DENPOST
www.denpostnews.com
l HALAMAN 4
MINGGU, 1 JUNI 2014
Banjar Pakraman Pemeregan, Denpasar
Segudang Prestasi Seni, Olahraga, hingga Membentuk Koperasi SAAT melintasi Jalan Gunung Kawi, Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat, tak terbayangkan kalau di antara deretan pedagang janur dan pedagang lainnya di dekat Pasar Badung, terdapat bangunan balai banjar berlantai dua. Namun, saat diperhatikan dengan seksama, ternyata bale banjar yang berdiri kokoh dan megah itu adalah Banjar Pakraman Pemeregan, Desa Pakraman Denpasar. Banjar Pakraman Pemeregan ini, awalnya merupakan pemekaran dari Banjar Alangkajeng. Banjar Pemeregan sebelumnya bernama Banjar Kajanan pada abad ke-19. “Banjar Alangkajeng berada di selatan, sedangkan Banjar Pemeregan berada di utara. Makanya dinamakan Banjar Kajanan,” kata prajuru atau Kelihan Banjar Pakraman Pemeregan, I Nyoman
Warnata yang didampingi prajuru lainnya, AA Ngurah Manik Kerta Negara, AA Made Wiranata, AA Made Suharta, dan I Wayan Artana, barubaru ini. Di banjar pakraman ini juga memiliki segudang prestasi seni maupun olahraga. Dalam perjalanannya, prestasi di banjar yang memiliki 142 KK ini, pernah mewakili Kelurahan Pemecutan mengikuti lomba baleganjur se-Kecamatan Denbar, dan berhasil meraih juara I, yang pada saat itu serangkaian peringatan Hari ABRI. “Kegiatan budaya yang rutin seperti kidung atau pesantian, Banjar Pakraman Pemeregan juga mengikuti Utsawa Dharma Gita pada 2005, mewakili Kecamatan Denpasar Barat, dan meraih juara II,” ujar Warnata, yang juga didampingi Sekaa Teru-
na AA Ngurah Gede Dharma Putra, Pengurus Koperasi I Made Nurjaya, dan Ketua PKK Jro Padma. Baleganjur dan kidung yang notabene merupakan budaya yang masih kental, dipegang teguh warga Banjar Pakraman Pemeregan, dan akan terus dipertahankan. Dari seni budaya inilah banyak prestasi yang diraih banjar ini. Di antaranya semar pegulingan Banjar Pakraman Pemeregan yang mengikuti parade tumpek klurut di Puputan Badung pada 2010. “Pada 2013 lalu, ogoh-ogoh Banjar Pemeregan dengan judul Kingkara Bala mewakili Denpasar Barat mengikuti parade ogoh-ogoh di Kota Denpasar. Selain itu, banjar ini juga memiliki prestasi di bidang olahraga seperti cabang bulutangkis. Atlet kami Gusti Alit Made Dira
DenPost/eka
juara I nomor tunggal putra di Bali. Begitu juga pesilat AA Ngurah Pandu Parbawa juara mewakili Denpasar pada Porjar Bali,” paparnya. Dalam meningkatkan kesejahteraan warganya, Banjar Pakraman Pemeregan juga membentuk Koperasi Nandini Amerta Sedana. Koperasi ini baru berjalan tiga tahun, yang dikelola anggota banjar. Awalnya mendapatkan laba Rp 7 juta, kedua meningkat menjadi Rp 45 juta, dan ketiga Rp 75 juta. “Dengan koperasi tersebut, kami ingin memberikan kesejahteraan kepada warga di lingkungan Banjar Pakraman Pemere-
FOTO BERSAMA - Prajuru Banjar Pakraman Pemeregan I Nyoman Warnata, AA Ngurah Manik Kerta Negara, AA Made Wiranata, AA Made Suharta, I Wayan Artana, Sekaa Teruna AA Ngurah Gede Dharma Putra, dan Pengurus Koperasi I Made Nurjaya, saat foto bersama dengan membawa piala maupun piagam prestasi yang diraih banjar ini.
TOKOH
DenPost/eka
PRESTASI SENI - Banjar Pakraman Pemeregan, Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat, memiliki segudang prestasi seni dan olahraga. Untuk menunjang kesejahteraan warganya, banjar ini membentuk koperasi.
Data & Prestasi Nama
: Banjar Pakraman Pemeregan
Alamat
: Jalan Gunung Kawi, Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat
Jumlah Warga : 142 KK Prestasi : Juara I lomba baleganjur se-Kecamatan Denpasar Barat (1989), juara II Utsawa Dharma Gita mewakili Kecamatan Denbar (2005), juara II lomba ogoh-ogoh tingkat kecamatan (1990-an), juara I Palawakya Dewasa Putri UDG Kecamatan Denbar (2005), juara II kidung anak-anak putri UDG 2006 Kota Denpasar, juara III Sekaa Gong Adnyana, juara II Hadang PKK kelurahan, juara II Hadang sekaa teruna putri kelurahan, juara I lomba kader posyandu se-Kecamatan Denbar (1996), dan juara I keindahan dan kebersihan banjar se-Kelurahan Pemecutan (1995).
BUKA BUKU Jro Wayan Kopok
Lestarikan Tradisi Leluhur SEBAGAI salah satu desa tua di Bali, berbagai tradisi yang memiliki nilai adiluhung masih tumbuh dan dipertahankan masyarakat Desa Pengotan. Untuk mempertahankan tradisi tersebut, tentu bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Keberhasilan untuk melestarikan tradisi peninggalan leluhur, selain harus didukung kesadaran masyarakat, peran a w ig-awig s e b a g a i p e n g a t u r tingkah laku masyarakat dalam desa bersangkutan juga menentukan. Bila keduanya tidak saling mendukung, dapat dipastikan tradisitradisi yang pernah tumbuh hanya tinggal sejarah. Sebagaimana yang dipaparkan Bendesa Pakraman Pengotan, Jro Wayan Kopok, awiga wig d i i b a r a t k a n s e bagai siku-siku yang menjadi patokan masyarakat dalam bertingkah laku. Menurutnya, berbagai tradisi unik dan menarik hingga kini masih tumbuh subur di Desa
gan,” ucapnya. Banjar Pakraman Pemeregan juga memiliki sungsungan Ida Ratu Nglurah Panji Landung. Dari sesuhunan inilah, kata dia, cikal bakal berkembangnya kesenian di banjar ini. “Setiap Kajeng Kliwon, beliau mefajar yang diyakini untuk melindungi wilayah Banjar Pakraman Pemeregan,” katanya, seraya menyebut Banjar Pakraman Pemeregan juga tidak terlepas dari peran tokoh I Gusti Ngurah Gede Pemecutan, yang kala itu memberikan kedisiplinan dan adat istiadat, yang sampai saat ini tetap dijalankan. (eka)
Pengotan tak lepas dari dukungan dua faktor tersebut, yakni kesadaran masyarakat dan keberadaan awigawig desa. Kata dia, tradisi adiluhung yang kini masih ajeg dan dijalankan masyarakat Desa Pengotan tercantum secara tegas dan jelas dalam awig-awig desa. Dia mencontohkan keberadaan nganten barengbareng atau masyara k a t u m u m meyebut n i k a h massal. A w i g a w i g desa setempat secara tegas
mengisyaratkan bahwa nganten bareng-bareng hanya dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada Sasih Kapat dan Kedasa menurut penanggalan Bali. “Karena demikian yang tercantum dalam awig-awig desa, maka tidak ada warga yang berani melanggarnya,” kata Jro Wayan Kopok, yang mengaku menjabat sebagai Bendesa Adat Pengotan sejak 2005 silam. Bagaimana jika dilanggar? Menurutnya, sejauh ini masyarakat Desa Pengotan tidak ada yang berani melanggar aturan tersebut. Jika dilanggar, awig-awig sudah menyiapkan sanksi adat bagi pelanggarnya. Selain berupaya untuk tetap mengajegkan warisan leluhurnya, kata Jro Kopok, sejak menduduki jabatan tertinggi dalam desa adat, dia selalu berusaha menyadarkan masyarakatnya melalui awig-awig. Keberhasilan itu tampak dari tidak adanya warga yang pesta minumminuman keras (miras) yang bisa menyebabkan keributan. Jika keributan itu sampai terjadi, berdasarkan awig-awig yang disepakati masyarakat setempat, antara si peminum dan penjual miras akan dikenakan sanksi adat. Dedosan (hukuman) yang dijatuhkan mengharuskan si peminum dan penjual miras untuk melakukan upacara rsi gana alit (kecil) di jaba pura setempat. “Awig-awig itu dibuat oleh masyarakat. Kalau itu sampai dilanggar, maka sanksi adat sudah menanti. Kami dari prajuru hanya menunjukkan bagian awig-awig mana yang dilanggar. Tegasnya awig-awig tersebut, sehingga tidak ada warga yang berani melanggar. Jro Kopok menambahkan, selama ini dia rutin berkomunikasi dengan kelian sekaa teruna. Menurutnya, sifat anak muda masih labil, dan saat kumpul-kumpul berpotensi mengundang keributan. Dengan pendekatan tersebut, dia mengaku berhasil menyadarkan, sehingga sejak awig-awig desa itu ditetapkan pada 2001 silam, hingga saat ini tidak ada warga yang berani nekoneko m elangga r atu ran. Jika dilanggar, maka sanksi adat sudah menanti. (dek)
Mencermati ketika Anak Sakit Judul Penulis Penerbit Terbit Tebal
: : : : :
Orangtua Cermat Anak Sehat dr. Arifianto, Sp.A. GagasMedia Maret 2013 242 halaman
ORANGTUA sering panik ketika mengetahui anaknya sakit panas ataupun demam. Haruskah anak dibawa ke dokter? Pertanyaan-pertanyaan itu sering membuat Anda panik saat menghadapi situasi anak sakit. Biasanya, agar tenang, Anda pun memutuskan untuk pergi ke dokter. Padahal, ada penyakit yang dapat disembuhkan dengan metode perawatan di rumah sendiri yang jauh lebih murah dan nyaman bagi si anak. Buku “Orangtua Cermat, Anak Sehat” akan memberi bekal dasar ilmu kesehatan anak yang selayaknya dimiliki para orangtua. Lantas, apa yang akan Anda ketahui dari buku ini? Seputar penanganan bayi baru lahir, tangan kebiruan, menangis
tanpa henti, bayi kuning, gumoh, napas berbunyi, dan lain-lain. Seputar menyusui, apakah Anda (ibu) sudah menyusui dengan benar? Bagaimana jika puting luka? Imunisasi, jadwal imunisasi terbaru dari IDAI, mengenal imunisasi wajib, serta mitos dan fakta seputar imunisasi. Demam, batuk, pilek, alergi. Sakit perut pada anak, sembelit, kembung. Flek paru atau tuberkulosis? Diare dan muntah? Masalah telinga pada anak? Terlambat bicara atau autis? Susah makan pada anak? Situs informasi kesehatan ini yang sahih.
Tidak hanya memberi panduan merawat anak sakit di rumah, buku ini juga memberi informasi keadaan darurat seperti apa yang mengharuskan anak agar segera dibawa ke dokter. (gap)
Meletakkan Prinsip Kehidupan yang Bermakna Judul Penulis Penerbit Terbit
BUKU ini terdiri dari satu pendahuluan, tiga bagian utama, 12 bab, dengan masing-masing bab berisi beberapa tulisan berbeda tetapi masih mengupas topik yang sama dalam bab tersebut. Sementara babbab dikumpulkan dalam
: : : :
Pesan untuk Anakku Jimmy Theo BPK Gunung Mulia 2014
satu bagian yang sama dengan topik yang sama pula. Bagian pertama berisi empat bab. Penulis buku ini menyebutkan bahwa bagian pertama meletakkan prinsip dasar pertama dan utama dari kehidupan, yaitu kehidupan yang bermakna dan penuh. Kehidupan yang dilandasi serangkaian nilai dan keyakinan mantap. Nilai-nilai dan keyakinan tesebut adalah judul-judul dari bab dalam bagian ini. Aspirasi, kegigihan, kebijaksanaan, dan rasa syukur. Menurutnya, keempat hal itu adalah atribut-atribut yang telah teruji waktu
dan yang akan memampukan kaum muda kita memiliki keyakinan untuk percaya bahwa mereka dapat menjadikan hari esok lebih baik bagi umat manusia. Bagian kedua berisi empat bab. Ia menulis mengenai bagian ini. Masalah-masalah hidup yang terkait dengan uang, pekerjaan, hubungan, dan kesehatan adalah sesuatu yang nyata dan terkadang mendesak. Bagaimana seseorang menghadapinya? Apakah ia terperangkap oleh kemunculan beragam tantangan tersebut? Ataukah ia memiliki perspektif dan persiapan yang benar untuk mengelolanya secara tepat? (gap)