Epaper Belia 21 Maret 2017

Page 1

21

SELASA (KLIWON) 21 MARET 2017 22 JUMADIL AKHIR 1438 H JUMADIL AKHIR 1950

LEMBARAN KHUSUS REMAJA Facebook: www.facebook.com/beliapr

Twitter: @beliapr

E-mail: belia@pikiran-rakyat.com

Instagram: beliapr FOTO: NET

Cari Tau tentang Pernikahan

Dini

Gimana sih pendapa t kamu tentang pernikahan dini?

I panggung Global Citizen Concert, di hadapan 60.000 orang dari berbagai belahan dunia, termasuk Sekjen PBB, Ratu Rania, Malala Yousafzei, bahkan Coldplay dan Beyonce, wakil Indonesia dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-70 yang bernama Putri Gayatri menyuarakan pendapatnya terhadap isu pernikahan dini. Bukan tanpa alasan cewek berusia 17 tahun itu peduli dan menentang isu yang boleh dibilang lumayan berat itu. “Saat SMP temen Putri banyak yang putus sekolah karena pernikahan usia anak. Masa depannya hancur karena dipaksa menikah karena faktor ekonomi. Putus sekolah dan menikah dengan lelaki yang lebih tua. Kehilangan waktu bermain, kehilangan teman-teman. Saat usia anak harusnya dia bermain, bersosialisasi dan bereksplorasi malah mengurus rumah tangga,” ujar siswi SMAN 1 Banjaran ini waktu ngobrol-ngobrol bareng kru belia. Hmm, memang pernikahan dini itu apa sih? Kalau belia rangkum dari berbagai sumber sih, intinya pernikahan dini itu pernikahan yang terjadi di mana salah satu atau kedua pihak dari pasangan masih berusia di bawah 18 tahun. Kenapa 18 tahun? Karena menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa yang disebut anak-anak adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun. Orangtua yang menikahkan anak mereka yang masih berusia di bawah 18 tahun artinya telah melanggar undang undang tersebut. Oh iya, pernikahan dini beda lho sama nikah muda hehehe. Kalau nikah muda sih lebih merujuk ke pasangan yang menikah di usia muda tapi udah melebihi batasan usia anak. Tapi, tapi, gimana tuh dengan beberapa pesohor yang belakangan banyak yang nikah padahal masih muda? Kayak anaknya Ust. Arifin Ilham yang nikah di usia 17 tahun atau kayak artis Dahlia Poland yang memutuskan buat melakukan pernikahan padahal baru 18 tahun? Well, sometimes itu adalah keputusan pribadi guys yang pastinya udah dipikirkan matang-matang termasuk rencana ke depannya misalnya mau cari sumber penghasilan dari mana dan akan menjalani kehidupannya kayak apa. Sebenernya sih menikah muda (bahkan di usia belasan) nggak masalah, asal didasari keinginan sukarela dan siap secara psikis. Plus setidaknya masih sesuai dengan undang-undang yang menyebutnya batas usia menikah itu 16 tahun untuk perempuan dan laki-laki 19 tahun. But still, dua contoh yang disebutkan tadi adalah pengecualian karena seringkali kasus pernikahan dini terjadi bukan karena sukarela tapi tuntutan keadaan. Kalau menurut apa yang dikatakan Bu Elma dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat, ada beberapa faktor yang biasanya memicu

D B

Nurlaily, SMP Negeri 3 Gabuswetan HMM, kurang setuju soalnya lebih baik menuntut pendidikan dulu baru nanti menikah kalau sudah lulus.

Raden Rizky Bagus, SMA Negeri 9 Bandung WAH, apa ya, nggak kepikiran yang kayak gitu karena kan masih umur segini masih sekolah. Mungkin nanti kalau udah kerja baru kepikiran.

Anisa Nuafifah, SMA Negeri 18 Bandung PERNIKAHAN dini itu yang nikah muda gitu kan ya? Oke-oke aja sih. Kayaknya lagi hits sih sekarang ya hehehe, biar cepet halal aja gitu kayak Alvin sama Larissa Chou.

Hussein Izzazi, SMA Angkasa Bandung PERNIKAHAN dini itu setau saya kurang baik ya, karena usia anak-anak itu belum waktunya menikah. Belum siap juga lahir batinnya.*** dhianynadya@gmail.com

”AlwAys remember thAt the most importAnt thing in A good mArriAge is not hAppiness, but stAbility.” - Gabriel Gracia Marquez

22> Skul: SMPN 5 Purwakarta 23> Ensiklobelia: Terinspirasi Pernikahan Dini 24> Review:

23> Aksi: l "Sajaba" SMPN 1 Cicalengka l Motret Bareng Pikiran Rakyat 23> MusicTerritory: l A TAG! Music l Toleransi tur Meurenah 24> Chat: Putri Gayatri

pernikahan dini di antaranya adalah kondisi enokomi keluarga yang buruk. Kondisi tersebut membuat anak-anak mereka terutama yang perempuan tak bisa bersekolah dan ujung-ujungnya dikawinkan supaya nggak lagi jadi tanggungan orang tuanya. Kondisi lainnya yang biasa terjadi terutama di perdesaan adalah ketakutan orangtua tentang anggapan anak yang menikah tua itu berarti nggak laku (hiks!) jadi mereka berlomba-lomba menikahkan anaknya secepat mungkin. And last but not least, sering juga pernikahan dini dilakukan karena kehamilan di luar nikah. Terus gimana fenomena nikah muda di sekitar kita? Hmm buat gambaran nih ya, dikutip dari situs BKKBN Jawa Barat bahwa dari 1.000 perempuan subur usia 15 tahun-19 tahun di Jawa Barat, yang telah menikah 100 orang atau 10 persen. Dari jumlah tersebut, yang hamil 80 orang. Sementara Jawa Tengah, yang menikah 80 orang dan yang hamil 50 orang, sedangkan di Yogyakarta, yang menikah 60 orang dan yang hamil 25 orang. Berarti di antara ketiga provinsi itu, perempuan yang menikah muda terbanyak adalah di Jawa Barat. Huhuhu sedih juga ya guys, berarti cukup banyak teman-teman kita yang di usia segitu udah sibuk urus rumah tangga, bukannya sekolah kayak kita. Padahal nih, kalau menurut BKKBN juga, usia ideal untuk menikah ditinjau dari kesiapan psikis dan biologis adalah di atas 20 tahun buat cewek dan di atas 25 tahun buat cowok. Ini dia nih yang bikin Putri jadi sedih dan makin berapi-api buat menentang pernikahan dini. “Menurut aku sih nggak ada sama sekali sisi positifnya. Kebanyakan orangtua beranggapan menikahkan anaknya di usia anak itu untuk menghindari zina. Tapi menurut aku, menikahkan bukan solusi yang tepat karena masih banyak cara lain seperti meng-edukasi anak. Sebenarnya karena ketakutan orang tua dan pandangan orangtua yang berpikir bahwa anak perempuan “ujung-ujungnya bakal di dapur, ngapain di sekolahin tinggi-tinggi mending di nikahkan”. Menurut aku itu cara pandang yang salah dari masyarakat kita sekarang, mindset-nya masih kuno dan masih terbelakang, itu harus diubah. Anak perempuan-pun punya hak untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Anak perempuan justru harus menjadi calon ibu yang cerdas dan membutuhkan pendidikan tinggi karena akan berpengaruh terhadap anak-anaknya. Bayangin aja seorang ibu yang pengetahuannya belum luas, pengalamanpun belum mumpuni harus membesarkan seorang anak. Gimana tuh? Jadi anak perempuan tetap harus di sekolahkan jangan dulu dinikahkan pada usia anak.” Kata Putri dengan semangat. OMG, Put, we could’t agree more! Putri juga menjelaskan cara agar remaja bisa menghindari pernikahan usia anak. “Kita sebagai remaja agar terhindar dari pernikahan usia anak harus banyak-banyak meman-

faatkan waktu luang dengan hal-hal positif. Seperti misalnya banyak-banyakin organisasi, belajar atau menghabiskan waktu bersama orangtua,” kata Putri. Ini juga diamini sama Bu Elma. Terus nih beliau juga bilang kalau kita butuh konseling mengenai pernikahan bisa gabung ke Pusat Informasi Konseling Remaja yang disediakan BKKBN. Untuk orangtua juga nggak kalah penting bisa gabung ke Bina Keluarga Remaja. Pokoknya sih mengupayakan seoptimal mungkin supaya perni-

kahan itu terjadi saat semua udah siap dari segala aspek. Wah bener banget tuh Belia, nah sementara kita berproses menjadi siap, kita harus menjadi remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan positif, agar waktu luang kita lebih bermanfaat dan terhindar dari hal-hal negatif, seperti Putri contohnya!*** winniekellyp18@gmail.com dhianynadya@gmail.com

Plus Minus Menikah di Usia Dini BUAT kamu-kamu yang masih bingung nih belia rangkumin garis besar apa aja sih plus minus melakukan pernikahan dini. Meski lebih banyak minusnya, tapi nggak ada salahnya juga kalau mau dibaca-baca hihihi.

lahir anak—itu butuh kestabilan emosi tingkat dewa karena kondisi psikis orang tuanya bakal memengaruhi ke cara mereka mengurus anaknya. Kebayang dong kalau mentalnya masih kekanakkanakan gimana mau ngurus anak?

The Minus (-) Sulit Mengenyam Pendidikan Mereka yang menikah dini cederung nggak punya akses lagi ke dunia pendidikan (atau malah mereka juga mau nggak mau menikah karena sulit sekolah) Intinya sih, kalau kita menikah muda bakal otomatis ribet mengurus rumah tangga dan bye-bye aja sekolah. Sayang banget lho.

(-) Rentan Perceraian Masih berhubungan sama sisi psikologis, belum stabilnya emosi anak-anak juga bakalan membuat rumah tangga mereka yang melakukan pernikahan dini rentan untuk bercerai. Pola pikir yang masih pendek plus pemahaman tentang esensi pernikahan yang masih kurang bikin gampang berantem dan memutuskan untuk cerai. Padahal siapa yang nggak mau punya cerita pernikahan yang happily ever after? Mau kan? Tapi..... nanti ya!

(-) Kehilangan Masa Muda Di saat temen-temen lain bisa berkarya dan melanglang buana ke mana-mana, kita cuma bisa gigit jari karena kita udah dibatasi sama pasangan dan tanggung jawab kita buat pernikahan. Kalau nikah dini yakin mau nukar semua kebebasan dan kesenangan masa muda yang ceria? (-) Berisiko terhadap Kesehatan Nggak bisa dimungkiri dengan adanya pernikahan berarti membuka pintu untuk melakukan kegiatan intim/seksual bersama pasangannya. Nah, kata BKKBN, kegiatan seksual yang dilakukan anak di bawah usia 20 tahun ini rentan meningkatkan risiko penyakit, salah satunya kanker serviks. Belum lagi organ reproduksi yang belum berkembang sempurna dan belum siap menerima kehamilan. (-) Belum Matang Secara Psikologis Udah banyak penelitian bilang kalau anak usia di bawah 20 tahun itu punya kondisi psikologis yang belum stabil dan belum matang, sementara buat mengurus rumah tangga—apalagi kalau udah

The Plus [+] Menghindari zina Ini sih berlaku buat yang udah ‘nggak tahan’ banget, istilahnya sih daripada terjadi hal-hal yang nggak diinginkan lebih baik disah-kan aja sekalian. Bukan begitu? Tapi nih yaaa, kalau ngeliat lagi minus-minus di atas, kata belia mah mending tahan dulu ajalah ya? Sekalian mempertebal iman dan mempersiapkan lebih matang Hehehe. [+] (Katanya) Bikin Mandiri Ada yang bilang makin cepat nikah makin cepat juga kita belajar mandiri karena lepas dari orangtua dan mulai menata hidup cuma bersama pasangan. But hey, emangnya menjalani rumah tangga itu gampang? Butuh bekal yang cukup dong pastinya. Lagipula masih banyak cara buat belajar mandiri kok, kayak ikutan ekskul atau organisasi yang bakal ngelatih softskill kita.*** dhianynadya@gmail.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.