merk yang aku bisa membelinya. Mercedes, BMW, Peugeot, Volvo, Toyota, Nissan, Datsun , Honda, Suzuki, Daihatsu, Isuzu, Subaru, dan Hyundai.
Pada 1997 aku dan istri berkesempatan melaksanakan ibadah haji, setelah umrah setahun sebelumnya. Nikmat berhaji waktu itu, hotel tempat kami bermukim adalah Hilton di Makkah dan di Oberoi Hotel, Madinah.
Ada juga yang tidak kalah menarik, naik gedung atau menara/tower yang termasuk tinggi di dunia, seperti: Eifel Tower di Paris. Rhine Tower di Dusseldorf. Petronas Tower di Kuala Lumpur. Shanghai Tower. 101 Tower di Taipei. Tokyo Tower. Shears Tower di Chicago. Empire State, di New York. Toronto Tower.
Rasa syukur yang tak terhingga kuhaturkan kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan-Nya. Dari tahun ke tahun aku jalani dengan ikhlas, sampailah pada suatu ketika, baru dua hari pulang dari London, tangan
83
kananku tidak bisa digerakkan. Aku masuk ke RSPI dan dirawat 5 hari. Walau kondisi badan lemah, aku memilih pulang. Jeleknya, aku masih merokok. Ternyata kembali berulang 15 hari kemudian, kaki kananku tidak bisa digerakkan. Vonis dokter, aku stroke, karena penyumbatan pada batang otak.
Karena itulah aku tak henti meminta ampun pada Allah, karena Dia Maha Pengampun. Seluruh dosa anak cucu Adam hingga yang terakhir dilahirkan, jelas tak sebanding dengan Rahmat-Nya. Aku terima semua keadaanku dengan sabar dan ikhlas. Kujalani saja apa yang menjadi kehendak-Nya. Alhasil aku menyatakan berhenti sebagai direktur utama pada Juli 2018.
Inilah sekilas perjalanan hidupku yang hanya alumni SMA 6. Semoga dapat diambil hikmahnya oleh para sahabat. Ujungnya, aku hidup bahagia bersama istri, anak-anak, menantu, dan 7 orang cucu. Wassalamu’alaikum warahmattullahi wabarakatuhu n
Memori Indah yang Mengetuk Hati BUDIMAN SUSILO
CERITA singkat ini berkaitan dengan absensi di kelas baru, yang mempunyai arti tersendiri dan kelak menjadi nilai dalam kehidupan saya, yang mudah kagum pada siapa pun.
Saya ingin mengenang ketua kelas kami .
Saya lupa kelas berapa, yang jelas ia sangat berkesan sekali di hati saya, orangnya rendah hati. Sampai sekarang menjadi panutan saya. Teman kita yang simpatik ini ramah, murah senyum, giginya putih sekali, dan rambutnya panjang—kontras dengan warna kulitnya yang hitam manis. Ketika dia terpilih menjadi ketua kelas, mulailah ia mengabsen kami satu persatu, dengan berwibawa. Akhirnya tiba giliran saya dipanggil. Saya diam saja, tapi tangan saya mengacung.
Dia tetap memanggil terusmenerus sampai kelihatan lelah. Sebenarnya dia ada di dekat
84
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
saya, tapi tidak lihat. Setelah tahu dia tidak marah, hanya sinar matanya menakutkan kemudian tersenyum indah sekali. Mau tahu ketua kelas itu siapa? Dia adalah SARWORINI. Berkesan sekali, sehingga anak kami kuberi nama yang sama dengannya. Inilah memori indah yang menyentuh hatiku, ketika duduk di bangku sekolah SMA 6. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada sahabat, yang secara tidak langsung memberikan inspirasi kepada saya. Maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan. n Salam hangat, Jakarta, 31 Desember 2020
INDRA TJAHYA KARTAKUSUMA SESUDAH lulus, saya coba mendaftar ke ITB, dengan cadangan di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung.
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
Sebelumnya malah sempat tamasya di villa Srijanti di Ledeng (Jl. Setiabudi) bérsama Widianto, Helmy Sabri, dan Iim. Setelah gagal masuk ITB, dan sempat kuliah di UPI setahun, tiba-tiba dapat bocoran dari Dinas Pariwisata DKI bahwa akan ada perhelatan besar PATA Confrence 1974 di Jakarta, yang memerlukan banyak tenaga perhotelan. Maka tanpa berpikir panjang, saya langsung putar haluan kembali ke DKI dan kuliah ke Akademi LPLIP-DKI (Lembaga Pendidikan & Latihan Industri Pariwisata-DKI) di Cempaka Putih sedari 1972-1975.
Bersamaan pada tahun tersebut, dibangun hotel baru di daerah Kemang, Hotel Kemang. Beberapa siswa LPLIP-DKI diterima pelatihan dan langsung bekerja sebagai pegawai tetap. yang otomatis menjadi anggota serikat pekerja/SPSI. Saya berkarir di Front Office sampai 1983. Sejatinya selama rentang 1977-1980-an, saya sempat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Pada 1983 itu ada sedikit perselisihan dengan manajemen Hotel Kemang dan saya memilih keluar, dan bekerja di European Asia Bank/EAB yang kemuduan merger menjadi Deutsche Bank AG, cabang Jakarta.
Di Deutsche Bank (DB) saya ditempatkan di Economic Section yang selanjutnya ditransfer ke Loan Administration. Baru mulai penyesuaian dengan pekerjan baru pada pekan pertama, tiba-tiba sepekan kemudian saya diminta membantu Ketua SPDB (Serikat Pekerja Deutsche Bank) rapat dengan General Manager DB guna nembicarakan CLA/KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) yang dipantau setiap dua tahun sekali. Sejak saat itulah fungsi saya bertambah. Selain sebagai karyawan DB, saya juga menjadi Pengurus SPDB. Pada penghujung 1990-an, ketua SPDB dibajak oleh ING BANK (bank Belanda) untuk jadi karyawan di sana. Rapat Kepengurusan SPDB menunjuk Wakil SPDB sebagai pelaksana tugas sampai dengan rapat pada 1992. Lalu tahun itu saya diangkat sebagai Ketua SPDB sampai periode 1997.
Sekitar 1985-an, para pengurus Serikat Pekerja Bank-bank Asing membentuk FOKUBA (Forum Komunikasi Karyawan Bank-bank Asing) yang nantinya mengadakan Kongres Nasional pada September 1998. Periode 1997 inilah paling genting di sektor ekonomi plus keuangan, karena ada krisis moneter pada 1997-1998 yang berimbas pada industri perbankan di Indonesia. Ada 48 bank swasta di likuidasi oleh Bank Indonesia (BI) karena tidak bisa memenuhi ketentuan BI pada waktu itu, sehingga timbul demonstrasi karyawan bank yang dilikuidasi, menuntut uang pesangon. Masalah timbul, karena menurut UU ketenagakerjaan, individu tidak bisa menuntut pesangon, yang bisa hanya Serikat Pekerja (SP).
87
Maka International Labor Organisation (ILO) bersama FIET/UNI (Union Network International) yang berkedudukan di Nyon (Switzerland) datang ke Indonesia untuk mengajarkan Art of Negotiation Skill kepada para karyawan bank swasta tersebut untuk mengklaim pesangonnya.
Selanjutnya pihak FIET/UNI & ILO berkesimpulan, bahwa SP yang sudah terbiasa bernegosiasi dengan pihak manajemen mampu berbahasa Inggris adalah, SP dari Bank-bank Asing/FOKUBA. Maka dimulailah pelatihan secara berkelanjutan di Ciloto yang diinisiasi oleh UNI-APRO (Union Network International-Asia Pacific Regional Office) yang berkedudukan di Singapura. Selain itu kami mulai berkoordinasi untuk ketemu dengan BI, Depnakertrans (Dept Tenaga Kerja & Transmigrasi) & BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) serta membentuk SP di bank-bank yang dilikuidasi. Selanjutnya harus dibentuk organisasi yang berafiliasi dengan UNI (yg kemudian bertransformasi menjadi Global Union) berlevel Federasi dan diakui oleh ILO dan Depnakertrans. Maka akhirnya dilakukan peresmian secara nasional pada 20 Februari 1999 di Hotel Sahid Jaya dengan nama Federasi Aspek Indonesia (Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia) dengan 1st President nya Indratjahja dari SPDB untuk periode 1999-2002. Selanjutnya Aspek mengikuti Konferensi International di Sydney Australia pada Maret 1999 dengan topik Damn the Debt dan menulis surat resmi ke Direktur IMF, Michael Camdesu untuk write-off seluruh utang negara berkembang karena krisis moneter, tapi ditolak IMF karena sudah resmi mempunyai kedudukan hukum mengikat. Sebagai tambahan dari Sydney adalah, dimulainya era hubungan industrial alih daya sesudah 1999. Sesudah era Sydney, saya mengikuti konfrensi di Kuala Lumpur, Manila, Hiroshima, dan beberapa kongres di dalam negeri. Karena kami sudah capek kerja ditambah mengurus SP, akhirnya dengan sesame rekan pengurus SP dari bank-bank asing, kami mengajukan pensiun dini dengan pesangon cukup baik pada zaman itu. Dengan semboyan SP; One World, One Voice, Solidarity, saya mengakhiri masa bakti sebagai karyawan salah satu bank asing & sebagai aktifis Serikat Pekerja yang berafiliasi dengan Global Union. Berpusat di Nyon, Swiss.
Segera setelah pensiun, saya berkumpul dengan para cucu, lebih banyak berolahraga, tingkatkan konsumsi suplemen untuk kesehatan, lebih banyak berkumpul dengan para lansia: reunian, dan setiap Rabu pertama setiap bulan, berkumpul dengan para anggota ISCC (Indonesian Senior Citizen Club) di Harvest School Karawaci.
Healthy live forever. Amin ya Rabb l-‘Alamin ... n
88
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
SAPTONO ISTIAWAN Punya Kisah
GUE lahir di Tanah Abang, Jakarta. Tapi nggak lama di sana, gue dibawa orang tua ke Lampung, lalu pindah ke Palembang hingga
usia 5 tahun, dan kemudian pindah ke Jakarta. Gue sudah bisa mengingat kejadian ketika di Palembang. Rumah dan sekitarnya gue kunjungi lagi pada 1990-an. Masih ingat dan gue foto segala. Gue juga ingat kapal yang membawa keluarga ke Jakarta dari Palembang. Di Jakarta, kami sementara menumpang di rumah kakak ayah gue sebelum pindah ke Kebayoran Baru pada 1957. Di Jakarta gue masuk Sekolah Rakyat Blok Q petang, lalu lanjut ke SMP 12. Akhirnya ke SMA 6 dan jadi kenal dengan kalian semua. Selepas SMA gue beruntung bisa diterima di FT Jurusan Arsitektur UI, padahal otak gue nggak begitu cemerlang. Gue cuma ambil les privat sama tetangga yang mahasiswa di sana. Setelah lulus kuliah, kerja di konsutan Arsitektur. Malah sebelum lulus juga sempat terlibat proyek pergudangan di seluruh Indonesia milik BULOG dan Pusat Penyuluhan Pertanian di seluruh RI, juga milik Kementerian Pertanian. Terlibat juga dalam beberapa proyek lumayan gede, hanya karena gue rada fasih bahasa Inggris, jadi bisa komunikasi dengan para arsitek dan insinyur asing di proyek tersebut, yang antara lain proyek Terminal Penumpang DEF Cengkareng. Satu lagi, proyek 8 bandara di seluruh Indonesia: antara lain Semarang Manado dan Biak.
Pada 1990, gue bikin kantor konsultan sendiri, PT Tigarsi Multiyasa. Bikin studio TVRI di Ambon dan Samarinda, lalu studio TPI di Taman Mini dan beberapa stasiun televise di seluruh Indonesia. Belakangan, gue terlibat banyak proyek rumah sakit di beberapa kota di Riau dan Sulawesi. Terakhir, RSPI Bintaro dan sedang dalam perancangan, RSS Medika di bekas Apotik Ratna di Jl. Banjarsari 2, Fatmawati. Satu lagi, proyek ruang kuliah kampus PTIK di Jl. Tirtayasa.
Yah begitulah cerita gue sekilas. Rada membosankan, ya? Salam Bulungan. n
90
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
HARTI
My Golden Days – Tiada yang Mustahil bagi Tuhan Kalau kita melihat kebelakang, maka masa-masa SMA adalah masa yang sangat indah, Aku duduk dengan Sarworini, disebelah kami duduk Robert & Zamrul dan didepan mereka Tuhu dan Bambang Priatmono almarhum. Kami kompak sekali … termasuk kompak saling nyontek ha ha ha ha.
Cita-citaku dulu ingin jadi Dokter Gigi. Setelah tamat SMA di tahun 1970, aku rajin belajar bersama dengan Sarworini dalam menghadapi ujian masuk UI. Aku daftar UI bahkan sudah mengikuti test IQ. Mendekati ujian masuk UI, Ibuku melarang aku masuk UI, karena beliau khawatir kalau aku putus di jalan (karena nikah), maka aku tidak bisa bekerja. Beliau minta supaya aku daftar LPK Tarakanita, ini hanya satu tahun, bisa langsung kerja. Ujian masuk UI bertepatan dengan tanggal ujian masuk LPK Tarakanita (LPK tidak mau menjadi sekolah pelarian atau cadangan).
Akhirnya aku masuk LPK Tarakanita, setelah lulus, aku bekerja di PT Astra International, juga satu tahun. Kemudian aku menjadi pramugari di Garuda Indonesia dari tahun tahun 1974–1976. Aku keluar dari Garuda karena menikah; (jadi ada benarnya nasihat Ibuku untuk tidak menjadi DRG). Di tahun 1986 aku masuk kembali sebagai pramugari Garuda Indonesia, total sebagai pramugari +/- 8 ½ tahun. Selama di Garuda, jarang ketemu Sri Taswinny, dia senior ku di Garuda.
Sejak keluar dari Garuda tahun 1976, aku bekerja di beberapa perusahaan; yang paling lama dan berkesan adalah bekerja di bidang perhotelan. Aku memulai karirku di hotel sebagai Pitstop Membership Director (Group Juliana Discotheques, yang berpusat di London, di Asia hanya ada di Singapore dan Pitstop); kemudian sebagai Public Relations Manager, di Sari Pan Pacific, Le Meridien dan Hotel Ciputra Jakarta. Ada beberapa kali jumpa dengan Asti pada waktu acara di hotel … maaf aku lupa acaranya, a kind of Table manner kalau tidak salah. Setelah dari Sari Pan Pacific, aku juga sempat Sekolah Public Relations di London, Inggris selama +/- 2 tahun.
Pengalaman sebagai PR Manager yang berkesan adalah di Sari Pan Pacific, 2 atau 3 kali setahun sekali aku ke Singapore dan Manila untuk mencari Group Penyanyi, padahal aku ini tidak tahu musik, tidak bisa menyanyi. Pengalaman lain membuat acara “Nikah Massal untuk mereka yang tidak mampu” (ini acara besar2an dan pertama kali diadakan di hotel); Food Festival salah satunya Indian Food Festival yang membawa gajah ke lobby hotel.
Le Meridien beda lagi, bertemu dengan para kepala Negara: Canada, Korea dan lain-lain. Selama menjadi PRM, dandananku pol, pakai mini, selalu kelihatan chic (waktu itu masih langsing he he he). Di Ciputra beda lagi tampilannya, lebih sederhana, tidak pakai mini lagi.
Pada tahun 1999, di masa krisis aku diangkat sebagai Director of Sales & Communication (DOS&C) di Hotel Ciputra Jakarta, membawahi Sales dan Public Relations. Hotel Ciputra Jakarta adalah pemegang saham SwissBelhotel International di Indonesia, karena itu aku merangkap sebagi DOS&C di kedua perusahaan tersebut. Di tahun 2005 aku bergabung 100% dengan Swiss-Belhotel International di Indonesia hingga tahun 2011.
Swiss-belhotel International adalah Hotel Management Company yang mengelola hotel-hotel di Indonesia. Pada waktu aku bergabung, Swissbelhotel baru mengelola 2 hotel (salah satunya adalah Hotel Ciputra
92
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
Jakarta), pada waktu aku keluar, jumlah hotel yang sudah berjalan, berjumlah 25 di Indonesia.
Sehingga boleh dibilang, aku adalah salah satu dari tiga orang yang mendirikan Swiss-Belhotel International di Indonesia. Kami mulai dari NOL.
Disini aku banyak mendapatkan pengalaman yang mungkin sangat jarang dialami oleh Hotelier lainnya.
• 3 bulan setelah di promote sebagai DOS&C aku diminta ke Dubai untuk hadir di Arabian Travel Market (ATM), one of the biggest Travel Mart di dunia. Aku yang masih anak bawang, pergi sendiri, TANPA TEMAN ke Dubai.
• Setiap tahun, aku mengikuti Pameran Pariwisata, baik di dalam negeri maupun luar negeri (negara-negara di Asia Tenggara, China, Negara Uni Arab (UAE, Yemen, Doha, Kuwait, Bahrain), Jerman. Karena Hotel Ciputra mengakomodasi crew Gulf Air dan Kuwait Airways, maka Business Tripku juga termasuk menemui para petinggi airlines tersebut di Bahrain dan Kuwait, mereka decision maker untuk akomodasi crew. SEKALI LAGI, AKU TRAVELING SENDIRI, biasanya +/- 2-3 minggu. Hampir setiap bulan aku traveling, apakah itu untuk visit hotel yang di kelola oleh Swiss-Belhotel atau mengikuti pameran-pameran.
• Orang banyak berkata bahwa “kita harus berhati-hati dengan orangorang Arab, karena behaviour dan character mereka”. Puji Tuhan, dalam aku mengemban tugasku diatas, aku tidak pernah mengalami hal-hal yang negative, walau mereka tahu bahwa aku Non-Muslim. Buat aku mereka adalah “teman yang baik”. Semua itu tergantung bagaimana kita membawa diri dan berperi laku,
• Di tahun 2010, aku men-donorkan 67% dari liver (hatiku) kepada adik perempuanku almarhum. Di tahun 2011 aku resign dari Swiss-Bel-hotel Internationa;, dengan alasan kesehatan (karena aku tidak boleh capek); dan juga dengan dibantu oleh keluarga Besar Hadisoemo, aku juga membantu mengawasi ke-3 anak-anak adikku almarhum (adik iparku Pilot Garuda, sehingga jarang dirumah).
• Puji Tuhan salah satu satu partner kerja ku sewaktu di SwissBelhotel, Unique Choice (head office di Riyadh dan kantor cabang di Dubai) mencari Business Development Director untuk Indonesia (bekerja dari rumah). Unique Choice mengirim turis-turis Middle East ke Indonesia, tujuan mereka di Indonesia adalah Jakarta, Puncak, Bandung dan Bali.
93
• Aku keluar dari Unique Choice karena perusahaan tutup, kemudian aku bergabung dengan Explore The Wonder, Travel Wholesaler based di Dubai; aku melakukan pekerjaan yang sama seperti di Unique Choice hingga tahun 2016 (Home based).
• Di Tahun 2015, aku mananda tangani contract SEUMUR HIDUP dengan John Lantang. Karena background kami hampir sama (aku dari hotel dan John dari airlines), maka kami mendirikan Travel Agents Consultant. Disini kami bukan hanya menjual tour, tetapi kami juga ikut dalam tour tersebut, baik itu dalam maupun luar negeri. Sehingga kamipun tetap banyak traveling. Baik traveling berdua atau dengan group, seperti ke Belitung dengan teman-teman Ex.SMAVI/70 dan ke Jepang dengan Ratih dan suaminya.
• Di tahun 2018, aku masih sempat bekerja sebagai “Sales Consultant” di DAFAM Group (Hotel Management yang mengelola 25 hotel di Indonesia). Aku bekerja sebagai part-time: 3 x seminggu dan hanya 3 jam setiap kali visit …. Aku lakukan hingga Bulan Mei 2019 (masa pandemi).
• Selama Pandemi, untuk mengisi kekosongan, aku dan John berbisnis dari rumah, Kami menjual aneka makanan yang dimasak oleh adik-adik atau sepupu-sepupu kami, antara lain “Dimsum, Klappertaart, Aneka Dessert”, bahkan sekarang sudah masak sendiri “Ayam Panggang CharSiu atau Taoco, John kadang menjual tanaman dari kebun, pokoknya apa saja …. To keep ourselves busy.
• Mengingat usia, aktivitas ini kami batasi, kami tidak ngoyo, karena kami melakukan itu hanya BERDUA. Dari photo terlampir terlihat bagaimana John memberikan pesanan ke Gosend yang akan mengirim pesanan ke alamat pemesan (naik tangga, sehingga protocol covid tetap diterapkan)
Tuhan itu memang hebat! Tiada yang mustahil bagi Tuhan. Aku tidak menjadi DRG, tetapi aku mendapat pengalaman yang bagiku “ORANG LAIN TIDAK PUNYA”. Aku banyak melihat kota-kota di Indonesia maupun luar negeri, boleh dibilang banyak GRATISnya. (kecuali pada waktu dengan John, kadang gratis kadang bayar 50%).
Di Bulan April aku berumur 69 tahun, John 73 tahun di bulan Maret. Kami sangat beruntung dan berterima kasih karena kami mempunyai sahabatsahabat yang hebat. Baik itu sahabat dari John maupun dari aku, salah satunya adalah dari Ex-SMA VI/1970.
Praise The Lord! God Is Good All The Time. n
94
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
ATIE DERMAWATY
BANYAK kenangan menarik semasa SMA, apalagi aku punya pengalaman belajar di dua SMA. Karena ayahku tentara, maka kami pindah dari satu kota ke kota lain. Sejak lahir di Tanjung Uban, Riau, pindah ke Nias, ke Tarutung, ke Medan (selama 15 tahun mulai tahun 1957 sampai 1968), mulai SD sampai SMA kelas satu. Sedari SD sampai
sekarang memang aku suka berorganisasi, antara lain Pramuka. Kemudian pada 1968 ayahku dipindahkan ke Jakarta, sehingga harus mencari SMA lagi untuk masuk ke kelas 2 (dua), dan beruntung diterima di SMA 6 Jakarta.
Karena rumahku di Jl. Radio Dalam, maka sering bareng ke sekolah dengan Sri Kurniati (Tji’i) dan sering makan di rumahnya. Masakan ibunya enak banget. Saat kelas 3 aku lebih banyak belajar di rumah Sri Yanti, kami sekelas di Pas Pal 3, juga Lily dan Tatang. Teman lainnya yang pintar, ada Robert Tela dan (alm) Adi Lubis. Kami sekelas seringkali dapat contekan dari mereka berdua. Tapi lucunya, tetap saja kami buat contekan di paha. Aksi ini dikerjakan di rumah Ida Zuraida, pakai karet dan disembunyikan di dalam rok mini, hahaha. Ada yang lebih seru, yaitu saat pelajaran Bahasa Jerman. Karena tidak suka dan susah dimengerti, maka kami sekelas sepakat membakar karbit, gurunya langsung keluar kelas dan kami main voli di lapangan bersama pak Aman.
Karena nilai gambarku selalu bagus saat SMA, ketika lulus, aku coba masuk Jurusan Arsitektur UI/ ITB berdua Lily. Setelah ikut tes dan tidak diterima di UI, maka aku, Sriyanti, dan Tatang, berniat ikut bimbingan tes di Vila Merah di Bandung. Kami tinggal di rumah Yanti yang di Bandung, hasilnya hanya Tatang yang diterima, sementara aku dan Yanti coba lagi untuk tes di Unpad, dan diterima di Fakultas Kedokteran, tapi kami tidak suka. Akhirnya kami (aku, Lily, Yanti, dan Ida) coba ikut tes di Universitas Trisakti untuk Jurusan Arsitektur dan diterima. Ternyata (alm) Harry Djayadi dan (alm) Gatot Subroto juga diterima di jurusan yang sama.
Selama kuliah pada 1978, aku ditunjuk sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur dan ikut banyak kegiatan di kampus dan bersinergi juga dengan himpunan mahasiswa lain se-Indonesia, baik kegiatan akademik (sayembara, pameran bersama, diskusi) maupun non-akademik (olahraga dan kesenian).
Kegiatan lainnya masuk dalam tim voli dan gamelan, bersama Lily dan juga Tim Porseni ke Jogja dan Bali. Sebelum lulus sebaga sarjana, ketua Jurusan Arsitektur sudah memintaku menjadi dosen tetap dan ini berlangsung sedari 1981 sampai sekarang. Sejak menjadi dosen, aku memang sudah melakukan pembelajaran di luar kelas, yang kunamakan “pembelajaran tanpa sekat,” sehingga para mahasiswaku bisa curhat. Tak hanya masalah akademik, tapi juga non-akademik. Alhasil mereka dapat lulus dengan nilai maksimal, dan ini merupakan kebangganku sebagai dosen.
Pada 1992, aku melanjutkan studi S2 dan S3 di UGM. Karena bidang peminatanku sejak S1 di Permukiman Kampung Kota, maka sejak 2012 sampai sekarang, aku diangkat sebagai Ketua Pusat Studi Permukiman
96
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Kampung Kota (PSPKK), bekerjasama dengan Kemenpera, Kementerian PUPR, Pemda Prov. DKI Jakarta, Pemda Kab. Tangerang dan Pemda Kutai Timur. Atas inisiatifku, maka kegiatan kerjasama dengan berbagai industri juga dilakukan terkait materi kuliah, sehingga terjadi keterhubungan dan kecocokkan antara materi akademik dan praktik, agar mahasiswa punya potensi akademik plus. Selain itu juga, ikut membawa mahasiswa studi lapangan ke permukiman tradional seperti Baduy, Kampung Naga, serta keberbagai kota lain di dalam negeri, di antaranya ke Padang, Jogja, Bali, Medan, dan ke luar negeri seperti Bangkok, Vietnam, Singapura, Malaysia, Hongkong.
Kegiatan lain, yaitu sebagai Tim Auditor Nasional untuk Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), melakukan Sosialisasi, Standardisasi, Sertifikasi dan Audit Pengawasan sejak 2013 sampai sekarang. Beragam Ruang Bermain Anak di berbagai daerah antara lain di Surabaya, Bali, Lampung, Sumatera Barat, Sulawesi, dan Kalimantan. Kegiatan lainnya pernah menjadi Pengurus Komita SMA 6 bersama Ibu Linda Agum Gumelar sedari 2002 sampai 2015 dan menjadi Pengurus Yayasan Alumni 6 sejak 2007 hingga sekarang.
Saat pandemi, selain tetap mengajar secara virtual (WFH), juga aktif sebagai anggota IABHI (Ikatan Ahli Bangunan Hijau Indonesia), dan IPLBI (Ikatan Peneliti Lingkungan Bangunan Indonesia) dengan berbagai kegiatannya yang saat ini dilakukan secara daring. Kegiatanku yang lain, aktif di kegiatan organisai profesi IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) sejak 1984 sampai 2006. Sampai saat ini aku juga aktif mengikuti kegiatan Ikatan Alumni Arsitektur Usakti (Adhipati) dengan mengadakan Alumni Goes to Campus untuk mengajarkan pengalaman mereka di perusahaan masingmasing sebagai pembelajaran tambahan untuk mahasiswa. Sehingga para lulusan kami diharapkan mempunyai pengetahuan mumpuni saat mereka lulus sebagai Sarjana Arsitektur.
Kegiatanku terkini adalah pemerhati dan pegiat lingkungan sejak 1986 sampai sekarang, di lingkungan sekitar rumah, bekerjasama dengan RT/ RW dalam melakukan penghijauan dan kebersihan lingkungan. Hal ini juga merupakan hobi sejak kecil dan kemudian dimanfaatkan untuk lingkungan rumah. Terkait hal ini pada 1990-an, kami pernah melakukan ragam lomba kegiatan lingkungan khususnya saat memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus, antara lain lomba keindahan lingkungan antar RT, lomba Rumah Sehat, dan sebagainya.
Terimakasih sudah membaca ceritaku. n
97
MIETJE SUGIARSO
KETIKA tamat dari SMA 6, ada diskusi di antara teman-teman untuk meneruskan sekolah ke mana karena berhubungan dengan bakat dan minat masing-masing. Pada saat itu, tren untuk pendidikan lanjutan setelah SMA, ya ke universitas/institut negeri favorit karena sekolah swasta belum banyak. Bagi yang mampu secara keuangan, lanjut sekolah di luar negeri dan para masa itu, Jerman Barat adalah tujuan studi favorit para pelajar tamatan SMA di Indonesia, karena ada dua jalur Pendidikan yaitu negeri dan swasta. Sama dengan model pendidikan di Indonesia.
Bila diterima di universitas/institut negeri di Jerman, maka biaya akan lebih hemat karena “uang sekolah bisa gratis.” Begitu menurut informasi beberapa teman yang sudah pernah mengenyam pendidikan di sana.
Berdasar informasi tersebut, bersama Soerastro, Widianto, Iwa Kartiwa, Tatang Hartawan, Yanti, Bambang Agustomo, Poernomo, Indra Cahya, maka
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
kami mencoba mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri favorit seperti ITB, UI, Unpad, Airlangga, UGM, dan ITS. Lalu untuk bimbingan belajar, kami ikut di “Tim Ganesha” yang letaknya di depan Kampus ITB – Bandung.
Ada beberapa Tim Bimbingan Belajar. Satu di antaranya “Villa Merah.” Sepertinya kami menghabiskan waktu empat pekan selama di Bandung. Berpindah dari Rangga Gading (teman orang tua) dan rumahnya Yanti di Jalan Ledeng, ke rumah Om-nya Rastro di komplek Perumahan Setra Sari.
Tibalah saatnya ujian masuk ITB dilakukan di dekat Stasiun KA Bandung, di SMA apa lupa namanya. Lebih lucunya lagi, 2 hari sebelum ujian itu ada tanda melalui mimpi Rastro, yaitu kami berdua diterima di ITB. Dalam mimpinya itu kami berada di depan lapangan bola. Dulu masih ada dan sekarang sudah jadi gedung untuk pendidikan.
Singkat cerita, kami berdua diterima di ITB. Saya di jurusan baru, Teknik Industri (angkatan 71) dan Rastro di Geofisika & Meteorologi. Tapi Rastro tidak cocok dengan jurusan itu dan ikut tes pada tahun depan. Ia diterima di jurusan Mesin ITB angkatan 72, tetapi tidak diteruskan dan pindah ke Sekolah Keuangan dan Pajak STIKN di Jakarta, bersama Bambang Basuki.
Dalam kegiatan extra kurikuler di ITB, kami sering mengikuti kegiatan lomba “Body Styling Contest” yang diselenggarakan Perhimpunan Mahasiswa Mesin ITB sejak 1971 hingga 1973. Alhamdullilah aku bisa mencapai Juara 2 pada 1971 dan juara 1 setahun kemudian dalam tim Suryanto.
Selama di Bandung, kami tinggal di beberapa tempat mulai 1971 – 1975, yaitu di Wira Angun-angun (bersama Rastro), Kenari, dan terakhir di Riau 10 (bersama Wiradharma Bagoes Oka MS’72 – ex. Direktur Umum dan Strategik Garuda Indonesia). Semua itu kami lalui dengan segala suka-duka mahasiswa di luar kota/perantauan.
Tugas akhir dilakukan di PT Multi Astra (perusahaan perakitan milik Toyota dan merupakan cabang dari PT. Astra International – Sole Agent Toyota di Indonesia). Setelah tamat dari ITB, langsung diterima di PT. Multi Astra di bagian PPC. Tapi memang takdir atau nasib, setelah diterima di Astra Group, saya minta cuti sebulan karena ingin bersantai saja dan tiba-tiba ada panggilan dari Sole Agent Nissan-Datsun di Indonesia, PT. Indokaya Nissan Motors/Innismo, dan langsung bekerja di Innismo sejak Februari 1976 – PPC Surabaya. Di kantor Innsimo inilah aku bertemu calon istri. Kami pun menikah pada November 1978.
99
Medio 1980, Innismo mensponsori lomba yang digelar Perhimpunan Mahasiswa Mesin ITB dengan nama “Lomba Desain Karoseri ITB” dan kembali Tim Suryanto memenangi lomba tersebut dengan model Datsun SENA (KBNS dari Nissan-Datsun dan seperti Kijang dari Toyota).
Bekerja di industri otomotif, tentu mendapat pelatihan di Nissan –Jepang, dan yang terkesan dari sikap dan budaya bangsa Jepang adalah Empati, Etika, Sosial, dan Disiplinnya. Hal ini ditekankan pada semua pelatih, baik level mekanik, supervisor, dan manajer dari seluruh peserta pelatihan di pabrik Nissan di seluruh Jepang, dan juga Sekolah Pendidikan Otomotif non degree – Tokyo Kenshu Centre – TKC dan Yokohama Kenshu Centre – YKC.
Pendidikan bahasa Jepang singkat dan budaya Jepang merupakan kewajiban pada masa awal pelatihan. Pelajaran diberikan dalam bentuk lisan, praktik, dan seminar manajemen. Banyak contoh yang bisa diterapkan untuk perubahan masyarakat Indonesia menuju hal yang lebih baik.
Kemudian setelah itu aku bekerja di Sole Agent Hyundai Motor di Indonesia - PT. Hyundai Indonesia Motors, dan mendapat pengalaman berbeda dari segi Etos Kerja, Proses Kerja, Transfer of Technology dan Budaya, di mana pada saat itu Korea masih tertinggal—baik teknologi maupun secara ekonomi dibandingkan Jepang. Yang terkesan dari motto kerja orang Hyundai – Korea adalah, semangat untuk maju dengan mengacu kepada rivalnya yaitu Jepang, “If the Japanese can do then we can do also.” Tidak heran sekarang teknologi Korea sudah sejajar dalam banyak hal dengan Jepang, Amerika, dan Eropa.
Berdasarkan pengalaman tersebut, maka kami dengan sebagian teman, sepakat setelah pensiun dari dunia industri otomotif pada 2015, mendirikan usaha konsultan untuk otomotif dalam banyak bidang guna menyumbangkan pengalaman yang didapat dari Jepang dan Korea, demi kemajuan Bangsa Indonesia. n
Jakarta, 31 Januari 2021
100
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
ELLY SEBA TAMTOMO
HAL yang sangat saya ingat sewaktu kelas 1, atap kelas kami kalau hujan pasti bocor. Dindingnya juga berlubang di sana-sini.
Dahliani Siregar (almh), Dessy, Baby Muntu, Sulli, Hartini (Ade), Tiurma Sihombing, & saya, sering kumpul bersama. Kami berdelapan membentuk grup dengan nama “ Single Girls.” Bentuk keaktifan kami yaitu, ikut mengunjungi pertandingan dengan sekolah lain sebagai pemandu sorak, sementara yang ikut bertanding olahraga dari Single Girls hanya Dal & Baby Muntu. Sepulang dari sekolah, kami sering mengadakan siaran di radio amatir, DR. NO.
Di kelas 1, saya sebangku dengan Dessy. Begitu juga ketika naik kelas 2 Pas Pal, kami tetap sebangku. Pada umumnya siswa kelas Pas Pal memilih bahasa asing adalah Jerman, tetapi Dessy, Iwa Kartiwa, & saya, memilih belajar bahasa Perancis. Di kelas 3, Dessy & saya duduk sebangku lagi. Kami rajin mengikuti studi bersama di rumah Robert Thela, sampai saat tua begini, saya tetap ingat & berterima kasih sekali atas kebaikan keluarga Thela yang bersedia membuka rumahnya untuk studi grup kami, yang dibimbing oleh salah seorang putra keluarga Thela yang pintar & sabar, Robert (Obey). Thanks so much, Robert .
Saya dan Dessy terbilang kompak. Pernah ada ulangan hafalan, kami berdua berbagi setengah buku. Waktu ulangan tiba, lembaran dari buku yang terbagi dua tersebut, beberapa helai kertasnya jatuh di lantai. Alhasil kami berdua jadi repot menginjak-injak kertas supaya tidak dilihat oleh pak guru. Ada lagi cerita lain saat kelas Pendidikan Jasmani yang diampu Pak Aman. Kelas kami mesti lari keliling Mahakam. Karena capek, bersama Dessy, Endang Ernawati (Layangan), menghentikan abang becak. Sampai di pojokan, kami pun turun dari becak tanpa bayar.
Di kelas III, kalau kami mau ngabur ramai-ramai dengan cara melempar tas dari jendela atas, jadi turun tangga dengan tangan kosong. Aksi kami tidak dicurigai guru, karena dikira mau ke ruang rehat. Sesudah pengumuman lulus SMA, Dessy, Endang Ernawati, & saya, pergi ke Garden Hall Theater untuk nonton film “The Graduate.”
Setamat dari SMA, saya bekerja di bagian keuangan Poleko Group, perusahaan paman saya di Pinangsia Raya, Jakarta Kota, yang kemudian pindah ke gedung Nusantara lantai 20. Sambil kerja, saya kuliah di ASMI. Di pertemuan antara kantorkantor di Gedung Nusantara, saya kenalan dengan Leo Tamtomo. Saya & Leo kemudian menikah pada 13 Desember 1976. Pada waktu itu kami mendarat di Los Angeles (LA), Amerika, dijemput oleh salah seorang direktur Poleko. Ketika kami jalan-jalan di down town LA, si direktur menunjukkan gedung United Califonia Bank (UCB) yang saat itu jadi yang tertinggi di sana. Di gedung itulah Poleko Group membuka kantornya.
102
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
Sambil kerja di Wellsfargo saya kerja paruh waktu di bank lain, seperti Bank Of America, Citi Bank, Home Saving (sekarang Chase Bank). Mantan rekan kerja saya di WELLSFARGO, tahu sekali cara saya bekerja, karena saya yang melatih mereka, sesudah mereka dapat gelar MBA. Ketika mengajak saya bekerja di bank yang lain di mana mereka punya posisi yang bagus, untuk saya mereka kasih prioritas pilih jadwal & hari yang saya bisa kerja.
Karena iseng ya, sewaktu pulang kerja dari Wellsfargo pada 1994, freeway ditutup. Alhasil saya melintasi service street melewati gedung baru yang bagus sekali dan lagi ramai. Saya masuk dan tanya ada apa? Mereka bilang, “ini Grand Opening Assisted Living (saya tidak pernah tahu tentang itu) dan sekarng kami menerima lamaran kerja. Saya pun mengajukan aplikasi, untuk pekerjaannya saya tulis open. Saat aplikasi itu dikembalikan ke saya, yang terima bilang, “sekarang ini langsung ada grup wawancara, kalau mau silahkan.” Karena tidak niat dan mau tahu, saya ikut. Rupanya 5 direktur dari Sunrise (di USA ada 400) yang wawancara. Lagi-lagi karena iseng, saya jawab yang masuk akal. Tiga hari kemudian saya ditelepon, bahwa saya lulus. Mereka mau mempekerjakan saya dengan posisi waktu penuh. Tapi saya berterusterang sudah punya pekerjaan dengan waktu penuh di bank, dan saya hanya mau paruh waktu saja. Karena selain itu, saya juga sudah harus mengurus 3 anak & suami. Sekadar info, di USA, Sunrise Assisted Living ada di 400 kota & 51 Negara Bagian. n
103
BABY MUNTU
SEKARANG aku sudah jadi Baby Odang. Dulu di SMA 6 aku masuk kelas satu empat Sosbud bareng Dal dan Sulli. Kelakuan kami di sekolah kalau Bu Rosma sedang mengajar Matematika, pada kabur semua menghindari cubitannya yang sakit minta ampun. Kami
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
pun pergi ke rumah Dal di Jalan Wijaya. Di situ kami rekaman, jadi penyiar. Sore hari baru pulang. Itulah momen yang mengesankan. Dal itu memang seorang sahabat yang sangat baik, rendah hati, dan menyenangkan kami semua.
Suka-duka di SMA 6 jelas nggak terlupakan. Kami anak-anak yang bandel, tapi ya rajin belajar, rajin juga nyontek sama Obet kalau lagi ulangan. Alhasil nilai ulangan satu kelas, sama semua. Bersama “Single Girls,” kami sering banget mengganggu anak cowok. Fatan satu di antaranya. Kalau dipikir lagi, waktu itu sekolah kami seperti bohongan saja. Tak ada yang serius. Apalagi kalau sudah mengusili guru pelajaran Olahraga. Ampun dah…
Sekarang kita sudah pada jadi kakek-nenek. Saya sendiri sudah menikah tiga tahun setelah lulus SMA. Tiga anak kami (Erina, Erdina, Anto) sekarang sudah berkeluarga semua. Cucu saya empat, dan saat ini saya tinggal di rumah bersama pembantu. Almarhum suami saya meninggal pada 2018. Saya sangat bahagia meskipun tinggal sendiri di rumah. Sesekali bisa mengundang teman-teman mengobrol.
Ya, obat kebahagiaan kita pada hari tua, ketemu saat reuni, makana bersama, nari Poco Poco, jalan-jalan bersama kemana saja. Karena anak anak kan sudah pada sibuk sendiri semuanya, sudah berkeluarga. Sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Tuhan. Puji Tuhan bahwa kita sehat dan masih bisa ketemu. Alhamdulillah kita semua bahagia di hari tua.
Pada umur 71 tahun ini, saya tetap semangat dalam hidup dan tetap bisa berkumpul bersama teman-teman. Menikmati hari tua. Kita jangan jadi murung, jangan sedih, jangan merasa rendah diri. Semoga kita semua sehat dan dianugrahkan Tuhan kesempatan untuk ketemu lagi pada masa masa mendatang. Terimakasih banyak untuk kalian semua. God bless you all . n
105
ETTI HERAWATI
SAYA masuk SMA 6 karena kakak dan adik juga sekolah di situ. Selain itu, ayah saya yang pegawai PDK, Cipete, menghimbau agar kami memilih sekolah yang terdekat dari rumah. Di sini lain, banyak orang anak-anak di PDK yang bersekolah di SMA 6. Kesan saya selama
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
bersekolah, relatif biasa saja. Kadangkala masuk seperti biasa, kali waktu keluar kelas kalau pelajaran yang nggak disukai. Seperti kelas bahasa Prancis ada Jerman, karena saya di Pas Pal. Sementara pelajaran yang saya sukai, Ilmu Ukur Ruang (Stereometri). Pokoknya saya selalu suka jika berhadapan dengan soal dalam pelajaran ini.
Kalau sudah kabur dari sekolah, saya bisa sampai ke Jatinegara loh. Sesekali naik mobil, atau boncengan naik vespa. Kenangan lain yang masih saya ingat, pulang sekolah jalan bareng sama Asti dan beberapa kawan lain. Karena Asti pasti melewati rumah saya dulu. Sebenarnya kami sekampung di luar sekolah.
Setelah lulus dari SMA 6, saya lanjut belajar ke Perhotelan di Akpar Buana Wisata yang di belakang HI. Dulu kan cuma baru itu sama di Bandung. Itu pun saya rasa, salah masuk jurusan. Hahaha… Ayah saya kan pegawai negeri, anaknya enam. Saya anak ketiga. Jadi pasti kesulitan menyekolahkan anak ke universitas bergengsi. Sudahlah begitu ayah sempat bilang, “Kayaknya yang disekolahkan sampai selesai cuma anak yang paling kecil saja.” Mendengar itu saya pun patah arang.
Karena tak sampai lulus, dan orang tua sudah pensiun, saya pun terpaksa bekerja. Sebenarnya waktu tingkat satu Perhotelan, saya sudah mencari pekerjaan. Saat itu Presiden Hotel baru di bangun. Nah saya melamar ke situ, eh diterima. Alhasil malas deh kuliah. Tak berapa lama, Hilton dibangun. Saya melamar dan diterima lagi. Pada 1975, saya menikah. Ketika saya bekerja di Hilton, kakak saya buka salon di Cipete Raya. Lalu saya pun ikut membantu.
Kini setelah punya cucu, nyaris tak ada yang istimewa dari saya kecuali jalan ke sana kemari bersama saudara kandung, yang semuanya sudah pindah ke Jakarta. Demikian dari saya. Kalian luar biasa! n
107
FATANSYAH SYARIEF
Fatansyah Syarief, SH. Tahun 1971 melanjutkan ke FHUI (Fakultas Hukum Universitas Indonesia), kuliah sambil kerja sebagai Wiraswasta sampai sekarang. n
Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Loren ipsum boremodi picaboreped que venis quasper iosapid et magnam aute cus maionseque porerro tempos dus, sequam adis sitati nullece provit, ne cum velis ex eumquibus dite del molut aliat.
Lupta voloruptia doluptate quodit ute latio dunt volestet utatiuribus, ommolo molores aut pero eatem que rehende consequi officiis ut inverumqui necab ipsani venim facculla voluptatis porem venihitat quosam, il magnien ectem. Tus is et erum re peratest, consequi sinvell iquibus ium voles nullitemolor aut et et inima cuscient labo. Sed moluptu resecatur, que veliqui ipsumque vidion pro vero consed quibus et libus cone volupta nim experibus nonet et volut quis eat ati sit pa perum, occus.
Ebitaquam, ut aut quo est magnatibea consersperum el idipsaese nis cus duciasp erfero min porem fugitiasped quos sin cor aliquae vendisi magnam cum quam que latium ducia si quissimi, nonsequi optatur? Min nos culpa earit libus dolo te ad que diam etus ese rerunti busande llesect asimaio dolupta eptata sequas ipienim agnatur magnimi, ad quiae sa et harum sim et rehendest assum qui velestis nis eate velenis nihilit atio optatibus restiae volore, et utemque nia con non ni dolest dis eos res voluptate ea cum inusda suntius everum quod que voluptas inum excepudae venim eius nisit apedi aut eum fugitatur, consedit quas eatem fugitatur? Apietur sim quunt.
Ipsum harum quati vel et erorum reius dolorroria volupta eperiorro dolentu rescil mo doluptaepe cone cumendus eum, eum cus.
Gia doluptaquid mos essum atiate solupta turiam dolorae dolessi maiorit endion non coreperum ut accum sum rem exerum derit quamusam, quas autasim olento opta sitas ad quas adit endelis de es magnatquatio molorio venti nesto vid molento tatur?
Pudigen dellore voluptatas pos et aut perorib erumqui bla nonet endis quiae ma ne comnit alic tem quodi ullic totat.
Officiatur rendige necaborit, occabor epratur, quae sus, odictum sequiat urerior ernatia ssuntibus ipsam qui sum alibusam am necus eosam faccum facepro vidunt. ut re nima illuptat fugiamus magni dem volluptati ipsam, quatur, corerum volupis evenihi caborest, ut qui odiatem comnist, tem faceri undigentio occum harum re plaborepro bea dolorupta cum harchil maio. Itatur?
Tulisannya mana?
109
Cerita
SOEBARDJO
Ir. Soebardjo, Tahun 1971 melanjutkan ke FT UKI (Fakultas Tehnik Universitas Kristen Indobesia). Tahun lanjut ke LPPU – ITB Tehnik Mesin tahun 1976 – 1979 (mahasiswa tugas belajar).
Pengalaman kerja: Tahun 1973 – 1975 Bekerja di Urusan Logistik DPU DKI Jakarta. Tahun 1976 – 1979 Tugas belajar di LPPU – ITB Bandung utusan Pemda DKI. Tahun 1980 – 1996 Tugas di Sub Dinas Peralatan & Perbekalan DPU DKI Jakarta. Tahun 1997 - 1999 Tugas di Sub Dinas Pemeliharaan DPU DKI Jakarta. Tahun 2000 – 2001 Tugas di Seksi alat-alat besar SDPU DKI Jakarta. Tahun 2001 – 2004 Tugas di Seksi Pemeliharaan SDPU Tata Air Jak Bar. Tahun 2005 – 2007 Tugas di PSDA & Pantai DPU DKI Jakarta. Tahun 2008 - Purna Tugas sebagai ASN Pemda DKI.
Pengabdian di Bidang Kemasyarakatan: Tahun 2008 – sekarang relawan PNPM/KOTAKU. Tahun 2011 - 2017 anggota LMK Kelurahan Pasangan Timur. Tahun 2018 – 2019 anggota FORMAPEL Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. n
Loren ipsum boremodi picaboreped que venis quasper iosapid et magnam aute cus maionseque porerro tempos dus, sequam adis sitati nullece provit, ne cum velis ex eumquibus dite del molut aliat.
Lupta voloruptia doluptate quodit ute latio dunt volestet utatiuribus, ommolo molores aut pero eatem que rehende consequi officiis ut inverumqui necab ipsani venim facculla voluptatis porem venihitat quosam, il magnien ectem. Tus is et erum re peratest, consequi sinvell iquibus ium voles nullitemolor aut et et inima cuscient labo. Sed moluptu resecatur, que veliqui ipsumque vidion pro vero consed quibus et libus cone volupta nim experibus nonet et volut quis eat ati sit pa perum, occus.
Ebitaquam, ut aut quo est magnatibea consersperum el idipsaese nis cus duciasp erfero min porem fugitiasped quos sin cor aliquae vendisi magnam cum quam que latium ducia si quissimi, nonsequi optatur? Min nos culpa earit libus dolo te ad que diam etus ese rerunti busande llesect asimaio dolupta eptata sequas ipienim agnatur magnimi, ad quiae sa et harum sim et rehendest assum qui velestis nis eate velenis nihilit atio optatibus restiae volore, et utemque nia con non ni dolest dis eos res voluptate ea cum inusda suntius everum quod que voluptas inum excepudae venim eius nisit apedi aut eum fugitatur, consedit quas eatem fugitatur? Apietur sim quunt.
Ipsum harum quati vel et erorum reius dolorroria volupta eperiorro dolentu rescil mo doluptaepe cone cumendus eum, eum cus.
Tulisannya mana?
111
Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita
FARIDA HANUM LUBIS
Farida Hanum Lubis, BBA Tahun 1971 – 1974 melanjutkan kuliah di ADIP (Akademi Dinas Perdagangan) lulus dengan gelar BBA. Tahun 1974 – 1975 Bekerja di Departemen Perdagangan RI. Tahun 1975 – 1998 PT Bank Bumi Daya. Tahun 1998 – 2007 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Tahun 2007 – 2011 KPBM (Koperasi Pensiunan Bank Mandiri). Tahun 2007 – 2011 Klinik Khusus Pensiunan Bank Mandiri. Tahun 2007 – 2008 PT Higher Learning (Bidang Pendidikan). Tahun 2007 – 2014 PT Informasi Mandiri ( Bidang Tehnologi). Tahun 2011 – 2014 Prima Bhakti Mandiri (Bidang Klinik Umum). n
SMA 6 Bulungan
Loren ipsum boremodi picaboreped que venis quasper iosapid et magnam aute cus maionseque porerro tempos dus, sequam adis sitati nullece provit, ne cum velis ex eumquibus dite del molut aliat.
Lupta voloruptia doluptate quodit ute latio dunt volestet utatiuribus, ommolo molores aut pero eatem que rehende consequi officiis ut inverumqui necab ipsani venim facculla voluptatis porem venihitat quosam, il magnien ectem. Tus is et erum re peratest, consequi sinvell iquibus ium voles nullitemolor aut et et inima cuscient labo. Sed moluptu resecatur, que veliqui ipsumque vidion pro vero consed quibus et libus cone volupta nim experibus nonet et volut quis eat ati sit pa perum, occus.
Ebitaquam, ut aut quo est magnatibea consersperum el idipsaese nis cus duciasp erfero min porem fugitiasped quos sin cor aliquae vendisi magnam cum quam que latium ducia si quissimi, nonsequi optatur? Min nos culpa earit libus dolo te ad que diam etus ese rerunti busande llesect asimaio dolupta eptata sequas ipienim agnatur magnimi, ad quiae sa et harum sim et rehendest assum qui velestis nis eate velenis nihilit atio optatibus restiae volore, et utemque nia con non ni dolest dis eos res voluptate ea cum inusda suntius everum quod que voluptas inum excepudae venim eius nisit apedi aut eum fugitatur, consedit quas eatem fugitatur? Apietur sim quunt.
Ipsum harum quati vel et erorum reius dolorroria volupta eperiorro dolentu rescil mo doluptaepe cone cumendus eum, eum cus.
Gia doluptaquid mos essum atiate solupta turiam dolorae dolessi maiorit endion non coreperum ut accum sum rem exerum derit quamusam, quas autasim olento opta sitas ad quas adit endelis de es magnatquatio molorio venti nesto vid molento tatur?
Pudigen dellore voluptatas pos et aut perorib erumqui bla nonet endis quiae ma ne comnit alic tem quodi ullic totat.
Officiatur rendige necaborit, occabor epratur, quae sus, odictum sequiat urerior ernatia ssuntibus ipsam qui sum alibusam am necus eosam faccum facepro vidunt. ut re nima illuptat fugiamus magni dem volluptati ipsam, quatur, corerum volupis evenihi caborest, ut qui odiatem comnist, tem faceri undigentio occum harum re plaborepro bea dolorupta cum harchil maio. Itatur?
Tulisannya mana?
113
Cerita Kenangan Alumni ‘70
Kenangan Alumni
SMA 6 Bulungan
ENDANG MULATWATI
Tahun 1971 melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti Fakultas Ekonomi sambil bekerja di perusahaan Trading. Tahun 1977 – 1998 Bekerja di Materi Advertising. – Di bagian Media Department. – Media Data Center. –Koordinator Perwakilan. – Sekretaris Media Director. – Account Executive. – Account Manager. Setelah berhenti bekerja melakukan kegiatan di lingkungan : - Sekretaris RW. – Kelurahan untuk kegiatan PKK, LMK. – RT untuk sampai periode 2021. n
Loren ipsum boremodi picaboreped que venis quasper iosapid et magnam aute cus maionseque porerro tempos dus, sequam adis sitati nullece provit, ne cum velis ex eumquibus dite del molut aliat.
Lupta voloruptia doluptate quodit ute latio dunt volestet utatiuribus, ommolo molores aut pero eatem que rehende consequi officiis ut inverumqui necab ipsani venim facculla voluptatis porem venihitat quosam, il magnien ectem. Tus is et erum re peratest, consequi sinvell iquibus ium voles nullitemolor aut et et inima cuscient labo. Sed moluptu resecatur, que veliqui ipsumque vidion pro vero consed quibus et libus cone volupta nim experibus nonet et volut quis eat ati sit pa perum, occus.
Ebitaquam, ut aut quo est magnatibea consersperum el idipsaese nis cus duciasp erfero min porem fugitiasped quos sin cor aliquae vendisi magnam cum quam que latium ducia si quissimi, nonsequi optatur? Min nos culpa earit libus dolo te ad que diam etus ese rerunti busande llesect asimaio dolupta eptata sequas ipienim agnatur magnimi, ad quiae sa et harum sim et rehendest assum qui velestis nis eate velenis nihilit atio optatibus restiae volore, et utemque nia con non ni dolest dis eos res voluptate ea cum inusda suntius everum quod que voluptas inum excepudae venim eius nisit apedi aut eum fugitatur, consedit quas eatem fugitatur? Apietur sim quunt.
Ipsum harum quati vel et erorum reius dolorroria volupta eperiorro dolentu rescil mo doluptaepe cone cumendus eum, eum cus.
Gia doluptaquid mos essum atiate solupta turiam dolorae dolessi maiorit endion non coreperum ut accum sum rem exerum derit quamusam, quas autasim olento opta sitas ad quas adit endelis de es magnatquatio molorio venti nesto vid molento tatur?
Tulisannya mana?
115
Cerita
‘70
Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
MIMI SYARIEF
Tahun 1971 melanjutkan kuliah di FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia) jurusan bahasa Belanda. Tahun 1974 cuti setahun. Masuk lagi tapi jadi nggak nyaman dosen sastra Belanda ya ganti semua. Tinggal buat skripsi tapi tidak diteruskan sehingga tidak menyelesaikan S1nya. Tahun 1979 menikah bulan April, hamil pertama keguguran kepleset di Gramedia. Tapi setelah itu lahir 4 anak, alhamdulillah 4 anak juara semua di kelasnya. Rahasianya tidak pernah memaksa anak belajar atau les. Renzi semua dicatat di otak tidak bisa belajar dari buku. Anak nomor 3 cumlaude FEUI jurusan Accounting. Renzi FTUI jurusan Arsitektur. Anak pertama dan bungsu Advertising. Sebagai orangtua kita tidak boleh memaksa anak. Pengalaman paling menegangkan ketika Mimi harus dioperasi gondok. Anak-anak maunya di Penang. Operasi berlangsung 3 setengah jam. Ternyata setelah selesai operasi ventilator dicabut. Paru-paru tidak mengembang. Jadi kesulitan bernafas. Anak-anak sudah menangis semuanya. Dipasang alat. Selama itu mimi tidak sadar. Alhamdulillah jam 3 pagi mimi baru sadar. Operasi jam 3 sore. Ternyata masuk ICCU. Jam 9 pagi alat bantu pernafasan dilepas dan Mimi bisa bernafas normal. Mimi justru baru tahu setelah anak-anak bercerita. n
117
Cerita
120
ROBERT THELA
Ir. Robert Thela, Tahun 1971 – 1976 melanjutkan kuliah ke Universitas Trisakti, Tehnik Elektro, jurusan Telekomunikasi. Tahun 1976 Bekerja di Labs System Pengaturan (servo mechanism) USAKTI Jakarta, jabatan Asisten Labs. Tahun 1977 PT Abadi Kurnia Murni, agen Oliveti (Italia). Tahun 1977 – 1978 Perwakilan Compagnie Generale de Radiologi (Peranciis) Jakarta. Tahun 1978 – 2012 SITA, Societe Internationale de Telecommunications Aeronautiques. Perwakilan Jakarta. Jabatan (a). Teknisi merawat dan mempernaiki peralatan & System telekomumikasi. Penghubng dengan Operator Telekomunikasi Indonesia.. (b). Work Shop Manager merangkap fungsi quality controller Asia Pasifik. (d). Work Shop Manager merangkap fungsi Account Manager, menangani Maskapai Penerbangan mitra (dan calon mitra) SITA di Indonesia. (e). Representatif & Country Manager SITA di Indonesia. Tahun 2012 – sampai dengan sekarang Pensiun sepenuhnya. n
Loren ipsum boremodi picaboreped que venis quasper iosapid et magnam aute cus maionseque porerro tempos dus, sequam adis sitati nullece provit, ne cum velis ex eumquibus dite del molut aliat.
Lupta voloruptia doluptate quodit ute latio dunt volestet utatiuribus, ommolo molores aut pero eatem que rehende consequi officiis ut inverumqui necab ipsani venim facculla voluptatis porem venihitat quosam, il magnien ectem. Tus is et erum re peratest, consequi sinvell iquibus ium voles nullitemolor aut et et inima cuscient labo. Sed moluptu resecatur, que veliqui ipsumque vidion pro vero consed quibus et libus cone volupta nim experibus nonet et volut quis eat ati sit pa perum, occus.
Ebitaquam, ut aut quo est magnatibea consersperum el idipsaese nis cus duciasp erfero min porem fugitiasped quos sin cor aliquae vendisi magnam cum quam que latium ducia si quissimi, nonsequi optatur? Min nos culpa earit libus dolo te ad que diam etus ese rerunti busande llesect asimaio dolupta eptata sequas ipienim agnatur magnimi, ad quiae sa et harum sim et rehendest assum qui velestis nis eate velenis nihilit atio optatibus restiae volore, et utemque nia con non ni dolest dis eos res voluptate ea cum inusda suntius everum quod que voluptas inum
Tulisannya mana?
119
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
KOESPARIYAH CEPLIEK
Loren ipsum boremodi picaboreped que venis quasper iosapid et magnam aute cus maionseque porerro tempos dus, sequam adis sitati nullece provit, ne cum velis ex eumquibus dite del molut aliat.
Lupta voloruptia doluptate quodit ute latio dunt volestet utatiuribus, ommolo molores aut pero eatem que rehende consequi officiis ut inverumqui necab ipsani venim facculla voluptatis porem venihitat quosam, il magnien ectem. Tus is et erum re peratest, consequi sinvell iquibus ium voles nullitemolor aut et et inima cuscient labo. Sed moluptu resecatur, que veliqui ipsumque vidion pro vero consed quibus et libus cone volupta nim experibus nonet et volut quis eat ati sit pa perum, occus.
Ebitaquam, ut aut quo est magnatibea consersperum el idipsaese nis cus duciasp erfero min porem fugitiasped quos sin cor aliquae vendisi magnam cum quam que latium ducia si quissimi, nonsequi optatur? Min nos culpa earit libus dolo te ad que diam etus ese rerunti busande llesect asimaio dolupta eptata sequas ipienim agnatur magnimi, ad quiae sa et harum sim et rehendest assum qui velestis nis eate velenis nihilit atio optatibus restiae volore, et utemque nia con non ni dolest dis eos res voluptate ea cum inusda suntius everum quod que voluptas inum excepudae venim eius nisit apedi aut eum fugitatur, consedit quas eatem fugitatur? Apietur sim quunt.
Ipsum harum quati vel et erorum reius dolorroria volupta eperiorro dolentu rescil mo doluptaepe cone cumendus eum, eum cus.
Gia doluptaquid mos essum atiate solupta turiam dolorae dolessi maiorit endion non coreperum ut accum sum rem exerum derit quamusam, quas autasim olento opta sitas ad quas adit endelis de es magnatquatio molorio venti nesto vid molento tatur?
Pudigen dellore voluptatas pos et aut perorib erumqui bla nonet endis quiae ma ne comnit alic tem quodi ullic totat.
Officiatur rendige necaborit, occabor epratur, quae sus, odictum sequiat urerior ernatia ssuntibus ipsam qui sum alibusam am necus eosam faccum facepro vidunt. ut re nima illuptat fugiamus magni dem volluptati ipsam, quatur, corerum volupis evenihi caborest, ut qui odiatem comnist, tem faceri undigentio occum harum re plaborepro bea dolorupta cum harchil maio. Itatur?
Tulisannya mana?
121
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
BAMBANG AGUSTOMO
Tahun 1971 daftar ITB gagal kemudian masuk Universitas Nusantara jurusan Matematika. Tahun 1972 coba lagi test ITB gagal lagi. Akhirnya masuk Universitas Trisakti jurusan Angkutan Udara Niaga (AAUN) yang sekarang
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT). Th 1975 lulus AAUN Universitas Trisakti.
Pengalaman Kerja Tahun 1975 magang di PT Nusantara Airlines. Ditawarkan untuk jadi pegawai PT MNA dan diterima. Tahun 1975 – 1979 menjadi Staf area Jakarta. Penempatan sebagai Staf Trafic PT MNA, Kemayoran Airport. Jabatan sebagai Flight Clark, ikut aktif terbang sebagai loading master, load sheet maker.
Tahun 1979 PT MNA merger dengan Garuda. Tahun 1979 – 2007 langsung ditarik menjadi pegawai PT Garuda. Jabatan selama di PT Garuda antara lain : Koordinator Lost & Round di Hal8m PK airport. Head of Passanger di Cengkareng airport. OJT di Changi airport Singapur. OPS Staf Haji di Jeddah (2x). STN Manager Tokyo. Caretaker STN Manager untuk Fukuoka/Japan, Beijing/China, Osaka/Japan, Hongkong, Incheon/ Korea, Saigon/Vietnam, Guangzhou/China. Duty Manager Haji Jeddah (2x). STN Manager di Taipei.
Selama MPP 1 tahun, menjabat sebagai Team Leasing Aircraft for Hajj, bertugas memeriksa kondisi pesawat asing yang akan di sewa Garuda untuk pesawat charter Haji bertugas di London. Tahun 3007 Pensiun dari PT Garuda lanjut pekerjaan di PT Travira Air, Halim PK. Tahun 3007–2010 PT Travis Air sebagai Head of Operation Control (charter flightuntuk fixed wing & rotary wing/halicopter. OPS control charter flight tugas di Batam. OPS Control charter flight tugas di Surabaya/Denpasar. Tahun 2010 –sampai sekarang Pensiun total. Tetapi masih ada sedikit pekerjaan (non rutin) membantu adik di bidang properti. n
123
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
HALIM ISHAK
Nama: Drs. Halim Ishak MM. Tempat Tanggal Lahir: Sigli 30 Maret 1951. Agama: Islam. Status Perkawinan: Kawin. Alamat rumah: Jl. Nusatenggara No. 46 Perumnas Depok Utara Kota Depok. Telpon Rumah: 021-7750422. Telepon celular: +6281510382600
Pendidikan dan Pekerjaan: Jabatan terakhir: Kepala Sub Direktorat Inventarisasi dan Eksplorasi pada Direktorat Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan Bappenas. Tenaga Ahli di bidang penelitian Pengembangan Energi dan pertambangan pada 2006-2012. Pasca Sarjana S2 Institut Pertanian Bogor MMA 1999. Post graduate Diploma in Development Studies Lancaster university United Kingdom Desember 1990. Sarjana S1 Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi Studi Pembangunan Mei 1983. Masuk UI di fakultas Ekonomi bersama Ambar, Ari Banoeati (Akuntansi), Rohmana (Studi pembangunan). SMA 6 Jakarta kelas III Sosial-Budaya 1. SMP 11 Jakarta
Riwayat SMA: SMA 6 Jakarta kelas III Sosial-Budaya 1. Sahabat SMA adalah Alex Asmasoebrata, Indra Tjahya, dan Santo
Pendidikan dan Kursus Luar Negeri: Japan Coal Energy Center (JCOAL): Management Course : Clean Coal Technology Transfer Project, Tokyo Japan Oktober 2005. World Bank Course : Reform Strategies and Private Participation in the Oil and Gas Sector; Institut Francais du Petrole (ESPN) Paris Prancis Juni 2000. Environmental Technology Institute (ETI): Confrence on Petroleum and Petrochemicals Industry: Environmental management Option and Opportunities; Singapore Oktober 1999. UNDPILO: Short Course in Sectoral Employment Policy and Planning, The University of Adelaide Australia; Desember 1992.
Kegiatan saat ini: Menghabiskan waktu di rumah bersama Istri, anak serta cucu-cucu.
Anggota Keluarga: Istri: Dra Meutia Halim Apt. Anak I: Halida Irzafairoza, Anak II: Sarah Lancyta. n
124
125
JIJIN
dr. Jijin, Tahun 1971 melanjutkan kuliah di STKM (Sekolah Tinggi Kedokteran Malang) merger menjadi FK UNI BRAW ( Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya). Lulus dokter umum langsung dinas di Puskesmas Lamongan selama 19 tahun, kemudian 9 tahun dinas di Dinas Kesehatan Lamongan sampai pensiun tahun 2008. Sekarang bekerja di klinik kepunyaan sendiri di Kecamatan Babat, kebetulan kliniknya bermitra dengan BPJS. n
IMAM SUYUDI
Tahun 1971 melanjutkan ke IPB, Bogor jurusan Pertanian, namun 1,5 tahun kemudian DO. Tahun 1973 diterima di ITB, Bandung jurusan Geodesi, FTSP (Fakultas Tehnik Sipil dan Perencanaan), setelah selesai tahun 1982 melanjutkan kerja di Pekanbaru di perusahaan minyak Caltex/Chevron. Pensiun muda tahun 2005, sekarang domisili di Pekanbaru, menemani istri yang masih mengajar di UNRI – Pekanbaru. n
DJAYADI PRAYITNO
Ir. Djayadi Prayitno, PHD., Tahun 1971 melanjutkan ke ATPU (Akademi Tehnik Pekerjaan Umum). Tahun 1972 melanjutkan kuliah di ITB, Bandung, Fakultas Sipil Perencanaan, jurusan Tehnik Lingkungan kuliah sambil kerja. Mendapatkan Beasiswa dari Pemerintah melanjutkan S2 Economic Policy di Illinois University, Amerika. Mendapatkan Beasiswa kembali untuk melanjutkan program S3 Economic, jurusan Urban and Regional Economic, di Illinois University, Amerika. Selesai kuliah ditarik ke Indonesia di tempatkan di Departemen Pekerjaan Umum di Ditjen Cipta Karya, selanjutnya ditugaskan sebagai team ahli Gubernur DKI, Staf Ahli Perpamsi, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, pensiun tahun2008. Saat ini aktif sebagai pengajar di LAN untuk S2, pengajar di UI untuk S2 dan S3, di IPB sebagai team Pembimbing S2, di UPN sebagai dosen, di UI sebagai anggota team Penguji S3, di ITB sebagai dosen dan Pembimbing S2. n
126
‘70 SMA 6
Cerita Kenangan Alumni
Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
MURYADI YUSUF
Ir. Muryadi Yusuf, Tahun 1971 – 1977 melanjutkan kuliah di FTUI (Fakultas Tehnik Universitas Indonesia) jurusan Sipil melanjutkan S2 Magister Tehnik dan Magister Management tahun 2008 – 2010 di Universitas Pelita Harapan. Pekerjaan: 1. Tahun 1978 – 2010 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. 2. Tahun 2010 – 2013 PT Wika Beton. 3. Tahun 2013 – 2019 PT Suka Industri Energi. 4. Th 2019 – sampai saat ini PT Widya Sapta Contractor. n
RUSTINI QUROTIN SUPARTO
Tahun 1971 – 1976 melanjutkan kuliah di ABA (Akademi Bahasa Asing) Negeri jurusan bahasa Perancis. Tahun 1976 – 1979 Bekerja di Departemen Luar Negeri bagian Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Latihan), mendapat beasiswa selama 9 bulan ke Perth Australia Barat. Tahun 1980 – 1982 Sepulangnya dari Perth meneruskan kuliah di LAN (Lembaga Administrasi Negara) tidak selesai.Tahun 1984 – 1978 Mendampingi suami tugas di Kinabalu, Malaysia Timur. Tahun 1989 – 1990 Kembali bekerja di Deplu di Bagian Verifikasi. Tahun 1991 – 1995 Mendampingi suami tugas di Tokyo. Tahun 1998 – 2001 Mendampingi suami tugas di Tanzania, Afrika Timur sampai masa pensiun. n
127
SURYANTI HASNAH GULTOM
Tempat & Tgl Lahir : Surabaya, 14 April 1952. Alamat : Jl. Bungur 2 No. 21, RT 002 RW 002, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Telp :021-7223955 /0816 167 2818 (HP & WA). Email : suryantigultom54@gmail.com. Status pernikahan Cerai mati, 3 anak & 2 cucu.
Data pribadi: SD PSKD Kwitang VI, Jakarta. SMPN XI, Jakarta. SMAN VI, Jakarta. Universitas Kristen Indonesia, Jurusan Ekonomi Perusahaan.
Pendidikan formal: 1976-1990 Bank Dagang Negara (BDN), Cabang Jakarta Gambir. 1990-1994 Bank Dagang Negara (BDN), Cabang Cinere. 1994-1997 Bank Dagang Negara (BDN), Cabang Jakarta Kelapa Gading. 1997-1998 Bank Dagang Negara (BDN), Cabang Jakarta Taman Kebon Jeruk. 1998-2000 Bank Mandiri, Cabang Jakarta Taman Kebon Jeruk. 2000 Pensiun dini dari Bank Mandiri.
Pengalaman organisasi: Bergabung dalam Ikatan Alumni SMP XI Angkatan 1967. Bergabung dalam Ikatan Alumni SMA VI Angkatan 1970 Bulungan. Bergabung dalam Pensiunan Karyawan BDN Gambir. Bergabung dalam PERPENSI BDN Jakarta Selatan. Bergabung dalam Alumni NHKBP Hang Lekiu, Kebayoran Baru. Bergabung dalam Perkumpulan Keluarga Tapanuli di lingkungan RW. Bergabung dalam Perkumpulan Keluarga Lingkungan RT. Bergabung dalam Persekutuan Perempuan GKPA Penjernihan. Bergabung dalam Persekutuan Lansia GKPA Penjernihan. Bergabung dalam Persekutuan HANA GKPA Penjernihan.
BAMBANG BASUKI
Pendidikan setelah SMA S1 di IIK (Institut Ilmu Keuangan. S2 MA Economics, MPA Master of Public Administration keduanya dari University of Southern California Los Angeles, USA. Short term course (9 bulan) bidang International Tacation di Erasmus University, Rotterdam, Nederland. Tempat kerja Di Pusat : Kabag Personalia (SDM), Direktur Kepatuhan Internàl, Kepala Pusdiklat Perpajakan. Di Daerah : 1. Ka Kanwil Kalbar & Kalteng di Pontianak, 2. Ka Kanwil Sulsel, Sumbar dan Sultra di Makassar. 3. Ka Kanwil Jakarta Khusus di Jakarta. 4. Ka Kanwil Banten di Serang. 5. Ka
128
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Kanwil Sulut, Sulteng,Gorontalo dan Maluku Utara di Manado. – Pensiun dari Ditjen Pajak Januari tahun 2012. – bulan Mei 2012 diangkat sebagai Hakim pada Pengadilan Pajak. – Pensiun dari Hakim Januari tahun 2019. n
AGUS MUNARDI
Tahun 1971 melanjutkan kuliah di FTUI. Tahun 1972 kerja di El Nusa. Tahun 1972 – 2006 Kuliah sambil kerja. S1 Tehnik Elektro Komunikasi di STTJ. n
BETTY HEILIATI
Tahun 1971 melanjutkan kuliah di FTUI lulus masuk Divisi Advanced Tech Pertamina, lalu ke BPPT. PTM Unit Pengolahan IV, Cilacap. PTM Pusat Jakarta Proyek Pengolahan. n
MEYLINA DJA’FAR
Pendidikan : - Akademi Gizi Jakarta. – Master Community Nutrition & Health Australia. – MBA Jakarta. Tahun 1974 – 1085 Dinas Kesehatan Jatim. Tahun 2986 – 1988 Akademi Gizi Malang. Tahun 1988 – 2009 Badan PPSDM Kes Departemen Kesehatan. Tahun 2009 – Pensiun, lanjut Ketua Parodi S1 Gizi Universitas Gunawan dan Dosen Gizi sampai dengan sekarang. Tahun 2017 - 2020 For Prodi D3 Teknologi Darah PMI. Tahun 2017 – sampai dengan sekarang Ketum Asosiasi Pendidikan Diploma Tekanan Darah. Tahun 2006 – 2020 sebagai Assesor Kompetensi LSP BNSP. Tahun 2008 – 2020 Master Assesor Kompetensi BNSP. n
129
128
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
SMA 6 ANGKATAN 1970
BAB IV DOKUMENTASI & KEGIATAN ALUMNI
Foto-Foto Alumni SMA 6 Angkatan 1970:
132
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
ADITYAWARMAN *) ALEX A.SOEBRATA *) BABY OUDANG B.AGUSTOMO B. WIDIANTO
BUDIMAN DHARMA DEISY T DERMAWATY DIDIET A. SETIAGUS
DINA PONTAS ELLY SEBA ENDANG M. ENDANG ERNAWATY ETTY H.
HANUM LUBIS FATANSYAH SYARIF HALIM ISHAK HARRY DJAYADI*) HARRY HENDRO T.
133
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
HARTAWAN H.M HARTI LANTANG HELMI SABRI INDAH MAWARTY INDRA TJAHYA
CEPLIEK LILY M. MEYLINA DJAFAR MIETJE SUGIARSO MUHARTATI
RATIH K.SANTOSO ROBERT THELA ROCHMANA *) RUKMIYATI S. SAPTONO
SARWORINI SAFI MUNASTI K. SOEBARDJO SRI TASWINNY SRI TAWANGSIH
134
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
SRI WIGATI SRIYANTI TINNY SUMARTINI TONY SOEGIARTO TOTOK SARJAN
TUHU S. PURNOMO WIDO RAHARJO WIDIANTO A. YANTI H GULTOM WASIYATI
SOERASTRO ZAMRUL ZAINAL A. SYAHPUTRA & RIA AURINA DAHLIANI *)
FOTO KEGIATAN ALUMNI 1970 – 2021:
FOTO – FOTO JADOEL (1968 - 1970)
Reuni dengan Guru- Guru SMA Bulungan di Musium Layangan
137
Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan FOTO FOTO TAHUN
Cerita
Kenangan
2005 - 2011 :
138
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
LUSTRUM
DI SMA 6 TAHUN 2012 :
REUNI DI VILLA ALEX AS LEMBANG 17 APRIL 2015 : KEGIATAN : BEZOEK GATOT KARNADI MEI 2015 :
BUKA
BERSAMA DI JLN CIKAJANG 60 (KANTOR ALEX A.S) JUNI 2015 :
KEGIATAN : ULTAH WIDO RAHARDJO 9 AGUSTUS 2015
141
‘70 SMA
Cerita Kenangan Alumni
6 Bulungan
KEGIATAN :WISATA KULINER DI BOGOR 2016
KEGIATAN DI CILEMBER 5 MEI 2017 :
142
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
KEGIATAN 2017 :BNR BOGOR – RUMAH WASIYATI
BUKA BERSAMA DI MUSIUM LAYANGAN JUNI 2016
HALAL BIL HALAL DI BERANDA CAFÉ :
145
‘70 SMA 6
Cerita Kenangan Alumni
Bulungan
KEGIATAN 2018 :TRIP KE BELITUNG SEPTEMBER 2018
FONDUE DINNER @ ASTY RESIDENCE OCT 2018
146
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SMA 6 Bulungan
KEGIATAN 2019: KEBON RAYA BOGOR (Ken Sagopi +) JUNI 2019
HBH @ PANHEAD CAFÉ JULI 2019 :
BANDUNG TRIP KONDANGAN PUTRI SULLYANTI BRATAKOESOEMAH Agustus - 2019
149
TRIP KE BANDUNG &LEMBANG :
Cerita
Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
150
Cerita Kenangan Alumni ‘70
SIXERHOOD @ SMA 6 – 7 DESEMBER 2019
SMA 6 Bulungan
BERANDA CAFÉ PEBRUARI 2020
KEGIATAN TAHUN 2020:
VILLA BADUY ANYER PEBRUARI 2020
153
‘70 SMA
Cerita
Kenangan Alumni
6 Bulungan
154
Cerita Kenangan Alumni ‘70
ZOOM
2020 – 50
6
KEGIATAN TAHUN 2021 : EDITING KE 1 BUKU KENANGAN 50 TAHUN KELULUSAN @ MUSIUM LAYANGAN:
SMA 6 Bulungan
MEETING AHIR TAHUN
TAHUN SMA
ANGKATAN 1970 :
PEMBAHASAN DRAFT BUKU KENANGAN ALUMNI SMA 6 ANGKATAN 1970 DI MUSIUM LAYANGAN
PEMBAHASAN BUKU KENANGAN KE 2 @ BALE AYU 190121
PEMBAHASAN BUKU KENANGAN KE 3 ( FINAL ) @ BALE AYU 280121
BAB V PENUTUP
Ahirul kata, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas partisipasi rekan-rekan semua dalam memberikan sumbangsih pemikiran, data, cerita dan fotofoto pribadi maupun group, sehingga buku ini bisa tersusun dan terlaksana pembuatannya dalam rangka kita semua memperingati “ 50 Tahun Kelulusan dari SMAN 6 Bulungan.
Daftar update alumni 6-70
NO NAMA KELAS TGL LAHIR ALAMAT RUMAH HANDPHONE
1 Adityawarman Syah Lubis *) (Adi Lubis) III PP 3 21-Nov Jl. Jatipadang Baru Blok D No. 18 Jaksel. 0816 899 682 2 Alex Asmasubrata*) 1-1; Jl. Denpasar III/Kav. 14 0818 772 076 3 Amir Ashar 1,1 Jl. Sanusi 25, Kebayoran Lama 4 Apit Maulana 1-3 5 Arie Suryo Banowati 15-Apr 6 Arie Subiarto *) 1-5; 2PP 3 3PP 7 Asikin Agustam 1-2; 2PP3; 3PP… 12-May 0816 111 7766 8 Aslukitaningsih (Lucky) 04-Aug Jl. Nurtanio Belakang No. 110, Bandung 0815 609 4624 9 Auria Aprina Loebis I-3;II PP 2 ; III PP 3 08-Apr Jl. Kaswari Blok Z 4/10, Kompleks Mekarsari, Cimanggis - Depok 10 Baby Muntu 1-4 Tebet 11 Bambang Agustomo 17-Aug Taman Alfa Indah B Ii No. 12A, Jotglo, Jakarta 11641 0818 979 895 12 Bambang Basuki 1,1 ; II PP 2 ; III PP 1 Jul. Siaga Baru III No. 17, Jakarta 13 Bambang Harimurti 14 Bambang Suprianto *) 12-Jan Jln Anggrek Nelimurni Slipi 15 Bambang Iswandono 1-1 21-Mar 16 Bambang Widianto 1-3 Desa Kedung kandang - Kec. Kaliurang - DIY 17 Berlian Meiny. Harahap Jl.Adyaksa VIII /D67 Kompl Jagung- Levak Bulus -Cilandak 12440
81311243737
18 Betty Heliati Sanusi 1-4; 2PP…. Jln. Benda 4/26 Blok A KBY 19 Budiman Susilo 1-5 ; II PP ; II PP 3 15-Apr Jln Kebalen 2c No. 14 Kebayoran Baru - Jakarta Selatan 8121801644 20 Bodin III PP3 21 Chairil Hamdani 1-1; Jl. Bumi Putera No. 8, RT/RW : 015/018 - Cipinang - Jakarta Timur 13240
22 Darmayanto / Darma 1-3;2PP Jl. Teratai Blok D II/12, Bukit Cirendeh 0812 8848 5000 23 Deisy Trisamsunu 1.1- Jl. Tebet Timur Dalam 8/52 0812 924 4598
160
Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cerita
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
08-Dec Bukit Pamulang Indah A9/7 Pamulang 15417 0812 8785 115 25 Djumara Natawiria 04-May Jln Penjernihan BNI 46 26 Didiet Adi Setiagus 1-3 ; II PP 2 ; III PP 2 Jln Pattimura Raya 15 . MapaganUngaran Barat - Jawa Tengah 27 Dina Pontas Soewindho 1-1; 2Sos… Jl. H. Ambas 51, Cipete 0818 8105 509 28 Djayadi Prayitno 1-1; 2PP… ;3PP… Villa Cendana B1/1, C iputat 0816 894 123 29 Djoko Subandrio 1-2; 2PP3; 3PP 30 Bambang Soepriantoalm Jln. Anggrek Nelimurni - Slipi 31 Elly Seba 1-12PP Anaheim - California -USA 32 Emma Rono Sunanto (Hj) Jl. Pangkalan Jati IV/11, Cipinang Melayu, Rt.011/05, Jakarta 13620 0811 910 821 33 Endang Wijayanti 1-12PP3; 3PP Komp BI Slipi (th ‘69) 34 Endang Hadiani Djoko (Endang) - Perias Pengantin
24 Dermawati Djoko Santoso (Atie)
12-Apr Kompl Villa Ruzky Ilhami 2 Cluster Arafah B 2 No 2 SawanganBojongsari Depok
0852 1814 3818 35 Endang Mulatwati 1-2:2PP… 25 Nov. Jl. Mendawai 4/7, Kebayoran Baru 0815 8877 933 36 Endang Ernawati 1-1; 2PP… 15-Feb Jl. H. Kamang 38, Pondok Labu. Museum Layang-Layang 0818 80 1300 37 Etty Herawati 1-1;2PP3; 3PP…. 03-Aug Jl. Tanjung 19/F1 No. 12, Rancho Indah, Jakarta Selatan 0817 073 2868 38 Elisa Lany Tandian II PP 3 29-Aug 39 Evita 1,1 40 Farida Hanum II PP 3 21-Mar Perumnas I Depok 41 Fatansyah Syarif (Fatan) 1-2 Jl. Raya Cipinang Jaya No. E.5, Jatinegara, Jakarta Timur 13410 0818 151 151 42 Gatot Karnadi - Alm 1-5 0813 18888 5878 43 Halim Ishak 1-3 Jl. Nusa Tenggara No. 96, Depok Utara 0812 926 3862 44 Harry Djayadi - Alm 1..; 2PP3; 3PP… 03-Aug Jl. Gedung Hijau IX/1, Pondok Indah, Jakarta Selatan 12310 0816 934 296 45 Haryo Satoto , dr. III PP 3 14-Dec 46 Harry Parulian Siagian 1-3 06-Nov Bandung 47 Hendro Harry Tjahyono 1-4 2PP..;3PP… Jl. Rimba Buntu 44, Cipete Utara 0813 855 33 100 48 Hartawan H. Mariyono (Tatang) 1.1;2PP-;3PP1
Bintaro Jaya Sektor 2, Jl. Pelikan 1 Blok U/8, Jakarta 12330 0816 800 836
161
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
49 Harti Hadisoemo 1-4 26-Apr Jl. Dempo I No. 13, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120 0816 7 999 26
50 Helmi Sabri 1-3
Perum taman Winangun Indah - C 21 - Kel. Taman WinangunKebumen
85228529999
51 Hendarsari N.I. Hernomo 1-2;2PP… ;3PP
Perum Puribeta 2 Cluster Kiarapayung 1 No 2 Larangan Utara Tangerang
52 Hendra Lestari 1-3 3 Des Taman Gandaria, Jalan Madrasah Kav. 24, Cilandak, Jakarta 12420
53 Imam Kosim III PP 3 04-Dec
0816 186 2817
54 Indah Marwati 1-1;2PP…;3PP 0871 791 90152
55 Ida Zuraeda 18-May Jl. Delman Indah IV/11, Tanah Kusir, Jakarta 12440 0811 836 500
56 Indra Cahya Kartakusuma 1-4 Bekasi Timur
57 Indra Cahya/Topo (ALM) 1-4 58 Irman Imawan 1-2 Jl. Tebet Barat I no. 19, Jakarta Selatan 0811 177 352
59 Irmono Rachmat 1-2 Borobudur - Jogya 0815 842 0445 60 Kuspariyah (Ceplik) 1-1;2PP…3PP 21-Sep Komp. Jatiawringin Asri, Jl. Salawati BI A 10.9, Pondok Gede 17411
0811 818 101
61 Lily Karamoy Wijanarko 1-2; 2PP;3PP1 17-Nov Buncit Indah E/3 Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta 11510 0816 869 084
62 Magdalena S. Bolcet (Lina) 1-3 Taman Rasuna Apartment Tower 06, 3rd Floor 0816 187 5353
63 Maruli Pohan - Alm III PP 3 20-Mar
64 Martin Hutabarat
65 Meylina Djafar
66 Miets Sugiarso 1-4 26-Apr
Jl. Peninggaran Barat I/III no. 8, Rt 12/11, Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta 12241
0811 979 082
Jl. Pondok Bambu Asri Barat II No. 12, Jakarta 13420 0811 132378
67 Muhartati (Tati) 04-Jul Bintaro Jaya, Jl. Bintaro Tengah P1 No. 6, Jakarta 12330
68 M. Harimurty SA III PP 3 15-Nov
69 Muryadi Gang Mesjid III No. 3, Blok A II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
70 Parauli Pakpahan (ALM) 1-3
71 Parsaulian Rambe - Alm. 1-4
72 Pudji Widodo III PP 3 20-Jul
162
73
Priatmono -Alm. 1-5 , IIPP2, IIIPP3
74 Ratih Kusumaning Rini 1-5
75 Ratna Djuwita
76 Ramdani Broto Sulistyo III PP 3 15-Jun
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
Cempaka Putih Tengah 32/6 Jakarta Timur 0811 929 569
Jl. Cipinang Indah Raya Blok D no. 22, Perumahan Cipinang Indah, Jakarta Timur
77 Robert Thela 1-4 : II PP3 : II PP 3 09-Nov Jl. Cendrawasih no.A 3, Komp. Unilever,Rempoa, Ciputat, Jakarta 15412
0818 492 142
78 Robert Togu Tambunan 1-4 0816 481 6293 79 Rochmana Mas Winata - Alm Kramat Pela II/3 0813 514 6295
80 Rohani Simanjunjuntak III PP 3 08-Jan 81 Roosmiyati(Mimi) 1-3 82 Rukmiyati 1-1;2PP;3PP1 22-Oct Bumi Serpong Damai 83 Ruly - Budi Setiawan *) 1-1; 2PP.3PP1 26-Sep Bumi Serpong Damai 84 Saptono Istiawan Jl. Nimun Raya 2A, Tanah Kusir, Jakarta 12240 0818 140 204 85 Syahputra Miaz Anwar 1-5 ; II PP 2 ; III PP 3 Jl. Kaswari Blok Z 4/10, Kompleks Mekarsari, Cimanggis - Depok 86 Sarworini, Drg 1-1;2PP..; 3PP… Perumahan Dosen UI No. 101, Ciputat 15419 0816 1875 360 87 Sati Munasti (Asti Kleinsteuber) 1-1;2……. Jln Sadar III Buntu 28 - Pasar Minggu 0816 856 382 88 Silvia Widianti 1-2;2PP… ;3PP 14-May Jl. Cendana No. 12, Kampus IPB Dermaga, Bogor 0812 9592 728 89 Siti Ambarwati 1-3 07-Nov Jl. Perkutut I-S3 No. 14, Bintaro Jaya, Tangerang 15412 0812 996 6007 90 Siti Sundari / Icun 1-4;2PP3; 3PP1 08-May Jl.Biomedis blok B4 No 11, Kompleks Dep.Kes, Sunter Jaya, Jkt Utara
081314089103 91 Sitti Sundari ( ALMH ) 92 Soebardjo 1-4; 2PP3 : III PP3
jl Pisangan Lama 3 No. 1 RT/ RW : 006/04 Pisangan Timur Pulogadung Jakarta Timur
811832753 93 Soerastro 1-4 BINTARO 94 Sri Budhiastuti ( Boetje ) *) 1-5 Komp. Pelita Air Service No. 23, Kalibata Utara Jakarta Almh –20/1/2021 95 Sri Kurniati / Tji’i 30-Jun Jl. Sungai Sambas VIII- 12, Kebayoran Baru, Jakarta 0815 882 1648 96 Sri Taswinny (Winny) 1-2;2PP3; 3PP 31-Oct Jln Raya Ciputat 0816 815 464
163
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
97 Sri Tawaningsih 1-3 Belanda
98 Sri Wigati 1-5;2PP3;3PP Jl. H. Basyar 1/2 Jatiwaringin Pondok Gede 0856 104 5033
99 Sri Yanti 18-Jun Komp. Lebak Bulus Indah Blok H/18 0817 494 8887
100 Subagyo 05-May Jl. Bunga Rampai No. 51, Duren Sawit 0815 101 25471
101 Heriyati - Almh Jln Ganteng II- Majestik - Jakarta Selatan 0856 922 81248
102 Tinny Sumartini 1-3 Jl. Lestari Kav. 46-C, Kompleks Deplu, Cipulir, Jakarta 12230 0818 954 544
103 Tonny Sugianto d.a : Hotel Ragil Kuning Batu Malang
104 Toto Sardjan Jl. Cendana Raya 26, Jaka Permai Bekasi 081 1141 767
105 Tuhu Setio Purnomo 1-3 ; II PP2 , III PP 3 25-Nov Perumahan Bukit Cireundeu Jl. Bukit VIII Blok C -5, Pisangan, Ciputat Timur Tangsel
0816 85 1820
106 Wido Rahardjo 1,3 18-May 0816 80 8853 107 Widianto Adiputra 1-5 ; II PP 2 : III PP 1 28 Okt Jln Pam Baru 4 no. 20 RT/RW : 015/006 -Jakarta 0818141629 108 Yanti Hasnah Gultom *) ALMH Jl. Bungur II No. 21, Arteri Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta 0816 1672 818 109 Wasiyati Trihartanto 1- PP 04-May BNR - Bogor 0812 805 3248 110 Yully Soelarto Jl. Minangkabau 46, Jakarta 0813 1059 7313 111 Zamrul Zainal Abidin 1-1; 2PP ; III PP 3 05-Sep Perumahan Cileduk Indah II Blok E 31/24 RT 05/05 Ciledug Tangerang
0878 811 54921 112 Apit Maulana 113 Unggul Prasetyo 114 Bambang Iswandono 115 Ahmad 116 Bakti Bachtiar 117 Purnomo 118 Muharto 119 Rusdi 120 Tabrani 121 Supriyanto *) 122 Sri Redjeki 123 Tony Latief
164
Cerita Kenangan Alumni
SMA 6 Bulungan 124 Dharma Bakti 125 Derita Kamila 126 Kristus Budi 127 Irna 128 Renny Rais Abin 129 Santo 130 Imam Suyudi Pekanbaru -Riau 131 Hartini 132 Tiurma Sihombing 133 Tini Asnawi 134 Ivonne 135 Sondang 136 Lina Budiarti 137 Nina 138 Ali Imran 139 Iwan Suren 140 Sri Suryawaty ( Waway ) 141 Eddy Januar 142 Nini Prihatini 143 Suzi 144 Anna Hutagalung Almh 145 Eddi Piring-Alm 146 Dahliani - Almh 147 Kushadi _ alm. 148 Yulianto ( Lippo ) - Alm 149 Yos Titiheru-Alm 150 Rikrik Pualam - Alm 151 Anthony Denny Panggabean - Alm 152 Sumarlin - Alm 153 Ayat Muhayat Jln. Danau TondanoPejompongan 154 Edward Liano ( Tune )-Alm 155 Tadjuddin Noor - Alm
165
‘70
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan
156 Iwan Setiawan - Alm 157 Boy Yusafril - Alm 158 Djoko Subandrio –(Alm) 159 Ida Widyawati –(Almh) 160 Eddy Triono Tukijo (Alm) 161 Tetty Harahap _ (Almh.) 162 Suryo Setiawaty ( Almh ) 163 Anny Simanjuntak
Jln. Kelapa Kuning raya B1 no 4 Pdk Kelapa Indah Jaktim. 164 JijinB.Irodaty, dr. Klinik Banaran Jl.Jombang 132 Kel.Banaran – Kec.Babat –Kab. Lamongan 165 Oloan Hutagalung(Alm)
166
1 Anthony Denny Panggabean 2 Ayat Muhayat 3 Adityawarman Lubis 4 Ari Banowati 5 Arie Subiarto 6 Anna
7 Budi Setiawan 8 Bambang Supriyanto 9 Bodin 10 Boy Yusafril 11 Dahliani 12 Djoko
13 Edi
14 Edward
15 Gatot
16 Harry
Daftar alumni yang telah mendahului kita
Hutagalung
Subandrio
Triono Tukidjo
Liando
Soebroto
Djayadi
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan 17 Iwan Setiawan 18 Ida Widyawati 19 Indra Topo 20 Kushadi 21 Maruly Pohan 22 Oloan Hutagalung 23 Parsaulian Rambe 24 Priatmono 25 Parauli Pakpahan 26 Rikrik Pualam 27 Rochmana Mas Winata 28 Siti Sundari 29 Sumarlin 30 Suryo Setiawaty 31 Tetty Harahap 32 Tadjudin Noor 33 Yulianto 34 Yos Titiheru 35 Alex Asmasoebrata 36 Hj. Sri Budihastuty (Boetje)
167
Daftar alumni yang terhubung dengan WA (76 orang) WAG Persahabatan Angkatan 70 SMA 6 01. Ade Kadir N. 02. Agus Munardi 03. Ambar 04. Anny Aritonang 05. Aslukitaningsih 06. Asti Kleinstuber
Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan 07. Atie Dermawaty 08. Baby Oudang 09. Bagiyo 10. Bambang Agustomo 11. Bambang Basuki
Bardjo
Bekti W. R
Betty Heliati
Budiman 16. Ceplik
Dharma 18. Deisy T
Didiet Adi Setiagus 20. Dina Alexandra Pontas
Djayadi Prayitno 22. Elly Seba Tamtomo 23. Emma – Himawati Anggaradiah 24. Endang Ernawaty
Endang Mulatwaty 26. Etty
Fatansyah
Halim Ishak
Hanum Lubis
Harry Purnomo
Harti H. Lantang
Helmi Sabri
Hendarsari
Hendra
Hendro Harry Tjahyono
168
Cerita
12.
13.
14.
15.
17.
19.
21.
25.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan 36. Icun
Ida Mawarti 38. Ida Zuraida 39. Imam Suyudi 40. Indra Tjahja
Irmono
Iwa Kartiwa
Jijin 44. Lily Karamoy
Meiny Harahap – B. 46. Meylina Djafar
Miet Sugiarso
Mimi Syarif
Muhartati
Muryadi Yusuf
Peni Pantjawati
Syahputra
Robert Thela
Rukmijati
Rustini Qurotin
Saptono
Sarworini
Setyo
Sri Kurniati – Tji’i
Sri Tawangsih
Sri Wigati
Bratakoesoemah
169
37.
41.
42.
43.
45.
47.
48.
49.
50.
51.
52. Ratih 53. Ria
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63. Sullyanty
64. Sriyanti
65. Tatang Hartawan HM 66. Tinny Sumartini 67. Tony Sugiarto 68. Totok Sardjan 69. Tuhu S Purnomo 70. Widianto Adiputra 71. Wido Rahardjo 72. Winny – Sri Taswinny 73. Yahma Wisnani 74. Yanti Harahap 75. Yati - Wasiyati 76. Zamrul Zainal Abidin
170
Cerita Kenangan Alumni ‘70 SMA 6 Bulungan