32
Banjarmasin Post
JUMAT
23 MEI 2014/ 23 RAJAB 1435 H
RP 3.000
HALAMAN
NO. 151463 TH XLII/ ISSN 0215-2987
DEMI KEADILAN, KEBENARAN DAN DEMOKRASI
HARI ini, 17 tahun lalu, sebanyak 123 orang tewas, 118 orang lukaluka, dan 179 orang hilang. Satu gereja terpanggang dan 10 gereja lainnya rusak berat. Tak hanya itu, 155 rumah, 144 toko, 3 supermarket, 3 minimarket, 5 bank, 4 kantor pemerintah, 1 tempat hiburan, 11 gereja, 3 sekolah, 1 rumah jompo, 1 apotek, 26 mobil serta 23 sepeda motor hancur dirusak dan dilumat api. Hingga kini, tragedi 23 Mei 1997 yang menghancurkan Banjarmasin itu belum terungkap. Dengan alasan apapun, pengalaman pahit itu tidak boleh terulang. Kalsel harus selalu dijaga. Baca liputan khusus Tragedi Jumat Kelabu di halaman 22. (*)
DOKUMENTASI WILDAN TARMUJI UNTUK BPOST GROUP
Minta Banyu DALAM menghadapi problema kehidupan, sebagian masyarakat mengunjungi “orang alim” (ulama) membawa sebotol air, ia berkata: “minta banyu guru.” Sang guru sudah paham, lantas membaca apa-
Problema yang dihadapi bisa jadi berupa penyakit fisik, seperti panas badan atau penyakit kronis lainnya yang diobati ke berbagai kah itu doa, ayat Aldokter, namun tak kunjung quran atau bacaan KH Husin sembuh; atau berupa perlainnya yang ditiupNaparin soalan kejiwaan. Air itu dikan ke air itu. minum atau dimandikan. Hati orang itu pun lega, besar harapan problema yang dihadapi dapat terselesaikan. Hal 22 kol 1-3
Tingkong WAYAH lagi kakanakan bubuhan Palui, Garbus, Tulamak, Tuhirang wan Tuhabuk, hidupnya tamasuk kada bauntung. Kalu istilah wayah ini tagulung anak kaluarga miskin. Tapi walau demikian bubuhannya Hal 22 kol 1-3
- Hari ini paringatan Jumahat kalabu, Lak ai + Jauhakan bala jangan taulang lagi, Nang ai Anang Gayam
04:59
12:20
15:43
18:19
19:32
Advertorial
Anak Banua yang Sukses Bangun Mal PUSAT perbelanjaan Q Mall di Banjarbaru terbilang mewah. Besar dan megah. Namun tak banyak orang menyangka kalau bangunan yang nantinya satu gedung dengan Q Hotel di Jalan A Yani kilometer 36 Banjarbaru itu dibangun oleh orang asli Banua. H M Norhin Harun nama lengkapnya. Perawakannya kecil namun jangan ditanya bisnis yang dilakoninya. Mulai dari mal, perumahan, pertambangan hingga konveksi. Kesuksesan pengusaha kelahiran Telaga Silaba, HSU, 5 Oktober 1964 itu memang bukan didapat dengan cara instan. Melainkan dengan jerih payah. Harus merasakan perihnya perjuangan hingga bisa meraih kesuksesan. Tak banyak yang tahu, Norhin
H Norhin
yang semasa kecila akrab disapa Ohen ini sejak usia 6 tahun sudah harus madam ke keluarganya di Anjir Serapat, Kapuas, Kalteng. Padahal dirinya baru saja sekolah di tingkat madrasah Ibtidaiyah. Namun, karena kondisi ekonomi orangtua yang sangat terbatas, dia harus menjalaninya. Ohen selalu mengingat kenangan cukup pahit semasa kecil itu. Yang tidaklah senyaman dengan kondisi yang diperolehnya saat ini. Dia pun selalu ingat pahitnya masa kelam sekolah di pondok pesantren Darussalam, Martapura, Banjar. “Saya kala itu tinggal di Pesayangan. Tidak punya sepeda untuk sekolah. Jadi jalan kaki saja sejauh lima kilometer. Jadi kalau bolak-balik, mencapai 10 kilometer. Mau bagaimana lagi. Kondisinya saat itu me-
mang begitu,” kata Ohen berkacakaca mengingat kehidupan mudanya. Hingga akhirnya ayah tujuh anak ini harus ke Banjarmasin. Tinggal di tempat saudara kandung di Gang Setuju, Kelayan. Di sana dia ‘nebeng’ sekaligus belajar menjadi pedagang. “Saya berjualan di Pasar Belauran. Jualan konveksi. Sore pasang terpal dan malam baru pulang. Itu masih menjualkan punya orang,” ucap Ohen. Sembari berdagang, dia menuntut ilmu di Pendidikan Guru Agama (PGA), Jalan Mulawarman. Setelah memiliki modal yang lumayan, dia memberanikan diri membuka usaha sendiri. Yakni, berjualan konveksi kecil-kecilan di Pasar Kujajing, Banjarmasin. Dia terus bersemangat berdagang hingga bisa menyewa toko. Tahun demi tahun berlalu, Norhin
muda yang penuh semangat terus mengembangkan usahanya di bidang konveksi, sampai kemudian diajak eorang pedagang, (alm) H Taimi untuk berangkat bersama-sama ke Jakarta. Haji Taimi menilai Norhin muda memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pedagang sukses. “Awalnya saya ragu untuk ikut, karena waktu itu modal saya hanya Rp 3 juta, tapi karena desakan beliau saya nekad dan yakin melangkahkan kaki ke Jakarta” kata Norhin dikantornya, Kota Citra Graha (KCG) Jalan A Yani kilometer 18, Landasan Ulin, Banjarbaru. Sesampainya di Jakarta, Ohen dikenalkan kepada para pedagang di Tanah Abang.”Ini anakku, kalau dia datang lagi buat beli barang, tolong Hal 22 kol 4-7
BPOST GROUP/AYA SUGIANTO
2305/B01