Banjarmasin Post Minggu, 29 Maret 2015

Page 23

Balai Aksara 23

Banjarmasin Post

MINGGU 29 MARET 2015

Dahaga

Titipan

Karya: A Warits Rovi Perjamuan Kudus Sambiloto, Merica dan Daun Kalobur Istriku: Helmiyah

Sambiloto senggang hariku mengasuh daun melebar pada telapak tangan angin dusun menikmati riang hanya dalam petak kecil di belakang dapurmu dan orang-orang menipu dirinya dengan hanya mengingat pahitku, kecuali orang pandai herbal menelikung menyusup pahitku dengan akal hingga ia mengerti dalam pahit tercipta berkecit manis, dan ibumu di antara mereka, memetik daunku dengan lesap bibir berkecit memahami lubuk terdalam rahasia tuhan yang disimpan di balik pahit, ia bawa aku ke dapurmu seumpama membawa bonsai hawa yang tertinggal di beranda surga.

Merica selepas pori ladang dan kisah lapak pasar aku dibawa ke dapurmu si butir kecil yang memasang kail ke tujuh benua dengan hati menggigil. sebab tubuhku terlalu pedas mengasah doa ketujuhbelas.

Daun Kalobur mambang angin karib hariku melebarkan daun dengan cara tersantun bersujud di bawah kaki matahari sesaat sebelum ibumu meyakini jarinya mememetik daunku dengan basmalah. aku ke dapurmu mengungsikan tuah-tuah hari silam. di kaki yang borok kita dilumat di bundar batu melupakan kamis atau sabtu sekeping badanku hilang berganti badanmu badanmu remuk jadi badanku halus dicampur air harum madu kita mengaku lahir dari satu ibu lalu di atas borok paling jorok kita meluangkan waktu berterima kasih kepada tuhan dengan badan yang rela dihancurkan. * A. Warits Rovi. Lahir di Sumenep Madura, 1988. Karya puisinya dimuat di media Nasional dan lokal seperti Horison dan Majalah Sagang; juga di beberapa antologi komunal. Penulis naskah drama ini aktif di Komunitas Semenjak dan guru Bahasa Indonesia di MTs Al-Huda II Gapura. Sekarang tingal di Sumenep Madura.

I

nilah hari yang kutunggu. Pagi-pagi sekali aku langsung mendatangi rumahmu. Seperti janjimu lewat Black Berry Messenger beberapa hari lalu, datanglah hari Minggu, aku menunggumu. Sesungguhnya aku sudah tak tahan untuk memelukmu, menumpahkan segala rindu dan keluh kesah yang berdiam dalam dada. Ada banyak cerita yang ingin kusampaikan, dan ada satu hal yang paling penting. Aku sampai di depan sebuah rumah yang kau tunjukkan kala itu. Tapi kulihat pintu kayu yang warna catnya sudah pudar dan terkelupas itu tertutup rapat sekali. Pagar putih lusuh yang penuh karat itu juga dirantai dan digembok. Aku mengusap peluh yang mengalir ke seluruh tubuh. Apa aku salah rumah? Tapi tak mungkin, aku masih ingat tanda pada pohon belimbing di belakang gerbang ini. “Kau tandai saja pohon belimbing ini agar tak salah rumah.” Kau ke mana? Apa kau melupakan janji kita? Atau kau sengaja berpura-pura lupa? Atau kau berbohong tentang rumah ini? Dasar penipu. Mungkin sudah lebih seratus kali kau menipuku. Kalau saja ini tak penting, enggan kuhampiri kau. Di sebelah kulihat ada pohon mangga besar menjulang tinggi. Di bawahnya anak-anak bermain petak umpet dengan riang. Aku menatap mereka, matanya persis seperti matamu, kulihat yang satu lagi, rambutnya ikal seperti rambutmu, lalu kulihat yang lain lagi, hidungnya mancung, walau tak semancung hidungmu, tapi kurasa mirip sekali. Aku bimbang bukan kepalang, kalau bertanya pada mereka mana mungkin mereka mengenalmu, anak-anak seumuran itu setahuku tak mengenal nama-nama tetangganya, kecuali anak tetangga

Oleh ALD Muhsi yang sebaya dengannya. Akhirnya kutitipkan saja pesan dalam amplop ini pada mereka. Kataku tolong berikan pada pemuda yang rumahnya di sebelah. “Oke kakak,” kata mereka serempak. Lalu mereka tersenyum manis seraya masuk ke dalam rumah untuk menyimpan titipanku. Sambil berlalu aku berharap semoga mereka menyimpannya rapi di tempat yang aman. Semoga juga tak sampai ke tangan ibunya. Kau tahu kenapa aku begitu takut surat itu hilang atau jatuh ke tangan ibu mereka? Sebab kubaca di pintu rumahnya, kalau tak salah ibu mereka, ataupun tante mereka, ataupun perempuan yang tinggal di situ adalah seorang polisi yang baru-baru ini kudengar di berita menggerebek tempat pelacuran di sisi kota. Di pintu rumahnya jelas tertera nama itu. Aku takut nanti dia salah mengira. Karena itu adalah surat kehamilanku. *** Aku kembali sore-sore, memantau kau dari kejauhan, dari samping rumah anak-anak yang kutitipkan surat tadi pagi. Aku berharap kau segera pulang. Tapi tak juga ada pertanda, gembok pagar yang berkarat tak bergerak, seperti membatu. Daun-daun tetap berserak di halaman, buah-buah belimbing busuk semakin banyak. “Ma, apa mama kenal dengan paman yang tinggal di sebelah rumah kita?” Aku mendengar suara itu dari sela-sela persembunyian. “Paman yang mana sayang? Bukannya paman itu tiga bulan yang lalu sudah meninggal?” Jantung siapa yang tak berdebar mendengar katakata itu. Aku semakin ingin mendengar kelanjutan pembicaraan mereka. Semakin kudekatkan telingaku ke

jendelanya. “Kenapa kalian bertanya tentang paman itu sayang? Apa kalian tadi melihatnya? Atau dia mendatangi kalian? Kalau memang iya, barangkali kita harus menjiarahinya ke kuburan. Mungkin sudah lama ia tak didatangi, kan saudara-saudaranya juga sudah tak ada lagi, maka kitalah orang terdekatnya.” “Oh, bukan, Ma, hanya tadi kakak-kakak, mungkin lebih muda dari mama, mendatangi kami dan menitipkan surat ini untuk diberikan kepada paman yang tinggal di sebelah,” kata anakyang paling besar. Ah, dasar anak-anak, tak bisa merahasiakan apa pun dari orang tuanya. Matilah aku kalau ibu mereka membacanya. Bisa-bisa aku akan jadi buronan, dituduh pelacur gelap yang melarikan diri. “Oh, apakah perempuan

itu tak tahu kalau pemuda sebelah rumah telah meninggal? Tapi dia siapanya? Kenapa tiba-tiba datang mencari lelaki itu? Coba mama lihat suratnya.” Ibu dari anak-anak itu membuka surat yang kutitipkan pada anaknya. Langit menghitam, guntur menjerit di langit. Hujan sekejap turun sederas-derasnya. Lampu-lampu mati, listrik padam. Kaca-kaca rumah pecah, begitu juga gelas-gelas, piring, mangkuk, guciguci rumah dan segala barang pecah belah. Telingaku yang berada di dekat jendela spontan berdarah terkena percikannya. Mungkin kau tahu mengapa kutitipkan surat itu pada mereka. Aku pun ber-

pikir sama. Karena mereka masih lugu dan tak tahu menahu perihal seperti itu. Tapi ternyata aku salah. Aku tak dapat berpikir sampai jauh, mungkin perut yang kian lama kian membesar ini seolah melumpuhkan sel-sel yang bekerja di otakku. Aku sadar sekilas mata mereka memang sangat menyerupaimu, pun sudah kukatakan di atas. Tapi aku tak pernah menerka bahwa mereka adalah anakmu, yang ibunya berarti istrimu. (*) *ALD Muhsi nama pena dari Alda Muhsi. Lelaki kelahiran Medan, 1993. Mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ini bermukin di Medan.

Redaksi menerima kiriman cerita pendek dengan syarat ditulis di dua halaman kuarto, 1,5 spasi dan ukuran font 12. Terima kasih.

Esai

TNG dan Dokumentasi Sastra Banua

Zulfaisal Putera TAJUDDINNOOR Ganie (TNG), sastrawan dan budayawan nasional asal Kalsel ini, pekan ini menyita perhatian pemerhati sastra Indonesia. Bukan karena karya terbarunya atau aktivitas sastranya, tapi karena menjual koleksi majalah sastra Horison miliknya, setelah sebelumnya menawarkan koleksi bukunya. Melalui dinding facebook-nya, 25 Maret tadi, TNG memasang foto-foto sampul Horison puluhan edisi tahun 80-an dan 90-an, lengkap dengan harganya. Kebiasaan TNG jualan buku ini memang bukan hal baru. Dulu, saat masih muda, TNG malah pernah buka lapak di Blauran, khusus jualan buku. Bahkan, saat pergaulan kami di penjual koran Bundaran Hasannuddin, TNG juga sering titip jual buku dengan Iyan dan Ayib, pemilik lapak di situ. Namun, jadi menimbulkan reaksi karena yang dijualnya kali ini adalah majalah sastra Horison. Bagi sastrawan Indonesia, majalah sastra Horison, yang terbit sejak 1966 sampai sekarang, adalah salah satu kitab suci sastra Indonesia. Sebagian

malah mengganggap Horison sebagai tolak ukur kualitas sastra Indonesia. Pengoleksi dan pembaca Horison, bukanlah sembarang orang, kecuali yang memang benarbenar ‘beriman’ dengan sastra Indonesia. Jelas menimbulkan tanda tanya kalau koleksi itu kembali dijual. Saya yakin, dijualnya koleksi Horison itu, oleh TNG bukan karena butuh uang. Namun, ini menurut pengakuan TNG, karena tak ada rak dan ruang lagi untuk menampungnya. Itu saja. TNG selama ini dikenal sebagai pengoleksi karya-karya sastra banua. Dengan Pusat Kajian Masalah Sastra (Puskajimasta) yang didirikannya sekitar 90-an, TNG mengumpulkan ribuan klipping koran, fotokopi, buku, dan majalah yang memuat karya urang Banua. TNG tidak sendiri. Bersama YS Agus Suseno dan (alm) Maman S Tawie (19572014) pernah mendirikan Forum Dialog Sastra (Fordias) yang salah satu misinya mendokumentasikan karya sastra Banua. Mereka pernah menjemput karya itu langsung ke penulisnya, antara lain, ke rumah (alm) Arthum Arta (1920-2002) dan Hijaz Yamani (1933-2001). Seluruh dokumentasi sastra itu masih tersimpan di rumah Maman.

Homepage : http//www.banjarmasinpost.co.id e-mail : redaksi@banjarmasinpost.co.id Banjarmasin Post Group Penerbit SIUPP Sejak Tanggal Direktur Utama Pemimpin Umum Pendiri

: PT Grafika Wangi Kalimantan : SK Menpen No. 004/SK MENPEN/ SIUPP/A.7/1985 tgl 24 Oktober 1985 : 2 Agustus 1971 : Herman Darmo : H Pangeran Rusdi Effendi AR : Drs H J Djok Mentaya (1939-1994) Drs H Yustan Aziddin (1933-1995) HG Rusdi Effendi AR

WARTAWAN “BANJARMASIN POST GROUP” SELALU DIBEKALI TANDA PENGENAL DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER.

Sementara itu, Micky Hidayat, sastrawan nasional urang banua ini juga pernah mendirikan (Pusat) Dokumentasi Sastra Hijaz Yamani, tahun 2012. Namun, belum terdengar lagi bagaimana perkembangannya. Padahal masyarakat sastra Kalsel menaruh harapan besar terhadap pusat dokumentasi ini. Saya lantas berpikir, saatnya, siapa pun, pribadi-pribadi, atau pemprov dan pemko/kab di Banua mulai memikirkan untuk mendirikan sebuah lembaga Pusat Dokumentasi Sastra Banua, yang secara kontinyu dan profesional mengumpulkan dan mendokumentasikan karya-karya sastra urang Banua. Ya, semacam Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di TIM Jakarta. Yang dikhawatirkan bila tidak segera didirikan lembaga ini adalah, lambat laun, jika orang-orang semacam TNG dan siapa pun itu sudah tiada, karya sastra adiluhung urang Banua, sejak dulu sampai sekarang tak terdokumentasi dengan baik. Ini akan menjadi penyesalan tak berujung. Ke mana generasi sastra Banua masa depan akan mencari karya pendahulunya. Maka, kepada kitalah, yang masih babincalak ini memikirkan dan mewujudkannya. (*)

Bayang Kelam Cinta Segitiga NOVEL ini mengisahkan kehidupan cinta tiga remaja yang dilatarbelakangi trauma masa lalu. Ketiganya, yaitu Amanda Tavari, Dava, dan Leo. Sang penulis, Elvira Natali, mengemasnya secara apik sehingga alur ceritanya runut dan menyentuh hati. Tak heran novel ini kemudian jadi best seller. Bahkan diangkat menjadi film layar lebar. Judul film itu pun sama persis dengan judul novel yaitu Janji Hati. Film ini dibintangi aktor muda Indonesia yang sedang naik daun melalui sinetron Ganteng-ganteng Serigala yaitu Aliando Syarief. Penulis novel, Elvira, sekaligus juga turut berperan dalam film ini dengan memerankan tokoh utama wanita. Alur cerita pada novel itu sarat cerita cinta yang dramatis. Cinta pertama Amanda berakhir secara tragis akibat sebuah musibah yang merenggut orang yang ia cintai. Ia pun menyimpan kisah cinta itu jauh di relung hatinya. Adalah sang kakak tiri, Revan Tavari. Lelaki inilah cinta pertama Amanda. Di tengah berbunganya hati, Revan mengembuskan napas terakhir dalam sebuah insiden tabrak lari. Insiden itu benar-benar bikin Amanda teramat sedih. Selama tiga tahun ia menyendiri tanpa ada cinta lain yang hinggap di hatinya. Sejak kematian sang kakak tiri (Revan), Amanda hidup sendiri di Indonesia. Ia hanya ditemani seorang supir dan pembantu, karena kedua orang tuanya memutuskan untuk tinggal di Los Angeles. Namun kemudian Amanda bertemu dua cowok cakep, Leo dan Dava yang merupakan kakak beradik tiri. Keha-

diran keduanya menumbuhkan bunga asa di taman hati Amanda. Ia harus memilih satu dari kedua pria tampan itu. Tapi, ternyata cinta Amanda kali ini pun tak bisa bertahan lama. Kematian kakak tercintanya membayangi hubungan antara dirinya dan salah satu dari dua kakak beradik tersebut. Keruwetan kisah cinta itu juga diperumit oleh pengalaman kelam masingmasing. Dava, misalnya, lantaran ditinggal sang ibu juga terpaksa harus hidup bersama dengan ibu tiri. Karena itulah, dia pun menjadi seorang pria yang dingin, cuek, kasar dan sangat keras kepala. Sedangkan Leo, selama ini memiliki mimpi buruk yang terus menghantuinya sampai sekarang. Hal itu berhubungan dengan wanita yang dia cintai, yang ternyata adalah Amanda. Makanya, ketiganya sama-sama menutup hati dari orang lain, karena takut akan merasakan lagi rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang mereka cintai. Namun, tiba-tiba saja trauma akibat masa lalu itu mulai berubah, ketika mereka bertigabertemu dan saling berkenalan. Suatu ketika, Dava yang sulit mendapatkan teman akibat sikapnya yang kasar dan sikapnya dingin, menghukum Amanda. Namun, hukuman itu malah membawanya pada pertemuan selanjutnya dengan Leo, yang ternyata adalah kakak tiri Dava. Lama-kelamaan, hubungan mereka bertiga pun menjadi semakin dekat. Apalagi, dengan seiring berjalannya waktu, Dava pun mulai berubah dan menjadi pribadi yang berbeda, yang

sangat baik dan lemah lembut. Siapakah yang akhirnya akan dipilih Amanda untuk mengisi hatinya? Silakan Anda simak sendiri novel Janji Hati di toko Gramedia. Dengan menunjukkan potongan kupon di bawah ini, Anda bisa mendapatkan harga yang lebih murah. (roy/*)

Judul Penulis Tebal Penerbit Cetakan

: Janji Hati : Elvira Natali : 279 halaman : PT Gramedia Pustaka Utama I: Juni 2013 II : Desember 2013 III : Agustus 2014 IV : Desember 2014 V : Januari 2015

INFO PENGASUH BAGI rekan-rekan yang mengirim tulisan berupa puisi atau cerpen, kami meminta untuk melengkapinya dengan data diri/copy kartu identitas dan nomor rekening bank Anda. Honor tulisan yang dimuat akan kami transfer. Tulisan bisa dikirim lewat pos ke alamat Kantor Banjarmasin Post Gedung HJ Djok Mentaya Jalan AS Musyaffa Nomor 16 Banjarmasin. Sudut kiri amplop ditulis Seni dan Budaya. Bisa juga kirim via email ke hamsibpost@yahoo.co.id Pemimpin Redaksi: Yusran Pare | Wakil: Harry Prihanto Redaktur Pelaksana: Dwie Sudarlan | Manajer Peliputan: Elpianur Achmad | Asisten Manajer Peliputan : R Hari Tri Widodo Manajer Produksi: M Taufik | Redaktur Eksekutif: Muhammad Yamani (Banjarmasin Post/Online), Mulyadi Danu Saputra (Metro Banjar), Irhamsyah Safari (Serambi UmmaH) Manajer Redaksi: Irhamsyah Safari | Wakil: Agus Rumpoko Redaktur: Alpri Widianjono, Anjar Wulandari, Mahmud M Siregar, Mohammad Choiruman, Aya Sugianto, M Royan Naimi, Budi Arif RH. Asisten: Kamardi, Ernawati,Syamsuddin, Idda Royani, Siti Hamsiah. Staf Redaksi: Umi Sriwahyuni,Eka Dinayanti, Sudarti, Halmien Thaha, Hanani, Burhani Yunus, AM Ramadhani, Syaiful Anwar, Syaiful Akhyar, Murhan, Khairil Rahim, Ibrahim Ashabirin, Sutransyah, Faturahman, Irfani Rahman, Jumadi, Edi Nugroho, Doni Usman, Mustain Khaitami (Kabiro), Hari Widodo, Ratino, M Risman Noor, Salmah, Rahmawandi, M Hasby Suhaily, Helriansyah, Didik Triomarsidi, Sofyar Redhani (Kabiro), Nia Kurniawan, Mukhtar Wahid, Rendy Nicko Ramandha, Restudia, Yayu Fathilal, Aprianto, Frans, Nurholis Huda, Man Hidayat, Reni Kurnia Wati. Fotografer: Donny Sophandi, Kaspul Anwar. Tim Pracetak: Syuhada Rakhmani (Kepala), M Syahyuni, Aminuddin Yunus, Syaiful Bahri, Edi Susanto, Sri Martini, Kiki Amelia, Rahmadi, Ibnu Zulkarnain, Achmad Sabirin, Rahmadhani, Ahmad Radian, M Trino Rizkiannoor, M Denny Irwan Saputra, Nata Prima. Biro Jakarta: Febby Mahendra Putra (Kepala), Domuara Ambarita, Murdjani, Antonius Bramantoro, Budi Prasetyo, Fikar W Eda, FX Ismanto, Johson Simandjuntak, Rahmat Hidayat, Yulis Sulistyawan, Choirul Arifin, Hendra Gunawan, Sugiyarto Penasihat Hukum: DR Masdari Tasmin SH MH

Pemimpin Perusahaan: A Wahyu Indriyanta General Manager Percetakan: A Wahyu Indriyanta | Asisten General Manager Percetakan : Suharyanto Wakil PP (Bidang Humas dan Promosi): M Fachmy Noor Asisten Manajer Iklan : Helda Annatasia (08115803012) z Alamat: Gedung HJ Djok Mentaya, JlAS Musyaffa No 16 Banjarmasin 70111, Telepon (0511) 3354370, Fax 4366123, 3353266, 3366303 z Bagian Redaksi: Ext 402-405 ; z Bagian Iklan: Ext. 113, 114 z Bagian Sirkulasi: Ext.116, 117 z Pengaduan Langganan: 08115000117 (0511) 3352050 z Biro Jakarta-Persda: Redaksi, Jl Pal Merah Selatan No 12 Lantai II Jakarta 10270, Telp (021) 5483008, 5480888 dan 5490666 Fax (021) 5495358 z Perwakilan Surabaya: Jl Raya Jemursari 64 Surabaya, Telp (031) 8471096/ 843428, Fax (031) 8471163 z Biro Banjarbaru: Jl Mister Cokrokusumo Kav 15-17 Widya Chandra Utama, Cempaka, Kota Banjarbaru Telp (0511) 4780355 Fax (0511) 4780356, z Biro Palangka Raya: Jl RTA Milono Km 1,5 Palangka Raya, Telp (0536) 3242922 Tarif Iklan: z Display Umum: Hitam Putih (BW): Rp 22.500/mmk Berwarna (FC): Rp 45.000/mmk z Display Halaman 1: Hitam Putih (BW): Rp 45.000/mmk Berwarna (FC): Rp 90.000/mmk z Iklan kolom/Duka Cita: Hitam Putih (BW): Rp 15.000/mmk Berwarna (FC): Rp 30.000/mmk z Iklan Kuping: (FC) Rp 100.000/mmk lIklan Baris: (FC) Rp 20.000/baris: (BW): Rp 15.000/baris z Iklan Satu Kolom : (FC)Rp 30.000/mmk, (BW): Rp15.000/mmk z Catatan: Harga belum termasuk PPN 10% z Harga Langganan: Rp 75.000/bln Percetakan: PT Grafika Wangi Kalimantan z Alamat: Lianganggang Km 21 Landasan Ulin Selatan Banjarbaru Telepon (0511) 4705900-01 z Isi di luar tanggung jawab percetakan

Setiap artikel/tulisan/foto atau materi apa pun yang telah dimuat di harian “Banjarmasin Post” dapat diumumkan/dialihwujudkan kembali dalam format digital maupun nondigital yang tetap merupakan bagian dari harian “Banjarmasin Post”.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.