Banjarmasin Post Edisi Minggu, 12 Juni 2011

Page 18

18 Rendezvous

Banjarmasin Post

MINGGU 12 JUNI 2011

Prihatin, Penderita Tulang Banyak yang Miskin RASA senang bercampur gembira dirasakan dr Zairin Noor Helmi SpOT (K) MM FICS dan keluarga. Pasalnya, dokter spesialis bedah tulang murah senyum ini, mengikuti ujian akhir, mengambil program doktor ilmu kedokteran Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Sabtu (11/6). Dokter Zairin saat berbincang-bincang dengan BPost Group mengatakan, sebagai putra daerah Banua, dirinya ingin sekali membantu masyarakat Kalsel. Zairin mengaku prihatin terhadap penderita penyakit tulang, seperti TB tulang, penyakit yang jarang terjadi. Kebanyakan penderitanya adalah orang-orang yang berpenghasilan menengah ke bawah, yang memegang kartu Jamkesmas, Jamkesda maupun Jamkesprov. “Walaupun mereka sebagai pasien yang dibiayai dan dijamin oleh pemerintah, te-

tapi tetap mendapatkan pelayanan dan diperhatikan, seperti halnya pasien lain. Kami tidak membedakan golongan pasien,” jelas suami dari dr Nia Kania SpPas pPA (K) itu. Zairin tak henti-hentinya bekerja untuk membantu orang yang memerlukan tenaga dan keahliannya. Apalagi dokter spesialis bedah tulang hanya dia satu-satunya di Kalsel. Walaupun Zairin sudah memegang dokter spesialis (S2), yakni dokter spesialis bedah tulang, tetapi dirinya tetap menimba ilmu untuk memperoleh gelar S3

(doktor). Walaupun dalam kesehariannya disibukkan dengan tugas dan pekerjaan, lelaki pekerja keras ini menyempatkan diri untuk kuliah mengambil gelar doktor. “Saya mulai kuliah mengambil gelar S3 ini sejak tahun 2009 yang lalu. Alhamdulillah dalam waktu dua tahun, usaha saya berhasil. Waktu dua tahun ternyata tak terasa,” ujarnya. Namun usaha ini sebelumnya sudah dipersiapkan matang-matang. Siap waktu, mental dan terus berusaha untuk lebih maju. “Yang pasti keluarga tetap mendukung apa yang saya kerjakan ini,” imbuhnya. Dokter yang selalu memperhatikan pasiennya ini, sampai sekarang masih tetap eksis memberikan pelayanan. Walau Zairin setiap pagi sebagai dokter tetap di RSUD Ulin Banjarmasin, sore hingga menjelang tengah malam, dokter ini membuka praktik, di rumah sakit miliknya sen-

diri, yakni Rumah Sakit Siaga Banjarmasin. “Ibu saya pernah menanyakan kepada saya. Kamu kan sudah menjadi dokter, kok mau sekolah dokter lagi. Tapi setelah hal itu saya jelaskan kepada ibu saya, barulah dia mengerti,”kenang Zairin pada saat ibunya, Siti Nurbaya, yang sekarang masih tinggal bersamanya. Diceritakan Zairin, pada 1990, ayahnya bernama Helmi Nasroen meninggal dunia. Ayahnya dulu sebagai pegawai biasa, yakni di Kantor Dinas Peternakan. Ujian akhir disertasi dengan judul Substitusi dan Inkorporasi Atom Mineral Struktur Kristal Hidroksiapatit dan Mikrostruktur Tulang pada Osteoporosis. Tim penguji ada tujuh orang, antara lain Prof Drs Sutiman B Sumitro SUD Sc (promotor), Prof Dr dr M Hidayat SpB Sp OT (ko-promotor), serta Dr dr Agus Hadian Rahim SpOT (K) M Epid MH Kes (ko-promotor). (jd)

Dibesarkan dari Keluarga Sederhana

ISTIMEWA

DOKTER Zairin Noor Helmi SpOT (K) MM FICS adalah lelaki kelahiran Banjarmasin, 20 Nopember 1961. Ayahnya bernama Helmi Nasroen dan ibunya bernama Siti Nurbaya. Ayahnya adalah seorang pegawai golongan sedang, yang bertugas, di Kantor Dinas Peternakan. Zairin adalah anak ke dua dari lima orang bersaudara. Empat saudara yang lainnya juga berhasil dan sedikitnya mendapatkan titel S1. Ayahnya berasal dari Padang Batung, Desa Simpur, Kandangan (HSS). Kakeknya keturunan dari India. Sejak SD dan SMP, Zairin bersekolah di Banjarmasin, yakni SD Beringin dan SMP VII. Sedangkan SMA di Banjarmasin, yakni SMAN 2 Banjarmasin hanya di kelas satu. Zairin yang dikenal pendiam ini pindah ke SMA di Cimindi Bandung. Setelah lulus dari SMA, pada 1987, Zairin masuk Universitas Kedokteran Padjajaran Bandung. Masih di Bandung, pada 1995, Zai-

rin mengambil spesialis orthopaedic. Dilanjutkan dengan mengambil Magister Manajemen di Unlam Banjarmasin dan mengambil Candidate Doktor, di Unibraw Malang. Sejak lulus dari dokter, Zairin tidak hentihentinya mengikuti berbagai kegiatan, di bidang kedokteran dan melanglang buana mengikuti berbagai training, working experience serta mengikuti berbagai workshop di Indonesia. Zairin yang mempersunting dr Nia Kania Sp PAS pPA (K), dari hasil perkawinan itu dikaruniai dua orang putra, yakni Reniere G Noor dan Egi A Noor. Keduanya dilahirkan di Bandung. Satu orang kini sedang kuliah kedokteran di Jawa, dan satu lagi mengeluti seni. Segudang pengalaman diperolehnya, atau sedikitnya sudah 50 kali Zairin mengikuti berbagai training dan kursus, seperti the American Akademy of Orthopaedic Surgeons, Arthrex Knee Arthroscopy di Bangkok Thailan serta kursus Combined Ortopaedic di Singapura. Walau dalam keseharian disibukkan dengan pekerjaan, namun dokter yang satu ini masih diberi kepercayaan sebagai pembina gulat Kalsel. “Kalau pikiran saya sedang banyak masalah, saya dan keluarga menyempatkan diri untuk berenang atau diving. Saya mempunyai serifikat Rescue Diver tingkat Internasional,” katanya. Olahraga yang paling disenanggi dan masih digelutinya adalah sepak bola. Dalam seminggu, Zairin menyisihkan waktunya untuk bermain bola. Bahkan bisa main bola sampai ke hulu sungai. Kini dokter tersebut memiliki klub sepakbola, khusus dari klub dokter pencinta bola. (jd)

dr Zairin Noor Helmi SpOT (K) MM.FICS BANJARMASIN POST GRUOP/JUMADI

Suvenir

Cita Rasa Saluang Tiga Generasi SEGALA yang ada di bumi Kalimantan Selatan (Kalsel), selalu bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Sedikit sentuhan kreativitas, hasilnya langsung bisa dinikmati. Tidak terkecuali bisnis kuliner khas Banua, terutama kuliner ikan saluang. Ikan yang bentuknya kecil dan sangat mudah ditemukan di perairan Kalsel, terbanyak di Marabahan, Kabupaten Barito Kuala. Harga belinya juga relatif murah, dan mengandung nilai gizi serta protein yang tinggi. Setelah diolah, menjadi oleh-oleh yang banyak diminati. Peluang bisnis ikan saluang ini, langsung ditangkap

pengelola rumah makan Cendrawasih, Hajjah Norhayati. Rumah makan terletak di Jalan Pangeran Samudera No 65 Banjarmasin, memang terkenal dengan kuliner khas Banjar. Dicerikan perempuan yang akrab disapa Hj Yati, awalnya, saluang mereka sajikan sebagai makanan pembuka untuk para pengunjung saat menunggu sajian menu makanan utama tiba. Ikan Saluang goreng diletakkan di piring kecil, ditemani sambal terasi dan potongan jeruk nipis. Rupanya, para pengunjung terpancing dan tak terasa menikmati sekali makanan pembuka tersebut. Belum tiba hidangan utama, sepiring

saluang goreng sudah tandas. “Malah, mereka memesan saluang goreng kembali untuk dibawa pulang. Dari situlah, saluang goreng itu dikemas dalam bungkusan kap mika dan toples,” imbuh putri Hj Yati, Pipit. Pipit mengaku, sehari bisa terjual hingga 100 kilogram saluang, termasuk yang disajikan sebagai menu makanan pembuka dan dikemas dalam kap mika maupun kemasan toples. Bahkan selama pelaksanaan Seleksi Tilawatil Quran (STQ) tingkat nasional XXI di Banjarmasin yang berakhir kemarin, menurut Pipit, banyak kafilah peserta yang membeli sebagai oleh-oleh, di antaranya kafilah dari Jambi, Kepri, Ja-

karta, Jabar dan Kaltim. “Harganya murah, kemasan kap mika Rp 32.500 dan kemasan toples Rp 30 ribu. Tak hanya digoreng, saluang juga ada yang dipepes dan dibuat kering tepung,” bebernya. Disukainya saluang olahan mereka, dikatakannya, karena cita rasa produksi dari tiga generasi semenjak neneknya itu, dijaga cara membuatnya. Pengolahan dilakukan secara tradisional, menggunakan tungku api. “Beda rasanya kalau di masak menggunakan kompor minyak atau kompor gas. Makanya, kita tetap memakai tradisi lama, memasaknya dengan tungku,” ungkap Pipit. (tar)

Pas buat Oleh-oleh

BANJARMASIN POST GROUP/MUKHTAR WAHID

IKAN saluang, dapat diolah menjadi aneka masakan tanpa mengubah cita rasanya yang gurih. Jika dipepes, rasanya juga tidak kalah gurih dibanding bila digoreng kering. Dijamin, semuanya bikin lidah ketagihan. Diakui Benny Tanjung, pejabat pada bagian tata pemerintahan Kabupaten Berau Kalimantan Timur (Kaltim), dia selalu menyempatkan mampir membeli aaluang goreng. “Saya datang bersama Sekretaris Daerah Kabupaten Berau menghadiri STQ ini. Saat pembukaan saya mampir, dan penutupannya juga datang,” kata Benny Tanjung, Jumat (10/6). Menurutnya, saluang goreng tidak dijual di Kabupaten Berau. Karena itu, dia membawakan oleh-oleh untuk keluarganya. “Saya sempat pulang usai pembukaan STQ bawa oleh-oleh saluang, dan sekarang keluarga minta belikan lagi oleh-oleh saluang goreng,” ungkapnya. Benny mengaku tak hanya saat ajang STQ tingkat Nasional, mampir ke Banjarmasin. Namun setiap kunjungan kerja atau rekreasi keluarga, tak melewatkan mencicipi makanan khas Banjar. Di rumah makan Cendrawasih Hj Yati, bebernya, dia biasa mampir memenuhi selera bersantap. Di tempat makan tersebut, terkenal dengan menu khas Banjar terutama saluang goreng, patin dan papuyu. “SAya rekomendasikan pula ke teman-teman, bila ke Banjarmasin agar mencicipi kuliner khas rumah makan Cendrawasih. Jangan lupa pula, beli saluang goreng untuk oleholeh bagi keluarga dan kerabat,” ujarnya. (tar)

BANJARMASIN POST GROUP/MUKHTAR WAHID

BANJARMASIN POST GROUP/MUKHTAR WAHID


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Banjarmasin Post Edisi Minggu, 12 Juni 2011 by Banjarmasin Post - Issuu