Master of Battered, acrylic & oil pastel on canvas 170 x 189 cm, 2018
The Hectic Woman, acrylic & oil pastel, 162 x 182 cm, 2018
Naufal Abshar (lahir di Bandung, 1993) tinggal dan bekerja di Jakarta. Naufal menyelesaikan studinya di Lasalle College of the Arts, Singapura dan Goldsmith University of London. Naufal telah berpartisipasi dalam sejumlah pameran di Singapura, Yogyakarta, Jakarta, dan Venesia. Ia juga telah beberapa kali mengikuti program residensi antara lain Geneng Street Art Residency Project, Yogyakarta (2013), Working Journey and Cultural Project, ValladolidMadrid (2017) dan Independent Art Residency Project, Italia (2017). Pada 2013 ia meraih juara pertama di kompetisi live painting di Indonesia Arts Festival. Naufal mulai dikenal melalui seri lukisan seri HAHA. Seri lukisan ini menjelajahi penggabungan konsep tawa dan humor yang universal pada kebudayaan manusia. HAHA merepresentasikan tawa dalam aktivitas beragam antara lain tawa karena kita memenangkan sesuatu, tawa karena kita mengejek seseorang, tertawa karena kegilaan dan bahkan tawa untuk menolak ketakutan. Naufal mencoba menempatkan tawa dan humor dalam sebuah aktivitas yang berulang yang mengkonstruksi kritik sosial. The World of Entertainment adalah pameran tunggal perdananya di Indonesia.
Jl. Barito I No.3, Kebayoran Baru Jakarta 12130, +62 21 739 9378 dgalleriejakarta@gmail.com www.dgalleriejakarta.com
kejenakaan. Penggunaan krayon menajamkan sisi karikatural pada lukisan-lukisan Naufal. Dan di saat yang sama krayon juga dipakai oleh Naufal untuk membubuhkan tulisan-tulisan komentar. Secara sekilas kita jadi mengingat kesan tulisan kapur di atas papan tulis.
Fight in Love, mixed media, variable dimension, 2018
Naufal Abshar mendayagunakan bahasa visual karikatur dan tulisan untuk menampilkan beberapa jenis humor. Komentar-komentar pada tulisan kecil tersebut dapat dibaca sebagai lelucon Naufal dalam menghadapi dunia sosialita yang menjadi kesehariannya. Sigmund Freud menyatakan bahwa lelucon adalah bentuk humor verbal dan interpersonal yang terjadi saat kesadaran seorang manusia mengijinkan ekspresi pemikiran yang ditekan oleh masyarakat. Humor hadir saat kepribadian moralistik (Superego) manusia mengijinkan adanya bentuk pelepasan
The World Of Entertainment oleh Naufal Abshar 27 April - 27 Mei 2018 Kurator Chabib Duta Hapsoro Fotografer Naufal Abshar & Indira Sarasvati Desain Grafis Kotasis Kamar Desain 3X3x3
yang sifatnya naluriah (ID) yang hanya hadir saat manusia di bawah alam sadar. Ego manusia yang membuat lelucon-lelucon itu hadir dalam beberapa taraf, dari tidak tendensius (halus) hingga yang amat tendensius (keras).5 Dapat dinyatakan bahwa lukisan-lukisan Naufal sebagai lelucon adalah praktik pelepasan yang reflektif, ekspresif sekaligus personal di tengah komunitas sosialita yang menjadi salah satu kesehariannya di luar kriteria moral yang umum. Di saat yang sama kita melihat figur-figur dalam lukisan Naufal menyaran kepada individu-individu yang haus akan hiburan atau pelepasan yang mungkin makin alpa terhadap kesadaran (moral).
a
c
b
d
e
f
Chabib Duta Hapsoro Kurator Pameran
Catatan Akhir 1) Cyril Burt. (1945). The Psychology of Laughter, Health Education Journal-Sage Publication, hlm 101 2) Scott, S. K., Lavan, N., Chen, S., & McGettigan, C. (2014). The Social Life of Laughter. Trends in Cognitive Sciences, 18(12), hlm. 618–620. 3) Tabloid Monitor edisi 15 Oktober 1990 membuat kehebohan setelah menyiarkan hasil angket pembaca yang memilih tokoh yang mereka kagumi melalui kartu pos. Dalam edisi itu, Monitor mengumumkan angket pembaca di rubrik Kagum. Dalam angket itu, Presiden Soeharto berada di urutan teratas dengan 5.003 pengagum, lalu berturut-turut BJ Habibie dengan 2.975 pengagum, Mantan Presiden Sukarno dengan 2.662 pengagum, Iwan Fals dengan 2.431 pengagum. Dari peringkat 5 sampai 10 diisi oleh: Zainudin MZ, Try Sutrisno, Saddam Husein, Siti Hardiyanti Rukmana. Angket ini menuai kecaman karena Nabi Muhammad SAW hanya menempati posisi ke-11 dengan 616 pengagum saja. Tabloid Monitor dikecam karena dianggap menista agama. Arswendo Atmowiloto, sang pemimpin redaksi kemudian diadili dan dipenjara selama lima tahun. Baca: https://tirto.id/mereka-dipenjara-karena-didakwa-menista-agama-b46G Publikasi kartun Nabi Muhammad oleh majalah satir Prancis, Charlie Hebdo membuatnya menjadi target serangan teroris pada 2011 dan 2015. Pada serangan kedua 12 orang terbunuh termasuk beberapa kartunis terkemuka di dalamnya.
Fight for Love? #01, archival inkjet print, 40 x 30 cm, 2018
Fight for Love? #02, archival inkjet print, 40 x 30 cm, 2018
Just Laugh, archival inkjet print, 40 x 30 cm, 2018
4) Robert Provine, Beyond A Joke: The Truth about Why We Laugh. (2012). The Guardian: https://www.theguardian.com/books/2012/ sep/02/why-we-laugh-psychology-provine 5) Freud, S. (1928). Humour. The International Journal of Psychoanalysis, 9, hlm. 1-6.
a) Life is too Short to Chill #01, archival inkjet print, 30 x 40 cm, 2018; b) Life is too Short to Chill #02, archival inkjet print, 30 x 40 cm, 2018; c) Life is too Short to Chill #03, archival inkjet print, 40 x 30 cm, 2018; d) Life is too Short to Chill #04, archival inkjet print, 40 x 30 cm, 2018; e) Life is too Short to Chill #05, archival inkjet print, 30 x 40 cm, 2018; f) Work, Insurance Bills-Repeat, mixed media installation, variable dimension, 2018