Saint Teresa: A give Frome the god

Page 1

Saint Teresa: A Give From the God

Contents Contents Contents Contents

6
4
4 6
The Story Of Agnes Gonxha Bojaxhiu Menjadi Biarawati

8

18 14 8 16 18 14

Panggilan Melayani

Pelayanan Bunda Teresa

16

It’s Not The End

Mother Teresa Become Saint Teresa

The story of

Agnes Gonxha Bojaxhiu

Tangga 26 agustus 1910 seorang bayi perempuan yang diberi nama Agnes

Gonxha Bojaxhiu atau yang saat ini dikenal dengan nama Bunda Teresa lahir di uskub, Skopje, Kerajaan Ottoman, Yugoslavia. Gonxha sendiri memiliki arti “kuncup kecil” atau “kuncup mawar”. Orangtuanya bernama Nikola dan Drane Bojaxhiu. Kedua orang tersebut merupakan kaum minoritas Albania. Gonxha memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara laki-laki. Dia dibaptis dengan nama Agnes. Saat berusia 7 tahun, Gonxha sudah

kehilangan sosok ayah, karena revolusi telah merenggut nyawa ayahnya. Drane, sang ibu, harus mengambil alih tanggung jawab keluarga, dan membesarkan anak-anaknya Agnespun harus menjalani hidupnya bersama ibu dan ketiga saudara-saudarinya. Ibunya merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dalam suasana lingkungan kehidupan Katolik.

Agnes remaja ikut serta dalam kegiatan menggereja. ia bergabung dalam kegiatan kelompok remaja sodality yang

didampingi oleh pastor Jesuit, yang menumbuhkan awal kertarikan terhadap halhal yang berkaitan dengan misionaris. Pastor parokinya juga menyediakan majalah misi The Catholic Mission yang menarik perhatian dan menyuburkan benih ketertarikan dalam panggilan hidupnya.

4
Being unwanted, unloved, uncared for, forgotten by everybody, I think that is a much greater hunger, a much greater poverty than the person who has nothing to eat.”

Sejak kecil Gonxha selalu terkesan dengan kisah-kisah kehidupan dan pelayanan para misionaris. Ia bahkan dapat menunjukkan berbagai lokasi daerah misi di peta dunia, dan pelayanan apa yang diberikan oleh para misionaris tersebut di daerah-daerah itu. Pada saat itu

Bunda Teresa berumur 12 tahun dan dia mula merasa terpanggil untuk mengikat janji kepada Tuhan menjadi seorang biarawati. Memutuskan untuk menjadi biarawati adalah keputusan yang sangat sukar. Menjadi seorang biarawati bukan saja bermakna melepaskan peluang untuk tidak menikah dan mempunyai anak, tetapi ia juga berarti bunda Teresa harus melepaskan semua harta dunia dan keluarganya, mempersembahkan diri dan memfokuskan dirinya untuk melayani tuhan.

Selama lima tahun, Bunda Teresa memikirkan dan menmbang-nimbang keputusannya menjadi seorang biarawati atau tidak. Pada masa ini ia justru semakin dekat dengan Tuhan. Ia menyanyi dalam koor (Paduan sauara) gereja, membantu ibunya mengatur acara gereja, dan pergi berjalan-jalan dengan ibunya untuk membagi-bagikan makanan dan bekalan kepada orang miskin.

5

Menjadi Biarawati

6

Pada usia 17 tahun, dia menanggapi ketertarikan panggilan hidupnya dengan menjawab panggilan

Tuhan untuk menjadi biarawati misionaris

Katolik. Gonxha memulai kehidupan religiusnya di Irlandia, jauh dari keluarga dan ia tidak pernah lagi melihat ibunya sejak saat itu. Para anggota kongregasi mengingatnya sebagai seorang yang “sangat kecil, pendiam dan pemalu,” dan seorang yang “sangat biasa.” Satu tahun setelah masuk biara, yaitu tahun 1929, Bunda Teresa dikirim ke Darjeeling untuk menjalani pendidikan sebagai biarawati Loreto. Agnes masuk biara Ordo suster-suster Loretto di Irlandia sebagai postulan untuk belajar bahasa Inggris. Dia kemudian memasuki pendidikan novisiat di Daarjeeling, India.

Tahun 1931, ia mengucapkan kaul pertamanya, dan memilih nama Teresa, untuk menghormati kedua Santa dengan nama yang sama, yaitu Teresa Avila dan Theresia dari Lisieux. Bunda Teresa, meskipun kelak mendirikan komunitasnya sendiri, tetap mempertahankan hubungan eratnya dengan para biarawati Loreto, sampai sepanjang hidupnya. lalu kemudian ia dikirim sebagai suster misionaris di India.

Di tahun yang sama, sesuai dengan ketentuan umum kongregasi, Bunda Teresa memulai tahun pelayanannya bagi umat Tuhan. Ia dikirim untuk mengajar

di sebuah sekolah putri, SMA Santa Maria, di Kalkuta, India. Di sini, Bunda Teresa memulai pelayanannya sebagai guru sejarah dan geografi. Ia pun sempat menjabat sebagai kepala sekolah, di tahun 1944. Bunda Teresa melakukan tugasnya sebagai guru dengan penuh dedikasi selama 15 tahun. Namun sementara ia mengajar anak-anak dari kalangan yang relatif berada, justru Bunda Teresa menemukan panggilannya yang baru.

Selama 11 tahun (1929-1948), Ibu Teresa mengajar Geografi di SMA Santa Maria (St. Mary High School) di Kalkuta. Meskipun ia bergembira dan penuh sukacita mengajar, hatinya bergejolak ketika melihat dan menyaksikan penderitaan orang-orang miskin akibat peperangan dan konflik yang berkepanjangan di Kalkuta. Kota Kalkuta yang dulunya kota industri, menjadi kota yang semakin miskin dengan banyak orang sakit dan hidupnya terlantar.

“Life is a song, sing it. Life is a struggle, accept it.”
7

Panggilan Melayani

Bunda Teresa terusik dengan keadaan masyarakat sekitarnya yang miskin dan terlantar. Keadaan ini tak terlepas dari bencana kelaparan yang melanda Benggala, India, di tahun 1942, yang telah membawa penderitaan dan kematian bagi sejumlah warga miskin. Panggilan Tuhan dalam hati Bunda Teresa terus berkobar dan menggema melalui peristiwaperistiwa yang dialami suster Teresa. Saat Beliau mempelajari Bahasa Hindi dan Bengali untuk serta mengajarkan Geografi dan katekese lalu setelah ia beberapa tahun menjadi kepala sekolah di sekolah SMA Santa Maria (St. Mary High School) di Kalkuta, pada tahun 1944 panggilanTuhan mulai kembali menggema Tuhan memanggil bunda Teresa untuk melayani orang termiskin di jalan-jalan Kalkuta.

Akibat kondisi makanan dan beratnya beban kerja pada saat itu, suster Teresa jatuh sakit dan tidak dapat lagi mengajar, sehingga beliau dikirim ke kaki pegunungan Himalaya. Pada saat itu, 10 September 1946 ketika berada di atas kereta api, beliau menerima panggilan Tuhan yang kedua. Satu-satunya yang harus dilakukan adalah mengatakan “ya” terhadap

panggilan Tuhan. Pesan panggilan itu cukup jelas, menyerahkan segala sesuatunya untuk mengikuti Tuhan Yesus di kawasan kumuh untuk melayani yang termiskin di antara orang-orang miskin. Bunda Teresa yang selalu mengikuti tuntunan suara hatinya, mendengar adanya “panggilan kedua” baginya, dalam perjalanan ke Darjeeling untuk mengikuti retret, di tahun 1946.

Saat itu, Bunda Teresa melihat dengan matanya sendiri, kemiskinan dan penderitaan masyarakat Kalkuta. Dalam wajah orang-orang miskin itu, ia melihat tatapan Yesus yang berbisik kepadanya, “Aku haus” (Yoh 19:28). Hati Bunda Teresa pun tergerak untuk berbelarasa dengan mereka. Ia tidak mau hidup nyaman, sementara orang lain di sekitarnya lapar, sakit, dan mati tanpa ada yang mengurusnya. Maka, ia merasa yakin bahwa Tuhanlah yang menggerakkan hati dan pikirannya untuk meninggalkan kenyamanan pelayanannya bersama para biarawati Loreto, agar dapat melayani di jalanan. “Aku mendengar panggilan Tuhan untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Kristus ke tempat-tempat

“I alone cannot change the world, but I can cast a stone across the waters to create many ripples.”
8

kumuh dan melayani Dia di dalam diri orang-orang yang termiskin diantara kaum miskin.” Bunda Teresa kemudian mengambil sebuah pilihan yang kelak mengubah perjalanan hidupnya.

Itulah karya Tuhan dalam diri Bunda Teresa untuk melayani orang miskin dan hidup di tengah-tengah orang miskin. Keputusan ini membawa akibat yang tidak mudah. Ia harus secara formal meninggalkan komunitas Sisters of Loreto. Ia harus berhadapan dengan otoritas Gereja yang saat itu tidak dengan mudah memberi izin untuk membentuk komunitas religius yang baru Pelaksanaan panggilan tersebut memerlukan waktu beberapa tahun sebelum suster Teresa memperoleh izin Gereja

Bunda Teresa harus menemukan cara untuk hidup dan berkarya di jalanan, tanpa keamanan dan kenyamanan biara. Tentang pakaian, Bunda Teresa

“Not all of us can do great things. But we can do small things with great love.”

memutuskan untuk tidak mengenakan pakaian sebagai biarawati Loreto, tetapi mengenakan pakaian umum bagi seorang wanita India, yaitu sari putih dan sandal.

Kemudian

Bunda Teresa pergi ke Patna, untuk mengambil kursus perawat selama beberapa bulan, untuk mempersiapkan diri bagi karyanya di kemudian hari. Akhirnya di tahun 1948, ia menerima izin dari Paus Pius XII untuk meninggalkan komunitas Loreto, dan hidup sebagai biarawati yang tidak terikat oleh ordo apa pun. Maka Bunda

Teresa

mengundurkan diri dari Sisters of Loreto dan mulai masuk ke perkampungan kecil dan kumuh di Kalkuta, India, dan memulai pelayanannya. Dengan berbekal sandal pemberian suster-suster di Patna dan salib yang disematkan pada bagian bahu kiri kain sarinya, serta uang lima rupee pemberian Uskup Agung Kalkuta, kini dengan sebutan Ibu Teresa beliau memulai tugas karya misi melayani dan hidup di tengah-tengah kawasan kumuh Motijhil. Keseimbangan jiwa antara rahmat ilahi dan kehendak kuat, seperti halnya harmoni antara sorga dan bumi itulah yang memancarkan panggilan kekudusan umat manusia melalui karya untuk semua

9

Awalnya ia memulai dengan mengajar anak-anak di perkampungan kumuh itu. Tanpa alat apa pun, ia mulai menggunakan apa yang ada: menulis di atas tanah. Ia mulai mengajar anak-anak miskin untuk membaca, dan memahami ilmu kesehatan dasar, seperti bagaimana menjaga kebersihan, dst. Setelah Bunda Teresa mulai dikenal, ia mulai mengunjungi kaum miskin dan sakit dalam keluarga mereka. Begitu banyak kebutuhan kaum miskin itu, yang seakan tidak pernah berhenti. Bunda Teresa memulai setiap hari melalui persekutuan dengan Yesus dalam Komuni kudus, kemudian ia keluar ke jalanan, dengan rosario di tangannya, untuk menemukan dan melayani Yesus di dalam diri mereka yang “tidak diinginkan, tidak dicintai dan tidak diperhatikan.”

pada 21 Desember 1948 di lingkungan yang kumuh Bunda Teresa mulai membuka sebuah sekolah. Karena tidak memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana ia mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang sehat, di samping mengajarkan membaca dan menulis pada anak-anak yang miskin. Selain itu, berbekal pengetahuan medis, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke rumahnya dan merawat mereka.

Tuhan memang tidak pernah membiarkan anakanak-Nya berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Bunda Teresa tatkala perjuangannya mulai mendapat perhatian, tidak hanya individu-individu, melainkan juga dari berbagai organisasi gereja.

Pada 19 Maret 1949, salah seorang muridnya di St. Mary bergabung dengannya. Diinspirasi oleh gurunya itu, ia membaktikan dirinya untuk pelayanan kasih bagi mereka yang sangat membutuhkan. Segera saja mereka menemukan begitu banyak pria, wanita, bahkan anak-anak yang sekarat. Mereka telantar di jalan-jalan setelah ditolak oleh rumah sakit setempat. Tergerak oleh belas kasihan, Bunda Teresa dan rekan barunya itu pun menyewa sebuah ruangan untuk merawat mereka yang sekarat.

Tuhan pasti memberi jalan kepada Bunda Teresa, tidak lama sendirian dalam pelayanannya. Dalam waktu setahun, ia memperoleh banyak bantuan. Tanggal 7 Oktober 1950, Kongregasi baru the Missionaries of Charity (Misionaris Cinta Kasih) resmi berdiri di Keuskupan Agung Kalkuta. Para perempuan muda datang untuk menjadi sukarelawan, yang kemudian menjadi kelompok inti dari Misionaris Cinta Kasih. Banyak orang lainnya memberikan makanan, pakaian, izin penggunaan bangunan, obat-obatan dan uang. Dengan datangnya berbagai

10
“ Let us make one point, that we meet each other with a smile, when it is difficult to smile. Smile at each other, make time for each other in your family.”

Pada tahun 1955, Missionaries of Charity membuka sebuah rumah untuk menampung anakanak yatim dan terlantar. Tempat tersebut diberi nama Shishu Bhavan. Di dalam rumah tersebut anakn-anak terlantar mendapat banyak fasilitas seperti makanan hingga pendidikkan.

Saat itu di india juga banyak orang-orang yang ditinggalkan oleh

keluarganya karena mereka terjangkit penyakit kusta. Pada masa itu kusta merupakan sebuah penyakit yang ditakuti banyak orang. Namun bunda Teresa tidak tergoyah dan tetap menacari jalan untuk membantu orang-orang yang terkena penyakit kusta tersebut.

bantuan tersebut, dibangunlah rumah-rumah kongregasi untuk melayani orang-orang yang mendekati ajal, pengungsi, panti yatim piatu, dan anak-anak terlantar, rumah sakit untuk penderita lepra, dan korban kecanduan alkohol, panti jompo, dan berbagai fasilitas lainnya. Panggilan untuk menjadi biarawati komunitas tersebut terus berdatangan dari seluruh dunia, untuk melayani kaum miskin. Misionaris Cinta Kasih telah bertumbuh seperti biji sesawi yang dikisahkan dalam Injil. Tahun 1960 Bunda Teresa mulai mengirimkan suster-susternya ke daerah-daerah lain di India. Paus Paulus VI bahkan mendorongnya untuk membuka rumah kongregasinya di Venezuela, kemudian di Roma, Tanzania, dan akhirnya sampai ke setiap benua.

11
“When you don’t have anything, then you have everything.”

Akhirnya doa dan kerja keras bunda Teresa membuahkan hasil. Bunda Teresa Berhasil mengumpulkan dana untuk membantu orang-orang yang terjangkit penyakit kusta. Bunda Teresa juga Memberi edukasi kepada orang-orang sekitar untuk merangkul pasien penderita kusta. Pada bulan September 1957 akhirnya berdirilah klinik kusta pertama. Akhir 1960 bunda Teresa juga berhasil membentuk sebuah komunitas yang disebut dengsn Shanti Nagar (Tempat Damai). Dalam komunitas tersebut mereka yang terjangkit kusta dapat tinggal dan bekerja di sana.

Sejak tahun 1980, ia bahkan juga mendirikan rumah pelayanannya di negaranegara komunis di Eropa Timur, termasuk Rusia, Albania dan Kuba. Ia tidak terpengaruh dengan kritik terhadap pendiriannya dalam melawan aborsi dan perceraian serta menyatakan, “Tidak

peduli orang-orang mengatakan apa, Anda harus menerimanya dengan tersenyum dan melakukan pekerjaan Anda sendiri.” Di tahun 1982, saat terjadinya puncak Pengepungan Beirut, Bunda Teresa menyelamatkan 37 orang anak yang terjebak di garis depan sebuah rumah sakit dengan menengahi sebuah gencatan senjata sementara antara tentara Israel dan gerilyawan Palestina. Ditemani oleh para pekerja Palang Merah, ia melakukan perjalanan melalui zona perang ke rumah sakit yang hancur untuk mengevakuasi para pasien muda. Bunda Teresa juga melayani penderita kelaparan di Ethiopia, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa di Armenia. Pada tahun 1991, Bunda Teresa kembali untuk pertama kalinya ke tanah airnya dan membuka rumah Misionaris Bruder Cinta Kasih di Tirana,

12

Albania.

Untuk menanggapi kebutuhan jasmani

dan rohani kaum miskin, Bunda Teresa mendirikan Misionaris Bruder Cinta Kasih (1963), Biarawati Kontemplatif (1976), Biarawan Kontemplatif (1979), Misionaris Imam Cinta Kasih (1984). Ia juga membentuk komunitas

Rekan Kerja Bunda Teresa dan Rekan Kerja bagi orang-orang sakit dan menderita, yang dapat diikuti oleh orang-orang dari berbagai agama dan bangsa, yang mau mengambil bagian dalam semangat doa, kesederhanaan, pengorbanan dan pelayanan kasih Bunda Teresa. Semangat ini mendorong terbentuknya Misionaris Cinta Kasih

Awam. Bunda Teresa memulai gerakan Corpus Christi bagi para imam di tahun 1981, untuk

membagikan karisma dan semangatnya.

Di tengah pertumbuhan karya pelayanannya itu, dunia mulai memandang Bunda Teresa dan karya-karyanya.

Bermula dari penghargaan India

Padmashri di tahun 1962, dan juga penghargaan Nobel Perdamaian di tahun 1979, berbagai penghargaan

demi penghargaan diberikan kepada

Bunda Teresa. Dunia terkesima dengan perhatian dan kasih yang diberikan oleh

Bunda Teresa kepada orang-orang yang umumnya tidak dihargai dan disingkirkan. Ia menjadi salah satu tokoh yang paling dikagumi dalam sejarah. Namun di mata

Bunda Teresa sendiri, ia hanyalah “sebuah pensil Tuhan—sebuah pensil kecil yang dengannya Tuhan menulis apapun yang dikehendakiNya.” Maka semua penghargaan itu diterima oleh

Bunda Teresa, “demi kemuliaan Tuhan dan atas nama kaum miskin.”

Keseluruhan hidup Bunda Teresa

memberikan kesaksian akan sukacita mengasihi dan besarnya martabat setiap manusia, nilai dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan setia dan dengan cinta, dan nilai yang tak tertandingi yang ditemukan dalam

persahabatan dengan Allah.

Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Dipupuk di kampung halamannya, ia mengawali pelayanan di India. Dari India, pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Ia, di antaranya, berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa bumi di Armenia.

“Work without love is slavery.”

Pelayanan Bunda Teresa

14

Pada saat itu terdapat berjuta-juta orang yang menderita dan membutuhkan pertolongan di India. Kemarau, sistem kasta , kemerdekaan India, dan perpecahan serta hal-hal lain yang menyebabkan kemiskinan sehingga banyak orang yang tinggal di jalanan. Kerajaan India pada saat itu tidak dapat menangani kesmiskinan yang terjadi. orang dewasa, orang tua dan anak-anak banyak terlantar dan menderita kelaparan. Disaat orang-orang bahkan pemerintah india tidak peduli

terhadap hal tersebut. bunda Teresa justru datang mengulurkan tangannya bahkan membantu mereka yang menderita pada saat itu. Ia membagikan makanan, memberi pengobatan bahkan menjadi guru dan mangajar anak-anak terlantar.

Bunda Teresa juga membuka sebuah rumah duka unruk mereka yang meninggal dunia. Tempat itu biasa disebut dengan Nirmal Hriday yang berarti “Tempat Hati Yang Tak Bernoda.” Setiap hari, para biarawati pergi ke jalan-jalan dan membawa

orang yang sedang sekarat ke Nirmal Hriday. Mereka akan memandikan dan kemudian meletakkan mereka di tempat yang lebih layak. Mereka juga mendapat peluang untuk dimakamkan dengan ritual kepercayaan mereka.

15
It’s not the end
16

Dari karya-karya Ibu Teresa, keterlibatan dan pesan-pesan rohani selama hidupnya, banyak orang-orang sederhana maupun tokoh-tokoh dunia tersentuh oleh kesucian dan karyakarya beliau. Melalui Ibu Teresa banyak orang muda tergerak menjawab panggilan hidup untuk membaktikan diri sepenuhnya melayani orangorang miskin di tengah masyarakat dan dunia.

saat tahun-tahun akhir hidupnya, meskipun ia mengalami berbagai penyakit yang terus bertambah, Bunda Teresa terus memimpin kongregasi Misionaris Cinta Kasih dan terus melayani kaum miskin. Sampai tahun 1997, jumlah biarawati Misionaris Cinta Kasih berjumlah hampir 4000 orang, yang tersebar di 610 yayasan misi di 123 negara di dunia. Bulan Maret 1997, beberapa bulan sebelum wafatnya, Bunda Teresa menyerahkan kepemimpinannya kepada penerusnya, Sr. Nirmala, untuk memimpin Misionaris Cinta Kasih. Setelah bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II untuk terakhir kalinya, Bunda Teresa kembali ke Kalkuta. Di tanggal 5 September 1997, setelah selesai makan malam dan berdoa, jantungnya yang melemah menghantarnya kembali kepada Tuhan yang menjadi pusat hidupnya. Jenazahnya dimakamkan dengan penghormatan kenegaraan oleh Pemerintah India dan dimakamkan di Biara Misionaris Cinta Kasih. Bunda Teresa

meninggalkan kesaksian iman yang tak tergoyahkan, pengharapan yang besar, dan belas kasih yang sangat istimewa. Ia menjadi teladan belas kasih kepada dunia, dan saksi hidup akan cinta kasih Allah.

Akhirnya Jenaza Bunda teresa. disemayamkan di St Thomas, Kolkata, selama sepekan sebelum dimakamkan. Dia mendapat pemakaman negara sebagai bentuk terima kasih atas jasanya. Pemankamannya dihadiri oleh Berbagai petinggi dari 23 negara. Upacara pemakaman diadakan pada 13 September 1997, di Stadion Netaji, India, yang berkapasitas 15.000 orang. Atas kebijakan Missionary of Charity, sebagian besar yang menghadiri upacara tersebut adalah orangorang yang selama ini dilayani oleh Bunda Teresa.

Mother Teresa Saint Teresa Become

18
“Life is a song, sing it. Life is a struggle, accept it.”
19

Pada tanggal 5 September 1997, Ibu Teresa wafat di usianya yang ke-87. Tokoh-tokoh dari seluruh penjuru dunia ikut memberikan penghormatan terakhirnya. Ibu Teresa dari Kalkuta meninggalkan karya cinta kasih, bertumbuhnya panggilan dari orang muda dan Ordo Misionaris Cinta Kasih. Secara umum Ordo Misionaris Cinta Kasih ini memiliki 8 cabang yaitu

Suster-suster aktif, Suster-suster Kontemplatif, Bruderbruder aktif, Bruder bruder Kontemplatif, Imam-imam Misionaris, Misionaris Awam, Relawan dan Kerabat Kerja Orang-orang sakit dan Menderita.

Khusus untuk Suster-suster Aktif dan Komplentatif, mereka harus melalui pelatihan selama 6 tahun, meliputi : Aspiran selama 6 bulan, Postulan sepanjang 1 tahun, Novisiat selama 2 tahun, dan Yuniorat selama 5 tahun. Tersiat dilaksanakan di tahun ke-6 sebelum kaul terakhir. Sebelum kaul terakhir, para suster harus tinggal di rumahnya masing-masing selama 3 minggu sebelum memutuskan untuk tinggal dan berkarya sebagai Misionaris Cinta Kasih selama hidupnya. Masa Novisiat dilaksanakan di Kalkuta, Roma, Manila, Nairobi, San Francisco dan Polandia. Melalui merekalah kemudian semangat Ibu Teresa berkembang dalam bentuk pelayanan bagi orang miskin.

20

Pada tanggal 19 oktober 2003 Paus Yohanes Paulus II memberikan gelar beata kepada Bunda Teresa. lalu padaTanggal 5 September disahkan menjadi tanggal peringatan Bunda Teresa.

Pada tahun 2013 Ibu Teresa diakui kesuciannya dengan memperoleh gelar Beata, Ibu Teresa yang diberkati. Mukjizat pertama terjadi pada Monika Besra yang berusia 30 tahun dan disembuhkan dari sakit tumor perut setelah berdoa melalui perantaraan Ibu Teresa. Kanonisasi untuk menjadi Santa terus berlangsung, menggerakkan doa-doa untuk Ibu Teresa di seluruh penjuru dunia. Pada tahun 2015 Paus Fransiskus mengeluarkan keputusan mengakui mukjizat kedua dari Ibu Teresa, berupa kesembuhan seorang pria Brazil dari penyakit tumor otak setelah kerabatnya memanjatkan doa kepada Ibu Teresa pada tahun 2008.

Tahun 2016 Ibu Teresa memperoleh kanonisasi sebagai Santa, sehingga sebutan Ibu Teresa dari Kalkuta yang diberkati berubah menjadi Santa Teresa dari Kalkuta. Beliau menjadi ikon dan patron untuk semangat hidup berkarya bagi orang-orang termiskin, semangat membawakan keramahan, perdamaian dan kegembiraan di tengah orang miskin, sakit, ditolak dan yang tidak diinginkan kehadirannya.

21
i l e . ”
s with a ms

Sources Sources Sources Sources

Paroki Cikarang (2022). Sejarah Hidup dan Kanonisasi Ibu Teresa. Retrived from https://parokicikarang.or.id/pages/sejarah-hidup-dan-kanonisasiibu-teresa

Utomo, A. P. (2018, September 6). Biografi Tokoh Dunia: Bunda Teresa, Abdikan Diri Bantu Kaum Miskin. Retrived from https://internasional. kompas.com/read/2018/09/06/22000241/biografi-tokoh-dunia-bundateresa-abdikan-diri-bantu-kaum-miskin?page=all

Greelane (2019, June 18). Biografi Ibu Teresa, ‘The Saint of the Gutters. Retrived from https://www.greelane.com/ms/kemanusiaan/sejarah--kebudayaan/ mother-teresa-1779852/

Katolisita.org (2018) Santa Bunda Teresa: Melayani yang termiskin dari kaum miskin. Retrived from https://www.katolisitas.org/unit/santa-bunda-teresamelayani-yang-termiskin-dari-kaum-miskin/

Nurdyansa (2018, May 5). Biografi Bunda Teresa. Retrived from https://www. biografiku.com/biografi-bunda-teresa.

Liles, M. (2022, August 10). Reading These 100 Touching Mother Teresa Quotes Is the Equivalent of Getting a Giant Hug. Retrived from https://parade. com/1246359/marynliles/mother-teresa-quotes/

Hall, L. (2022, April 1). 54 Mother Teresa Quotes That Inspire Love, Faith, and Hope. Retrived from https://www.countryliving.com/life/a39155616/motherteresa-quotes/

22

Scan me

that’s enough. Each moment is all we need, not more.”Mother Teresa
23

Sinopsis

Agnes Gonxha Bojaxhiu merupakan seorang anak kecil yang lahir dari keluarga yang berpendidikan Khatolik. Sejak kecil bunda Teresa aktif sekali mengikuti kegiatan-kegiatan di gerejanya. Bunda teresa juga tertarik dengan kisah-kisa orang suci atau santo santa dari berbagai negara. saat menginjak 12 tahun bunda teresa mulai mersakan panggilan. Beberapa tahun setelahnya akhirnya bunda Teresa menjawab panggilan itu. Bunda teresa mengikat janji dengan tuhan dan menjadi Biarawati. Dalam masa menjalnkan tugasnya menjadi biarawati bunda Teresa pernah di pindahkan ke kota dengan banyak penduduk miskin. Di sana bunda Teresa mendapat Panggilan yang kedua. Melihat orang yang terlantar dan menderita hatinya tergerak untuk menolong mereka. Bagaimana perjalanan bunda Teresa dalam menjawab panggilannya yang kedua itu? Apakah beliau berhasil menjawab panggilan Tersebut?

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.