Epaper Belia 8 November 2016

Page 1

21

SELASA (PAHING) 8 NOVEMBER 2016 8 SAFAR 1438 H SAPAR 1950

Gold & Silver Winner IYRA 2016 untuk Belia Pikiran Rakyat T Terima erima Kasih Masyarakat Jawa Barat

LEMBARAN KHUSUS REMAJA Facebook: www.facebook.com/beliapr

Twitter: @beliapr

E-mail: belia@pikiran-rakyat.com

Wadah Berkreasi,

Kickfest 2016 I FOTO: AGNIA

NI dia gelaran rutin yang diadain satu tahun sekali di Bandung yang selalu jadi ikonnya skena indie, nih guys. Yuhu, it is Kickfest! Untuk yang belom tahu Kickfest itu apa, kru belia bakal jelasin sekilas nih. Kickfest adalah program yang dimiliki oleh Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK) yang emang forum buat bisnis dari para pengusaha clothing lokal sama distro gitu. Hal ini dilakuin

agar brand lokal nggak kalah saing sama brand asing. Nah, pelaksanaan acaranya nggak cuma jadi ajang jualan clothing lokal doang, biasanya banyak gelaran yang indie banget jadi penyertanya, mulai dari musik, happening art, desain, dll. Kickfest tahun ini, diadain di Lapangan Pussenif dari tanggal 4-6 November 2016. Acara ini mengusung tema “Ten Years Anniversary” karena Kick-

fest ini masuk tahun ke-10. Perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya adalah dengan banyaknya konten yang diberikan. “Kita banyakin konten, padatin konten, terus tambah gimmick-gimmick baru. Hal ini biar pengunjung yang dateng dapet pengalaman lebih dari pada tahun kemaren,” ujar Dani Rachmad salah seorang R n d konten Kickfest, menjelaskan. Keunikan emang terasa sejak kalian nyampe di lokasi acara. Kedatangan kalian bakal langsung disambut sama mobil dari film Mad Max garapan karya sutradara George Miller. Mobil yang berbentuk seperti landak dengan duri yang terbuat dari besi. Mobil ini intagrammable pisan lah! Bukan cuma itu sobat Belia, ada juga mobil Nux's Chevrolet. Mobil yang dikendarai sama Nux, salah satu tokoh antagonis di film Mad Max. Mobil ini juga

Instagram: beliapr dilengkapi dengan mesin V8. Selain bentuknya yang unik, mobil ini punya fitur seru di mana ada sebuah tombol yang bisa bikin efek meledak! Walaupun pada selama penyelenggaraan acara cuaca Bandung beberapa kali diguyur hujan, hal ini enggak menjadi halangan bagi para pengunjung yang datang. Antusiasme pengunjung sangat tinggi dengan ramainya setiap booth yang ada. Pengunjung yang datang pun bukan hanya dari wilayah Bandung aja, tapi dari berbagai kota pun ikut meramaikan. “Menurut saya acara Kickfest ini bisa nyatuin semua produk lokal jadi enggak kalah sama brand luar. Saya ke sini karena banyak diskon terus gampang juga buat dapetinnya. Dan, pengen liat band-band yang tampil juga, sih,” ungkap Redza salah satu pengunjung Kickfest dari SMKN 9 Ban-

dung. Kickfest 2016 juga memberikan tontonan berupa pemutaran film pendek yang bekerja sama dengan beberapa komunitas yang ada. Selain itu juga, dibuat booth untuk para vlogger agar bisa terus berkreasi dan bisa dijadikan wadah untuk para mereka. Acara ini diramaikan oleh 126 booth dan 160 brand lokal. Enggak ketinggalan, tentunya ada penampilan dari band-band audisi yang menemi pengunjung di sore hari. Penampilan sejumlah band audisi ini, adalah bukti di mana Kickfest memberikan ruang bagi para band baru untuk unjuk kabisa. Tidak hanya itu, acara ini juga dimeriahkan oleh musisi guest star yang udah punya ngaran seperti Naif, Burgerkill, Soundwave, The S.I.G.I.T, dan masih banyak lagi.*** reginaheryadi.rh@gmail.com

Apa Kabar Dunia Indie? C

UNG yang weekend kemarin datang ke Kickfest Bandung? Beuh, pasti banyak banget deh. No wonder sih soalnya acara yang tahun ini diadakan di Lapangan Pussenif Bandung ini emang selalu ditunggu-tunggu tiap tahunnya terutama oleh para pemburu diskon, hihihi. Enggak cuma buat hunting baju atau sepatu doang lho, Kickfest juga jadi favorit penyuka musik karena event ini biasanya dibarengi sama penampilan berbagai musisi yang joss. Tapi eh tetapi, menurut kabar yang dibawa angin katanya Kickfest tahun ini adalah gelaran terakhir! Waduh, bener nggak ya? Dari pada terbawa kabar angin, belia langsung check n re-check aja ke pihak Kickfest. Jadiiiii, dari hasil ngobrol sama Kang Dani Rachmat dari Departemen Research and Development Kickfest, katanya gelaran ini nggak bakal sepenuhnya hilang. “Nggak akan berhenti, cuma karena udah 10 tahun bikin acara Kickfest, kita pengen bikin sesuatu yang baru, bisa dengan ganti nama atau dengan konsep yang baru,” tuturnya. Hmm, untunglah kalau begitu. Kirain bakal beneran udahan sama sekali. Kalau sampai beneran tuh ya, itu bakal makin menguatkan isu kalau dunia indie khususnya di Bandung memang lagi kurang joss, padahal kan kota satu ini selalu dianggap rajanya hal-hal berbau DIY dan indie. Ngomongin kelesuan per-indiean di Bandung ini bakal agak complicated sih. Salah satu pegiat clothing indie di Bandung Kang Febby Arhemsyah mengamini kalau industri clothing indie sedang lesu dan bilang kalau banyak faktor yang menyebabkannya. Di antaranya lahan bisnis yang udah mulai menyempit karena banyak pelaku baru, pelaku lama industri yang pada pindah haluan, dan terlalu banyaknya event atau bazaar clothing yang bikin situasi pasar retail normal terganggu karena kon-

faktor ekonomi. Dalam bidang musik misalnya, semua perlu biaya, mulai dari latihan, equipment, sampai recording. “Jadi, perlu waktu untuk membuat karya dan dalam peluncurannya sedikit tersendat. Selain itu di Bandung tidak banyak tempat untuk pertunjukan, padahal dengan adanya fasilitas akan sangat membantu,” katanya. Meskipun begitu, kelesuannya enggak separah itu kok. “Band-band indie di Bandung saat ini sudah menghasilkan karya yang bagusbagus terlihat dari rilisan single dan albumnya. Melihat beberapa tahun kebelakang juga event-event yang menghadirkan band indie ini sudah banyak, mulai dari event yang kecil hingga event besar. Tak lupa juga fans atau penyuka band dan musik indie pun sudah banyak yang membeli CD, kaset, ataupun vinyl rilisan album dari band yang mereka sukai. “Nah, bisa jadi kalau dari penjualan fisik album ini agak lesu tapi tidak untuk yang lainnya. Ya, mau bagaimanapun, seperti itulah industri. Tidak selamanya ramai dan tidak selamanya lesu pasti terjadi naik turun,” tuturnya. Terus balik lagi ke obrolan sama Kang Dani, indie itu bukan pasar yang menentukan, tapi lebih berfokus pada karyanya. Skena indie di Bandung masih jadi barometer untuk skena indie nasional. Hal ini dikarenakan banyak brand clothing indie yang terus bermunculan dan selalu ada gairah yang baru untuk membuat karya yang berbeda, begitu juga dengan band indie, mereka banyak bermunculan dengan aliran yang baru. Sayangnya, Bandung sendiri masih belum punya tempat atau venue yang representatif untuk menggelar berbagai acara buat

sumen pasti bakal lebih milih diskonan di bazar padahal seringkali item yang dijual di bazaar itu stok lama atau size sisa. Selain itu, Kang Febby juga menyayangkan sikap para pelaku baru di industri clothing indie sekarang yang terasa standar. Menurut dia spirit yang ada saat ini mengalami downgrade dibanding zaman dulu. “Pelaku yang mulai terjun di awal industri ini ada itu lebih idealis dalam berkarya atau buat produk, sementara pelaku pelaku baru fokusnya lebih besar ke sales atau untung rugi. Kalau dulu kan bener2 DIY, banyak keterbatasan dari semua bidang baik itu promosi,produksi, sumber daya dll, jadi mereka lebih tertantang untuk membuat karya yang bisa diterima pasar sehingga hasilnya produkproduk yang berkualitas, cara pemasaran yang "unik" dll, dan sebagian besar pelaku yang dulu enggak terlalu berpikir untung rugi walau keuntungan pasti diharapkan, tapi saat produknya nggak laku mereka enggak akan terlalu ambil pusing yang penting bisa berkarya,” ujarnya panjang lebar. Ternyata kelesuan ini nggak cuma di bidang clothing indie aja, skena musik indie juga lagi merasakan hal yang sama. Kalau beberapa tahun ke belakang banyak banget aktivitas permusikan indie, belakangan ini lagi lesu banget, buktinya gigs aja jadi susah dicari. Menurut Kang Helvi dari FFWD Records, jika terlihat lesu, hal ini bisa muncul karena

anak-anak indie Bandung. “Makanya, harapannya semoga ada wadah di Bandung untuk penggantinya Saparua karena dulu Saparua itu banyak melahirkan band yang akhirnya jadi terkenal seperti Burgerkill. Kita butuh tempat buat berkarya, nah kalau scene musik udah jalan, clothing juga bisa lebih berkembang,” tutur Kang Dani. Terus, owner Arena Experience ini ngasih tips buat fokus di dunia indie yaitu kita harus ngelakuinnya sesuai passion supaya kalau ada target yang nggak tercapai kita nggak akan terlalu kecewa karena dilakukan dengan senang, jangan provit oriented dan jangan berekspektasi terlalu berlebihan, serta harus tekun sampai akhir dan jangan gampang terbujuk. Selain itu, sebagai jalan keluar, Kang Helvi juga menambahkan agar para penyuka band serta musik indie ini bisa mulai membeli CD, kaset, vinyl, juga jangan lupa membeli tiket dan menonton konser-konser band indie Bandung sehingga mereka bisa terus berkembang. Terus kalau buat industri clothingnya, Kang Febby bilang idealnya event clothing harus agak dibatasi atau dibuat format event yang benar benar baru, bukan event yg seperti sekarang banyak terjadi. Sementara, kalau dari produsen, harus lebih kreatif lagi membuat produk yang inovatif dan bikin strategi penjualan atau promosi yang kreatif dan out of the box, tujuannya supaya industri ini suistanable dan kejayaannya bisa kembali kayak dulu lagi. Ah iya, nggak mau ketinggalan, Kang Helvi juga berpesan semoga pemerintah kota bisa memperhatikan industri kreatif yang satu ini karena potensi kota Bandung tak hanya dari wisatanya saja tetapi SDMnya juga. Pokoknya support local brand! Cheers!*** agniahadini@yahoo.com reginaheryadi.rh@gmail.com dhianynadya@gmail.com laroybaunsa@gmail.com

Apa sih Indie itu? Wandi Nugraha, SMK Manangga Pratama MENURUT saya sih indie adalah independen yang berdiri sendiri gitu tanpa ada ikatan sama yang lain.

Shofia Shafira Destiany, SMAN 2 Tasikmalaya INDIE itu suatu video game yang emang dibuat sama perorangan atau kelompok kecil. Nggak ada dukungan dari penerbit atau yang lain.

Redza, SMKN 9 Bandung

Mochamad Zulfikar, SMAN 1 Baleendah YA indie itu asalnya dari kata independent yang artinya kebebasan. Independent dipadatkan jadi indie dan diartikan kebebasan gituuuu.

MENURUT saya Indie itu bebas tapi menyentuh dan enak didenger.

Adelia K, SMAN 2 Bandung INDIE itu singkatan dari independent artinya berdiri sendiri tanpa campur tangan pihak lain. Band indie sendiri dia memproduksi dan memasarkan lagunya sendiri.

Ihsan, SMAN 1 Baleendah INDIE itu genre musik yang bebas, enggak terlalu nge-beat dan nggak terlalu nyelow.

Rafli Ramadhan, SMAN 19 Bandung INDIE itu genre musik yang kalem, slow, dan enak didenger.*** agniahadini@yahoo.com reginaheryadi.rh@gmail.com

22> Skul: SMP Negeri 2 Baleendah 23> MusicTerritory: - Serem-sereman di Secret Gig Sarasvati - Lalala Fest 2016 23> Aksi: - Launching Aklima MAN 1 Bandung - Phoenix, Pensi Seru SMPK BPK Penabur Cimahi 23> Ensiklobelia: Pasang Surut Skena Musik Indie 24> Review: 24> Chat: Jeruji

“I am no bIrd; and no net ensnares me: I am a free human beIng wIth an Independent wIll.” - Charlotte Brontë


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.