Banjarmasin Post
28
SENIN
17 FEBRUARI 2014/ 17 RABIUL AKHIR 1435 H NO. 151368 TH XLII/ ISSN 0215-2987
RP 3.000
HALAMAN
DEMI KEADILAN, KEBENARAN DAN DEMOKRASI BANJARMASIN POST GROUP/DONNY SOPHANDI
Sebodoh Itukah Kita? “Mereka menjadi guru hanya karena ingin jadi PNS, bukan ingin jadi pendidik” JUMAT, 14 Februari 2014 kemarin, media memberitakan, 13 murid SDN Teluk Tiram 6 Banjarmasin, keracunan akibat menenggak minuman oplosan, yang merupakan campuran Big Cola, Susu Yes, Madu Rasa, Pulpy OraMujiburrahman nge, dan baby oil alias minyak bayi. Ini sebenarnya bukan kasus baru. Korban minuman oplosan di Banjarmasin memang tinggi. Pada Januari 2014, Polresta Banjarmasin menangkap tak kurang dari 300 orang peminum miras oplosan. Hal 6 kol 4-7
Buser Polres Tembak Buser Polsek ■ Lasmidi Luka di Dada Kiri TANGERANG, BPOST - Di awal tahun ini, ada beberapa polisi yang tewas ditembak orang misterius. Lain halnya di Tangerang, Banteng. Dua polisi justru saling tembak. Akibatnya, personel Buser (Buru Sergap) Polsek Jatiuwung, Bripka Lasmidi (33) harus menjalani perawatan di rumah sakit. Dada kiri bagian bawahnya terkena tembakan yang dilepaskan personel Buser Polresta Tigaraksa, Aipda NBB. Ada dua versi mengenai insiden (baca tabel) yang terjadi di kawasan Cimone, Sabtu (15/2) kemarin itu. Namun, pimpinan polri baik di tingkat polres hingga Mabes Polri enggan mengomentari perbedaan versi itu. Mereka kompak menegaskan, penembakan karena kesalah pahaman. Penyebabnya juga bukan
LEBIH CEPAT - Dua murid SD Loklahung nekat menggunakan jembatan rusak saat menuju sekolah, pekan lalu. Jembatan yang rusak diterjang banjir bandang, belum juga diperbaiki. Padahal keberadaan jembatan itu sangat vital bagi anak didik dan warga setempat karena bisa memperpendek jarak.
“Saya Ingin Bisa Membaca”
”
■ Murid SD Loklahung Bertaruh Nyawa ke Sekolah KANDANGAN, BPOST - Belum diperbaikinya jembatan gantung di Desa Loklahung, Loksado, HSS, akibat terjangan banjir bandang, mengakibatkan puluhan murid SD Loklahung yang berasal dari Desa Kepayang, harus ‘berjuang keras’ bahkan bertaruh nyawa jika berangkat atau pulang dari sekolah. Betapa tidak, mereka harus berjalan kaki sejauh lima kilometer melalui medan yang sangat sulit. Menyusuri jalan tanah yang berkelokkelok, menjelajahi perbukitan, menyisir hutan dan menyeberangi sungai hingga seragamnya basah. Aral perjalanan mereka makin berat jika turun hujan. Karena tidak ingin buku, alat tulis menulis dan tas menjadi basah, banyak
Sebagian dari mereka biasanya tidak membawa buku pelajaran karena sudah disimpan di bawah meja di sekolah. Takut rusak dan basah saat hujan MAIMUNAH Guru SD Loklahung
serupa saat pulang– tak jarang ada murid yang kecapaian sehingga sakit selama beberapa hari. Namun, mereka tetap semangat ke sekolah untuk mengikuti proses belajar mengajar. “Senang bisa berangkat ke sekolah bersama teman-teman. Jauh tidak apa-apa, yang
penting saya bisa membaca seperti kakak,” ucap murid kelas 1, Navisa (7) kepada BPost, kemarin. Keceriaan dan semangat juga diperlihatkan Irma (11) yang sudah kelas 5. Dia mengakusudah biasa berjalan kaki menempuh jarak jauh. “Sejak kelas 1 saya sudah
berjalan bila ke sekolah. Kalau hujan, tidak ada tempat berteduh karena semuanya hutan. Ayah tidak memiliki sepeda motor,” ujar dia. Sepulang sekolah, bocahbocah itu tidak lantas beristirahat. Ada yang langsung Hal 6 kol 4-7
Siapkan SD Filial HARAPAN adanya SD Filial di Dusun Kepayang, langsung mendapat respons positif dari Bupati HSS, Achmad Fikry. Kepada BPost, kemarin dia mengatakan sangat memahami beratnya kondisi alam yang harus ditaklukkan para murid SD
Loklahung dari dusun tersebut. Apalagi, Fikry pernah menjabat kepala Dinas Pendidikan (Disdik) HSS. Begitu pula dengan sikap orangtua murid yang terkadang ‘memaksa’ anaknya untuk ikut bekerja. “Itu kebiasaan mereka, tidak bisa dilarang.
Tetapi itu jangan sampai menjadi alasan proses belajar mengajar terhenti. Salah satu caranya, pengelola sekolah bisa meminjamkan buku agar mereka bisa tetap belajar meskipun tidak ke sekolah,” ucap dia. Hal 6 kol 5-7
Airin Nangis Dipaksa Wawan ■ Menolak Amankan Aset dan Kontrak Kerja Suami
Hal 6 kol 1-3
JAKARTA, BPOST - Penyebab Wali Kota Tangerang Selatan, Banten, Airin Rachmi Diany menangis sepulang membesuk suaminya, Tubagus Chaeri Wardana (Wawan) di Rutan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), pekan lalu, terungkap. Kabarnya, Airin menangis karena dipaksa suaminya itu. Menurut sumber koran ini, Wawan memaksa Airin mengamankan aset-aset mereka dan mencari dokumen per-
Kita Gabung di Pages BPostOnline
Tragis, dua polisi justru saling tembak. Novita Dewi Mungkin kondisi psikologinya harus diperiksa lg, mereka yg difasilitasi senjata seharusnya mmpunyai kondisi psikologi yg bagus dan stabil ,,, sehingga mmpu memanage emosi mreka sendiri Komentar lain di hal 4
murid yang sengaja menyimpannya di sekolah Tidak sedikit pula, ada murid yang nekat tetap menggunakan jembatan yang kondisi sangat mengenaskan. Sebagian kayu dan papan sudah ambrol, bergelantungan pada tali-tali yang juga banyak yang telah putus. Orangtua mereka rata-rata bekerja sebagai peladang kemiri, kayumanis dan buruh penyadap pohon karet dengan penghasilan yang paspasan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, setiap hari mereka harus ke ladang sehingga tidak bisa mengantar anak-anaknya ke sekolah. Selain itu, akses jalan juga sulit dilalui sepeda motor. Karena beratnya medan yang harus ditempuh selama sekitar 1,5 jam itu –plus waktu
Airin Rachmi Diany
janjian atau kontrak kerja sejumlah proyek. Namun, Airin menolak karena dia adalah pejabat publik. Dia khawatir justru bisa ‘terseret’ dalam pusaran kasus Wawan. Mendapat penolakan itu, Wawan emosi. Dia mengancam memisahkan Airin dengan dua anak mereka. Benarkah? Pengacara Wawan, Maqdir Ismail secara tersirat membenarkan informasi itu. Menurut dia, saat dikunjungi Airin pada Kamis (13/2), Wawan memang meminta istrinya itu mencarikan
dokumen-dokumen terkait perjanjian sejumlah proyek dan aset. Namun, Airin menolak karena sulit dilakukannya dalam kapasitas sebagai wali kota. “Jadi, ada satu pekerjaan yang Bu Airin tidak bisa lakukan karena susah. Ada proyek yang belum selesai. Bu Airin tidak bisa karena sibuk mengurus daerah sebagai wali kota. Lalu, Bu Airin kesal dan menangis. Tapi, itu manusia normal kalau dia marah Hal 6 kol 1-5
KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
SI PALUii
Tambang Terluas Batubara PERUSAHAAN Canadian Dehua International Mines Group Inc (CDI) menemukan ladang terluas batubara di dunia. Ladang yang potensial untuk ditambang tersebut punya kandungan batubara sekitar 7 miliar ton. “Ladang itu luasnya 150 kilometer persegi,” kata Kepala Teknik CDI Vincent Li sebagaimana dikutip dari Xinhua, kemarin. Menurut Vincent, berdasar data survei, kebanyakan dari batubara itu terpendam di kedalaman sekitar seribu meter. “Dan, SeteNET ngah dari kandungan tersebut adalah batubara kualitas tinggi. Tentunya bila sudah dieksploitasi bisa menghasilkan perolehan yang luar biasa. Ini sangat sulit ditemukan,” ucapnya. Disebutkan, tambang tersebut berada di kawasan Sungai Wapiti di Timur Laut British Columbia. Ladang batubara ini mengalahkan Tavan Tolgoi di Mongolia yang mengandung 1,8 miliar ton batubara masak dengan cadangan 6,5 miliar ton. (xha/tik)
■ Dua Pulau Milik Ratu Atut Telantar
Matan Atas
Kini, Resornya seperti Rumah Hantu
WAHINI Palui sudah pansiun jadi pagawai. Inya hidup saurangan karna bininya sudah maninggal. Sadang anak Hal 6 kol 1-3
- Kanakan di Loklahung ngalih ka sakulah, Lak ai + Suruh pajabatnya marasai jua, Nang ai Anang Gayam
05:12
12:37
15:55
18:44
19:55
KELUARGA Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah (52), ternyata punya dua pulau di kawasan Pandeglang, Banten. Yakni, Pulau Liwungan dan Pulau Popole yang kini kondisinya telantar. Rencananya, dua pulau itu dijadikan tempat wisata eksklusif. Bahkan, pembangunan sudah dilakukan di Pulau Popole pada 1992 silam. Saat itu sudah dibangun jalan kemudian didirikan resor pada 1996. Namun, pembangunannya terhenti setelah Presiden (saat itu) Soeharto lengser. Resor itu kini mangkrak dan rusak. Bahkan, warga menyebutnya rumah hantu. Kondisi serupa
terjadi di Pulau Liwungan. Liwungan yang berlokasi di Panimbang, Pandeglang. Untuk mencapai pulau seluas sekitar 50 hektare itu bisa ditempuh melalui Tanjung Lesung dalam waktu setengah jam apabila menggunakan kapal wisata milik warga. Sementara Popole yang memiliki luas sekitar 30 haktare bisa ditempuh selama tiga jam dengan kapal yang sama dari Tanjung Lesung. Pulau ini letaknya di Labuan, Pandeglang. Pulau Liwungan dan Pulau Popole ini dijaga dua pasang Hal 6 kol 1-3
WULANADDINIA.BLOGSPOT.COM
WISATAWAN saat menikmati keindahan Pulau Liwungan yang kabarnya dimiliki keluarga Ratu Atut.
1702/B01