SELASA
3 MARET 2015 12 JUMADIL AWAL 1436
Banjarmasin Post
28
Halaman
3.000 LANGGANAN RP. 75.000 51836 TH XLIII/ISSN 0215-2987
DEMI KEADILAN, KEBENARAN DAN DEMOKRASI
Penyidik Tanya Bulu Mata Syahrini ■
Alamat Ruko di Kasus Abraham Milik Keluarga Kalla
APA yang kali pertama diucapkan penyanyi Syahrini kepada pers usai diperiksa penyidik Bareskrim Mabes Polri? Ini perkataan dia. “Intinya penyidik rindu kepada saya, ingin bertemu langsung,” kata Syahrini sembari terse-
nyum. Senin (2/3), Syahrini diperiksa terkait kasus dugaan pemalsuan dokumen berupa kartu keluarga (KK) dengan tersangka Ketua (nonaktif) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad dan seorang pePENGAKUAN SYAHRINI rempuan asal ■ Kenal Feriyani lewat BBM Kalbar, Feriyani ■ Kenal bernama Fransiska bukan Feriyani Lim. Pada pemeriksaan selama ■ Tidak sengaja bertemu di Las Vegas, AS dua setengah ■ Diajak foto bareng saat pergantian tahun jam itu, Syahrini ■ Feriyani sering jual pakaian ke artis mengaku men■ Tidak tahu rumah feriyani karena pakaian dapat 15 pertayang dibeli dikirim
ANTARA/MUHAMMAD ADIMAJA/@POLISI PATUNG
SYAHRINI (kiri) saat tiba di Mabes Polri untuk menjalani pemeriksaan terkait foto dirinya dengan Feriyani Lim (foto tengah dan kanan) dalam kasus dugaan pemalsuan dokumen, di Jakarta, Senin (2/3).
Terancam Masuk Negara Miskin Lagi ■
Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp 13 Ribu
JAKARTA, BPOST - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Didik J Rachbini memberikan peringatan kepada pemerintah terkait merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Bahkan, Senin (2/ 3), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menembus ‘batas psikologis’ Rp 13 ribu. Didik J Apabila nilai tukar rupiah terus merosot, Didik khawatir Indonesia kembali masuk daftar negara miskin di dunia. “Pemerintah harus benarbenar menjaga stabilitas rupiah, jangan dibiarkan seperti ini. Bisa keluar dari negara G20 (kelompok negara berkembang) dan kembali ke negara kere (miskin),” ujar Didik di Jakarta, Senin (2/3). Dia menegaskan merosot-
nya nilai tukar rupiah sangat berdampak terhadap pendapatan negara. Karenanya, pendapatan Indonesia terancam terus merosot dari kondisi yang saat ini mencapai 1 triliun dolar AS. Apalagi nilai ekspor juga terus mengalami kemerosotan. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menjadi penyebab melempemnya rupiah. ANTARA Secara khusus Didik meRachbini nyoroti tindakan investor asing yang gemar menyimpan hasil investasinya di luar negeri. Padahal, mereka memanfaatkan sumber daya alam dan manusia Indonesia “Tidak hanya investasi asing, ekspor kita Hal 14 kol 1-3
Halaman
■ Kasus Komjen Budi Kembali
Ditangani Bareskrim Polri
“
Ini dagelan penegakan hukum. Alurnya itu PK dulu, kalau PK sudah ketemu hasilnya, baru dipikirkan langkah selanjutnya
JAKARTA, BPOST - Nasib baik memihak Kepala Lemdikpol (Lembaga Pendidikan Polri) Komjen Budi Gunawan. Setelah status tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi yang disandangnya dianulir Hakim Sarpin Rizadli melalui sidang praperadilan,
28
Hal 14 kol 4-7
Ruki Mengakui KPK Kalah
HIDZIL ALIM Aktivis Pukat UGM
General Motor Indonesia Bangkrut
nyaan terkait hubungannya dengan Feriyani. Pasalnya, Feriyani mengunggah foto bersama Syahrini di akun instagramnya. Selain bersama Syahriani, Feriyani juga mengunggah fotonya bersama artis-artis lain, salah satunya Angel Lelga. “Ditanya Mbak Syahrini itu bulu matanya cantik sekali. Mbak Syahrini kapan nikahnya. Siapa sih pacarnya Mbah Syahrini. Selain itu, pertanyaan seputar foto,” ujar Syahrini.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memilih tidak melanjutkan penyidikan kasus tersebut. KPK melimpahkan penanganan kasus itu ke Kejaksaan Agung (Kejagung). Dan, Kejagung kemudian menyerahkannya lagi ke Bareskrim Polri. Hampir dapat dipastikan, Budi yang gagal menjadi Kapolri itu bakal dinyatakan tidak bersalah. Pasalnya, sebelum disidik oleh KPK, kasus itu pernah ditangani Bareskrim dengan hasil Budi bersih dari tudingan memiliki ‘rekening gendut’ dari dugaan suap dan gratifikasi. Secara tersirat, Plt Ketua Hal 14 kol 4-7
Tidak Ada Barter KASUS Komjen Budi Gunawan yang semula ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ‘diserahkan’ kembali ke Mabes Polri. Beredar kabar, pelimpahan itu akan dibarter dengan penanganan kasus dua komisioner KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto oleh penyidik Bareskrim Polri. Benarkah? Kabareskrim Polri, Komjen Budi Waseso (Buwas) membantahnya. “Nggak ada barter-barter. Tidak ada hubungannya,” tegas dia kepada pers di Jakarta, Senin (2/3). Wakapolri Komjen Badrodin Haiti menegaskan hal serupa. Namun, dia mengaku akan mempertimbangkan tidak melanjutkan kasus yang diduga melibatkan personel KPK, yang baru di tingkat penyelidikan. GRAFIS: BPOST GROUP/RIZALI RAHMAN
Taufiqurrahman Ruki
Hal 14 kol 4-6
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
SI PALUii
Terpaksa Menonton TV Lewat Ponsel - KPK mangaku kalah, Lak -ai
■ Warga Tembus Mantuil Belum Bisa ‘Langganan’ Listrik BANJARMASIN, BPOST -
+ Wayahnya bubuhan kita malawanakan, Nang-ai Anang Gayam
Muntung Bini AMUN urusan bacacangkalan maujek, kadada nang kawa mangalahakan Palui. Inya hakun manyasahi pa Hal 14 kol 1-3
05
13
12
36
15
46
18
42
19
51
BANJARMASIN POST GROUP/RESTUDIA
INILAH Gang Gandapura, kawasan Jalan Tembus Mantuil, Banjarmasin yang banyak warganya belum memiliki jaringan listrik di rumahnya. Mereka mendapatkan aliran listrik secara terbatas melalui cara mengait dari tetangga.
Merupakan pemandangan aneh jika ada rumah di ibu kota provinsi seperti Banjarmasin, yang tidak memiliki jaringan listrik secara permanen. Tetapi itu terjadi di Gang Gandapura RT 27 dan 28, kawasan Jalan Tembus Mantuil, Banjarmasin. Semisal rumah milik warga RT 27, Rahmaniah (50). Dia mengaku pernah selama 17 tahun hidup di rumah yang tidak memiliki jaringan listrik sendiri. Baru selama lima tahun ini, ada aliran listrik ke rumahnya. Namun, bukannya ‘berlangganan’ tetapi mengait ke jaringan milik tetangga.
Mengapa tidak memasang sendiri? Perempuan yang mengandalkan hidup dari keuntungan berjualan makanan ini mengaku tidak mampu. Dia mendapat kabar, jika ingin ‘berlangganan’ ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) harus menyiapkan uang sekitar Rp 5 juta. Sementara dengan cara ‘menumpang’ listrik tetangga, cukup membayar Rp 100 ribu per bulan. “Risikonya memang sering mati karena tidak kuat karena banyak tetangga yang ikut mengait,” ujar Rahmaniah, kemarin. Hal 14 kol 1-3